BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

MANFAAT STUDI FILOLOGI

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

KAJIAN FILOLOGI DAN ISI DALAM SÊRAT KAWRUH GRIYÅ SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

Prosiding Seminar Nasional Meneguhkan Peran Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Memuliakan Martabat Manusia

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

KAJIAN FILOLOGI DAN ISI KITAB PIRASATING SUJALMA MIWAH KATURANGGANING WANITA

BAB II KAJIAN TEORI. Pada mulanya, istilah filologi (philologia) lahir dan berkembang di

TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya-karya Raden Ngabehi Ranggawarsita banyak dipengaruhi oleh kepustakaan. 1988: 40). Kebenaran bahwa SC dikarang oleh Raden

BAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi penentu utama kebijaksanaan, baik untuk pribadi maupun untuk

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan tetapi kekayaan bangsa Indonesia mencakup berbagai bidang. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra)

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

DAFTAR PUSTAKA. SêratPanglipur Tis-Tis. Madiun: Naskah Tulisan Tangan Koleksi Ari Mukti.

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

ISSN: METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan. Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI. Oleh MUHAMMAD HASAN NIM

BAB II LANDASAN TEORI

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK

MERANCANG PENELITIAN NASKAH

FILOLOGI JAWA Panduan Lengkap Praktik Penelitian Filologi.

SERAT SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried, 1985: 1). Pendapat tersebut diperkuat dengan definisi filologi yang dinyatakan oleh Mulyani (2009b: 1), yaitu suatu disiplin yang berhubungan dengan studi terhadap hasil budaya (buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang turun temurun berlaku dalam kehidupan masyarakat) manusia pada masa lampau. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian filologi adalah suatu studi yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan yang berhubungan dengan hasil budaya manusia pada masa lampau. Pengertian hasil budaya yang dimaksud adalah berupa buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, filologi juga termasuk ke dalam disiplin ilmu-ilmu humaniora. Menurut perkembangannya, filologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu filologi tradisional dan filologi modern. Mulyani (2009b: 6) menjelaskan beberapa perbedaan filologi tradisional dan filologi modern. Filologi tradisional, memandang variasi sebagai bentuk korup/kesalahan, sedangkan filologi modern memandang variasi sebagai bentuk kreasi. Selain itu, filologi tradisional bertujuan untuk menemukan teks yang hampir mendekati aslinya, sedangkan filologi modern bertujuan untuk mengungkap kandungan produk budaya masa lampau yang terdapat di dalam naskah-naskah kuno. 1

2 Setiap kajian ilmu mempunyai objek penelitian. Demikian juga dengan kajian ilmu filologi. Objek penelitian dari ilmu filologi adalah naskah dan teks. Naskah merupakan benda budaya hasil peninggalan nenek moyang yang memuat tentang ide, pikiran, dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Baroroh-Baried (1985: 4), yang mendefinisikan naskah sebagai berita tentang hasil budaya yang diungkapkan dalam teks klasik yang dapat dibaca melalui peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan. Baroroh- Baried (1985: 54) juga berpendapat bahwa naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Teks adalah kandungan naskah yang dapat dibaca. Teks mempunyai arti yang bermacam-macam, di antaranya adalah (1) rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu, (2) kandungan naskah, dan (3) uraian yang memberi informasi mengenai kebudayaan suatu bangsa pada masa lampau yang disajikan dalam bentuk lisan atau tertulis (Mulyani, 2009b: 2). Dalam istilah filologi, teks menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak. Hal tersebut kemudian dijelaskan oleh Baroroh-Baried (1985: 4) bahwa teks merupakan sesuatu yang dapat dibayangkan saja dan dapat diketahui isinya bila sudah dibaca. Dengan objek penelitian berupa naskah dan teks lama, filologi mempunyai beberapa tujuan. Adapun salah satu tujuan diadakannya penelitian filologi, sebagaimana dijelaskan oleh Haryati-Soebadio (dalam Djamaris, 1977: 22) adalah untuk mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan dengan melakukan kritik teks, sehingga dapat diketahui naskah yang mendekati aslinya. Pada dasarnya, secara sederhana tujuan akhir dari studi filologi adalah menyajikan

3 edisi teks yang dapat dibaca oleh masyarakat luas, sehingga teks yang disajikan tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Tujuan filologi tersebut dapat dicapai dengan adanya langkah-langkah kerja penelitian. Langkah-langkah kerja penelitian yang dimaksud adalah langkahlangkah kerja penelitian filologi. Saputra (2008: 81) mendefinisikan langkahlangkah kerja penelitian filologi adalah suatu tahapan kerja penelitian filologi yang memiliki keterkaitan antartahapannya. Ada beberapa pendapat mengenai langkah-langkah kerja penelitian yang harus dilakukan dalam penelitian filologi. Langkah-langkah kerja penelitian filologi menurut Djamaris (1977: 23-24), terdiri atas: 1) inventarisasi naskah, 2) deskripsi naskah, 3) dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, dan 4) transliterasi. Pendapat lain mengenai langkah-langkah kerja penelitian filologi disebutkan oleh Darusuprapta (1984 dalam Surono, tanpa tahun: 4), yaitu 1) menentukan naskah atau teks yang akan dikerjakan, 2) inventarisasi naskah yang sejenis, 3) menentukan metode yang sesuai dengan jumlah naskah, dan 4) transliterasi teks. Pendapat mengenai langkah-langkah kerja penelitian filologi yang telah disebutkan di atas, kemudian diperkuat dengan pendapat dari Mulyani. Menurut Mulyani (2009a: 4), langkah-langkah kerja penelitian filologi yang perlu dilakukan ada lima cara, yaitu 1) inventarisasi naskah, 2) deskripsi naskah, 3) membaca naskah yang telah ditentukan, 4) alih tulis teks (transliterasi teks dan suntingan teks yang disertai dengan aparat kritik), dan 5) terjemahan teks.

4 Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa ketiga pendapat tersebut saling melengkapi. Secara garis besar langkah-langkah kerja penelitian filologi yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu inventarisasi naskah (mengumpulkan informasi tentang keberadaan naskah yang sejenis), deskripsi naskah/teks (penyajian informasi fisik/non fisik naskah/teks yang menjadi objek penelitian), alih tulis teks (transliterasi teks, suntingan teks, dan penyajian aparat kritik), dan terjemahan teks. Inventarisasi naskah adalah langkah awal yang harus dikerjakan dalam penelitian filologi. Inventarisasi naskah merupakan kegiatan untuk mendaftar dan mengumpulkan semua naskah sejenis untuk dijadikan sumber data penelitian. Kegiatan inventarisasi naskah dapat dilakukan dengan cara studi katalog kemudian dilanjutkan dengan pelacakan dan pengamatan secara langsung di tempat penyimpanan naskah. Deskripsi naskah dan teks, yaitu suatu langkah kerja dalam penelitian filologi yang menggambarkan dan mendeskripsikan naskah dan teks yang diteliti. Deskripsi naskah dan teks dilakukan dengan tujuan untuk menginformasikan keadaan fisik (keadaan sampul, bahan naskah, dan sebagainya) dan non fisik (bahasa, tulisan, keutuhan cerita, dan sebagainya) dari naskah/teks yang diteliti. Deskripsi naskah dan teks dapat dilakukan, setelah proses inventarisasi naskah selesai. Setelah melakukan deskripsi naskah dan teks, langkah selanjutnya dalam penelitian filologi adalah alih tulis teks. Kegiatan alih tulis teks meliputi transliterasi teks, suntingan teks, dan penyajian aparat kritik.

5 Transliterasi teks, yaitu pengalihaksaraan teks sumber dari aksara sumber ke aksara sasaran, misalnya alih aksara teks yang ditulis dengan aksara Jawa diganti dengan aksara Latin. Berdasarkan metodenya, transliterasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu transliterasi diplomatik dan transliterasi standar atau baku atau kritis (Mulyani, 2009a: 14). Transliterasi diplomatik merupakan alih tulis yang dilakukan dengan apa adanya sedangkan transliterasi standar merupakan transliterasi yang dilakukan dengan mengadakan perbaikan pada bacaan yang dinilai kurang sesuai dan dibetulkan dengan berpedoman pada sistem ejaan yang berlaku. Suntingan teks merupakan suatu usaha untuk menyajikan teks yang siap cetak yang telah bersih dari kesalahan sehingga diperlukan adanya usaha untuk mengoreksi teks. Koreksi yang dilakukan pada tahap penyuntingan, yaitu berupa penambahan, penggantian, atau pengurangan. Hasil koreksi tersebut kemudian dicatat ke dalam aparat kritik (aparatus criticus). Langkah selanjutnya, setelah naskah selesai disunting adalah mengadakan terjemahan teks. Terjemahan teks, yaitu pemindahan bahasa teks sumber ke bahasa lain yang dapat dipahami oleh pembaca masa kini. Terjemahan teks dilakukan dengan tujuan agar isi teks dapat dipahami oleh masyarakat yang tidak paham dengan bahasa yang terdapat di dalam teks. Setelah semua langkah kerja penelitan filologi selesai dilakukan, maka teks siap untuk dianalisis. Analisis dapat dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dapat dianalisis untuk mengungkapkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam teks dan direlevansikan dengan keadaan sekarang atau dapat

6 dianalisis berdasarkan hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya seperti bahasa, sastra, hukum, dan sebagainya. Kemudian, langkah-langkah kerja penelitian filologi yang telah diuraikan di atas diterapkan untuk menggarap naskah yang berjudul Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dengan teks berjudul Widjåjåkoesoemå. Judul tersebut diperoleh setelah melakukan studi katalog dan studi lapangan (pelacakan naskah) pada tahap awal. Katalog yang digunakan pada tahap awal adalah Katalog Induk Naskahnaskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudoyo Yogyakarta (Behrend, 1990: 482). Berdasarkan studi katalogus, naskah berjudul Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå tercantum pada Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudoyo Yogyakarta dengan nomor koleksi PB A. 209 (Behrend, 1990: 482). Secara fisik, kondisi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå masih dalam keadaan baik. Sampul naskah terbuat dari kertas karton berwarna hitam, sedangkan kertas yang dipakai untuk menulis naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå adalah kertas bergaris seperti folio, halus, dan berwarna kuning kusam kecoklat-coklatan. Naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå merupakan naskah yang terdiri atas dua judul teks, yaitu Widjåjåkoesoemå dan Kridhåsastrå. Kedua teks tersebut tidak mempunyai keterkaitan isi. Teks Widjåjåkoesoemå berisi tentang laporan perjalanan abdi dalêm yang diutus oleh Raja Surakarta untuk mengambil sêkar wijåyåkusumå di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan, Cilacap, yaitu pada waktu yang bersamaan dengan penobatan Paku Buwono VIII, sedangkan menurut keterangan katalog (Behrend, 1990: 482) teks Kridhåsastrå berisi tentang eksistensi Tuhan dalam penciptaan manusia.

7 Studi katalog dan pelacakan pada tahap awal tersebut kemudian dilanjutkan dengan studi katalog dan pelacakan yang lebih mendalam. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencari varian ataupun versi dari naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå ataupun teks Widjåjåkoesoemå. Beberapa naskah dapat dikatakan sebagai varian, jika beberapa naskah tersebut sejenis dan dicirikan dengan adanya perbedaan bacaan akibat proses penyalinan pada beberapa naskah tersebut, sedangkan beberapa naskah dikatakan sebagai versi, jika beberapa naskah tersebut dicirikan dengan adanya perbedaan pada asasi ceritanya. Dalam studi katalog dan pelacakan pada tahap lanjutan digunakan beberapa katalog. Adapun katalog yang digunakan, yaitu Descriptive Catalogue of The Javanese Manuscripts and Printed Books in The Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet, 1983), Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman (Saktimulya, 2005), Javanese Language Manuscripts of Surakarta, Central Java: a Preliminary Descriptive Catalog Volume IV (Florida, 1981), Katalog Buku Terjemahan Tahun 1970 Perpustakaan Radyapustaka Surakarta (Anonim, 2009), dan katalog yang ditulis oleh Florida (2000) dengan judul Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Volume II Manuscripts of The Mangkunegaran. Dari kegiatan studi katalog dan pelacakan naskah lanjutan tersebut, ditemukan tiga naskah yang memiliki judul sejenis dengan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå ataupun teks Widjåjåkoesoemå. Judul dari naskah-naskah yang ditemukan tersebut adalah Pèngêtan Warni-warni ing Nagari Suråkartå 1890-1902 dan di dalam naskah tersebut terdapat teks yang berjudul Laporan Utusan

8 Dalêm Ngupados Sêkar Wijåyåkusumå Karså Dalêm Paku Buwånå VIII (Behrend, 1990: 70), naskah Riwayat Kêmbang Wijåyåkusumå sartå Labuhan Pangagêman tuwin Jakat Dalêm Bokor Mas dengan kode SMP-RP 82 (Florida, 1981: 107), dan pada keterangan katalog yang ditulis oleh Florida (2000: 268, 367-368, 390) ditemukan naskah dengan judul Cariyosipun Sêkar Wijåyåkusumå. Naskah berjudul Pèngêtan Warni-warni ing Nagari Suråkartå 1890-1902 merupakan naskah yang ditemukan di Perpustakaan Sanabudaya Yogyakarta dengan kode koleksi PB A. 208 (Behrend, 1990: 70). Naskah Pèngêtan Warniwarni ing Nagari Suråkartå 1890-1902 tersebut digolongkan ke dalam jenis naskah sejarah. Naskah Pèngêtan Warni-warni ing Nagari Suråkartå 1890-1902 adalah bundel naskah yang terdiri atas beberapa teks yang memuat tentang catatan peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di Surakarta pada zaman Paku Buwono IX dan awal dari Paku Buwono X mulai dari tahun 1890-1902. Meskipun demikian, ada satu teks yang memuat catatan peristiwa pada masa Paku Buwono VIII. Teks tersebut ditulis dengan judul Laporan Utusan Dalêm Ngupados Sêkar Wijåyåkusumå Karså Dalêm Paku Buwånå VIII. Oleh karena kondisi tulisan yang sulit untuk dibaca, maka teks yang berjudul Laporan Utusan Dalêm Ngupados Sêkar Wijåyåkusumå Karså Dalêm Paku Buwånå VIII tidak dapat diteliti lebih lanjut. Kegiatan pelacakan naskah juga dilakukan di Perpustakaan Radya Pustaka Surakarta dan ditemukan sebuah naskah yang berjudul Riwayat Kêmbang Wijåyåkusumå sartå Labuhan Pangagêman tuwin Jakat Dalêm Bokor Mas

9 dengan kode SMP-RP 82 (Florida, 1981: 107). Naskah tersebut masih tersimpan dengan baik dan masih dapat dibaca dengan jelas. Meskipun naskah Riwayat Kêmbang Wijåyåkusumå sartå Labuhan Pangagêman tuwin Jakat Dalêm Bokor Mas masih dalam kondisi fisik yang baik, naskah tersebut telah dialihtuliskan (Anonim, 2009: 6). Naskah tersebut dialihtuliskan menjadi enam eksemplar naskah, yaitu satu eksemplar naskah hasil transkripsi dan transliterasi menggunakan tulisan tangan, satu eksemplar naskah hasil transliterasi dari aksara Jawa ke dalam aksara Latin dan menggunakan tulisan tangan, empat eksemplar naskah hasil transliterasi dari aksara Jawa ke dalam aksara Latin yang telah diketik. Naskah Riwayat Kêmbang Wijåyåkusumå sartå Labuhan Pangagêman tuwin Jakat Dalêm Bokor Mas terdiri atas beberapa bab. Bab-bab yang terdapat di dalam naskah tersebut, di antaranya 1) Bab Sêkar Wijåyåkusumå berisi tentang cerita asal mula sêkar wijåyåkusumå yang dikaitkan dengan dunia pewayangan dan dilanjutkan dengan pembahasan bab ngupados sêkar wijåyåkusumå berisi tentang uraian ketika abdi dalêm Kaliwon Suranata mencari sêkar wijåyåkusumå; 2) Bab Anglabuh Agêm-agêman berisi tentang upacara nglabuh agêman yang dilakukan di Laut Selatan, Dalepih, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Gua Kawedusan; dan 3) Bab Labuhan Pangagêman tuwin Jakat Dalêm Bokor Mas berisi tentang upacara pelarungan agêman dan jakat dalêm. Pada studi katalog berikutnya, ditemukan naskah dengan judul Cariyosipun Sêkar Wijåyåkusumå masing-masing mempunyai kode koleksi A 44b, C. 22, dan A 43. Menurut keterangan katalog yang ditulis oleh Florida (2000:

10 268, 367-368, 390), naskah tersebut disimpan di Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta. Studi katalog kemudian dilanjutkan dengan pelacakan naskah Cariyosipun Sêkar Wijåyåkusumå di Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta. Informasi yang diperoleh dari kegiatan pelacakan naskah di Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta adalah ditemukan naskah dengan kode C. 22 berjudul Kawruh Karaton pada katalog yang ditulis oleh Florida (2000: 368), sedangkan pada katalog khusus milik Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta naskah tersebut tercatat dengan judul Têmbung Kraton. Florida (2000: 368) menyebutkan bahwa isi dari naskah Kawruh Karaton tersebut terdiri atas dua teks, yaitu Sêrat Têmbung Kraton ingkang Kanggé Pårå Nåtå ing Jaman Kinå Dumugi Sapunikå dan teks Cariyosipun Sêkar Wijåyåkusumå. Meskipun pada kegiatan pelacakan naskah di Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran dapat menemukan naskah Kawruh Karaton dengan kode koleksi C. 22, tetapi kondisi kertas pada naskah tersebut sudah sangat rapuh, beberapa halaman naskah sudah lepas dari jilidannya dan pada halaman 17-21 kertasnya sudah sobek. Dua naskah lainnya, yaitu naskah dengan kode koleksi A 44b dan A 43 (Florida, 2000: 268, 390) setelah dilacak di Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta ternyata tidak dapat ditemukan. Setelah mengetahui kondisi dari masing-masing naskah di atas, naskah yang dipilih sebagai sumber data penelitian ini adalah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dengan kode koleksi PB A. 209 yang tersimpan di Perpustakaan Sanabudaya Yogyakarta. Alasan yang mendasari pemilihan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå

11 dan teks Widjåjåkoesoemå sebagai sumber data penelitian, yaitu kondisi fisik naskah masih baik (halaman utuh), tulisan masih dapat terbaca dengan jelas meskipun teks ditulis dengan pensil, kandungan teks Widjåjåkoesoemå berisi tentang piwulang laku untuk mengambil/memetik bunga wijayakusuma, teks Widjåjåkoesoemå ditulis dalam bentuk prosa dengan urutan cerita yang jelas dan konvensi bahasa yang mudah dipahami. Metode kerja filologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode edisi standar. Menurut Baroroh-Baried (1985: 69) metode edisi standar, yaitu suatu usaha untuk menerbitkan naskah dengan melakukan koreksi terhadap teks yang diteliti, yaitu dengan membetulkan kesalahan-kesalahan dan ketidakajegan bacaan yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian filologi modern, artinya bahwa dalam penelitian ini selain bertujuan untuk mengadakan teks yang dapat dibaca oleh masyarakat, juga bertujuan untuk mengungkapkan kandungan produk budaya masa lampau yang terdapat di dalam teks Widjåjåkoesoemå. Naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå merupakan jenis naskah piwulang. Oleh karena itu, yang menjadi pokok kajian dalam usaha untuk mengungkapan kandungan teks Widjåjåkoesoemå adalah piwulang yang terdapat di dalam teks Widjåjåkoesoemå. Piwulang adalah ajaran hidup cara Jawa dengan berdasar pada kesadaran ber-tuhan, kesadaran akan keberadaban manusia, dan kesadaran terhadap semesta sebagai lingkungannya. Piwulang yang terdapat di dalam teks Widjåjåkoesoemå adalah piwulang mengenai tata cara atau laku yang dijalankan untuk dapat mengambil bunga wijayakusuma di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan,

12 Cilacap. Tata cara atau laku yang dijalankan oleh utusan dalêm berpedoman pada adat lama orang Jawa. Tata cara atau laku yang dijalankan oleh para utusan dalêm tersebut didasari oleh adanya suatu tujuan, yaitu untuk mendapatkan kanugrahan berupa bunga wijayakusuma yang menjadi kalangênan (yang disenangi) Raja Surakarta. B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå. 2. Deskripsi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå. 3. Transliterasi teks Widjåjåkoesoemå. 4. Suntingan teks Widjåjåkoesoemå. 5. Terjemahan teks Widjåjåkoesoemå. 6. Varian/versi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå ataupun teks Widjåjåkoesoemå. 7. Laku yang dijalankan oleh para abdi dalêm untuk dapat mengambil bunga wijayakusuma di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan, Cilacap, seperti yang tercantum di dalam teks Widjåjåkoesoemå. C. Batasan Masalah Supaya ruang lingkup kajian dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi tersebut dibatasi. Batasan masalah-

13 masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå. 2. Deskripsi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå. 3. Suntingan teks Widjåjåkoesoemå. 4. Terjemahan teks Widjåjåkoesoemå. 5. Laku yang dijalankan oleh para abdi dalêm untuk dapat mengambil bunga wijayakusuma di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan, Cilacap, seperti yang tercantum di dalam teks Widjåjåkoesoemå. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat diketahui rumusan masalah dalam penelitian ini. Secara garis besar perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagaimana inventarisasi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå? 2. Bagaimana deskripsi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå? 3. Bagaimana suntingan teks Widjåjåkoesoemå? 4. Bagaimana terjemahan teks Widjåjåkoesoemå? 5. Apa saja laku yang dijalankan oleh para abdi dalêm untuk dapat mengambil bunga wijayakusuma di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan, Cilacap, seperti yang tercantum di dalam teks Widjåjåkoesoemå?

14 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan dari penelitian yang berjudul Kajian Filologi Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå adalah sebagai berikut. 1. Menginventarisasi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå. 2. Mendeskripsikan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå. 3. Menyajikan suntingan teks Widjåjåkoesoemå. 4. Menyajikan terjemahan teks Widjåjåkoesoemå. 5. Menjelaskan laku yang dijalankan oleh para abdi dalêm untuk dapat mengambil bunga wijayakusuma di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan, Cilacap, seperti yang tercantum di dalam teks Widjåjåkoesoemå. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Manfaat teoritis 1. Sebagai alternatif wawasan dan informasi tentang penggarapan naskah (Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå) dengan penerapan teori dan metode penelitian filologi. 2. Penelitian filologi dilakukan sebagai upaya memberikan informasi tentang isi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå terutama teks Widjåjåkoesoemå. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh

15 terhadap sumber data yang diteliti, yaitu naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå. b. Manfaat praktis 1. Data-data hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca yang akan meneliti naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå (Widjåjåkoesoemå) teks dari segi lain. 2. Hasil suntingan teks Widjåjåkoesoemå diharapkan dapat mempermudah proses pembacaan teks Widjåjåkoesoemå. 3. Hasil terjemahan teks Widjåjåkoesoemå diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami isi teks Widjåjåkoesoemå. 4. Deskripsi tentang isi teks Widjåjåkoesoemå yang berupa piwulang mengenai laku yang dijalankan oleh para abdi dalêm untuk dapat mengambil bunga wijayakusuma di Pulau Bandung, Nusakambangan, Donan, Cilacap, diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai bagi masyarakat pembaca.