BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

BAB I PENDAHULUAN. keputusan operasional taktis stratejik manajerial, alat prediksi kinerja

dan laporan keuangan. Pemberlakuan UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan telah memberi kesempatan luas untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE CAMELS-M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri


BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Manajemen. Ikhtisar Utama. Aktiva Kredit Bermasalah

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, PR, Dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

oleh : *) Endah Tri Kurniasih, S.IP., M.M. *) Ade Irma Suryani, S.E., M.M. **) Dosen Tetap STIE Muhammadiyah Jambi Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Hal tersebut dinyatakan dengan jelas dalam GBHN bahwa

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan, baik itu perbankan syariah atau konvensional. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan mengenai kinerja keuangan maka kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank secara keseluruhan pada suatu periode tertentu dalam segala aspek yang biasanya diukur melalui berbagai indikator, misalnya rasio keuangan. Rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada di dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Lebih lanjut di dalam bukunya, Kasmir (2008:104) mengatakan bahwa hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai suatu target seperti yang telah ditetapkan. Kasmir juga mengatakan, dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan terget perusahaan. Oleh karena itu, maka diperlukan analisis atas laporan keuangan melalui analisis rasio keuangan dimana hasil peruhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan

bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai kesehatan bank selama periode keuangan. Tentunya banyak rasio keuangan yang dapat dihitung dari perusahaan perbankan khususnya perbankan syariah mengingat bahwa perbankan adalah perusahaan yang sedikit berbeda dengan perusahaan yang bergerak bukan di sektor keuangan. Salah satu kinerja keuangan bank adalah penilaian tingkat kesehatan bank. Menurut Totok dan Sigit (2008:51) kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawassan bank oleh Bank Indonesia. Perhitungan kinerja keuangan bank syariah yang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah sebagai berikut. 1. Rasio Permodalan (CAPITAL) Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/ PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Selain itu, berfungsi untuk mengukur

kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari serta dapat juga mengukur kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. Untuk menghitung rasio permodalan digunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Rumus dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah: M tier 1 merupakan modal inti bank yang terdiri dari modal disetor dan beberapa komponen modal inti lainnnya misalnya agio saham, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, serta laba tahun berjalan setelah pajak. M tier 2 merupakan modal pelengkap yang terdiri dari misalnya cadangan umum penyisihan penghapusan akiva produktif dan investasi subordinasi. M tier 3 merupakan modal pelengkap tambahan seperti modal pelengkap yang tidak digunakan untuk resiko penyaluran dana. Sedangkan penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. Semakin besar rasio KPMM maka semakin baik pula kinerja yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan bahwa rasio ini juga menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu

meng-cover dirinya dari resiko kerugian gagal bayar dari pembiayaan yang disalurkan yang akan berdampak pada modal bank yang bersangkutan. 2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (ASSET) Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio utama dalam menghitung kinerja asset bank Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam bentuk rupiah atau dalam valuta asing atau dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas asset dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Formula atau rumus yang digunakan untuk menghitung kualitas aktiva produktif (KAP) adalah: APYD merupakan aktiva produktif yang diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M). Semakin tinggi rasio ini maka kinerja kualitas aktiva produktif bank semakin baik dan semakin rendah rasio ini mengindikasikan bahwa kurang mampunya bank dalam mengelola aktiva produktif dengan baik.

3. Rasio Rentabilitas (EARNING) Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Operating Margin (NOM) sebagai rasio utama dengan formula perhitungannya adalah: PO merupakan singkatan dari pendapatan operasional bank dan DBH merupakan singkatan dari dana bagi hasil. Sedangkan BO merupakan singkatan dari beban operasional. Selain itu penulis juga menggunakan beberapa rasio penunjang yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Rasio Efisiensi Operasional (REO), dimana rasio-rasio tersebut akan saling mendukung dan melengkapi. Rumus untuk masing-masing rasio adalah: Rasio REO di atas apabila dilihat lebih seksama maka terlihat memiliki rumus yang sama dengan rumus BOPO sehingga dapat dikatakan bahwa

rasio ini juga merupakan rasio BOPO. Penggunaan rasio ini juga berfungsi sebagai alat mengukur efisiensi bank dalam menekan biaya dan menghasilkan laba. Singkatan REO akan tetap penulis gunakan karena mengacu kepada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007. 4. Rasio Likuiditas (LIQUIDITY) Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya serta untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi kewajiban utang lancarnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa adanya penangguhan. Ada banyak jenis rasio yang dapat digunakan dalam di dalam rasio likuiditas seperti misalnya rasio cepat (quick ratio), rasio lancar (current ratio), dan perhitungan modal kerja. Menurut Warren, Reeve, Fess (2006) rasio lancar dan rasio cepat adalah yang paling berguna apabila dianalisis secara bersamaan serta dibandingkan dengan periode sebelumnya dan dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam industri sejenis. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Short Term Mismatch (STM) sebagai rasio utama dengan rumus: Apabila dilihat secara seksama maka akan terlihat bahwa rasio STM memiliki formula yang sama dengan rasio yang biasa kita kenal yaitu

current ratio dimana rasio ini biasa digunakan dan secara khusus diperhatikan oleh para kreditor jangka pendek. Dunia perbankan merupakan lembaga keuangan dimana lebih banyak menggunakan komponen likuid (cair) yaitu uang dalam operasionalnya, komponen likuid ini lebih banyak didanai melalui dana pihak ketiga (DPK) nasabah dalam bentuk pembiayaan sehingga pemenuhan rasio lancar sangat berperan penting bagi perbankan dan juga sangat penting untuk pengambilan keputusan manajer di masa yang akan datang. Tabel 2.1 akan menampilkan kriteria setiap perhitungan dari setiap rasio yang digunakan berdasarkan setiap aspek yang dinilai meliputi aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity. Setiap kriteria yang diperoleh akan menggambarkan kondisi dari setiap kinerja keuangan bank sesuai dengan aspek-aspeknya masing-masing melalui peringkat yang diperolehnya. Kriteria-kriteria dari setiap aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity Capital, Asset, Earning, dan Liquidity tersebut akan dijelaskan pada bab ketiga dimana kriteria ini bersumber dari Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

No. Aspek Komponen rasio Tabel 2.1 : Kriteria penetapan peringkat Peingkat 1 2 3 4 5 1. Capital KPMM KPMM 12% 9% KPMM< 12% 8% KPMM<9% 6%<KPMM<8% KPMM 6% 2. Asset KAP KAP>0,99 0,96<KAP 0,99 0,93<KAP 0,96 0,90<KAP 0,93 KAP 0,90 3. Earning NOM NOM>3% 2%<NOM 3% 1,5%<NOM 2% 1%<NOM 1,5% NOM 1% ROA ROA>1,5% 1,25%<ROA 1,5% 0,5%<ROA 1,25% 0%<ROA 0,5% ROA 0% ROE - - - - - REO REO 83% 83%<REO 87% 85%<REO 87% 87%<REO 89% REO>89% 4. Liquidity STM STM>25% 29%<STM 25% 15%<STM 20% 10%<STM 15% STM 10% Sumber : Lampiran Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Bank Secara umum, laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang berkaitan erat dengan akuntansi. Setiap perusahaan atau organisasi harus membuat laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban pengelola atau manajemen sehingga dapat diambil keputusan-keputusan yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Djarwanto (2004:5) menuturkan pengertian laporan keuangan sebagai berikut. laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolonggolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan panafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Seperti halnya perusahaan pada umumnya maka bank syariah juga harus menyajikan laporan keuangannya untuk kepentingan para pengambil keputusan. Akan tetapi laporan keuangan bank sedikit berbeda dengan perusahaan lain pada umumnya, hal ini dikarenakan bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang membutuhkan laporan keuangan yang khusus selain laporan keuangan pada umumnya, agar informasi yang diberikan lebih terperinci. 2. Jenis laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank syariah tidak terlalu berbeda dengan laporan keuangan bank pada umumnya, hanya terdapat beberapa penambahan laporan

keuangan. Dijelaskan di dalam bukunya Nurhayati (2009) mengatakan bahwa laporan keuangan entitas syariah terdiri atas: a. posisi keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan di masa yang akan datang. b. informasi kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. c. informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. d. informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial Entitas Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan. e. catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas. Informasi tentang segmen industri dan geografi serta perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan. Di dalam PSAK 101 paragraf 11 juga disebutkan laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. neraca; b. laporan laba rugi; c. laporan arus kas; d. laporan perubahan ekuitas; e. laporan sumber dan penggunaan dana zakat; f. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; g. catatan atas laporan keuangan.

C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Setelah perusahaan selesai membuat laporan keuangan maka setelah itu tahap selanjutnya adalah menganalisis laporan keuangan tersebut baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal. Data keuangan perlu disusun dan disederhanakan kemudian dianalisis dan ditafsirkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian pada perusahaan yang bersangkutan. Menurut Djarwanto (2004:59) analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan dari analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Adapun tujuannya Menurut Djarwanto (2004:3) dapat ditinjau dari pihak yang berkepentingan seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut. a. Pimpinan Perusahaan dengan mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu yang lalu maupun waktu sekarang.

b. Pemilik Perusahaan dari analisis laporan keuangan pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaannya. Oleh karena hasil-hasil, stabilitas, serta kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada cara kerja atau efisiensi manajemennya, maka jika hasil yang dicapai oleh manajemen tidak memuaskan, maka para pemilik dapat menentukan sikap, misalnya mengganti manajemennya atau menjual sahamsahamnya. c. Para kreditur mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), stabilitas, dan profitabilitas dari perusahaan, sebelum mereka memutuskan untuk memberi atau memperluas kreditnya. d. Investor investor memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan. 3. Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu operasinya selama beberapa periode yang lalu. Alat analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Berdasarkan sumber datanya, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu a. rasio-rasio neraca (balamce sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar, rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang, dan lain sebagainnya. b. rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba

bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjalan neto, operating ratio, dan lain sebagainya. c. rasio-rasio antar laporan keuangan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan ratarata dan lain sebagainya (Djarwanto, 2004: 146) D. Sistem Operasional Bank Syariah Secara umum sistem operasional bank syariah hampir tidak memiliki perbedaan dengan bank umum konvensional yakni menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang menyalurkan dana. Hanya saja yang membedakannya adalah pada landasan operasional dan beberapa mekanisme produk yang harus berdasarkan syariat Islam. Sigit dan Totok (2008:156) mengatakan: Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Rizal Yahya, Martawireja, Abdurahim (2009:57) dalam bukunya sistem opersional bank umum syariah adalah sebagai berikut : 1. sistem opersional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema investasi maupu skema titpan. Dalam penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau biasa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai penerima titipan, 2. dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada berbagai pihak, antara lain mitra investasi, pengelola investasi,

pembeli barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa, 3. dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan, 4. pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan kepada nasabah pemilik dan atau penitip dana. Penyaluran dana kepada pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati. Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersifat sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah bonus, 5. selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan lain sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi. Selain itu, bank syariah juga diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq, sadakah). Operasional perbankan yang berdasarkan prinsip syariah ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bermuamalah yang bebas dari praktik yang diharamkan Islam terutama praktik riba. Praktik dan sistem muamalah Islam diaplikasikan dalam setiap operasional dan produkproduk perbankan. Produk-produk perbankan syariah dibuat sedemikian rupa sehingga bagi masyarakat non-muslim juga dapat menggunakan jasa perbankan syariah.

Menyalurkan pendapatan Bagi hasil / bonus menerima pendapatan bagi hasil, margin, fee NASABAH PEMILIK DAN PENITIP DANA Penghimp unan dana BANK SYARIAH Sbg pengelola dana/ penerima dana titipan Sbg pemilik dana/ penjual/ pemberi sewa Penya lur dana - Nasabah mitra, pengelola investasi, pembeli, penyewa - Instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan Sebagai penyedia jasa keuangan Penye diaan dana Jasa administrasi tabungan, ATM, Transfer,kliri ng, L/C, bank garansi, transakai valas Gambar 2.1 : Sistem Operasional Bank Syariah Sumber : Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawireja, Rahim Abdurahim Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer (2009) E. Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan jenis perbankan yang unik baik dalam landasan operasional maupun dalam hal produk-pruduk yang ditawarkan kepada para nasabah. Menurut beberapa kajian teoritis, bank syariah dinilai lebih fleksibel dan

stabil bila dibandingkan dengan bank konvensional karena bank syariah dinilai tidak tergantung pada fluktuasi bunga walaupun masih dalam hal perdebatan para ahli. Berbeda dengan bank konvensional bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai pendapatan utama bank melainkan dengan prinsip bagi hasil yang sesuai syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah, dalam setiap opersionalnya haruslah berdasarkan prinsip syariah Islam yang mana prinsip bunga yang biasa dilakukan oleh bank konvensional adalah haram dan tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam. Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, telah disebutkan di dalam pasal 1 bahwa perbankan syariah adalah: segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Lebih lanjut di dalam UU No. 21 tahun 2008 disebutkan pengertian mengenai bank syariah : Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam perkembangannya bank konvensional dapat membuka cabang dengan membuka unit usaha syariah yang berbeda dengan bank konvensional yang dikenal dengan unit usaha syariah. Unit usaha syariah ini merupakan sebutan bagi bank konvensional yang menerapkan dual banking system yakni dalam penerapan sistem perbankan syariah bank yang bersangkutan juga membuka perbankan yang berprinsip konvensional. Artinya bank konvensional tersebut memiliki anak perusahaan yang

menerapkan prinsip syariah dalam operasionalnya tanpa merubah prinsip operasional bank induknya dimana pada akhir periode laporan keuangan anak perusahaan tersebut akan dikonsolidasikan dengan laporan bank induk. F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian SUMARTI (2007) ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI DI JAKARTA Kesehatan Bank, Capital, Assets, Earning, dan Liquidity Selama 2004-2006 nilai CAR, KAP, PPAP dan BOPO BSM dikatakan sehat, namun untuk ROA selama 2005-2006 telihat kurang sehat, Nilai cash ratio pada tahun 2004 dan 2005 dapat dikatakan sehat, sedangkan tahun 2006 dikatakan kurang sehat, untuk LDR pada tahun 2004, 2005, dan 2006 sebesar 92,50%, 83,09%, dan 94,38% 94,75%, sehingga dikatakan sehat. ISNA RAHMAWATI (2008) ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA Periode 1999-2001 Rasio keuangan, PT. Bank Syari ah Mandiri, PT. Bank Rakyat Indonesia. PT. Bank Syari ah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien. Namun selama periode 2000-2001 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien. PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Namun, PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000 tergolong sebagai bank umum likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi cukup efisien. Dan pada 2001 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien.

Penelitian ini lebih merujuk kepada penelitian Isna (2008) dimana penelitian tersebut dilakukan dengan teknik analisis laporan keuangan komperatif atau perbandingan. Akan tetapi hal yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian Isna adalah penulis menggunakan peraturan yang baru tentang bank syariah yakni penilaian tingkat kesehatan bank melalui peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007. Selain itu hal lain yang membedakan adalah perusahaan yang menjadi pembanding adalah perusahaan Bank Muamalat Indonesia dan bukan Bank Rakyat Indonesia selaku bank konvensional. Sedangkan dalam penelitian Sumarti (2007) hanya mengunakan satu perusahaan saja sebagai objek penelitian dan bukan merupakan penelitian perbandingan.