Menumbuhkan Kemandirian Anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. meilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi apapun. Kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian anak dalam melakukan aktivitas merupakan bagian yang teramat penting dalam upaya mendidik

BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas

Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB. No Komponen Kegiatan Indikator

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu

KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi di Taman Kanak-kanak Tauladan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri)

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui pendidikan. Banyak sekarang kita lihat bahwa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk program

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI RA MUSLIMAT NU PAKISPUTIH

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ketidakmandirian dan ketergantungan disiplin pada kontrol luar

MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA WAYANG

PENGASUHAN ANAK DALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI

METODE DAN TEKNIK MENGAJARKAN BUDAYA ANTRI PADA ANAK USIA DINI

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN Oleh: Heny Djoehaeni, S.Pd.,M.Si.

IMPLEMENTASI MUATAN KARAKTER MELALUI BELAJAR DAN BERMAIN DI TK

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA DEPARTEMEN SOSIAL RI

PAUD yang Selaras dengan Prinsip Tumbuh Kembang Anak. Nurul Malika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) merupakan pendidikan yang paling

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

BIDANG PENGEMBANGAN PEMBIASAAN

SERI BACAAN ORANG TUA

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemandirian yang dimiliki oleh setiap manusia berawal dari masa anak anak. Proses

PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang

Adab Makan dan Minum. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aspek Akhlak

ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) Dra. Mimin Casmini, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

CHILD DEVELOPMENT. Presented by: Lius Iman Santoso C., SE., B.Ed, M.Pd

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA- SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

DESKRIPSI PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B DI TK ASYIYAH BUSTANUL ATFAL HUIDU UTARA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. tua dan lingkungan menyebabkan anak kehilangan potensi-potensi tersebut. Padahal

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) Mata Kuliah PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE CERITA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK A TK PUTRA BANGSA BERDIKARI KECAMATAN PALOLO

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bermunculan pendidikan pra sekolah yang menyediakan pelayanan untuk anak

PENGEMBANGAN EMPATI ANAK USIA DINI MELALUI MENDONGENG DI TAMAN KANAK-KANAK ASYIYAH PARIAMAN

DISIPLIN PADA ANAK SERI BACAAN ORANG TUA

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melati Br. Tarigan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

MASA KANAK-KANAK AWAL

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Menumbuhkan Kemandirian Anak Oleh: Nur Hayati, M.Pd Dosen PGPAUD UNY Sikap mandiri, sopan santun, baik kepada orang sebaya maupun kepada orang tua, sabar, mengendalikan emosi, menunjukkan kepedulian terhadan sesama dan lingkungan merupaka perilaku yang bisa dibentuk pada seseorang sejak usia dini. Sesuai dengan tahap perkembangan psikososialnya (Erikson, dalam Patmonodewo:2003), anak usia KB memasuki tahap: 1. Tahap 1 : Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga. 2. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu. a. Kasus, proses dan metode pembelajaran yang dapat digunakan agar anak usia dini dipersiapkan bisa diterima sebagai anggota masyarakat: Contoh kasus 1 adalah: Anak usia dini mulai dapat mengurus dirinya sendiri. Namun masih banyak ditemukan beberapa anak SD kelas awal masih dimandikan orang tuanya, makan juga masih disuapi dan

belum terampil mengurus dirinya sendiri. Oleh karena itu sejak usia dini anak sudah mulai dibiasakan untuk dapat mandiri mengurus dirinya dimulai dari hal-hal yang ringan, seperti mencuci tangan, menyisir rambut, mandi, memakai baju sendiri dan sebagainya. Metode pembelajaran yang dilakukan adalah: Metode Penguatan Kelompok (Group Reinforcement) Penguatan kelompok merupakan referensi yang diberikan oleh kelompoknya (peer) khususnya pada anak usia dini. Jenis fererensi ini penting karena mereka sangat mengacu kepada kelompok sebaya (peers). Metode ini pada umumnya digunakan untuk menjelaskan kepada anak yang ikut belajar terstruktur tentang apa yang hendak dicapai. Cara pembelajaran ulang (reinstruction) dapat digunakan pula untuk memperjelas perilaku apa yang akan dibentuk. Penguatan kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan pemodelan (modeling) yaitu memberikan contoh perilaku apa yang diharapkan atau dengan perkataan lain belajar melalui imitasi (peniruan). Contoh kegiatan pembelajaran: Kegiatan : Makan bersama Sasaran : Siswa Kelompok Bermain Metode : Modeling dengan praktik langsung di kelas Tujuan : Melatih anak bekerja sama Melatih anak makan sendiri dengan tertib Alat dan Bahan : Alat untuk makan (piring, sendok, garpu, gelas) Makanan (nasi, sayur, lauk dan buah) Minuman Serbet

Langkah-langkah kegiatan: Langkah 1: Guru memerintahkan anak mengeluarkan bekal makanannya masing-masing. Kemudian guru bersama anakanak mencuci tangan sebelum makan Langkah 4: Anak mencuci tangan sesudah makan dan membereskan perlengkapan makannya dan berdoa setelah makan. Langkah 2: Guru dan anak-anak duduk didepan meja dengan sikap makan yang baik serta berdoa sebelum makan mengikuti satu persatu aturan permainan secara bergiliran Langkah 3: Anak-anak memasang serbet kemudian makan dengan menggunakan sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri. Anak saling berbagi lauk dengan teman apabila ada yang lauknya berlebihan Metode pembelajaran tersebut dapat melatih anak untuk mandiri dan mengurus dirinya sendiri. Jika guru membiasakan anak melakukan ritual makan sendiri mulai dari mencuci tangan sendiri sebelum makan sampai berdoa sesudah makan dan cuci tangan lagi lama-lama anak akan terbiasa melakukannyanya meskipun tidak disuruh orang lain. Kemampuan mengurus dirinya sendiri tersebut merupakan proses pembelajaran dan perlahan-lahan menjadikan anak siap bergaul di masyarakat dalam perkembangan selanjutnya. b. Contoh Kasus 2. Anak Usia Dini yang bersekolah dikelompok bermain atau TK masih memiliki ego yang tinggi dan belum mengetahui nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Pembelajaran sosial yang dibutuhkan anak usia dini agar bisa berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya adalah:

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menanamkan pembiasaan pada anak. Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang paling tepat bagi anak usia dini karena terjadi proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis karena dilakukan berulang-ulang. Dalam pembiasaan tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam anak cukup menggunakan fungsi berpikir dengan mengingat atau meniru saja. Dalam pembiasaan bukan hasil proses kematangan tetapi sebagai akibat dari hasil pengalaman atau belajar. Untuk menanamkan pembiasaan terhadap anak usia Kelompok Bermain, yaitu usia 2-3 tahun sebaiknya dilakukan secara fleksibel dan dapat dilaksanakan secara rutin, spontan dan terprogram. Contoh kegiatan pembiasaan: mengucap salam ketika masuk rumah atau ketika bertemu teman, berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, menjaga kebersihan pakaian dan lingkungan disekitarnya, tolong menolong sesama teman, berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan, berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, dan lain sebagainya. 1) Proses pembelajaran penegakan disiplin agar sistem kontrol eksternal bisa berubah menjadi sistem kontrol internal adalah sebagai berikut: Perilaku disiplin adalah kemampuan seorang anak untuk menyeimbangkan antara pola pikir dan pola tindakan dikarenakan adanya situasi dan kondisi tertentu dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan dimana individu berada. Proses penegakan perilku disiplin pada anak dimulai dari proses imitasi kemudian identifikasi dan akhirnya menjadi proses internalisasi.

Proses imitasi adalah proses peniruan terhadap tingkah laku sikap serta cara pandang orang dewasa (model) dalam aktivitas yang dilihat anak. Proses identifikasi merupakan proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang yang didasarkan pada orang tersebut untuk menjadi seperti individu lain yang dikaguminya. Atau dengan perkataan lain proses menjadi menyamakan tingah laku sosial orang yang berada disekitarnya sesuai dengan perannya kelak di masyarakat. Proses internalisasi berupa proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Atau relatif mantap dan menetapnya suatu nilai-nilai sosial pada diri seseorang sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dan menjadi milik orang tersebut. Contoh: Untuk mengajarkan anak agar disiplin ketika membereskan mainan setelah bermain. Ketika di sekolah, sebelum anak-anak bermain sebaiknya guru menjelaskan dahulu aturan menggunakan mainan, mulai dari mengambil pada tempatnya dan mengembalikan ke tempat semula. Langkah pertama Guru memberikan contoh mengambil mainan pada tempat mainan, kemudian guru mengajak anak untuk mengambil mainan yang disukainya dan anak-anak mengikuti apa yang dilakukan guru. Langkah kedua, setelah menggunakan satu mainan dan ingin berganti dengan mainan lainnya guru memberi contoh mengembalikan mainan pertama pada tempat semula dan mengambil mainan baru lagi. Langkah ketiga, kemudian anak diminta melakukan hal yang sama apabila ingin berganti mainan baru sambil guru menjelaskan agar mainan tidak terpakai tercecer dan kita tidak lupa tempatnya. Langkah keempat, setelah waktu bermain habis maka guru mengembalikan semua mainan pada tempatnya sesuai dengan

tempat semula. Anak-anakpun diminta untuk mengembalikan semua mainannya pada tempat semula dengan tertib tanpa berebutan. Langkah kelima, jika ada anak yang tidak mau mengembalikan mainannya, maka guru harus mengarahkan dengan perlahan agar anak mau mengembalikan mainannya pada tempatnya. Hal tersebut perlu dilakukan agar anak yang lain tidak meniru anak yang tidak disiplin tersebut. Dengan demikian semua anak akan paham bahwa setelah bermain maka harus membereskan mainannya dan mengembalikan mainan pada tempatnya semula. Kebiasaan mengembalikan mainan pada tempatnya selalu rutin ditanamkan guru, maka anak akan terbiasa membereskan mainan yang telah digunakannya dimanapun dia bermain, baik di sekolah, di rumahnya atau di rumah orang lain. Dengan demikian, anak akan terbiasa disiplin saat bermain. Daftar Pustaka Soemiarti Patmonodewo. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2006. Pembiasaan Perilaku Sosial, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasonal