BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesenjangan ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

SPATIAL AUTOCORRELATION UNTUK DETEKSI DATA KEWILAYAHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TENGAH 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

STRATEGI PENURUNAN AKI di JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

BAB V PENUTUP. Belanja Daerahnya juga semakin tinggi. Belanja Daerahnya juga semakin tinggi. Belanja Daerahnya juga semakin tinggi.

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

GUBERNUR JAWA TENGAH


I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

MANAJEMEN RISIKO BUDIDAYA AYAM BROILER DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

I Peternakan Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

KAJIAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KARANG ANYAR: MEMBANDINGKAN ANTARA POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

LAPORAN PENELITIAN: Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan budidaya peternakan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasaran. Salah satu komoditas unggulan di sub sektor peternakan yang dapat dikembangkan adalah budidaya ayam broiler. Budidaya ayam broiler merupakan salah satu budidaya peternakan unggas yang memiliki populasi terbesar di Jawa Tengah yang dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Populasi Unggas di Jawa Tengah Tahun 2010-2014 No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 1 Ayam 36.908.672 38.296.383 40.868.263 39.313.232 40.753.808 Kampung 2 Ayam Ras Petelur 17.712.776 19.395.051 19.881.430 21.630,154 20.293.547 3 Ayam Broiler 64.332.799 66.239.700 76.906.291 103.964.760 108.195.894 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa populasi ayam broiler terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 4 tahun hingga mencapai 108.195.894 ekor pada tahun 2014. Peningkatan populasi ayam broiler akan memberikan jalan kepada peternak untuk mengembangkan budidaya ayam broiler karena ayam broiler memiliki umur budidaya lebih cepat dari pada ayam kampung maupun ayam petelur. Umur budidaya ayam kampung hingga panen 60 hari atau 2 bulan dan umur budidaya ayam petelur hingga afkir 88 1

2 minggu atau 2 tahun. Sehingga dengan kegiatan mengembangkan budidaya dapat mempengaruhi meningkatnya konsumsi ayam broiler dikalangan masyarakat. Salah satu kabupaten yang memiliki populasi ayam broiler yang cukup besar adalah Kabupaten Boyolali. sehingga dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Populasi Ayam Broiler Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 No Kabupaten / Kota Populasi Ayam Broiler (Ekor) 1. Kab. Cilacap 3.726.282 2. Kab. Banyumas 7.065.168 3. Kab.Purbalingga 3.470.585 4. Kab. Banjarnegara 4.516.400 5. Kab.Kebumen 2.145.900 6. Kab.Purworejo 2.556.940 7. Kab. Wonosobo 1.880.073 8. Kab.Magelang 1.439.562 9. Kab.Boyolali 1.294.580 10. Kab.Klaten 1.866.432 11. Kab.Sukoharjo 2.347.130 12. Kab.Wonogiri 2.343.544 13. Kab. Karanganyar 5.296.550 14. Kab. Sragen 4.235.988 15. Kab. Grobogan 1.216.469 16. Kab.Blora 1.655.461 17. Kab.Rembang 366.500 18. Kab.Pati 1.123.274 19. Kab.Kudus 5.250.500 20. Kab. Jepara 501.244 21. Kab.Demak 7.519.800 22. Kab. Semarang 7.501.700 23. Kab. Temanggung 852.000 24. Kab.Kendal 8.190.231 25. Kab.Batang 10.361.585 26. Kab.Pekalongan 4.959.501 27. Kab.Pemalang 775.500 28. Kab.Tegal 5.226.667 29. Kab.Brebes 6.951.000 30. Kab. Magelang 263.100 31. KotaSurakarta 6.500 32. Kota Salatiga 180.000 33. Kota Semarang 1.016.945 34. Kota Pekalongan 14.783 35. Kota Tegal 78.000 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Pada Tabel 2 dapat terlihat bahwa Kabupaten Boyolali memiliki populasi ayam ras broiler yang cukup berkembang dibandingkan persaingan

3 dengan kabupaten / kota lainnya yang berada di Jawa Tengah. Sehingga Kabupaten Boyolali memiliki potensi cukup besar untuk mengembangkan usaha ayam ras broiler dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2014 No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 1 Ayam Buras 1.008.958 1.408.040 1.852.756 1.742.756 725.768 2 Ayam Ras 789.913 1.363.414 1.929.302 2.050.257 1.038.513 Petelur 3 Ayam broiler 837.026 2.634.948 2.913.350 3.084.291 1.460.420 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2015 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 4 tahun terdapat peningkatan yang fluktuatif dari populasi ayam broiler di Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali merupakan sentra ayam broiler yang berpotensi sehingga banyak peternak yang ingin mengembangkan budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali tersebut. Hampir sebagian besar kecamatan yang berada di Kabupaten Boyolali mengembangkan budidaya ayam broiler. Perkembangan peternak untuk melakukan budidaya ayam broiler ini dikarenakan peternak bisa bekerjasama dengan mitra. Pola kemitraan ini dapat dijadikan solusi oleh peternak karena untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh peternak. Program kemitraan ini juga dapat meningkatkan produksi ternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali. Peternak bekerjasama dengan mitra hanya menyiapkan kandang untuk budidaya ayam broiler sehingga input yang dibutuhkan dalam budidaya ayam broiler ini sudah disediakan oleh mitra yang bekerjasama dengan peternak. Input yang disediakan oleh mitra berupa Day Old Chick (DOC), pakan ayam, vaksinasi, dan obat-obatan sehingga peternak dapat melakukan proses budidaya ayam broiler. Setiap proses produksi ayam broiler, peternak harus selalu mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya. Pada umumnya risiko yang ditanggung oleh peternak yaitu risiko produksi. Risiko produksi

4 disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensistas serangan penyakit dan faktor faktor yang berada di luar kontrol peternak (Hernanto, 1993). Oleh karena itu peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali harus mempertahankan populasi ayam broiler agar lebih meningkat. Menurut Dinas Peternakan, peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali ini terdiri dari peternakan skala kecil dan skala besar yaitu skala kecil < 15.000 ekor sedangkan kriteria peternak ayam broiler skala besar > 15.000 ekor. Kematian ayam semasa dalam pemeliharaan sebenarnya adalah sebuah risiko yang terjadi dalam peternakan ayam broiler. Namun, setiap peternak akan berupaya untuk menekan seminimal mungkin angka mortalitas atau angka kematian pada ayam yang dipeliharanya. Menurut Divisi Peternakan di Kabupaten Boyolali angka mortalitas yang masih dianggap wajar adalah pada angka 3-5%. Solusinya untuk menekan angka mortalitas antara lain adalah menjalankan pengelolaan secara baik; menggunakan bibit yang bagus; memberikan ransum yang berkualitas dan dalam jumlah yang memadai; hingga pemberian vaksin maupun obat-obatan sesuai dosis yang dibutuhkan. Apabila pada suatu peternakan sampai terjadi angka mortalitas yang cukup tinggi, 30-40% sehingga dapat menimbulkan suatu kerugian dalam budidaya. Hal ini memberikan petunjuk bahwa budidaya ayam broiler belum berhasil. Menurut Fauziyah et.al (2012) keberhasilan peternak dalam memproduksi ayam broiler bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik (DOC) dan lingkungan yang dapat menyebabkan kematian dan kerugian dalam budidaya ayam broiler. Menurut penyuluh peternakan di Kabupaten Boyolali, apabila dalam proses produksi tidak memperhatikan faktor tersebut maka kemungkinan akan mengalami penurunan produksi. Genetik dan lingkungan merupakan pengaruh utama dalam produksi. Genetik yang berarti bibit atau Day Old Chick (DOC) dapat dipengaruhi oleh grade dan ukuran. Day Old Chick (DOC) ini juga dapat dilihat dengan keadaan Day Old Chick (DOC) yang baik maupun tidak baik. Day Old Chick (DOC) yang baik yaitu terutama pada daerah pembibitan yang terkenal, Day Old Chick (DOC) memiliki berat badan 35 gram 40 gram, dan keadaan Day Old

5 Chick (DOC) tidak cacat, warna cerah, tidak lemas, warna putih kekuningkuningan serta kaki yang kuning cerah. Lingkungan dapat dipengaruhi seperti air, udara dan pakan. Akan tetapi lingkungan dapat berpengaruh negatif dengan penyebaran penyakit dan virus yang menjadi risiko dalam melakukan budidaya ayam broiler. Terutama pada penyakit flu burung pada ayam broiler dapat menyebabkan mortalitas dan kerugian dalam produksi ayam broiler. Menurut penyuluh peternakan di Kabupaten Boyolali, penyakit flu burung atau AI (Avian Influenza) menyebabkan mortalitas ayam broiler sebesar 50%-70%, sehingga perlu penanggulangan sebelum adanya penyakit flu burung dengan cara di vaksin. Vaksin penyakit flu burung pada ayam broiler dilakukan pada umur 5 7 hari. AI (Avian Influenza) atau flu burung merupakan serangan pada ayam yang mempunyai kelembaban yang tinggi atau pada musim penghujan sehingga akan memudahkan virus berkembang, akan tetapi flu burung atau AI (Avian Influenza) tidak akan berkembang pada musim kemarau. Sehingga permasalahan permasalahan diatas yang dihadapi oleh peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali menjadi beberapa risiko dalam produksinya. Oleh karena itu perlu adanya manajemen risiko untuk mengurangi risiko produksi. B. Perumusan Masalah Banyaknya risiko dalam budidaya budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali ini dapat mengakibatkan kematian dan kerugian. Kematian dan kerugian itu merupakan permasalahan dalam budidaya ayam broiler yang dialami oleh peternak. Permasalahan agar dapat berkurang perlu adanya solusi yang baik, sehingga permasalahan tersebut tidak menyebabkan kematian dan kerugian yang tinggi. Penyebab terjadinya kematian dan kerugian yang tinggi dapat disebabkan oleh faktor input dan proses produksinya. Oleh karena itu dalam mengembangkan dan menjaga produktivitas ayam broiler di Kabupaten Boyolali diperlukan manajemen yang baik untuk melakukan budidaya salah satunya dengan manajemen risiko. Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan penelitian yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

6 1. Bagaimana risiko dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali? 2. Apakah risiko produksi dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali yang berpeluang mengalami kerugian? 3. Bagaimana manajemen risiko produksi budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui risiko dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mengetahui risiko produksi dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali yang berpeluang kerugian. 3. Untuk menganalisis manajemen risiko produksi budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, manfaat dari penelitian adalah sebagi berikut : 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang budidayatani ayam broiler, sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Peternak Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan budidaya ternak ayam broiler. 3. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan referensi dan informasi bagi kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama.

7 4. Bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan guna menentukan kebijakan di sektor pertanian khusunya masalah yang berhubungan dengan ayam broiler.