PERBANDINGAN RUMUS-RUMUS EMPIRIS DALAM PENDUGAAN VOLUME DOLOK KERUING (Dipterocarpus spp.)

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON DIPTEROCARPUS CONFERTUS V. SLOOTEN DI WAHAU KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENGUKURAN KAYU

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Abstract. Pendahuluan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor ) Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL TAPER UNTUK MENDUGA VOLUME BATANG POHON JENIS MATOA (Pometia pinnata Forst.) DI HALMAHERA, MALUKU

TEKNIK MENGHITUNG CEPAT VOLUME PARTAI KAYU BUNDAR ABSTRACT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

MODEL PENDUGAAN ISI POHON JENIS TOREM (Manilkara kanosiensis, H.J. Lam & B.J.D. Meeuse) DI PULAU YAMDENA KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection)

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

PENDUGAAN PARAMETER STATISTIK INDUSTRI 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KRITERIA DAN INDIKATOR MUTU BIBIT TERHADAP PERSEN HIDUP DAN PERTUMBUHAN TIGA JENIS MERANTI MERAH DI AREAL HPH PT. SARI BUMI KUSUMA, KALIMANTAN TENGAH

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TABEL VOLUME BATANG DI BAWAH PANGKAL TAJUK JENIS TENGKAWANG

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

PENGUKURAN LUAS DAUN DENGAN METODE SIMPSON (THE MEASUREMENT OF LEAVES AREA BY SIMPSON METHOD)

EVALUASI UMUR SISA DAN TEBAL OVERLAY STRUKTUR PERKERASAN LENTUR JALAN TOL JAKARTA CIKAMPEK (STUDI KASUS: RUAS CIBITUNG-CIKARANG) TESIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. 4.1 Letak PT. Luas areal. areal kerja PT. PT Suka Jaya. areal Ijin Usaha. Kabupaten

PENDUGAAN PARAMETER STATISTIK INDUSTRI 1

*) Diterima : 23 Mei 2006; Disetujui : 26 Maret 2007 ABSTRACT ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KEAKURATAN PENDUGA RASIO MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI SELURUH STRATA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK STRATIFIKASI

PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk. kedua orang tuaku ibu Menik, bapak Slamet Suseno, ketiga kakakku Ani, Oky dan Pe i

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 7, Nomor 2, Nopember 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII TEKNIK INVENTARISASI

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON Eucalyptus grandis DI HUTAN TANAMAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor. *)Diterima : 23 Pebruari 2009; Disetujui : 05 Mei 2009

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris. Summary

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

Hubungan Rentang Diameter Dengan Angka Bentuk Jenis Kapur (Dryobalanops aromatica) pada Hutan Produksi Terbatas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

KOREKSI DATA HUJAN DASARIAN TRMM DI STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR SEDERHANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( )

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN HUBUNGAN KEMIRINGAN LERENG DENGAN BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KOMPERATIF AKURASI PEMAKAIAN PERSAMAN BENTANGAN PLAT METODE BIDANG NETRAL, KONSTANTA X DAN METODE FAKTOR KOREKSI Y UNTUK PROSES PENEKUKAN PIPA

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla) Lusia Sulo Marimpan *

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

KONDISI W I L A Y A H

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

PENYUSUNAN DAN VALIDASI PERSAMAAN TABEL VOLUME LOKAL POHON MERANTI (Shorea spp.) DI AREAL PT. INTARACAWOOD MANUFACTURING, KALIMANTAN TIMUR.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal REGRESI LINEAR BIVARIAT SIMPEL DAN APLIKASINYA PADA DATA CUACA DI CILACAP

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 BAB I GEOGRAFIS CHAPTER I GEOGRAPHICAL CONDITIONS

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 633 (2002): 1-12 PERBANDINGAN RUMUS-RUMUS EMPIRIS DALAM PENDUGAAN VOLUME DOLOK KERUING (Dipterocarpus spp.) (COMPARISON OF EMPIRICAL FORMULAS IN ESTIMATING THE LOG VOLUME OF KERUING (Dipterocarpus spp.)) Oleh/by : Haruni Krisnawati SUMMARY A database of measurements of 130 logs from keruing trees (Dipterocarpus spp.) in the forest area in Sampit, Central Kalimantan was used to compare the performance of formulas, namely the Newton, Huber, Smalian, Brereton, Bruce, Patterson, and Centroid for estimating the log volume. The aim of this research was to obtain the best empirical formula for estimating the log volume of keruing based on the accuracy and precision. The results indicated that the Centroid formula showed the lowest bias as well as smaller tolerance interval that those of others. From the three formulas which apply measurement of log diameter at each end of the log, namely the large and small end diameters, the Brereton formula was more accurate and precise than that of the Smalian and Bruce. Further, a correlation analysis indicated that there was a significant relationship between the large end diameter and bias in estimating the log volume. Kata kunci (keywords): rumus empiris, volume, keruing (empirical formula, volume, keruing)

I. PENDAHULUAN Dalam pengusahaan hutan yang berazaskan kelestarian hasil kayu, diperlukan informasi mengenai volume kayu yang dapat digunakan secara aktual untuk keperluan industri. Untuk itu diperlukan suatu cara menduga volume dolok yang akurat agar volume kayu yang sebenarnya dapat diduga dengan teliti. Pendugaan volume dolok dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara langsung dan tidak langsung (Husch, 1963). Pendugaan volume dolok secara langsung dengan menggunakan xylometer kurang praktis untuk diterapkan di lapangan, karena xylometer hanya memungkinkan untuk dolok-dolok yang berukuran kecil. Oleh karena itu pendugaan volume dolok biasanya dilakukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan rumus empiris pendugaan volume. Beberapa rumus empiris yang lazim digunakan untuk menduga volume dolok antara lain adalah rumus Smalian, Newton, Huber, dan Brereton (FAO, 1973; Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, telah diperkenalkan rumus-rumus empiris baru, seperti rumus Bruce yang dikembangkan oleh Bruce (1982) dan Max et al. (1985), rumus Centroid yang dikembangkan oleh Wiant et al. (1992), dan rumus Patterson yang dikembangkan oleh Patterson et al. (1993a). Dalam praktek perdagangan kayu bulat, tidak mungkin semua rumus tersebut digunakan. Oleh karena itu perlu dipilih bentuk rumus yang dianggap paling baik dengan melakukan uji coba secara obyektif terhadap berbagai rumus untuk menduga volume dolok secara seksama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rumus empiris yang paling baik dalam pendugaan volume dolok jenis keruing (Dipterocarpus spp.) berdasarkan tingkat keakuratannya dan ketelitiannya. 1

II. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan di areal kerja HPH PT. Inhutani III, Unit Sampit, Kalimantan Tengah. Areal tersebut terletak di kelompok hutan Sungai Mentaya, termasuk dalam wilayah Ranting Dinas Kehutanan Mentaya Hulu, Cabang Dinas Kehutanan Kotawaringin Timur, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut kondisi fisiografi lapangan, hampir seluruh areal penelitian memiliki keadaan lapangan dari datar sampai bergelombang ringan. Sebagian kecil berbentuk bukit dengan kelerengan lapangan antara 25 dan 45%. Ketinggian lapangan dari atas permukaan laut 5 300 m. Tipe iklim di lokasi penelitian termasuk dalam tipe A (menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, 1951), dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.699 mm. Suhu udara rata-rata terendah 22,8 o C dan tertinggi 33,1 o C, dengan kelembaban udara rata-rata 84,7%. Jenis tanah yang ada pada umumnya termasuk dalam satuan tanah Podzolik Merah Kuning dan Latosol dengan jenis batuan induk vulkanik basa menengah, sedimen meocene bawah, sedimen alluvial dan batuan koral. III. BAHAN DAN METODE A. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 dolok jenis keruing (Dipterocarpus spp.). Dolok-dolok tersebut memiliki variasi ukuran baik panjang maupun diameter pangkal, yaitu dari panjang 5 m sampai dengan 15 m dan sebaran diameter pangkal dari 50 cm sampai dengan 150 cm. 2

B. Metode 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara purposive pada dolokdolok tertentu didasarkan pada sebaran ukuran diameter pangkal dan panjangnya. Beberapa dimensi yang diukur adalah: panjang dolok, diameter pangkal, diameter tengah, diameter ujung, diameter pada jarak 120 cm dari pangkal dolok, dan diameter pada titik centroid (diameter diukur pada jarak tertentu dari pangkal dolok yang membagi dolok tersebut menjadi dua bagian dengan volume yang sama). Selain itu untuk penghitungan volume dolok aktual, pada setiap dolok dilakukan pembagian seksi-seksi batang, dimana pada setiap seksi diukur diameter dan panjangnya. Ukuran panjang masing-masing seksi bervariasi tergantung dari keteraturan bentuk seksi batangnya, yaitu mulai dari 0,5 sampai dengan 2 m. 2. Pengolahan Data Pada tahapan ini dilakukan penghitungan volume aktual (volume yang sebenarnya) dan volume dugaan dari setiap dolok. Volume dolok aktual dihitung dengan cara menjumlahkan volume seksi-seksi batang yang membentuknya. Volume setiap seksi batang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : V a = Vs 1 + Vs 2 + Vs 3 + + Vs n (1) Vs = (Bp + Bu)/2 x L (2) dimana, V a = volume dolok aktual (m 3 ) Vs 1,2,3,,n = volume seksi batang ke-1, 2, 3,...n (m 3 ) Bp = bidang dasar pangkal seksi batang (m 2 ) Bu = bidang dasar ujung seksi batang (m 2 ) L = panjang seksi batang (m) 3

Volume dolok dugaan dihitung dengan menggunakan berbagai rumus, yaitu rumus Newton, Huber, Smalian, Brereton, Bruce, Patterson, dan rumus Centroid. Adapun bentuk dari rumus-rumus tersebut adalah : Rumus Newton : V d = (Bp + 4Bt + Bu)/6 x L (3) Rumus Huber : V d = Bt x L (4) Rumus Smalian : V d = (Bp + Bu)/2 x L (5) Rumus Brereton : V d = 0,25π ((dp + du)/2) 2 x L (6) Rumus Bruce : V d = (0,25Bp + 0,75Bu) x L (7) Rumus Patterson : V d = ((Bp + B120)/2 x 4) + ((B120 + Bu)/2 x (L - 4)) (8) Rumus Centroid : V d = (Bu x L) + (1/2 b x L 2 ) + (1/3 c x L 3 ) (9) b = (Bp - Bu - (c x L 2 ))/L (10) c = (Bp - Bc(L/e) - Bu(1-(L/e))) / (L 2 -(L x e)) (11) dimana, V d = volume dolok dugaan (m 3 ) Bp = bidang dasar pangkal dolok (m 2 ) Bt = bidang dasar tengah dolok(m 2 ) Bu = bidang dasar ujung dolok (m 2 ) B120 = bidang dasar pada jarak 120 cm dari pangkal dolok (m 2 ) dp = diameter pangkal dolok (cm) du = diameter ujung dolok (cm) L = panjang dolok (m) Bc = bidang dasar pada titik tengah volume (centroid) yang diukur pada jarak q dari pangkal dolok (m 2 ), dimana, q = L - (((((dp/du) 4 + 1) 0,5-2 0,5 ) / (2 0,5 ((dp/du) 2-1))) x L) (12) e = L q (13) 3. Analisis Data 4

a. Pengujian keakuratan dan ketelitian rumus Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat keakuratan rumus adalah nilai simpangan rata-rata dan pengaruh besarnya bias yang ditimbulkan dalam pendugaan volume. Sedangkan kriteria yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ketelitian rumus adalah lebar interval toleransi atau distribusi dari bias. Menurut Sokal dan Rohlf (1992), keakuratan menunjukkan seberapa dekat suatu nilai terhitung terhadap nilai yang sebenarnya, sedangkan ketelitian menunjukkan seberapa dekat nilai suatu pengukuran dari sejumlah ulangan yang ada. Semakin kecil nilai simpangan rata-ratanya atau nilai bias semakin mendekati nilai 0 (nol), maka hasil pendugaan volume dolok semakin mendekati volume yang sebenarnya, yang berarti rumus penduga volume yang digunakan semakin akurat. Semakin kecil lebar interval toleransinya atau distribusi biasnya mengumpul mendekati nilai nol, berarti rumus yang digunakan semakin teliti. Perhitungan nilai simpangan rata-rata didasarkan pada rumus Bruce (dalam Husch, 1963), yaitu dalam bentuk: SR = dimana: ( Vd Va) Vd N 100% Vd = volume dolok dugaan Va = volume dolok aktual N = jumlah dolok (14) Pengaruh besarnya bias (Vd Va) yang ditimbulkan dalam pendugaan volume dolok dilihat dengan menggunakan uji t. Pendugaan interval toleransi bagi bias dilakukan dengan perhitungan: P B ± t S ( α ) = 1 α, n 1 2 n dimana: P = nilai peluang (15) 5

B = bias rata-rata S = simpangan baku n = jumlah dolok α = 5% b. Pengujian korelasi diameter pangkal dolok dengan bias volume dugaan Pengujian ini dilakukan mengingat data diameter pangkal dolok cukup bervariasi, yaitu dari 50 cm sampai dengan 150 cm. Tujuannya adalah untuk melihat derajat variasi kedua peubah (diameter pangkal dolok dan bias volume dugaan yang dihasilkan) secara bersama-sama atau keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut. Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah nilai koefisien korelasi (r) yang nilainya bervariasi dari -1 melalui 0 hingga +1. Apabila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua peubah tersebut sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali. Sedangkan apabila r = +1 atau mendekati 1, maka korelasi antara kedua peubah dikatakan positif dan sangat kuat. Sebaliknya, bila r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi keduanya dikatakan sangat kuat tetapi negatif. Nilai r diperoleh dengan perhitungan: cov r = var dimana: ( x, y) ( x) var( y) r = koefisien korelasi x = diameter pangkal dolok (cm) y = bias volume dugaan setiap rumus (16) 6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Statistik Data Statistik data yang disusun dari 130 dolok jenis keruing (Dipterocarpus spp.) dengan menggunakan tujuh rumus empiris penduga volume disajikan pada Tabel 1. Tabel (Table) 1. Rata-rata dan simpangan baku volume dugaan dan volume aktual dolok keruing (Mean and standard deviation of the estimated volume and actual volume of keruing logs) Rumus (Formula) Volume rata-rata (m 3 ) (Mean volume) Simpangan baku (Standard deviation) Newton 4,365 1,815 Huber 4,313 1,759 Smalian 4,468 1,941 Brereton 4,443 1,926 Bruce 4,184 1,800 Patterson 4,386 1,832 Centroid 4,353 1,818 Aktual (Actual) 4,334 1,795 Hasil perhitungan volume dolok dugaan dengan menggunakan tujuh rumus empiris penduga volume pada Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum volume dugaan yang dihasilkan oleh ketujuh rumus tidak terlalu jauh berbeda dengan volume aktualnya. Walaupun secara umum ketujuh rumus memberikan hasil pendugaan yang cukup mendekati volume sebenarnya, namun perlu dilakukan pengujian terhadap besarnya bias yang ditimbulkan dan seberapa jauh tingkat ketelitian yang diberikan oleh ketujuh rumus tersebut. Hal ini perlu dilakukan mengingat beberapa rumus memberikan hasil dugaan yang under estimate (seperti rumus Huber dan Bruce) dan rumus-rumus lainnya memberikan hasil dugaan yang over estimate. 7

2. Keakuratan dan Ketelitian Rumus Tingkat keakuratan dan ketelitian rumus seperti ditunjukkan dengan nilai simpangan rata-rata, bias dan interval toleransinya dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel (Table) 2. Simpangan rata-rata, bias dan interval toleransi bias dari tujuh rumus penduga volume dolok (Mean deviation, bias and tolerance intervals of bias of seven formulas in estimating the log volume) Rumus Simpangan rata-rata (%) Bias (m 3 ) Interval toleransi (m 3 ) (Formula) (Mean deviation) (Bias) (Tolerance interval) Newton 1,63 0,030 0,068 Huber 2,57-0,021 0,095 Smalian 3,80 0,134 ** 0,157 Brereton 3,63 0,109 ** 0,146 Bruce 5,40-0,150 ** 0,134 Patterson 3,08 0,053 0,105 Centroid 1,63 0,019 0,060 Keterangan (Remarks) : ** = bias berbeda sangat nyata (bias highly significantly different (p < 0,01)) Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai simpangan rata-rata yang dihasilkan oleh rumus Newton dan Centroid paling kecil dengan nilai yang sama besar, yaitu 1,63%; sedangkan simpangan rata-rata terbesar dihasilkan oleh rumus Bruce, yaitu sebesar 5,40%. Secara umum nilai simpangan rata-rata yang dihasilkan oleh ketujuh rumus relatif kecil (kurang dari 6%), namun demikian dilihat dari nilai biasnya ternyata bias yang dihasilkan oleh rumus Smalian, Brereton dan Bruce berpengaruh nyata terhadap hasil pendugaan volume dolok. Bias rumus Huber dan Bruce yang bernilai negatif menunjukkan bahwa volume dugaan yang dihasilkan cenderung under estimate. Hal ini seperti ditunjukkan dalam Tabel 1, dimana volume dugaan yang dihasilkan oleh kedua rumus cenderung lebih rendah dari volume aktualnya. 8

Apabila dilihat dari lebar interval toleransi dari bias, terlihat bahwa rumus Newton dan Centroid memiliki lebar interval toleransi yang lebih kecil dibandingkan dengan lebar interval toleransi rumus-rumus lainnya. Secara lebih detil distribusi nilai bias yang ditimbulkan oleh ketujuh rumus penduga volume dapat dilihat pada Gambar 1. 3. Korelasi antara Diameter Pangkal Dolok dengan Bias Volume Dugaan Hasil analisis korelasi antara diameter pangkal dolok dengan bias volume dugaan disajikan pada Tabel 3. Tabel (Table) 3. Koefisien korelasi (nilai-r) antara bias dalam pendugaan volume dengan diameter pangkal dolok (Correlation coefficients (r-values) between the bias in estimating volume and log large end diameter) Rumus (Formula) Koefisien korelasi (Correlation coefficient) Newton 0,202 Huber -0,256 Smalian 0,600 Brereton 0,555 Bruce -0,134 Patterson 0,356 Centroid 0,147 Keterangan (Remarks) : Semua nilai-r berbeda nyata dari r = 0 (All r-values were significantly different from zero (p < 0,05) Hasil analisis korelasi (Tabel 3) menunjukkan bahwa antara diameter pangkal dolok dengan bias yang ditimbulkan dalam pendugaan volume dolok keruing terdapat korelasi yang erat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai r yang berbeda nyata dari r = 0 pada semua rumus. Nilai koefisien korelasi (r) yang bernilai negatif, seperti yang dihasilkan oleh rumus Huber dan Bruce menunjukkan bahwa bias atau kesalahan yang timbul dalam pendugaan volume dolok menurun dengan bertambahnya diameter pangkal dolok. Sebaliknya, dengan menggunakan rumus Newton, Smalian, Brereton, 9

Patterson dan Centroid, bias yang ditimbulkan akan meningkat dengan bertambahnya diameter pangkal dolok, seperti ditunjukkan oleh nilai r yang positif. 10

120 Newton 120 Huber 100 100 80 80 60 60 40 40 20 20 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nilai tengah bias (M ean of bias ) Nila i te nga h bia s (M ean of bias ) 120 Smalian 120 Brereton 100 100 80 80 60 60 40 40 20 20 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nilai tengah bias (Mean of bias ) 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nilai tengah bias (Mean of bias ) 120 100 Bruce 120 100 Patterson 80 80 60 60 40 40 20 20 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nilai tengah bias (M ean of bias ) 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nilai tengah bias (M ean of bias ) 120 Centroid 100 80 60 40 20 0-1 -0.8-0.6-0.4-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nila i te ngah bia s (M ean of bias ) Gambar (Figure) 1. Distribusi bias dalam pendugaan volume dolok keruing (Bias distribution in estimating the log volume of keruing) B. Pembahasan 11

Dari ketujuh rumus, ternyata rumus Centroid memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan dengan keenam rumus lainnya, dengan nilai bias yang paling kecil (0,019 m 3 ) dan simpangan rata-rata sebesar 1,63%. Hal ini dikarenakan rumus Centroid menghitung volume dengan menggunakan titik centroid. Titik centroid merupakan titik di sepanjang dolok diukur pada jarak tertentu dari pangkal dolok yang membagi dolok tersebut menjadi dua bagian dengan volume yang sama, dimana titik ini merupakan titik pusat volumenya. Sehingga dengan memperhitungkan diameter pada pangkal dan ujung, serta diameter pada titik centroid dari dolok (seperti yang terlihat pada Persamaan 9) akan dihasilkan volume dugaan yang lebih akurat. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wiant et al. (1992) pada jenis Pinus radiata dan jenis-jenis kayu daun lebar di Australia dan Amerika menunjukkan bahwa volume dolok yang diduga dengan menggunakan rumus Centroid memiliki keakuratan yang sama dengan volume dolok yang diduga dengan rumus Newton. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Patterson et al. (1993b) pada jenis northtern red oak (Quercus rubra), yellow-poplar (Liriodendron tulipifera), dan red pine (Pinus resinosa). Menurut hasil penelitian mereka, rumus yang memberikan keakuratan paling tinggi adalah rumus Centroid dengan nilai rata-rata persentase kesalahan absolut yang paling kecil dibandingkan dengan rumus Newton, Smalian, Huber dan Patterson. Hasil pendugaan volume dolok dengan rumus Newton juga memberikan keakuratan yang cukup tinggi, seperti ditunjukkan oleh simpangan rata-rata yang sama nilainya dengan yang dihasilkan rumus Centroid. Keakuratan yang cukup tinggi ini dikarenakan, rumus Newton menghitung volume dengan menggunakan nilai panjang dolok dan rata-rata luas bidang dasar pada ujung dan pangkal dolok serta posisi tengah dolok. Rumus ini memperhitungkan deviasi pada pangkal dan ujung dolok, seperti bagian pangkal dolok yang melebar dan mengecil pada ujung, dengan melakukan pembobotan yang lebih besar pada luas bidang dasar tengah untuk meminimumkan deviasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumus Newton (Persamaan 3). Menurut Wiant et al. (1992), rumus Newton telah diakui sebagai 12

rumus penduga volume yang akurat untuk semua bentuk-bentuk yang sederhana, seperti silinder, paraboloid, conoid, dan neiloid. Rumus Huber (Persamaan 4), hanya menggunakan luas bidang dasar tengah dan panjang dolok. Rumus ini cenderung mengabaikan bagian pangkal yang melebar, sehingga kesalahan yang terjadi negatif, seperti ditunjukkan oleh rata-rata biasnya yang bernilai negatif dalam Tabel 2. Tingkat keakuratan yang dihasilkan juga cenderung lebih rendah dibandingkan dengan rumus Centroid dan Newton. Namun demikian, masih lebih baik dari rumus Smalian, Brereton, dan Bruce yang menduga volume dari pengukuran diameter pangkal dan ujung dolok. Rumus Smalian dan Brereton, memiliki tingkat keakuratan yang lebih rendah dari rumus-rumus di atas, dengan nilai simpangan rata-rata masing-masing adalah 3,80% dan 3,63%. Hal ini disebabkan kedua rumus tersebut menggunakan asumsi adanya kesamaan taper dari dolok. Rumus Smalian menggunakan hasil rata-rata luas bidang dasar pangkal dan ujung dengan panjang dolok (Persamaan 5), sedangkan rumus Brereton menggunakan rata-rata diameter pangkal dan ujung dengan panjang dolok (Persamaan 6). Kedua rumus tersebut menggunakan asumsi kesamaan taper, sehingga bagian pangkal yang melebar dan bagian ujung yang mengecil diabaikan. Akibatnya, keakuratan yang dihasilkan dalam pendugaan volume dolok cenderung rendah. Menurut Avery (1967), kedua rumus tersebut terutama rumus Smalian, memiliki keakuratan yang lebih rendah dibandingkan dengan rumus Huber dan Newton. Namun demikian, rumus ini banyak digunakan dalam praktek karena cukup praktis dan mudah dalam penerapannya. Rumus yang dikembangkan oleh Patterson et al. (1993a) lebih akurat dari rumus Smalian, Brereton dan Bruce. Hal ini ditunjukkan oleh nilai simpangan ratarata dan biasnya yang lebih rendah, yaitu masing-masing sebesar 3,08% dan 0,053 m 3. Rumus ini meminimumkan deviasi dari bagian pangkal yang melebar dengan membagi dolok tersebut menjadi dua bagian, masing-masing panjangnya 4 feet (1 feet = 120 cm) dan (L 4) feet, seperti ditunjukkan oleh bentuk rumusnya dalam Persamaan 8. 13

Diantara ketujuh rumus, rumus yang memiliki keakuratan paling rendah adalah rumus Bruce (Persamaan 7). Hal ini ditunjukkan oleh simpangan rata-rata dan nilai biasnya yang paling besar, masing-masing 5,40% dan 0,150 m 3. Menurut Williams et al. (1991) dan Patterson et al. (1993b), rumus ini hanya akurat apabila digunakan pada dolok-dolok yang diameternya besar dan pendek, tetapi keakuratannya cenderung akan berkurang bila digunakan pada dolok-dolok yang panjang. Hal ini juga dapat dilihat kembali dari pengaruh atau hubungan antara diameter pangkal dengan bias yang ditimbulkan dalam pendugaan volume (Tabel 3), yang mana pengaruh bias akan menurun dengan bertambahnya diameter pangkal dolok (koefisien korelasi bernilai negatif). Tingkat ketelitian yang paling tinggi dalam pendugaan volume dolok keruing juga diperlihatkan oleh rumus centroid. Hal ini ditunjukkan oleh lebar interval toleransi biasnya yang paling kecil dibandingkan dengan keenam rumus lainnya (Tabel 2). Interval toleransi yang kecil ini memberikan arti bahwa distribusi kesalahan (bias) yang timbul dalam pendugaan volume dolok lebih kecil. Hal ini disebabkan kesalahan (bias) mengelompok di sekitar nilai 0 (seperti ditunjukkan pada Gambar 1). Dari tiga rumus yang hanya menggunakan hasil pengukuran diameter pangkal dan ujung, yaitu rumus Smalian, Brereton, dan Bruce, ternyata rumus Bruce memberikan ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan kedua rumus lainnya. Hal ini dapat dilihat dari lebar interval toleransi biasnya yang cenderung lebih kecil (Tabel 2). Walaupun demikian, rumus Bruce memiliki keakuratan yang tidak lebih baik daripada rumus Smalian dan Brereton (lihat nilai simpangan rata-rata dan biasnya pada Tabel 2). Ini menunjukkan bahwa meskipun distribusi kesalahan dalam pendugaan volume dolok keruing lebih kecil, akan tetapi kesalahan yang dibuat rumus Bruce dalam pendugaan individu dolok mungkin lebih besar. 14

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa suatu rumus empiris penduga volume dolok mungkin lebih akurat tetapi tidak teliti, atau kebalikannya lebih teliti akan tetapi tidak akurat. Oleh karena itu, dalam menentukan rumus penduga volume dolok terbaik paling tidak harus memperhatikan dua hal pokok, yaitu keakuratan dan ketelitiannya. Bias yang dijadikan sebagai kriteria keakuratan menunjukkan kesalahan sistematik dalam pendugaan. Bias yang lebih kecil akan membuat rata-rata nilai dugaan mendekati nilai yang sebenarnya, dan sebaliknya bias yang lebih besar akan membuat rata-rata nilai dugaan menjauhi nilai yang sebenarnya. Interval toleransi menunjukkan ketelitian dalam pendugaan; pendugaan yang lebih teliti akan menutupi nilai-nilai kesalahan sehingga mendekati ke nilai rataratanya. Dalam praktek pengukuran volume dolok di lapangan, selain memperhatikan keakuratan dan ketelitian rumus yang digunakan, hal yang penting pula untuk diperhatikan adalah posisi atau susunan antar dolok, karena mungkin dolok-dolok di lapangan disusun dalam keadaan tertumpuk atau tidak tertumpuk (antar dolok terpisah). Plank dan Cahill (1984) menyatakan bahwa pengukuran diameter tengah dolok seperti yang diperlukan dalam penerapan rumus Huber tidak dapat dilakukan pada dolok-dolok yang tertumpuk. Untuk pendugaan volume dolok yang tertumpuk, dimana pendekatan dengan titik tengah panjang maupun titik tengah volume tidak mungkin dilakukan, dalam contoh penelitian ini rumus Brereton merupakan rumus yang lebih akurat daripada rumus Smalian dan Bruce, meskipun ketelitiannya sedikit lebih rendah daripada rumus Bruce. Rumus Smalian, seperti yang selama ini sering digunakan dalam praktek di lapangan, mungkin akan memberikan keakuratan dan ketelitian yang lebih tinggi jika diameter pangkal diukur pada titik yang representatif, yaitu pada titik dekat pangkal di luar pengaruh dari bagian pangkal batang yang melebar. Untuk kondisi dolok yang tidak tertumpuk, dimana pendekatan dengan titik tengah panjang dan titik tengah volume memungkinkan untuk dilakukan, bagaimanapun, rumus Centroid merupakan rumus yang lebih akurat dan teliti 15

dibandingkan dengan keenam rumus lainnya, seperti telah dibuktikan dalam pendugaan volume dolok keruing dalam penelitian ini. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Rumus Centroid merupakan rumus terbaik untuk menduga volume dolok jenis keruing dengan tingkat keakuratan dan ketelitian paling tinggi. 2. Pada kondisi dolok tertumpuk, rumus Brereton merupakan rumus yang lebih akurat dan teliti untuk menduga volume dolok keruing dibandingkan dengan rumus Smalian dan Bruce. Sedangkan pada kondisi dolok tidak tertumpuk (antar dolok terpisah), rumus yang paling akurat dan teliti untuk menduga volume dolok adalah rumus Centroid. 3. Diameter pangkal dolok jenis keruing memiliki korelasi yang erat dengan bias yang ditimbulkan dalam pendugaan volumenya. B. Saran Dalam pendugaan volume dolok di lapangan, selain harus memperhatikan keakuratan dan ketelitian rumus yang digunakan, sebaiknya perlu memperhatikan pula kondisi atau susunan antar dolok. DAFTAR PUSTAKA Avery, T.E. 1967. Forest Measurement. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New York. Bruce, D. 1982. Butt log volume estimators. Forest Sci. 28 (3) : 489-503. Direktorat Jenderal Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta. FAO. 1973. Manual of Forest Inventory with Species Reference to Mixed Tropical Forest. Food and Agricultural Organization of the United Nation, Rome. 16

Husch, B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. The Ronald Press Co., New York. Max, T.A., J. M. Cahill, and T.A. Snellgrove. 1985. Validation of a butt log volume estimator for Douglas-fir. Forest Sci. 31 (1) : 643-646. Patterson, D.W., H.V. Wiant, and G.B. Wood. 1993a. Log-volume estimators the centroid method and standard formulas. J. of Forestry. 91 (8) : 39-41. Patterson, D.W., H.V. Wiant, and G.B. Wood. 1993b. Errors in estimating the volume of butt logs. Forest Prod. J. 43 (3) : 41-44. Plank, M.E. and J.M. Cahill. 1984. Estimating cubic volume of small diameter tree length logs from pendoresa and lodgepole pine. USDA For. Serv. Res. Note. PNW-417. Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period rations for Indonesia with Western New Guinea. Verhand No. 42. Kementrian Perhubungan, Djawatan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Sokal, R. and F.I. Rohlf. 1992. Pengantar Biostatistika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wiant, H.V., G.B. Wood, and G.M. Furnival. 1992. Estimating log volume using the centroid position. Forest Sci. 38 (10) : 187 191. Williams, J.G., W.H. McNab, and A. Clark, III. 1991. Volume estimators for pond cypress butt logs. USDA For. Serv. Res. Note. SE-361. 17