44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak tersebut mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan masing-masing dan saling berinteraksi satu dengan yang lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada. Dalam hal ini, pihak-pihak tersebut adalah petani/penghasil bahan baku, perusahan agroindustri, pedagang perantara, konsumen, investor, kelompok tani dan gapoktan, koperasi, lembaga penelitian dan perguruan tinggi, lembaga keuangan, dan pemerintah daerah dan pusat. Kebutuhan dari pihak-pihak yang terlibat dapat bersifat menguatkan maupun saling melemahkan. Kondisi ini menjadi permasalahan dalam pengembangan agroindustri pedesaan ke depan. Oleh sebab itu, sistem agroindustri aren perlu untuk dirancang dalam suatu model perencanan pengembangan yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Basis model dalam sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas tiga model utama yaitu: 1) model pengembangan klaster agroindustri aren, 2) model pengembangan teknologi agroindustri aren, dan 3) model kelayakan investasi. Konfigurasi model yang tercakup didalam sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara dipresentasikan pada Gambar 9. Model pengembangan klaster agroindustri aren terdiri atas: a) sub model lokasi pengembangan, b) sub model agroindustri inti, dan c) sub model kelembagaan klaster. Model pengembangan teknologi agroindustri aren terdiri atas: a) sub model produk unggulan, b) sub model kapasitas olah, dan c) sub model penentuan teknologi pengolahan. Sedangkan model kelayakan investasi diukur berdasarkan kinerja finansial usaha agroindustri aren terpilih.
45 Data Model Sistem Manajemen Basis Data 1. Data potensi bahan baku 2. Data lokasi industri, jenis, jumlah dan skala industri, jarak, sarana prasarana, jlh tenaga kerja 3. Rantai kegiatan dari hulu sampai hilir 4. Elemen-elemen tujuan sistem 5. Elemen-elemen kendala sistem 6. Elemen-elemen pelaku sistem 7. Elemen-elemen aktivitas sistem 8. Elemen-elemen indikator keberhasilan sistem 7. Alternatif produk unggulan 8. Jenis dan kapasitas teknologi pada rantai pasok 9. Alternatif teknologi pengolahan 10.Kinerja finansial usaha Sistem Manajemen Basis Model 1. Model Pengembangan Klaster Agroindustri Aren 2.1. Sub-model lokasi andalan 2.2. Sub-model industri Inti 2.3. Sub-model kelembagaan 2. Model Pengembangan Teknologi 4.1. Sub-model produk unggulan 4.2. Sub-model kapasitas olah 4.3. Sub-model proses pengolahan 4. Model Kelayakan Investasi Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog Pengguna Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 5.1. Konfigurasi Model Pengembangan Klaster Model pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Uatara bertujuan untuk mendapatkan keputusan implementatif mengenai lokasi pengembangan dan industri inti prioritas, struktur sistem pengembangan, dan kelayakan investasi usaha agroindustri aren terpilih. 5.1.1. Penentuan Lokasi Unggulan Sub model lokasi andalan bertujuan untuk menentukan prioritas lokasi pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara. Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasi alternatif lokasi pengembangan sedangkan untuk menentukan lokasi unggulan digunakan teknik AHP. Gambar 10 menunjukkan diagram alir penentuan lokasi unggulan dimaksud.
46 Alternatif lokasi pengembangan Jumlah tenaga kerja lokal Jumlah tenaga kerja provinsi Perhitungan rasio tenaga kerja agroindustri aren terhadap agroindustri pada setiap lokasi (Teknik LQ) Penentuan prioritas lokasi pengembangan (Teknik AHP) Lokasi potensial Koefisien LQ masingmasing lokasi Hirarki elemen: Fokus pengembangan Lokasi potensial Kriteria-kriteria keputusan Penilaian berpasangan untuk setiap elemen Matriks perbandingan berpasangan Perhitungan IK dan RK Gabungan Perhitungan vektor Eigen pada setiap hirarki Pengolahan vertikal Penyusunan Matriks Gabungan Penentuan prioritas lokal Prioritas Lokasi Pengembangan Perhitungan Rasio Konsistensi (RK) Perhitungan Indeks Konsistensi (IK) Gambar 10 Diagram alir model penentuan lokasi klaster. 5.1.2. Penentuan Industri Inti Tujuan dari sub model ini adalah untuk menentukan industri inti prioritas dalam sistem pengembangan klaster agoindustri aren. Masukan data dalam sub model ini adalah alternatif industri inti yang sesuai dengan pohon industri aren serta kriteria-kriteria keputusan. Keluaran yang diharapkan adalah industri inti prioritas dalam pengembangan sistem. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan teknik AHP. Diagram alir proses penentuan tersebut disajikan pada Gambar 11.
47 Hirarki elemen: Fokus pengembangan Tujuan pengembangan Alternatif industri inti agroindustri aren Kriteria-kriteria keputusan Penilaian berpasangan untuk setiap elemen Matriks perbandingan berpasangan Perhitungan IK dan RK Gabungan Perhitungan vektor Eigen pada setiap hirarki Pengolahan vertikal Penyusunan Matriks Gabungan Penentuan prioritas lokal Industri Inti Prioritas Perhitungan Rasio Konsistensi (RK) Perhitungan Indeks Konsistensi (IK) Gambar 11 Diagram alir model penentuan industri inti. 5.1.3. Identifikasi dan Strukturisasi Model Kelembagaan Klaster 5.1.3.1. Identifikasi Elemen Penting Analisis terhadap struktur sistem pengembangan klaster agroindustri aren didahului dengan melakukan identifikasi terhadap elemen-elemen yang dianggap penting dan menentukan dalam sistem. Identifikasi terhadap elemen-elemen penting tersebut dilakukan melalui tahapan seperti dipresentasikan pada Gambar 12. Menurut Saxena et al (1992) bahwa dalam pengembangan program sebagai suatu sistem paling tidak terdapat sembilan elemen penting yang harus diperhatikan yaitu: 1) sektor masyarakat yang terpengaruhi, 2) kebutuhan dari program, 3) kendala utama, 4) perubahan yang dimungkinkan, 5) tujuan dari program, 6) indikator untuk menilai setiap tujuan, 7) aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8) ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan 9) lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Setelah elemen-elemen penting dalam sistem ditentukan, tahapan selanjutnya yaitu mengidentifikasi sub-sub elemen didalam masing-masing elemen penting tersebut.
48 Nama dan Jumlah Pakar Nama dan Jumlah Elemen Nama dan Jumlah Sub-elemen Jumlah Skala Penilaian Penilaian Pakar Hasil Penilaian Pakar Urutan Elemen dan Sub elemen Penting Penentuan Urutan Elemen dan Sub elemen Nilai Hasil Pembobotan Penentuan Bobot Nilai Gambar 12 Diagram alir identifikasi elemen penting sistem pengembangan. 5.1.3.2. Strukturisasi Elemen Penting Sub model strukturisasi ini bertujuan untuk menentukan bentuk hubungan kontekstual antar sub elemen didalam elemen sistem pengembangan agroindustri aren. Proses strukturisasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan ISM (Gambar 13) yang meliputi: 1) penyusunan matriks SSIM, 2) transformasi matriks SSIM menjadi matriks Reachability, 3) revisi matriks reachability menjadi reachability final, serta 4) penentuan sub elemen kunci, struktur hirarki dan klasifikasi sub elemen. Data input: Nama dan jumlah elemen penting Nama dan jumlah sub elemen masing-masing elemen penting Jumlah dan nama pakar Penilaian hubungan kontekstual antar sub elemen pada masingmasing elemen penting oleh setiap pakar Modifikasi SSIM Pembentukan Reachability Matrix (RM) masing-masing elemen penting pada setiap pakar Structural Self Interaction Matrix (SSIM) masing-masing elemen penting pada setiap pakar Transitif? Pembentukan RM Gabungan RM Gabungan Struktur sistem pengembangan: Sub elemen kunci pada setiap elemen Hirarki sub-elemen pada setiap elemen Klasifikasi sub-elemen untuk setiap elemen penting Penentuan sub elemen kunci Penyusunan hirarki sub elemen Pengelompokan sub elemen Gambar 13 Diagram alir strukturisasi elemen sistem pengembangan klaster.
49 5.2. Konfigurasi Model Pengembangan Teknologi Pengolahan Model pengembangan teknologi pada agroindustri aren terdiri atas 1) submodel pemilihan produk unggulan, 2) sub-model penentuan kapasitas olah mesin pengolahan, dan 3) sub-model penentuan proses pengolahan. 5.2.1. Penentuan Produk Unggulan Pemilihan produk unggulan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik AHP dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria utama yang diperoleh melalui proses identifikasi. Tahapan analisis dalam sub-model ini dipresentasikan pada Gambar 14. Hirarki elemen: Fokus pengembangan Alternatif produk pada industri inti Kriteria-kriteria keputusan Penilaian berpasangan untuk setiap elemen Matriks perbandingan berpasangan Perhitungan IK dan RK Gabungan Perhitungan vektor Eigen pada setiap hirarki Pengolahan vertikal Penyusunan Matriks Gabungan Penentuan prioritas lokal Produk Prioritas Perhitungan Rasio Konsistensi (RK) Perhitungan Indeks Konsistensi (IK) Gambar 14 Diagram alir penentuan produk unggulan. 5.2.2. Penentuan Kapasitas Olah Permasalahan penentuan kapasitas olah dari produk unggulan menjadi pokok dalam sub-model ini. Dengan kata lain, sub-model penentuan kapasitas olah yang dibangun bertujuan untuk mendapatkan kapasitas olah agroindutri produk unggulan yang paling sesuai untuk dilakukan dengan mempertimbangkan aspekaspek yang berkaitan dengan penentuan kapasitas olah tersebut. Pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan pendekatan if then
50 rule yang dilanjutkan dengan penentuan prioritas kapasitas olah menggunakan teknik MPE. Diagram alir penentuan kapasitas olah agroindustri aren terpilih dipresentasikan pada Gambar 15. Penentuan Kapasitas Olah Data input: Produk unggulan Alternatif kapasitas olah Kriteria penilaian Penilaian Kriteria untuk menentukan Derajat Kepentingan Relatif Kapasitas olah terpilih Verifikasi Analisis setiap komponen dengan logika if...then Gambar 15 Diagram alir penentuan kapasitas olah. 5.2.3. Penentuan Teknologi Pengolahan Tujuan yang ingin dicapai dalam sub-model ini yaitu menentukan metode atau teknik proses pengolahan produk unggulan. Input data yang diperlukan dalam sub-model ini adalah alternatif keputusan proses pengolahan dari produk terpilih dan kriteria yang dipakai dalam melakukan penilaian. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap kriteria-kriteria yang ada sehingga diperoleh derajat kepentingan relatif yang akan menjadi dasar dalam menganalisis setiap komponen proses pengolahan. Diagram alir tahapan analisis dalam sub-model ini dipresentasikan pada Gambar 16. Produk unggulan Alternatif teknologi pengolahan Kriteria keputusan Penilaian kriteria untuk menentukan derajat kepentingan relatif Teknologi proses terpilih Anasisis setiap komponen dengan teknik MPE Gambar 16 Diagram alir pemilihan teknologi pengolahan.
51 5.3. Konfigurasi Model Penilaian Kelayakan Investasi Model kelayakan agroindustri pengolahan dirancang untuk menganalisis potensi dan kelayakan usaha pengolahan nira aren. Agroindustri pengolahan yang dikaji dalam model ini adalah agroindustri gula semut. Penentuan jenis investasi usaha agroindustri ini didasarkan pada keluaran sub model produk unggulan. Kriteria kelayakan yang digunakan dalam model ini terbatas pada kriteria finansial meliputi BEP (break-even point), B/C ratio, ROI (return of investment), NPV (net present value), IRR (internal rate of return), dan PBP (payback period). Tahapan proses analisis dalam model ini disajikan pada Gambar 17. Jenis produk Kapasitas olah Biaya investasi Biaya operasional Harga bahan baku Produktivitas Harga produk Sumber pembiayaan Tenor pinjaman Tingkat suku bunga Total penerimaan Total biaya Laba bersih Penyusunan neraca investasi Biaya tetap Biaya variabel Penyusunan neraca rugi laba Perhitungan BEP, B/C ratio, ROI dan NPV Break even point B/C ratio Return of investment Net present value Internal rate of return Pay back periode Perhitungan IRR dan PBP Analisis sensitivitas Koefisien kriteria kelayakan simulatif Gambar 17 Diagram alir penilaian kelayakan investasi. Keluaran model yang didasarkan pada kondisi faktual, selanjutnya disimulasi dengan menggunakan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak atau resiko yang muncul jika satu atau beberapa faktor endogen mengalami perubahan. Faktor endogen yang disimulasikan tersebut adalah harga bahan baku dan harga jual produk di tingkat pabrik.