PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

UJI PERFORMA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) MENGGUNAKAN BOILER DI KABUPATEN BLITAR

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

EFEKTIFITAS PENYULINGAN DAUN NILAM METODE STEAM DESTILLATION DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PENGERINGAN SUHU RENDAH TERMODIFIKASI

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

OPTIMASI PROSES DESTILASI UAP ESSENTIAL OIL

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

II. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

RANCANG BANGUN ALAT PENYULING MINYAK SERAI DENGAN SISTEM STEAM DISTILATION KAPASITAS 20 ML/JAM

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN NILAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

RANCANG BANGUN ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG SKRIPSI

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN NILAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

FABRIKASI ALAT DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL PADA MINYAK NILAM

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

Program Studi Teknik Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala, Nangroe Aceh Darussalam

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN NILAM. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI LITERATUR

PERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

Nasir Widha Setyanto, Arif Rahman Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

EFISIENSI ENERGI DAN UJI KINERJA PROTOTIPE ALAT PENYULINGAN MINYAK NILAM

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM DENGAN MODIFIKASI ph AIR PENYULING ABSTRAK

TUGAS AKHIR REKAYASA ALAT DISTILASI GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL PADA MINYAK NILAM

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

DISTILLASI DAUN KAYU PUTIH DENGAN VARIASI TEKANAN OPERASI DAN KEKERINGAN BAHAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KADAR SINEOL DALAM MINYAK KAYU PUTIH

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI PADA PROSES PENYULINGAN MINYAK PALA UNTUK OPTIMASI ENERGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

KONSEP DASAR PENYULINGAN DAN ANALISA SEDERHANA MINYAK NILAM

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT Syukran 1, Saifuddin 2, Elfiana 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280,3 Buketrata - Lhokseumawe, 24301 P.O.BOX 90 Telepon (0645)42670 Email : syukran_pnl@yahoo.com ABSTRACT Patchouli distillation using process direct steam contact has been done by patchouli community in Indonesia has not been enoght to produce the maximum rendement. Rendement with convetional refining raw materials normal conditions ranged from 2-2.5%. Several studies related to increase rendement have been conducted whitin saturated steam but not superheated steam. This research purposes to know influence superheated steam to improve the rendement. This research conducted three distillation tests with capacity 15kg of raw material in three state of steam are 1kg/cm 2 ; 120 o C, 2kg/cm 2 ; 130 o C, and 3kg/cm 2 ; 150 o C. Distillation test results showed that superheated steam can increase of rendement. In steam state are 1kg/cm 2 ; 120 o C, 2kg/cm 2 ; 130 o C, and 3kg/cm 2 ; 150 o C produce 3.2%, 3.5% and 3.8% rendement respectively.. Key words: Boiler, superheater, pressure, temperature, rendement. 1. PENDAHULUAN Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang banyak diproduksi di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu pemasok bahan baku mintak atsiri di dunia. Sampai saat ini Indonesia memasok minyak nilam 90% kebutuhan minyak nilam dunia atau 1600 ton pertahun (www.kemenperin. go.id/artikel/1921/pemasok-90- bahan-baku-dunia,-tapi-ri). Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi minyak nilam di Indonesia antara lain : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Untuk Propinsi Aceh berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh (Dishutbun) Tahun 2011, luas perkebunan nilam di Aceh 2.866 hektar dengan produksi 214 ton daun nilam dengan jumlah petani 7861 orang dan jumlah tenaga kerja yang terlibat 5731 orang. Untuk mendapatkan minyak nilam umumnya masyarakat menggunakan metode penyulingan (distilation). Dikenal ada 3 cara penyulingan yang umumnya dipakai yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan uap, dan penyulingan dengan uap langsung. Rendemen yang dihasilkan dari hasil penyulingan tersebut berkisar antara 1,5%-2,5%. Rendahnya rendemen masih merupakan masalah yang terus menjadi perhatian peneliti. Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan dalam upaya meningkatkan rendemen dan mutu minyak nilam hasil penyulingan. Penelitian tersebut antara lain: Pina Barus (2008), melakukan desain alat penyulingan yang terbuat dari stainless steel dengan kapasitas 100 kg untuk beberapa kondisi tekanan operasi yaitu 1 atm, 1,5 atm, dan 2 atm. Hasil penelitian diperoleh pada tekanan 2 atm dan waktu penyulingan 5 jam dihasilkan rendemen 3,25 dan kandungan patchouly alkohol 32,68% serta menyimpulkan bahwa kisaran titik didih komponen kimia minyak nilam antara 54 o C sampai 214 o C. Selanjutnya Anshar Patria, dkk (2008), melakukan penelitian untuk peningkatan rendemen dan efisiensi proses penyulingan minyak nilam melalui modifikasi alat dan penggunaan jenis bahan bakar batubara dan kayu bakar dengan variasi tekanan 1 atm, 2 atm, dan 3 atm. Hasil penelitian menunjukkan penyulingan pada tekanan 3 atm 135 o C dan waktu penyulingan 3 jam menghasilkan rendemen tertinggi 3,93. Sedangkan rendemen terendah diperoleh pada 5 atm 150 o C dengan waktu suling 3 jam diperoleh rendemen 3,10. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa keseluruhan tingkat keadaan uap yang digunakan dalam penyulingan tersebut berada dalam fasa uap jenuh (saturated). Sedangkan penelitian yang menggunakan uap panas lanjut (superheated) belum dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh penggunaan uap panas lanjut terhadap rendemen 2. TEORI Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 27

Minyak nilam (patchouli oil) adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan terna daun tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Penyulingan adalah pemisahan komponenkomponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Proses ini dilakukan terhadap minyak nilam karena tidak larut dalam air. Penyulingan terna daun nilam untuk mendapatkan minyak nilam dilakukan antara 6-8 jam. [4] Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alcohol. Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat bahan pewangi pada industri parfum dan kosmetik. Tanaman nilam yang tumbuh dan terpelihara dengan baik dapat dipanen pada umur 6-8 bulan dan selanjutnya dipanen setiap 3-4 bulan setelah panen pertama. Panen dilakukan ketika daunnya masih berwarna hijau tua dan belum berubah menjadi cokelat. Pemanenan nilam dilakukan pada pagi atau sore hari agar diperoleh kandungan minyak yang tinggi. Berdasarkan penelitian Nuryani (2006), tanaman nilam di Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan karakter morfologi, kandungan dan kualitas minyak dan ketahanan terhadap biotik dan abiotik. Ketiga jenis minyak nilam tersebut yaitu: Pogostemon Cablin Benth (nilam aceh), Pogostemon Hortensis (nilam sabun) dan Pogostemon Heuneanus (nilam jawa). Diantara ketiganya, nilam yang paling banyak ditanam dan luas penyebarannya adalah nilam aceh karena kadar dan kualitas minyak yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kandungan minyak nilam aceh berkisar antara 2,07%-3,87% untuk nilam Tapak Tuan dan 2,0% - 4,14% untuk nilam Lhokseumawe. Sebelum disuling, daun nilam dijemur di bawah sinar matahari selama 4 jam dari pukul 10.00 sampai 14.00 selama 3-5 hari bergantung pada terik matahari. Selama penjemuran, daun dibolak-balik agar kering merata dan tidak lembap. Kadar air terna daun nilam kering optimal adalah 12-15%. Metode penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan 3 cara Ketaren (1985) yaitu dengan sistem rebus (water distillation) menggunakan air secara langsung, kukus (water and steam distilation) menggunakan air dan uap serta sistem uap langsung (steam distilation) menggunakan uap air berasal dari boiler. a.penyulingan dengan air (water destillation). Penyulingan ini merupakan cara yang paling sederhana karena daun nilam yang akan disuling dimasukkan kedalam drum kemudian ditambahkan air dan dipanaskan, kemudian uap yang terjadi dialirkan melalui kondensor dan minyak nilam yang terjadi ditampung dalam tempat penampung atau botol. Penyulingan ini jarang dilakukan karena minyak nilam yang diperoleh mutunya rendah dan rendemennya juga rendah. b.penyulingan dengan air dan uap (water and steam destillation). Penyulingan ini banyak dilakukan oleh petani nilam di Sumatera Utara dan Aceh dengan kapasitas bahan (daun nilam) 35 kg. Daun nilam yang akan disuling ditempatkan didalam tempat atau drum penyuling dan tidak dicampur dengan air namun air tersebut dipanaskan dalam bioler dan uap yang terjadi dialirkan kedalam drum penyulingan. Kemudian uap yang terjadi dari penyulingan dialirkan melalui kondensor. Cara ini biasanya disebut dengan pengkukusan. Waktu penyulingan sekitar 5 jam, menghasilkan rendemen minyak nilam 2,5-3,0%, dan mutunya cukup bagus. c.penyulingan dengan uap (steam destillation). Cara penyulingan ini biasanya dilakukan oleh pabrik penyulingan dengan kapasitas yang besar yaitu 250 kg, caranya adalah mengalirkan uap dari tabung uap ketumpukan daun nilam pada tabung destilasi dimana tabung uap dan tabung destilasi tempatnya terpisah. Rendemen minyak nilam yang dihasilkan sekitar 2-2,5%. Peralatan penyulingan minyak nilam Alat-alat yang diperlukan dalam penyulingan tergantung pada banyaknya bahan dan metode penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan dasar, yaitu : ketel suling (retor), pendingin (condensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian tambahan yaitu ketel uap. Skematik peralatan penyulingan ditunjukkan Gambar 3. Fungsi dari masing-masing peralatan tersebut adalah : a. Ketel Suling (retor), berfungsi sebagai wadah air dan atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan b. Pendingin (condensor), berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase cair. Kondensor terdiri dari 4 tipe, yaitu : kondensor kisi, kondensor pipa lurus, kondensor berpilin, kondensor tubular. c. Penampung hasil kondensasi (receiver) yang berupa alat pemisah minyak (decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condensed water), dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis dari d. Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 28

water inlet steam outlet gas buang raw material m Q aktual LHV Qcondensate udara Boiler cooling water inlet Vessel energi steam cerobong QH2O Qoil Condenser cooling water outlet Energi Boiler Energi losses Vessel oil separator Gambar 1. Peralatan penyulingan minyak nilam metode distilasi uap Gambar 2. Kesetimbangan energi pada proses Penyulingan Kebutuhan energi penyulingan nilam Energi yang dibutuhkan pada proses penyulingan minyak nilam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu : 1. Energi yang diperlukan untuk menguapkan sejumlah massa air dari temperatur ambien tekanan 1 atm ke tingkat keadaan uap panas lanjut (superheated). Energi ini diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar. 2. Energi yang diperlukan sejumlah daun nilam kering yang berada dalam ketel suling untuk mampu melepaskan semua komponen kimia yang terikat dalam daun. Energi ini diperoleh dari sejumlah massa uap panas lanjut yang mengalami kontak langsung dengan daun nilam di dalam ketel suling. 3. Energi yang terbuang ke lingkungan dalam bentuk losses panas melalui permukaan boiler dan ketel suling sebagai akibat ketidaksempurnaan isolasi termal peralatan. Dari uraian ketiga bagian energi tersebut, maka dapat dibuatkan skematik kesetimbangan energi pada proses penyulingan sebagaimana ditunjukkan Gambar 2. Merujuk kepada Arthur P. Fraas, (1988), untuk menghitung energi yang dibutuhkan dalam proses penguapan uap air sebagaimana Gambar 1 di atas, maka dapat ditentukan dengan persamaan 1] : Q Q Q Q uap 12 23 34 = m.c. t t m. h h m h h p 2 1 2 3 4 3 Jika diasumsikan efisiensi ketel uap 80%, maka kebutuhan energi aktualnya adalah: Q aktual Quap 0.8 Dengan demikian kebutuhan bahan bakar untuk penguapan uap tersebut adalah : 3. METODELOGI Peralatan Penyulingan Peralatan yang digunakan dalam pengujian penyulingan ini terdiri dari satu paket alat penyulingan yang terdiri dari boiler dengan fasilitas superheater, ketel bahan baku, kondenser dan separator. Tampilan alat penyulingan seperti ditunjukkan Gambar 3 dan 4. Gambar 3. Peralatan penyulingan Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 29

Gambar 5. Sampel hasil uji penyulingan Gambar 4. Steam boiler superheater Uji Penyulingan Uji penyulingan dilakukan sebanyak tiga kali pengujian dengan kapasitas bahan baku 15 kg untuk setiap kali pengujian. Lama pengujian 5 jam waktu suling terhitung dari pelepasan awal uap dari outlet superheater ke ketel bahan baku sesuai dengan tingkat keadaan uap yang direncanakan. Parameter pengujian yang menjadi tinjauan pada pengujian ini adalah rendemen minyak yang dihasilkan pada setiap pengujian. 4. PEMBAHASAN Hasil Uji Penyulingan Dari hasil penyulingan yang dilakukan selama tiga kali penyulingan dengan kapasitas 15 kg bahan baku per pengujian diperoleh hasil pengujian sebagaimana ditunjukkan Tabel 1 dengan sampel uji penyulingan sebanyak 3 sampel uji dengan variasi tingkat keadaan uap. Hasil pengujian tersebut ditunjukkan Tabel 1. Sampel Uji Tabel 1. Hasil uji penyulingan Tingkat Keadaan Uap Superheater P kg/cm 2 T o C Energi (kj/kg) Hasil Uji (kg) Rend emen (%) A 1 120 2716 0.48 3,2% B 2 140 2748 0.53 3,5% C 3 150 2761 0.57 3,8% Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa tingkat keadaan uap mempengaruhi rendemen. Pada tingkat keadaan uap 1 kg/cm 2 dengan temperatur 120 o C memiliki energi uap 2716 kj/kg maka diperoleh rendemen 3,2% sebesar 0,48kg. Sedangkan pada tingkat keadaan uap 2 kg/cm 2 dengan temperatur 130 o C memilki energi uap 2748 kj/kg diperoleh rendemen 3,5% sebesar 0,53kg. Selanjutnya pada tingkat keadaan uap 3 kg/cm 2 temperatur 150 o C memiliki energi uap 2761 kj/kg diperoleh rendemen 3,8% dengan massa minyak nilam yang dihasilkan sebesar 0,57kg. Berdasarkan data tersebut maka dapat dinyatakan bahwa peningkatan kualitas uap akan meningkatkan rendemen minyak nilam yang dihasilkan 5. PENUTUP Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat keadaan uap penyulingan mempengaruhi rendemen minyak nilam 2. Uji penyulingan menunjukkan bahwa kenaikan rendemen dengan naiknya tekanan dan temperatur uap yang masuk ke ketel bahan baku. Pada tingkat keadaan uap 1 kg/cm 2 temperatur 120 o C diperoleh rendemen 32% dengan massa minyak nilam yang dihasilkan sebesar 0,48kg. Sedangkan pada tingkat keadaan uap 2 kg/cm 2 temperatur 130 o C diperoleh rendemen 35% sebesar 0,53kg. Selanjutnya pada tingkat keadaan uap 3 kg/cm 2 temperatur 150 o C diperoleh rendemen 38% dengan massa minyak nilam yang dihasilkan sebesar 0,57kg. 6. DAFTAR PUSTAKA [1]. Arthur P. Fraas, 1988, Heat Exchanger Design, John Wiley & Sons, United States of America. Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 30

[2]. Anshar Patria, dkk, 2008, Penyulingan minyak nilam melalui modifikasi alat dan penggunaan jenis bahan bakar, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala, 2008. [3]. Ketaren, S.1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta. [4]. Nuryani, 2006, Karakteristik Empat Aksesi Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Buletin Plasma Nuftah Vol.12 No.2 Tahun 2006. [5]. Pina Barus, 2008, Desain alat penyulingan nilam untuk meningkatkan rendemen dan mutu, Jurnal Penelitian Rekayasa Vol.1 No.1 Juni 2008 FMIPA-USU. [6]. www.kemenperin.go.id/artikel/1921/pemaso k-90-bahan-baku-dunia,-tapi-ri. Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 31