TI.4304 Metrologi & Perancangan Alat Bantu KONSEP TOLERANSI. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik - Unsika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuntutan Sistem Produksi Maju

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah

Gambar I. 1 Mesin Bubut

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

B A B I I LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006)

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PERBANDINGAN KUALITAS MATERIAL BEARING MERK SKF, FMB, NKK, DAN JAL TERHADAP TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FM-UDINUS-PBM-08-04/R0 SILABUS MATAKULIAH. toleransi. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

BAB X TUJUAN DESAIN ALAT BANTU

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I. Pendahuluan. satu pompa air laut milik PT. Petrokimia Nusantara Interindo. Keretakan ini

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Jig and Fixture FIXTURE)

BAB I PROSES MANUFAKTUR

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik

Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN BERTEKANAN TINGGI TERHADAP GAYA POTONG, KEAUSAN TEPI PAHAT, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT MATERIAL AISI 4340

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN ANGLE GRINDING JIG UNTUK MEMBANTU PROSES PERBAIKAN WEDGEBLOCK MOLD DI MESIN SURFACE GRINDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEMAMPUAN DAN KEANDALAN MESIN FREIS C2TY MELALUI PENGUJIAN KARAKTERISTIK STATIK MENURUT STANDAR ISO Julian Alfijar 1 ), Purnomo 2 )

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKNIK PENYAYATAN PAHAT MILLING PADA CNC MILLING 3 AXIS TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BERKONTUR

Toleransi& Implementasinya

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

KAJI EKSPERIMEN PENGARUH PUTARAN DAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES MILLING-CNC

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI PEMELAJARAN

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES BUBUT

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

TOLERANSI LINIER Basori

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

BAB IV PENGUJIAN ALAT GERINDA SILINDRIS DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PAHAT BUBUT HASIL PENGEMBANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Mesin Perkakas Konvensional

ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING

Desain, Manufaktur, dan Inspeksi Produk Berbasis Fitur

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Transkripsi:

TI.4304 Metrologi & Perancangan Alat Bantu KONSEP TOLERANSI Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik - Unsika 1

Pendahuluan 2

Pendahuluan Pompa sentrifugal Mengalirkan air sampai ketinggian tertentu dengan kapasitas dan kecepatan tertentu Dudukan poros direncanakan menggunakan bantalan luncur Komponen mesin memiliki karakteristik geometrik yang ideal bila: Ukuran/dimensinya teliti Memiliki bentuk yang sempurna Permukaan yang halus 3

Pendahuluan Sumber penyimpangan dimensi selama proses pemesinan: Penyetelan mesin perkakas Pengukuran geometri produk Gerakan mesin perkakas Keausan pahat/perkakas potong Perubahan temperatur Pengaruh besarnya gaya pemotongan 4

Sifat-Sifat Permukaan Kesesuaian suatu benda kerja terhadap tujuan yang telah ditentukan bergantung kepada: Sifat-sifat internal (internal properties), seperti: sifat material, ketidak-kontinyuan internal, dan ketidaksempurnaan internal Kondisi permukaan (surface condition) Kondisi permukaan meliputi sifat-sifat dari batas zona permukaan, yaitu : sifat kimia, sifat mekanik, dan sifat geometrik 5

Sifat-Sifat Permukaan Surface condition Material properties of boundary layer Geometrical properties Chemical Chemical composition Inhomogeneities Physical Hardness Residual stress Grain Size dev. Geometrical dev. Waviness Roughness Crystal structure Edge dev. Surface discontinuities (cracks, pores, laps, etc) Material Tests Operational Tests Shape Inspections Gambar 1. Sifat-sifat permukaan, pengujian, dan inspeksi yang dilakukan 6

7

Sifat-Sifat Permukaan 8

Sifat-Sifat Permukaan 9

Sifat-Sifat Permukaan 10

Sifat-Sifat Permukaan 11

Sifat-Sifat Permukaan 12

Sifat-Sifat Permukaan 13

Sifat-Sifat Permukaan 14

Sifat-Sifat Permukaan 15

Sifat-Sifat Permukaan 16

Sifat-Sifat Permukaan Sifat Geometrik: didefinisikan sebagai deviasi terhadap elemen geometrik ideal (features) dari suatu benda kerja Elemen geometrik ideal (features) adalah bagianbagian dari seluruh permukaan benda kerja yang memiliki bentuk geometrik nominal yang unik Gambar 2. Contoh-contoh elemen geometrik 17

Design Feature 18

Deviasi Geometrik Deviasi geometrik terdiri dari: deviasi ukuran (size deviations) deviasi bentuk (form deviations) deviasi orientasi (orientational deviations) deviasi lokasi (locational orientations) kekasaran (roughness) ketidakkontinyuan permukaan (surface discontinuities) deviasi sisi (edge deviations) 19

Deviasi Geometrik: Deviasi ukuran (size deviations) Deviasi ukuran (size deviations) merupakan perbedaan antara ukuran aktual dengan ukuran nominal umumnya disebabkan karena penyesuaian perkakas mesin (tool) yang tidak presisi dan variasi selama proses manufaktur (akibat pemakaian tool) 20

Deviasi Geometrik: Deviasi bentuk (form deviations) Deviasi bentuk (form deviations) merupakan deviasi suatu feature terhadap bentuk nominal disebabkan antara lain oleh: defleksi perkakas permesinan, error pada benda kerja, defleksi kekerasan 21

Deviasi Geometrik: Deviasi orientasi Deviasi orientasi (orientational deviations) merupakan deviasi suatu feature terhadap bentuk dan orientasi nominalnya orientasi berkaitan terhadap satu atau lebih feature(s) umumnya disebabkan karena hal yang sama dengan deviasi bentuk serta ketidakpresisian fixture setelah pencekaman ulang (re-chucking) 22

Deviasi Geometrik: Deviasi lokasi Deviasi lokasi (locational deviations) merupakan deviasi suatu feature (permukaan, garis, atau titik) terhadap lokasi nominalnya deviasi lokasi juga mencakup deviasi bentuk dan deviasi orientasi, sehingga penyebabnya sama dengan penyebab deviasi ukuran, bentuk, dan orientasi 23

Deviasi Geometrik Gambar 3. Deviasi bentuk, orientasi, dan lokasi 24

Deviasi Geometrik: Ketidakrataan Ketidakrataan (waviness) meliputi banyak atau sedikit ketidakteraturan periodik dari permukaan benda kerja dengan jarak lebih besar dari jarak kekasaran (roughness spacing) secara umum rasio antara jarak dan kedalaman ketidakrataan adalah 1000:1 dan 100:1 disebabkan oleh kesalahan fixture selama proses manufaktur, deviasi bentuk dari alat pemotong, dan vibrasi dari mesin, perkakas, atau benda kerja 25

Deviasi Geometrik: Kekasaran Kekasaran (roughness) meliputi ketidakteraturan periodik dan nonperiodik dari suatu benda kerja dengan jarak (spacing) yang kecil yang melekat (inherent) dengan proses pembentukan rasio antara jarak dan kedalaman kekasaran yang umum digunakan adalah antara 150:1 dan 5:1 disebabkan oleh pengaruh langsung sisi pemotongan, deformasi dari blasting, kristalisasi, dan efek kimia (seperti korosi) 26

Deviasi Geometrik Gambar 4. Asesmen kekasaran dan ketidakrataan 27

Deviasi Geometrik 28

Deviasi Geometrik Ketidak-kontinyuan permukaan (surface discontinuity): merupakan potongan yang terpisah yang terdapat pada permukaan seperti retakan, lubang/pori Deviasi sisi (edge deviations): merupakan deviasi daerah pinggir/sisi dari benda kerja dari bentuk geometrik idealnya, seperti sisi yang bergerigi (tidak tajam) 29

Deviasi Geometrik Alasan pengklasifikasian ketidak-teraturan permukaan: Jenis ketidakteraturan permukaan yang berbeda berasal dari penyebab yang berbeda pada proses manufaktur Jenis ketidakteraturan permukaan yang berbeda seringkali memiliki dampak yang berbeda terhadap kesesuaian permukaan terhadap fungsinya Tingkat kedalaman dari ketidak-teraturan sangat bervariasi 30

Deviasi Geometrik Deviasi juga diklasifikasikan ke dalam dua tingkatan: Deviasi makro: yaitu deviasi yang dapat diakses dengan alat ukur yang umum untuk mengakses ukuran, bentuk orientasi dan lokasi Deviasi mikro: yaitu deviasi yang dapat diakses dengan instrumen pengukuran kekasaran dan ketidakrataan Deviasi permukaan dapat merupakan gabungan (superposisi) dari beberapa jenis deviasi 31

Deviasi Geometrik 32

Prinsip-prinsip Toleransi Setiap benda kerja akan memiliki deviasi terhadap bentuk nominalnya Oleh karena itu, setiap sifat (properti) benda kerja seperti: ukuran, bentuk, orientasi, dan lokasi harus memiliki toleransi tertentu yang dinyatakan dengan baik pada gambar benda kerja Faktor yang menjadi pertimbangan: Kepresisian (deviasi yang sekecil mungkin) Ekonomis (kesesuaian dengan metode produksi yang tersedia) Gambar toleransi benda kerja yang tidak lengkap akan menyebabkan: Pertanyaan bagi production planning engineer Pertanyaan bagi manufacturing engineer Pertanyaan bagi inspection engineer Pengerjaan ulang (reworking) Cacat 33 Kerusakan

Prinsip-prinsip Toleransi Konsep toleransi: Agar gambar benda kerja mudah dibaca dan dipahami, dilakukan standarisasi terhadap toleransi-toleransi umum (general) Toleransi umum (general) harus sama atau lebih besar dari akurasi workshop Toleransi umum (general) dinyatakan dalam suatu referensi terhadap standar dan kelas toleransi yang digunakan (pada bagian judul gambar) Toleransi yang menyatakan harus lebih kecil diindikasikan secara individual 34

Prinsip-prinsip Toleransi Jika tidak terdapat standar yang umum, hal yang harus dilakukan adalah: Merujuk kepada standar perusahaan Mengindikasikan seluruh toleransi yang butuhkan untuk mendefinisikan geometri benda kerja Mengindikasikan seluruh toleransi yang dianggap mungkin untuk dilampaui oleh proses manufaktur yang telah direncanakan 35

TERIMA KASIH 36

Mesin Bubut Manual Mesin Bubut CNC Mesin Milling Manual Mesin Milling CNC Mesin Drilling/Boring Mesin Scrap Mesin Las Mesin Roll Mesin Forging Mesin Sawing/Potong 37

38