METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK
|
|
- Harjanti Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK 1
2 DAFTAR ISI Hal 1. Karakteristik Geometri 1 2. Toleransi dan Suaian 2 3. Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi 5 4. Toleransi Standar dan Penyimpangan Fundamental 7 5. Kondisi permukaan Harga kekasaran Tanda Pengerjaan Toleransi Geometrik Pengolahan dan analisis data Statistik Industri 31 2
3 KARAKTERISTIK GEOMETRIK Karakteristik geometrik (misalnya: besarnya kelonggaran antara komponen yang berpasangan) berhubungan dengan karakteristik fungsional. Karakteristik fungsional mesin tidak tergantung pada karakteristik geometrik saja, tetapi dipengaruhi juga oleh: kekuatan, kekerasan, struktur metalografi, dan sebagainya yang berhubungan dengan karakteristik material. Komponen mesin hasil proses pemesinan bercirikan karakteristik geometrik yang teliti dan utama. Karakteristik geometrik tersebut meliputi : ukuran, bentuk, dan kehalusan permukaan. A. Penyimpangan Selama Proses Pembuatan Karakteristik geometrik yang ideal : ukuran yang teliti, bentuk yang sempurna dan permukaan yang halus sekali dalam praktek tidak mungkin tercapai karena ada penyimpangan yang terjadi, yaitu: 1 penyetelan mesin perkakas, 2 pengukuran dimensi produk, 3 gerakan mesin perkakas, 4 keausan pahat, 5 perubahan temperatur, dan 6 besarnya gaya pemotongan. Penyimpangan yang terjadi selama proses pembuatan memang diusahakan seminimal mungkin, akan tetapi tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Untuk itu dalam proses pembuatan komponen mesin dengan menggunakan mesin perkakas diperbolehkan adanya penyimpangan ukuran maupun bentuk. Terjadinya penyimpangan tersebut misalnya terjadi pada pasangan poros dan lubang. Agar poros dan lubang yang berpasangan nantinya bisa dirakit, maka ditempuh cara sebagai berikut. 1 Membiarkan adanya penyimpangan ukuran poros dan lubang. Pengontrolan ukuran sewaktu proses pembuatan poros dan lubang berlangsung tidak diutamakan. Untuk pemasangannya dilakukan dengan coba coba. 2 Membiarkan adanya penyimpangan kecil yang telah ditentukan terlebih dahulu. Pengontrolan ukuran sangat dipentingkan sewaktu proses produksi berlangsung. Untuk perakitannya semua poros pasti bisa dipasangkan pada lubangnya. Cara kedua ini yang 3
4 dinamakan cara produksi dengan sifat ketertukaran. Keuntungan cara kedua adalah proses produksi bisa berlangsung dengan cepat, dengan cara mengerja kannya secara paralel, yaitu lubang dan poros dikerjakan di mesin yang berbeda dengan operator yang berbeda. Poros selalu bisa dirakit dengan lubang, karena ukuran dan penyimpangannya sudah ditentukan terlebih dahulu, sehingga variasi ukuran bisa diterima asal masih dalam batas ukuran yang telah disepakati. Selain dari itu suku cadang bisa dibuat dalam jumlah banyak, serta memudahkan mengatur proses pembuatan. Hal ter sebut bisa terjadi karena komponen yang dibuat bersifat mampu tukar (interchangeability). Sifat mampu tukar inilah yang dianut pada proses produksi modern. Variasi merupakan sifat umum bagi produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi, oleh karena itu perlu diberikan suatu toleransi. Memberikan toleransi berarti menentukan batas batas maksimum dan minimum di mana penyimpangan karakteristik produk harus terletak. Bagian bagian yang tidak utama dalam suatu komponen mesin tidak diberi toletansi, yang berarti menggunakan toleransi bebas/terbuka (open tolerance). Toleransi diberikan pada bagian yang penting bila ditinjau dari aspek: 1 fungsi komponen, 2 perakitan, dan 3 pembuatan. B. Toleransi dan Suaian Standar ISO 286 1:1988 Part 1: Bases of tolerances, deviations and fits, serta ISO 286 2:1988 Part 2: Tables of standard tolerance grades and limit adalah merupakan dasar bagi penggunaan toleransi dan suaian yang diikuti banyak perusahaan dan perancang sampai saat ini. Toleransi ukuran adalah perbedaan ukuran Control Limit /UCL) dan batas bawah antara kedua harga batas di mana ukuran atau jarak permukaan/batas geometri komponen harus terletak (lihat Gambar 15.1). 4
5 Beberapa istilah perlu dipahami untuk penerapan standar ISO tersebut di atas. Untuk setiap komponen perlu didefinisikan: 1 ukuran dasar (basic size), 2 daerah toleransi (tolerance zone), dan 3 penyimpangan (deviation). Ukuran dasar adalah ukuran/dimensi benda yang dituliskan dalam bilangan bulat. Daerah toleransi adalah daerah antara harga batas atas dan harga batas bawah. Penyimpangan adalah jarak antara ukuran dasar dan ukuran sebenarnya. C. Suaian Apabila dua buah komponen akan dirakit maka hubungan yang terjadi yang ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan ukuran sebelum mereka disatukan, disebut dengan suaian (fit). Suaian ada tiga kategori, yaitu: 1. Suaian Longgar (Clearance Fit): selalu menghasilkan kelonggaran, daerah 5
6 toleransi lubang selalu terletak di atas daerah toleransi poros. 2. Suaian paksa (Interference Fit): suaian yang akan menghasilkan kerapatan, daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah toleransi poros. 3. Suaian pas (Transition Fit): suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran ataupun kerapatan, daerah toleransi lubang dan daerah toleransi poros saling menutupi. Tiga jenis suaian tersebut dijelaskan pada Gambar 15.3 dan Gambar Untuk mengurangi banyaknya kombinasi yang mungkin dapat dipilih maka ISO telah menetapkan dua buah sistem suaian yang dapat dipilih, yaitu: 1. sistem suaian berbasis poros (shaft basic system), 2. sistem suaian berbasis lubang (hole basic system). Apabila sistem suaian berbasis poros yang dipakai maka penyimpangan atas toleransi poros selalu berharga nol (es = 0). Sebaliknya, untuk sistem suaian berbasis lubang maka penyimpangan bawah toleransi lubang yang bersangkutan selalu bernilai nol (EI = 0). 6
7 D. Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi Toleransi dituliskan di gambar kerja dengan cara tertentu sesuai dengan standar yang diikuti (ASME atau ISO). Toleransi bisa dituliskan dengan beberapa cara: 1 Ditulis menggunakan ukuran dasar dan penyimpangan yang diizinkan. 2 Menggunakan ukuran dasar dan simbol huruf dan angka sesuai dengan standar ISO, misalnya : 45H7, 45h7, 30H7/k6. Toleransi yang ditetapkan bisa dua macam toleransi (Gambar 15.5), yaitu toleransi bilateral dan toleransi unilateral. Kedua cara penulisan toleransi tersebut yaitu a dan b sampai saat ini masih diterapkan. Akan tetapi cara b lebih komunikatif karena: Memperlancar komunikasi sebab dibakukan secara internasional. Mempermudah perancangan (design) karena dikaitkan dengan fungsi. 7
8 Mempermudah perencanaan proses kualitas. Pada penulisan toleransi ada dua hal yang harus ditetapkan, yaitu: a. Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar. Penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf (untuk beberapa hal bisa dua huruf). Huruf kapital untuk lubang dan huruf kecil untuk poros. b. Toleransi, harganya/besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar. Simbol yang dipakai untuk menyatakan besarnya toleransi adalah suatu angka (sering disebut angka kualitas). Contoh: 45 g7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm posisi daerah toleransi (penyimpangan) mengikuti aturan kode g serta besar/harga toleransinya menuruti aturan kode angka 7. Catatan: Kode g7 ini mempunyai makna lebih jauh, yaitu: Jika lubang pasangannya dirancang menuruti sistem suaian berbasis lubang akan terjadi suaian longgar. Bisa diputar/digeser tetapi tidak bisa dengan kecepatan putaran tinggi. Poros tersebut cukup dibubut tetapi perlu dilakukan secara seksama. Dimensinya perlu dikontrol dengan komparator sebab untuk ukuran dasar 45 mm dengan kualitas 7 toleransinya hanya 25 m. Apabila komponen dirakit, penulisan suatu suaian dilakukan dengan menyatakan ukuran dasarnya yang kemudian diikuti dengan penulisan simbol toleransi dari masing masing komponen yang bersangkutan. Simbol lubang dituliskan terlebih dahulu: H845 H8/g7 atau 45 H8 g7 atau 45/g7 Artinya untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan penyimpangan H berkualitas toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan berkualitas toleransi 7. Untuk simbol huruf (simbol penyimpangan) digunakan semua huruf abjad kecuali I, l, o, q 8
9 dan w (I, L, O, Q, dan W), huruf ini menyatakan penyimpangan minimum absolut terhadap garis nol. Hal tersebut dapat dilihat di Gambar Besarnya penyimpangan dapat dilihat pada tabel di Lampiran. a. Huruf a sampai h (A sampai H) menunjukkan minimum material condition (smallest shaft largest hole). b. Huruf Js menunjukkan toleransi yang pada prinsipnya adalah simetris terhadap garis nol. c. Huruf k sampai z (K sampai Z) menunjukkan maximum material condition (largest shaft small est hole). E. Toleransi Standar dan Penyimpangan Fundamental 1. Toleransi Standar (untuk Diameter Nominal sampai dengan 500 mm) Dalam sistem ISO telah ditetapkan 20 kelas toleransi (grades of tolerance) yang dinamakan toleransi standar yaitu mulai dari IT 01, IT 0, IT 1 sampai dengan IT 18. Untuk kualitas 5 sampai 16 harga dari toleransi standar dapat dihitung dengan menggunakan satuan toleransi i (tolerance unit), yaitu: Di mana:i = satuan toleransi (dalam m) D = diameter nominal (dalam mm) Catatan: 9
10 Selanjutnya berdasarkan harga satuan toleransi i maka besarnya toleransi standar dapatdihitung sesuai dengan kualitasnya mulai dari 5 sampai 16 sebagai berikut. Sedangkan untuk kualitas 01 sampai 1 dihitung dengan rumus sebagai berikut. Kualitas IT01 IT0 IT1 Harga dalam um, sedang D dalam mm 0,3+0,008D 0,5+0,012D 0,8+0,020D Untuk kualitas 2,3 dan 4 dicari dengan rumus sebagai berikut. IT2 = IT3 = IT4 = (IT1 IT3) (IT1 IT5) (IT3 IT5) ISO 286 mengimplementasikan 20 tingkatan ketelitian untuk memenuhi keperluan industri yang berbeda yaitu: a. IT01, IT0, IT1, IT2, IT3, IT4, IT5, IT6. Untuk pembuatan gauges dan alat alat ukur. b. IT 5, IT6, IT7, IT8, I9, IT10, IT11, IT12. Untuk industri yang membuat komponen presisi dan umum. c. IT11, IT14, IT15, IT16. Untuk produk setengah jadi (semi finished products). d. IT16, IT17, IT18. Untuk teknik struktur. 2. Penyimpangan Fundamental (untuk Diameter Nominal sampai dengan mm) 10
11 Ukuran Nominal (mm)/d Dari Sampai Tingkatan IT Penyimpangan (dalam µm) 1 0, ,2 1,5 1,5 2 2,5 3,5 4, ,2 1,5 1,5 2 2,5 2, ,5 2, Tabel penyimpangan fundamental untuk ukuran yang lain dapat dilihat pada Lampiran. Proses pemesinan yang dilakukan ada hubungannya dengan tingkatan toleransi, sehingga dalam menetapkan besarnya angka kualitas bisa disesuaikan dengan proses pemesinannya. Tingkatan IT yang mungkin bisa dicapai untuk beberapa macam proses dapat dilihat pada Tabel
12 Tabel 15.3 Hubungan proses pemesinan dengan tingkatan IT yang bisa dicapai Tingkatan IT Lapping Honing Superfinishing Cylinderical grinding Diamond turning Plan grinding Broaching Reaming Boring Turning Sawing Milling Planing Shaping Extruding Cold Rolling Drawing Drilling Die Casting Forging Sand Casting Hot rolling Flame cutting 12
13 Kondisi Permukaan Permukaan suatu benda kerja harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya. Misalnya fungsi harus rapat kalau tidak terdapat kebocoran. Berdasarkan uraian tersebut, dalam gambar kerja, kondisi permukaan yang diinginkan harus diinformasikan dengan lambang lambang standar berikut ini. Harga Kekasaran Harga kekasaran permukaan yang lazim digunakan pada gambar kerja merupakan harga kekasaran rata rata (Ra/roughness arithmatic). Ra tersebut didapat dari gambar berikut ini yang merupakan suatu permukaan hasil dari pengerjaan (gambar dibesarkan). A1+A2+A3+A5 Ra = Rmaks= 4Ra L Gambar 2.1 Pengertian harga kekasaran Supaya gambar lebih sederhana, harga Ra ini sebaiknya dicantumkan pada gambar kerja dengan menggunakan lambang N (normal), dibagi menjadi 12 kelas, yakni dari N1 sampai dengan N12. Berikut ini disampaikan persamaan harga Ra dengan lambang, satuan Ra dalam mikrometer (mm), 1 mm = mm. 13
14 Lambang Harga Kekasaran (Ra) dalam um N1 0,025 N2 0,05 N3 0,1 N4 0,2 N5 0,4 N6 0,8 N7 1,6 N8 3,2 N9 6,3 N10 12,5 N11 25 N12 50 Tabel berikut di bawah ini menunjukkan kemampuan proses untuk mencapai harga kekasaran rata rata (Ra). Dengan dasar tabel dapat ditentukan harga kekasaran umum untuk suatu gambar kerja. Misalnya benda kerja yang akan dikerjakan dengan mesin bubut, dapat dipilih harga kekasaran umum antara N7 sampai dengan N9. 14
15 15
16 Tanda Pengerjaan Lambang dasar (biasanya digambar dengan garis tipis, bersudut 60 0, tinggi 4 mm untuk garis yang pendek dan 8 mm untuk garis yang panjang. Lambang untuk permukaan yang dikerjakan dengan cara penyayatan, antara lain dengan mesin bubut. Gambar 2.3 Lambang Tanda Pengerjaan dengan Penyayatan Lambang untuk permukaan yang dibentuk tanpa penyayatan, misalnya dicor atau hasil pembentukan dari pabrik baja, tidak dikerjakan lagi. Gambar 2.4 Lambang Tanda Pengerjaan tanpa Penyayatan Tanda Pengerjaan dan Harga Kekasaran Kondisi permukaan yang dihasilkan dari suatu cara produksi harus mempunyai kekasaran maksimum N8. Gambar 2.5 Lambang Pengerjaan untuk Semua Proses 16
17 Kondisi permukaan yang dikerjakan dengan mesin harus mempunyai kekasaran maksimum N9. Gambar 2.6 Lambang Pengerjaan dengan Mesin Kondisi permukaan harus mempunyai kekasaran maksimum N8 dengan proses yang tidak menghasilkan tatal. Misalnya dirol atau permukaan tersebut tidak dikerjakan lagi (hasil dari pabrik baja). Kondisi permukaan harus mempunyai kekasaran minimum N6 dan maksimum N8. Lambang dengan Perintah Khusus Proses pengerjaan, ditempatkan seperti contoh. Gambar 2.9 Proses Pengerjaan Kelebihan ukuran untuk proses berikutnya, ditempatkan seperti contoh. 17
18 Arah alur bekas pengerjaan yang diinginkan. Gambar 2.11 Arah Alur Bekas Pengerjaan Lambang lengkap (jarang ditemui pada gambar kerja) : a : Harga kekasaran (Ra), sebaiknya dengan lambang b : Cara produksi c : Kelebihan ukuran untuk proses berikutnya d : Arah alur bekas pengerjaan e : Panjang contoh f : Harga kekasaran contoh (dalam kurung) Penyajian pada Gambar Lambang harus disimpan pada tempat yang jelas terlihat, apabila diputar harus searah dengan putaran jarum jam, dibaca seperti membaca angka ukur, berlaku prinsip simetri, cukup satu lambang pada bidang yang sama untuk gambar dengan dua pandangan. 18
19 Penyederhanaan dilakukan untuk kondisi permukaan dengan harga kekasaran yang sama, disimpan pada tempat yang mudah terlihat, biasanya di kiri atas gambar setelah nomor bagian. Kondisi permukaan dengan harga kekasaran yang berbeda disajikan seperti Gambar Kondisi permukaan umum yaitu beberapa kondisi permukaan dengan harga kekasaran yang sama (biasanya pengerjaannya secara umum, misalnya dibubut) ditempatkan setelah nomor bagian dan kondisi permukaan khusus ditempatkan dalam tanda kurung juga harus ditempatkan langsung pada permukaan yang dimaksud. Gambar di sampingnya merupakan penyederhanaan, kondisi permukaan khusus dicantumkan langsung pada permukaan yang dimaksud, sedangkan lambang dasar disimpan dalam tanda kurung setelah kondisi permukaan umum. Kedua gambar mempunyai maksud yang sama. 19
20 atau Untuk proses khusus (akhir) dicantumkan pada garis rantai tebal titik tunggal (gambar). Harga kekasaran dapat diwakili dengan huruf jika rumit apabila dicantumkan menurut aturan yang biasa, seperti gambar berikut ini. Gambar 2.17 Penyederhanaan 20
21 Hubungan antara Harga Kekasaran dengan Biaya Produksi Diagram berikut ini memperlihatkan hubungan antara harga kekasaran dengan biaya produksi, semakin kecil harga kekasaran akan menyebabkan semakin tinggi biaya produksi, bahkan dapat beberapa kali lipat harganya. c. Rangkuman 1. Fungsi dari kondisi permukaan ialah Sebagai instruksi bagi operator untuk penyelesaian akhir (finishing) untuk pengerjaan suatu permukaan benda kerja. 2. Tanda pengerjaan adalah lambang bagi suatu perintah proses pengerjaan. 3. Harga kekasaran (Ra) adalah harga kekasaran rata rata maksimum yang harus dicapai oleh suatu proses pengerjaan. 4. Lambang harus dicantumkan pada tempat yang mudah terlihat dengan jelas. 5. Untuk kekasaran umum, pilihlah harga kekasaran yang paling kasar yang masih dapat memenuhi fungsinya. 6. Informasi mengenai proses pengerjaan, kelebihan ukuran, arah alur bekas pengerjaan, panjang contoh hanya dicantumkan apabila benarbenar diperlukan. 21
22 7. Lambang tidak dicantumkan (tidak berlaku) pada gambar ulir, lubang bor atau hasil dari punching tool, lubang kontersing atau konterbor untuk dudukan kepala baut/sekrup. 8. Harga kekasaran maksimum N7 untuk (a) permukaan yang akan dipasangi seal (rapat terhadap kebocoran). (b) permukaan yang bertoleransi mikrometer (toleransi ISO). (c) permukaan yang dalam fungsinya akan bergesekan seperti permukaan roda gigi. 22
Toleransi& Implementasinya
Toleransi& Implementasinya Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi
Lebih terperinciTOLERANSI. Istilah dalam Toleransi Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan berikut ini.
TOLERANSI Toleransi Linier (Linier Tolerances) Sampai saat ini, untuk membuat suatu benda kerja, sulit sekali untuk mencapai ukuran dengan tepat, hal ini disebabkan antara lain oleh : a) Kesalahan melihat
Lebih terperinciTOLERANSI LINIER Basori
TOLERANSI LINIER Basori Toleransi adalah suatu penyimpangan ukuran yang diperbolehkan atau diijinkan. Karena penyimpangan ini, benda yang dibuat dengan memakai toleransi masih dapat dipasang atau diasembling.
Lebih terperinciPERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN
PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN 13.1. Toleransi geometri Toleransi geometri atau toleransi bentuk adalah batas penyimpangan yang diizinkan, dari dua buah garis yang sejajar, atau
Lebih terperinciMENGGAMBAR BAGIAN MESIN SECARA TERPERINCI
MENGGAMBAR BAGIAN MESIN SECARA TERPERINCI KODE UNIT KOMPETENSI : 9.7B UNTUK PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN
Lebih terperinciPERTEMUAN 12 TOLERANSI LINIER DAN TOLERANSI SUDUT
12.1. Toleransi Standar Internasional PERTEMUAN 12 TOLERANSI LINIER DAN TOLERANSI SUDUT Toleransi adalah suatu penyimpangan ukuran yang diperbolehkan atau diizinkan. Kadangkadang seorang pekerja hanya
Lebih terperinciMAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015
MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015 Disusun oleh: Nama : Agus tryono NIM : 141331048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
Lebih terperinciMATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Menentukan Persyaratan Kerja
MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Menentukan Persyaratan Kerja Dwi Rahdiyanta FT-UNY 1. Kegiatan Belajar Menentukan persyaratan kerja. a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Mahasiswa dapat memahami gambar
Lebih terperincidengan toleransi batas suaian* toleransi c. Ukuran d. Ukuran Suaian Suaian Suaian halus sedang Sampai dengann 3 6 kasar ±
TECHNICAL DRAWING FARIDWAJDI@2013 LECTURE 10/ASSIGNMENT 10 10. DIMENSI DAN TOLERANSI Pendimensian bertujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk sebenarnya dari sebuah benda. Pemberian ukuran tidak boleh
Lebih terperinciPROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.
PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman, untuk mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka dimulailah suatu pengembangan terhadap material, dan para ahli mulai
Lebih terperinciPENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK
PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu
Lebih terperinciTEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)
TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi
Lebih terperinciSMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A
TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong
Lebih terperinciBAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA
BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah
Lebih terperinciFORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA
FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /
Lebih terperinciSOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN
SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St
Lebih terperinciSUAIAN Basori. Untuk ketiga macam suaian tersebut, dapat kita lihat pada diagram toleransi (daerah toleransinya), seperti tampak gambar berikut.
SUAIAN Basori Tingkat Suaian Dalam pembuatan suku cadang yang dapat bergerak (poros dengan bantalannya), ukuran poros harus dibuat sedikit lebih kecil daripada ukuran lubangnya,, sehingga jika dipasang
Lebih terperinciMATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY
MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)
LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA) Laporan Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C
ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.
Lebih terperinciTI.4304 Metrologi & Perancangan Alat Bantu KONSEP TOLERANSI. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik - Unsika
TI.4304 Metrologi & Perancangan Alat Bantu KONSEP TOLERANSI Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik - Unsika 1 Pendahuluan 2 Pendahuluan Pompa sentrifugal Mengalirkan air sampai ketinggian tertentu
Lebih terperinciBAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta
BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING Mulyadi (1), Toti Srimulyati (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang (2) Staf Pengajar Jurusan Manajemen,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang
BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin
Lebih terperinciPEMBERIAN UKURAN DIMENSI
PEMBERIAN UKURAN DIMENSI Dodi Sofyan Arief, ST., MT 17 Desember 2008 Tujuan Pembelajaran : Menggunakan teknik-teknik pemeberian dimensi untuk menguraikan dan bentuk secara baik pada gambar teknik. Membuat
Lebih terperinciB. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja
B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Kegiatan Pem belajaran Peserta diklat dapat (1) Memahami gambar kerja; (2) Memahami instruksi kerja; (3) Memahami peralatan
Lebih terperinciBAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)
BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun
Lebih terperinciSOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN
SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang atau meghilangkan sebagian material dari benda kerjanya. Tujuan digunakan proses
Lebih terperinciHANDOUT PEMESINAN BUBUT. Drs. Nurdjito, MPd Achmad Arifin, S.Pd., M.Eng
HANDOUT PEMESINAN BUBUT Drs. Nurdjito, MPd Achmad Arifin, S.Pd., M.Eng JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah yang
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan
Lebih terperinciSOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN
SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut
Lebih terperinciMetode Pemeriksaan Mampu Ukur Suatu Rancangan Ditinjau dari Spesifikasi Produk Dengan Bantuan Checklist
Metode Pemeriksaan Mampu Ukur Suatu Rancangan Ditinjau dari Spesifikasi Produk Dengan Bantuan Checklist I Made Londen Batan Laboratorium Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Abstrak Menurut
Lebih terperinciBAB I PROSES MANUFAKTUR
BAB I PROSES MANUFAKTUR A. Pendahuluan. teknologi mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Dari sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam
Lebih terperinciBAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan
BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS
Pertemuan ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan TIK Teknik Media Referensi Pembelajaran Pembelajaran 1 Fungsi dan sifat sebagai bahasa teknik Fungsi Pengembangan standar OHP Tujuan fungsi dan
Lebih terperinciSOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN
SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut
Lebih terperinciPERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO
PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka
Lebih terperinciMesin Perkakas Konvensional
Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada
Lebih terperinciMATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang
Kegiatan Belajar MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Dwi Rahdiyanta FT-UNY Membubut Komplek : Ulir, Tirus, Eksentrik, dan Membubut Benda a. Tujuan
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin
PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI Nama : Haga Ardila NPM : 23410094 Jurusan : Teknik mesin LATAR BELAKANG Perkembangan teknologinya dilakukan dengan cara melakukan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL
PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL Muhammad Sabil 1, Ilyas Yusuf 2, Sumardi 2, 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik
Lebih terperinciB A B I I LANDASAN TEORI
B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi pemesinan saat ini telah berkembang sangat pesat, bermula pada tahun 1940-an dimana pembuatan produk benda masih menggunakan mesin perkakas konvensional
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60
PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 Hasrin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl.Banda
Lebih terperinciParameter Pemotongan pada Proses Pembubutan
Materi 1 Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari
Lebih terperinciPOROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :
POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.
Lebih terperinciMETODE PENDEKATAN EVALUASI PRODUK PRATIKAN MENGOPERASIKAN MESIN GERINDA DAN MESIN BUBUT UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS
16 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 20, NO. 2, OKTOBER 20 METODE PENDEKATAN EVALUASI PRODUK PRATIKAN MENGOPERASIKAN MESIN GERINDA DAN MESIN BUBUT UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS Oleh: Hariyanto Dosen
Lebih terperinciJIG DAN FIXTURE. Jig dan fixture adalah alat pemegang benda kerja produksi yang digunakan dalam rangka membuat penggandaan komponen secara akurat.
JIG DAN FIXTURE Jig dan fixture adalah alat pemegang benda kerja produksi yang digunakan dalam rangka membuat penggandaan komponen secara akurat. Hubungan dan kelurusan yang benar antara alat potong atau
Lebih terperinciMATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK
MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK Kompeten Pedagogi 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2.
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILABUS. Pengalaman Belajar. Materi Pokok
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILABUS Program Studi/Jurusan/Bagian : Pendidikan Teknik Mesin/Pendidikan Teknik dan Kejuruan Kode Mata Kuliah : KPTM 232 Mata Kuliah :
Lebih terperinciBAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut
BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level
Lebih terperinciBAB IV PROSES PRODUKSI
BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK
BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK 3.1 Perancangan dan Tahap-tahap Perancangan Perancangan adalah tahap terpenting dari seluruh proses pembuat alat. Tahap pertama
Lebih terperinciBAB IX JIG DAN FIXTURE
BAB IX JIG DAN FIXTURE Jig dan fixture adalah piranti pemegang benda kerja produksi yang digunakan dalam rangka membuat penggandaan komponen secara akurat. Hubungan dan kelurusan yang benar antara alat
Lebih terperinciANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC
ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC Muhammad Yanis Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya Prabumulih
Lebih terperinciPROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI
Prosman - 04 Learning Outcomes PROSES PERMESINAN Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja mesin bor dan gurdi PROSES PERMESINAN (Part 2) Outline Materi Proses Pemesinan dengan Mesin Bor dan Gurdi Proses
Lebih terperinciBAB IX JENIS DAN FUNGSI JIG DAN FIXTURE
BAB IX JENIS DAN FUNGSI JIG DAN FIXTURE Jig dan fixture adalah piranti pemegang benda kerja produksi yang digunakan dalam rangka membuat penggandaan komponen secara akurat. Hubungan dan kelurusan yang
Lebih terperinciMESIN BOR. Gambar Chamfer
MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pembekalan bagi setiap individu berupa pembentukan sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan kerja (skill). Dalam
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros
Lebih terperinciMEMBACA GAMBAR TEKNIK
MEMBACA GAMBAR TEKNIK Kompetensi Dasar: Membaca gambar teknik Oleh: Pranowo Sidi, ST., MT pransidi@ppns.ac.id pransidi@yahoo.com POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah kegiatan
Lebih terperinciBAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)
BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang
Lebih terperinciBAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II
BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang
Lebih terperinciBUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta
BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Perancangan Alat Bantu Perancangan (desain/design) alat bantu (tools) merupakan: proses mendesain dan mengembangkan alat bantu, metoda, dan teknik yang dibutuhkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PENDAHULUAN Tempat tidur terapi 2 section adalah tempat tidur yang di dirancang untuk mendukung pemeriksaan dan perawatan sendi mayor dan terapi otot manual.terutama digunakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal
Lebih terperinciPROSES MANUFACTURING
PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pemesinan Untuk membuat suatu alat atau produk dengan bahan dasar logam haruslah di lakukan dengan memotong bahan dasarnya. Proses pemotongan ini dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciTURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X
TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JENIS PAHAT DAN VARIABEL PEMOTONGAN DENGAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam
Lebih terperinciTORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal
PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG. Telah dilaksanakan penelitian terhadap perbedaan
Lebih terperinciMODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN
MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN GENAP 2017-2018 Purnami, ST., M.T. Asisten Studio Gambar Teknik dan Mesin Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya DAFTAR ISI BAB I ATURAN DASAR PEMBERIAN
Lebih terperinciSOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN
SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085749055673 2010 UN Paket: B 2010 1. Gambar pandangan dengan metode proyeksi sudut ketiga
Lebih terperinciStudi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir
Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Agung Premono 1, a *, Triyono 1, R. Ramadhani 2, N. E. Fitriyanto 2 1 Dosen, Jurusan
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING
PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING NAMA : SOFIAN OKTAVIARDI NPM : 27412096 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : IRWANSYAH, ST., MT. Latar
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Kampus Bukit Jimbaran Telp/Faks: 0361-703321, Email: mesin@me.unud.ac.id SURAT KETERANGAN No :
Lebih terperinciFORMULASI EVALUASI PRODUK PRATIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK TEKNOLOGI MEKANIK
Hariyanto & Sugianto, Formulasi Evaluasi Produk Pratikan... 4 FORMULASI EVALUASI PRODUK PRATIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK TEKNOLOGI MEKANIK Oleh: H a r i y a n t o 1,
Lebih terperinciGambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet
Lebih terperinciPENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS
PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS Dr.-Ing Agus Sutanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang
Lebih terperinciINSTRUMEN TES PADA RANAH KOGNITIF PENELITIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DASAR
122 INSTRUMEN TES PADA RANAH KOGNITIF PENELITIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DASAR A. Petunjuk 1. Tulislah nama dan kelas anda pada lembar jawaban. 2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, komputer digunakan untuk berbagai keperluan, baik sebagai sarana untuk membantu pekerjaan maupun sarana hiburan. Penggunaannya
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI. Jenis-Jenis Mesin Bubut
PROSES PRODUKSI Jenis-Jenis Mesin Bubut Disusun Oleh : UUN HARHARA Fakultas Sains dan Teknologi, Teknik Mesin Universitas Islam As-Syafi iyah 2014 Proses Produksi, Jenis-Jenis Mesin Bubut. Fst-UIA 1 Daftar
Lebih terperinciTEKNIK PEMESINAN JILID 2
Widarto TEKNIK PEMESINAN JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen
Lebih terperinciBEKERJA DENGAN MESIN BUBUT
1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi seperti saat ini, persaingan-persaingan dalam pembuatan suatu produk menjadi semakin meningkat. Berbagai proses
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Alir Perancangan Muiai Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP I Sketsa alat Desain gambar Perancangan alat Kerangka Mesin Kerangka Meja Poros Perakitaiimesin
Lebih terperinciMemprogram Mesin CNC (Dasar)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN Memprogram Mesin CNC (Dasar) BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT
Lebih terperinciEVALUASI PRODUK PRAKTIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Achmad Syahid, Tri Andi Setiawan, Hariyanto, Evaluasi Produk Praktikan pada Pengoperasian Mesin... 1 EVALUASI PRODUK PRAKTIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS
Lebih terperincicommit to user BAB II DASAR TEORI
3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan
Lebih terperinciDalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:
Cara Kerja Mesin Sekrap (Shaping Machine) Mesin Skrap atau biasa juga dituliskan sebagai sekrap (Shaping Machine) merupakan jenis mesin perkakas yang memiliki gerak utama yakni bolak balok secara horizontal.
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciBAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahan yang
Lebih terperinciSOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN
SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 1. Gambar berikut yang menunjukkan proyeksi orthogonal. A. D. B. E. C. 2. Gambar
Lebih terperinci