BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Sophie Damayanti / SF ITB

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Data Pengambilan Sampel T CR02659 AUG11A01

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Penentuan Kesadahan Dalam Air

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

kimia TITRASI ASAM BASA

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LOGO TEORI ASAM BASA

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK DASAR TITRASI KOMPLEKSOMETRI. Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih. Oleh. Kelompok V. Indra Afiando NIM

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

Pemisahan dengan Pengendapan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

BAB 7. ASAM DAN BASA

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

Reaksi dalam larutan berair

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

KIMIA (2-1)

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

ASAM, BASA DAN GARAM

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

LOGO Analisis Kation

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA JAWABAN (DOKUMEN NEGARA) UjianTeori. Waktu: 100 menit

PEMISAHAN DENGAN CARA PENGENDAPAN. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat mendeskripsikan cara-cara pemisahan dengan proses pengendapan

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

C. Reaksi oksidasi reduksi berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan Oksidasi (biloks)

ASAM, BASA, DAN GARAM

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aluminium Hidroksida 2.1.1 Sifat Fisika Aluminium Hidroksida Rumus Molekul: Al(OH) 3 OH Al OH OH Berat Molekul: 78,00 Aluminium hidroksida merupakan padatan berbentuk serbuk kristal, granul berwarna putih, tidak berbau; Titik lebur 300ºC (572ºF); Berat jenis = 2,423 dan dapat mengandung aluminium karbonat dan aluminium bikarbonat basa dalam jumlah bervariasi (Ditjen POM, 1995). 2.1.2 Sifat Kimia Aluminium Hidroksida Aluminium hidroksida praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam mineral encer dan larutan alkali hidroksida (Ditjen POM, 1995). Aluminium hidroksida merupakan senyawa amfoter, yaitu mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa. Reaksi netralisasi aluminium hidroksida dengan asam: Al (OH) 3 (s) + 3 H + Al 3+ + 3 H 2 O Reaksi netralisasi aluminium hidroksida dengan basa: Al (OH) 3 (s) + OH - [Al (OH) 4 ] - (Svehla, 1979).

2.2 Antasida Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian ph akan menurunkan aktivitas pepsin. Beberapa antasida, misalnya aluminium hidroksida diduga menghambat pepsin secara langsung. Kapasitas menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi bervariasi, tetapi umumnya ph lambung tidak sampai diatas 4 (Estuningtyas dan Arif, 2007). 2.2.1 Penggolongan Antasida Antasida dibagi dalam 2 golongan yaitu antasida sistemik dan antasida nonsistemik. Antasida sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorpsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal dapat terjadi alkalosis metabolik (Estuningtyas dan Arif, 2007). Antasida nonsistemik hampir tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida nonsistemik adalah sediaan magnesium, aluminium, dan kalsium (Estuningtyas dan Arif, 2007). 2.2.2 Sediaan Antasida Antasida tersedia dalam sediaan sirup maupun tablet, antasida juga tersedia sebagai obat generik maupun obat paten (Anonim, 2013). Kandungan dari sediaan antasida yaitu: kandungan aluminium dan / atau magnesium, kandungan natrium bikarbonat, dan kandungan kalsium karbonat. Simeticone (bentuk aktif dimetikon), diberikan sendiri atau ditambahkan pada antasida sebagai anti buih untuk meringankan kembung (flatulen) (Sukandar, dkk., 2008).

2.3 Penetapan Kadar Aluminium Hidroksida Penetapan kadar baku aluminium hidroksida menurut Farmakope Indonesia Edisi ke IV dilakukan dengan metode kompleksometri secara titrasi tidak langsung. 2.3.1. Teori Kompleksometri Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asambasa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan suatu asam (Day dan Underwood, 1981). Ligan dari kata Latin ligare, yang berarti mengikat. Atom pada ligan yang memberikan pasangan elektron pada ion logam dinamakan atom donor sedangkan ion logamnya disebut akseptor. Ligan dalam kompleks dapat berupa anion atau molekul netral yang mengandung sebuah atom atau lebih dengan paling sedikit mempunyai sepasang elektron yang dapat diberikan pada ion logam (Brady, 1986). Ligan dapat diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan elektron menyendiri kepada logam. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul, dapat merupakan heksadentat (Basset, dkk., 1991). Schwarzenbach menyatakan bahwa ion asetat mampu membentuk kompleks-kompleks asetat yang rendah kestabilannya dengan hampir semua

kation polivalen, dan sifat ini dapat diperkuat dengan efek sepit, maka kompleks-kompleks yang jauh lebih kuat akan terbentuk oleh kebanyakan kation ion logam. Ia menemukan bahwa asam-asam aminopolikarboksilat merupakan zat-zat pengkompleks yang baik sekali: yang paling penting dari ini adalah asam etilenadiaminatetraasetat (Basset, dkk., 1991). Berbagai nama trivial (nama khusus) digunakan untuk asam etilenadiaminatetraasetat dan garam natriumnya meliputi: Trilon B, Komplekson III, Sekuestrena, Versena, dan Khelaton 3 (Basset, dkk., 1991). EDTA mendapat aplikasi umum yang paling luas dalam analisis karena aksi mengkompleksnya yang sangat kuat dan tersedia secara komersial (Basset, dkk., 1991). Dalam perdagangan yang sering digunakan bentuk garamnya yaitu dinatrium edetat dengan struktur kimia dibawah ini. Struktur ruang anionnya yang mempunyai enam atom penyumbang memungkinkan untuk memenuhi bilangan koordinasi enam yang sering dijumpai diantara ion-ion logam. Kompleks-kompleks yang dihasilkan mempunyai struktur serupa, tetapi berbeda satu sama lain dalam hal muatan yang dibawa. Satu struktur kompleks dengan suatu ion divalen dapat dilihat pada gambar berikut ini.

CO O CH 2 2 O CO CH 2 O N M N CO CH 2 CH 2 CH 2 (Basset, dkk., 1991). O CH 2 CO Untuk menyerdehanakan pembahasan berikut, EDTA diberi rumus H 4 Y; maka garam dinatriumnya adalah Na 2 H 2 Y, dan memberi ion pembentuk kompleks H 4 Y 2- dalam larutan air; ia bereaksi dengan semua logam dalam rasio 1:1. Reaksi dengan kation dapat ditulis sebagai: M 2+ + H 2 Y 2- MY 2- + 2H + (1) M 3+ + H 2 Y 2- MY - + 2H + (2) M 4+ + H 2 Y 2- MY + 2H + (3) Rumus Umum: M n+ + H 2 Y 2- (MY) (n-4)+ + 2H + (4) (Basset, dkk., 1991). Dalam semua kasus satu mol H 2 Y 2- yang membentuk kompleks akan bereaksi dengan satu mol ion logam, dan selalu terbentuk dua mol ion hidrogen. Nampak dari persamaan (4) bahwa disosiasi kompleks akan ditentukan oleh ph larutan; menurunkan ph akan mengurangi kestabilan kompleks logam-edta. Semakin stabil kompleks, semakin rendah ph pada mana suatu titrasi EDTA dari ion logam bersangkutan dapat dilaksanakan (Basset, dkk., 1991).

Tabel di bawah ini menunjukkan nilai ph minimum untuk eksistensi kompleks EDTA dari beberapa logam pilihan. ph Minimum Adanya Kompleks Logam Pilihan 1 3 4 6 8 10 Zr 4+ ; Hf 4+ ; Th 4+ ; Bi 3+ ; Fe 3+ Pb 2+ ; Cu 2+ ; Zn 2+ ; Co 2+ ; Ni 2+ ; Mn 2+ ; Fe 2+ ; Al 3+ ; Cd 2+ ; Sn 2+ Ca 2+ ; Sr 2+ ; Ba 2+ ; Mg 2+ Jadi terlihat bahwa pada umumnya kompleks EDTA dengan ion logam divalen stabil dalam larutan basa atau sedikit asam, sementara kompleks dengan ion logam tri dan tetravalen terjadi dalam larutan-larutan dengan keasaman yang jauh lebih tinggi (Basset, dkk., 1991). 2.3.2 Metode Kompleksometri 1. Titrasi Langsung Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan, dibuferkan sampai ph yang dikehendaki dan titrasi langsung dengan larutan baku EDTA. Untuk mencegah pengendapan hidroksida logam (garam basa) dengan menambahkan sedikit zat pengkompleks pembantu seperti tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekuivalen, besarnya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan turun mendadak. Ini umumnya ditetapkan dari perubahan warna dari indikator logam yang berespons (Basset, dkk., 1991). 2. Titrasi Balik (Tidak Langsung) Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung; mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangkau ph yang perlu untuk dititrasi, atau mungkin membentuk kompleks-kompleks yang inert, atau

indikator logam yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal ini ditambahkan larutan baku EDTA berlebih, kemudian larutan di buffer pada ph yang diinginkan, dan kelebihan pereaksi dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam; yaitu larutan ZnCl 2 / ZnSO 4 atau MgCl 2 / MgSO 4. Titik akhir titrasi dideteksi dengan bantuan indikator logam yang memberi respon terhadap ion logam yang terdapat dalam titrasi kembali (Basset, dkk., 1991). 3. Titrasi Penggantian (Substitusi) Titrasi substitusi dapat digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (bereaksi dengan tak memuaskan) dengan indikator logam, atau untuk ion logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil dari pada kompleks EDTA dari logam-logam lainya seperti magnesium dan kalsium. Kation logam M n+ yang akan ditetapkan dapat diolah dengan kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi berikut terjadi: M n+ + MgY 2- (MY) (n-4)+ + Mg 2+ Jumlah ion magnesium yang dibebaskan ekuivalen dengan kation-kation yang berada disitu, dapat dititrasi dengan suatu larutan baku EDTA dan indikator logam yang sesuai (Basset, dkk., 1991). 4. Titrasi Alkalimetri Bila suatu larutan dinatrium etilenadiaminatetraasetat (Na 2 H 2 Y), ditambahkan pada larutan yang mengandung ion-ion logam, terbentuklah kompleks-kompleks dengan disertai pembebasan dua ekuivalen ion hidrogen: M n+ + H 2 Y 2- (MY) (n-4)+ + 2H + Ion hidrogen yang dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan menggunakan indikator asam-basa. Pilihan lain, suatu

campuran iodat-iodida ditambahkan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan dengan tepat sebelum dititrasi; ini hal yang sukar yang disebabkan oleh hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi alkalimetri (Basset, dkk., 1991). 2.3.3 Indikator Ion Logam Keberhasilan suatu titrasi EDTA bergantung pada penetapan titik akhir secara cermat. Persyaratan bagi sebuah indikator ion logam untuk digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir meliputi: 1. Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna jelas. 2. Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. 3. Kompleks indikator-logam harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun kompleks indikator logam harus kurang stabil dibanding kompleks logam-edta untuk menjamin pada titik-akhir, EDTA melepaskan ion-ion logam dari kompleks indikator-logam. Perubahan dalam kesetimbangan dari kompleks indikator-logam ke kompleks logam-edta harus tajam dan cepat. 4. Warna yang kontras antara indikator bebas dan kompleks indikator-logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. 5. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan warna terjadi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen.

6. Persyaratan diatas harus dipenuhi dalam jangkau ph pada mana titrasi dilakukan (Basset, dkk., 1991). 2.4 Validasi Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Parameter analis yang ditentukan adalah akurasi (kecermatan) dan presisi (keseksamaan). Menurut Harmita (2004), akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku (standard addition method). Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. CF C % Perolehan Kembali (% Recovery) = * C A A x 100% Keterangan: C F = Konsentrasi sampel setelah penambahan baku C A = Konsentrasi sampel sebelum ditambahkan baku C* A = Konsentrasi baku yang ditambahkan Presisi (keseksamaan) merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-

sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presisi diekspresikan dengan relatif standard deviasi (RSD) dari serangkaian data (Harmita, 2004). RSD = 100 x SD x Keterangan: RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standard Deviasi x = Kadar Rata rata Sampel