8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik (dalam Mulyasa 2004:170) mengemukakan bahwa evaluasi itu adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi). Pengalaman, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik. Setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik ( 2001: 159) mengatakan bahwa hasil belajar adalah keseluruhan pengukuran, pengelolaan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.. Menurut Gagne (dalam Thobroni dan Mustofa, 2011:23) mengemukakan bahwa hasil belajar meliputi hal-hal berikut : 1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. 3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan megarahkan aktivitas kognitifnya.
9 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Bloom ( dalam Thobroni dan Mustofa, 2011:24) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) Domain Kognitif mencakup : a. Knowledge (pengetahuan, ingatan) ; b. Comprehensien (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh) ; c. Application (menerapkan) ; d. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan) ; e. Evaluating (menilai). 2) Domain Afektif mencakup : a. Receiving (sikap menerima) ; b. Responding (memberikan respon) ; c. Valuing (nilai) ; d. Organization (organisasi) ; e. Characterization (karakterisasi). 3) Domain Psikomotor mencakup : a. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, mmanajerial dan intelektual Pada umumnya orang mengartikan bahwa hasil belajar sama dengan prestasi belajar. Menurut Purwanto (2002:101) bahwa hasil belajar adalah prestasi yang dicapai,
10 dilaksanakan dan dikerjakan. Sedangkan menurut Dimiyati dan Mudjiono (2002:97) bahwa hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran di mana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai. Berdasarkan pengertian di atas maka prestasi adalah hasil yang dicapai setelah melalui atau melaksanakan suatu perbuatan. Ini berarti makin banyak usaha dalam perbaikan perbuatan tersebut maka makin baik pula hasil yang akan diperoleh. Menurut Gagne (dalam Dimiyati dan Mudjiono, 2002:10) hasil belajar adalah kapasitas yang memungkinkan beragam penampilan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yakni timbulnya pengertian-pengertian baru dari tidak tahu menjadi tahu, terjadinya perubahan sikap, keterampilan baru, dan perkembangan sifat-sifat sosial. Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diinginkan adalah hasil belajar yang maksimal sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk mencapai hasil belajar tersebut sangat diperlukan kesiapan alat dan bahan mengajar serta mental siswa yang selalu termotivasi dalam menerima materi yang akan dibelajarkan. Hasil belajar akan maksimal jika dimotivasi oleh rasa ingin tahu terhadap materi. Menurut Sukmadinata (2009:102) hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya berhasil dengan baik. Menurut Purwanto (2009:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar, perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
11 Berdasarkan penelian yang dilakukan guru di sekolah, maka hasil belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan dalam bentuk pernyataan verbal (kualitatif). Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya : 10, 9, 8, dan seterusnya sedangkan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk verbal misalnya baik sekali, baik, sedang kurang dan sebagainya. Sedangkan menurut Mudjiono (2006:200) hasil belajar merupakan proses untuk menetukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Menurut Kingsley (dalam Sudjana, 2009:45) membagi tiga macam hasil belajar yaitu ; a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat di isi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Gagne (dalam Sudjana, 2006:22) menyebutkan ada lima kategori hasil belajar yaitu: a) informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d) sikap dan e) keterampilan motoris. Bloom (dalam Sudjana, 2006:22-32) menyatakan bahwa taksonomi hasil belajar di bagi dalam tiga kawasan, yaitu 1) kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi:, 2) afektif : penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian pengkarakterisasian: dan 3) Psikomotorik : peniruan, manipulasi, ketepatan, artikulasi, dan pengalaman. Dengan demikian fokus kajian dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran yang ditunjukan oleh peningkatan pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep-konsep dalam menyelesaikan masalah.
12 Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana, 2006:48) mengelompokkan hasil belajar kedalam macam-macam hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, invormasi verbal, siasat kognitif, keterampilan motoris, dan sikap. 2.1.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Menurut Purwanto (dalam Thobroni dan Mustofa, 2011:31-34), berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut : 1) Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual, yang meliputi hal-hal berikut : a) Faktor kematangan atau pertumbuhan Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan atau tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. b) Faktor kecerdasan atau intelegensi Di samping faktor kematangan, berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dipengaruhi pula oleh faktor kecerdasan. c) Faktor latihan dan ulangan Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan makin mendalam. d) Faktor motivasi Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. e) Faktor pribadi
13 Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang berbeda dengan manusia lain. 2) Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial. Termasuk ke dalam faktor di luar individual atau faktor sosial antara lain sebagai berikut : a) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga b) Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami anak-anak. c) Faktor guru dan cara mengajari. Saat anak belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. d) Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar e) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia f) Faktor motivasi sosial. Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua maupun dari orang lain. Makmun (dalam Mulyasa, 2005:190-191) mengemukakan komponen komponen yang terlibat dalam pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil belajar yaitu : 1) masukan mentah, menunjuk pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, 2) masukan instrumental, diperlukan seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, 3) masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi keadaan fisik dan suasana sekolah serta hubungan dengan pengajar dan teman. Slameto (2010:54-71) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan ekstern yang akan dijabarkan dibawah ini :
14 1) Faktor faktor intern a) Faktor intern terbagi menjadi beberapa faktor yaitu faktor jasmani, psikologis dan faktor kelelahan. b) Faktor jasmani terbagi atas beberapa faktor yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. c) Faktor psikologis terbagi atas beberapa faktor yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 2) Faktor faktor ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. a) Faktor keluarga terbagi dari beberapa aspek yaitu : 1) cara orang tua mendidik, 2) relasi antar anggota keluarga, 3) suasana rumah, 4) keadaan ekonomi keluarga, 5) pengertian orang tua, 6) latar belakang kebudayaan b) Faktor sekolah terbagi dari beberapa aspek yaitu : 1) metode mengajar, 2) kurikulum, 3) relasi guru dengan siswa, 4) relasi siswa dengan siswa, 5) disiplin sekolah, 6) alat pelajaran, 7) waktu sekolah, 8) standar pelajaran di atas ukuran, 9) keadaan gedung, 10) metode belajar, 11) tugas rumah. c) Faktor masyarakat terdiri dari beberapa aspek yaitu : 1) kegiatan siswa dalam masyarakat, 2) masa media, 3) teman bergaul, 4) bentuk kehidupan masyarakat. 2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Slavi (dalam Isjoni, 2009:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetorogen.
15 Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni 2009:15) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar berkerjasama selama proses pembelajaran. Isjoni (2009:14) Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya siswa harus berkerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Stahl (dalam Isjoni, 2009:15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Johnson dan Sutton (dalam Trianto, 2009:60-61), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu : 1) saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
16 2) interaksi antara siswa yang semakin meningkat. 3) tanggungjawab individual. 4) keterampilan interpesonal dan kelompok kecil. 5) proses kelompok. Proses kelompok tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Thompson ( dalam Isjoni, 2009:17) mengemukakan pembelajaran kooperatif turut membahas unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling berkerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Koes ( Isjoni, 2009:20 ) mengatakan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang di inginkan.
17 Lie (dalam Isjoni, 2009:23) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa berkerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat berkerjasama dengan orang lain siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Isjoni (2005:27) ada beberapa ciri dalam pembelajaran kooperatif yaitu : a) setiap anggota memiliki peran, b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, c) setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Shlo Sharan ( dalam Hamzah dan Nurdin, 2012:120) mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pembelajaran yang memenuhi tiga kondisi, yaitu a) adanya kontak langsung, b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok, dan c) adanya persetujuan antar-anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif.
18 Dan hal penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. 2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu Lie (2010:67) berpendapat bahwa teknik belajar mengajar Tari Bambu sebagai modifikasi lingkaran kecil lingkaran besar. Teknik Tari Bambu dimana siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari bambu Filipina yang juga populer dibeberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Lie (2010:67), salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Tari Bambu dapat digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik. Hanafiah dan Suhana (2012:56), Tari Bambu bertujuan agar peserta didik saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.
19 Isjoni (2009:69), Tari Bambu, teknik ini merupakan modifikasi lingkaran kecil lingkaran besar karena keterbatasan ruang kelas. Suprijono (2012:98), pembelajaran dengan metode Bambo Dancing serupa dengan metode Inside Outside Circle. Pembelajaran di awali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanyajawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Istarani (2012), Pembelajaran dengan model Bamboo Dancing sama dengan metode inside circle. Pembelajaran di awali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau guru bisa juga mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang mereka ketahui tentang materi tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa pertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi. 2.1.5 Langkah-Langkah Model Tari Bambu
20 Menurut Suprijono (2012:98-99), adapun langkah-langkah Tari Bambu sebagai berikut : a) Guru membagi kelas menjadi dua kelompok besar. Jika dalam suatu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri dari 20 orang. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu 10 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasangpasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. b) Bagikan tugas pada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu diberikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya. c) Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap peserta didik akan mendapatkan pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap tiap peserta didik kembali kepasangan asal. d) Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi ditiap-tiap kelompok besar dapat di objektifikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas. Hanafiah dan Suhanah (2012:56) Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :
21 a.) Separuh kelas atau seperempat kelas, jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika cukup ruangan mereka bisa berjajar didepan kelas. Kemungkinan lain peserta didik berjajar disela-sela deretan bangku. cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena memerlukan waktu relatif singkat. b.) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama. c.) Dua peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi d.) Kemudian, satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. dengan cara ini, masing-masing peserta didik mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan. Lie (2010:67) Dalam model pembelajran kooperatif tipe Tari Bambu mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : a.) Separuh kelas atau seperempat kelas, jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika cukup ruangan mereka bisa berjajar didepan kelas. Kemungkinan lain peserta didik berjajar disela-sela deretan bangku. cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena memerlukan waktu relatif singkat. b.) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama. c.) Dua peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi d.) Kemudian, satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. dengan cara ini, masing-masing peserta didik mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
22 2.1.6 Kelebihan Model Pembelajaran Bamboo Dancing (Tari Bambu) Istarani (2012), Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik. Oleh karena itu kelebihan metode ini adalah : 1) Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran. 2) Meningkatkan kerjasama diantara siswa 3) Meningkatkan toleransi antara sesame siswa. 4) Melatih daya ingat siswa. 5) Melatih kecakapan dalam memberikan informasi kepada orang lain. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarakan uraian diatas maka dalam penelitian ini peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut jika guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS akan meningkat.