PT. TUNAS HARMONI ABADI

dokumen-dokumen yang mirip
Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

III. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK HAYATI TERHADAP HASIL PADI PADA SISTEM JAJAR LEGOWO 2:1 Oleh : Jarek Putradi. (Penyuluh Pertanian Madya pada DISPERPA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

HASIL PANEN BERTON-TON DENGAN TEKNOLOGI HAZTON. Oleh : Fitri Ikayanti, SP

Sumber : Nurman S.P. (

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

III.TATA CARA PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

Teknik Budidaya Singkong Mekarmanik Teknologi MiG-6PLUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, dan metode kualitatif. Menurut Nazir dalam Iin, 2008, metode

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PADI ORGANIK

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

III. METODE PENELITIAN

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

PETUNJUK PENGGUNAAN NUTRISI SAPUTRA

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan )

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

1 SET A. INDIVIDU PETANI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

Transkripsi:

LAPORAN HASIL PENERAPAN REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA DEMPLOT 55 HA DILAHAN SANG HYANG SERY SUKAMANDI SUBANG JAWA BARAT OLEH PT. TUNAS HARMONI ABADI 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan di negeri berkembang akan meningkat 60% pada tahun 2030 dan dua kali lipat (100%) di tahun 2050. Menurut salah satu peneliti pangan Bahnassi, Draggan And Yoyo (2011), krisis pangan dunia dimulai tahun 2007 dengan melonjaknya penduduk dunia bilayang kekurangan pangan. Bila tidak dilakukan gebrakan teknologi dalam bidang teknologi pertanian, maka terdapat 1,1 milyard penduduk kekurangan pangan dan 25.000 orang mengalami kondisi klrisis. Dengan terobosan yang dilakukan melaui perkawinan teknologi jajar legowo terjadi peningkatan hasil yang signifikan yakni 9,8 11 ton/ha yang dilakukan oleh PT. Tunas Harmoni Abadi bekerjasama dengan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Di Indonesia, beras merupakan pangan utama. Konsumsi beras Indonesia adalah tertinggi di dunia dengan rata-rata 139 kg per kapita per tahunnya, walaupun ada beberapa provinsi yang mengkonsumsi dibawah 100 kg/tahun seperti Maluku dan Bali. Potensi ketahanan pangan Indonesia sangat potensial dikembangkan, asal semua pihak serius mau memikirkannya. Dengan proses pertanian tradisional benar benar ditinggalkan, teknik tersebut dianggap tidak produktif karena hasilnya yang kurang optimal.hampir 100 % beras yang dikonsumsi penduduk Indonesia merupakan hasil pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang intensif.menurut WHO (lembaga kesehatan dunia) selama beberapa tahun terakhir banyak bermunculan penyakit akibat keracunan zat kimia yang digunakan dalamk usahatani tanaman pangan (Pupuk dan pestisida kimia). Salah satu peneliti, (Saenander et. 2010) menyatakan dari hasil kajiannya bahwa pestisida kimia bekerja mulai dari daun, batang, akar terus hingga ke biji beras. Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran dosis standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan.beberapa hasil pengujian lapang terhadap tanaman kentang, jagung dan padimenunjukkan hasil yang menggembirakan, karena selain dapat menghemat biaya pupuk, juga dapat meningkatkan produksi khususnya untuk dosis 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik (Goenadi et. al., 1998). Pada kombinasi 75 persen

pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik tersebut biaya pemupukan dapat dihemat sebesar 20,73 persen untuk tanaman kentang ; 23,01 persen untuk jagung ; dan 17,56 persen untuk padi. Produksi meningkat masing-masing 6,94 persen untuk kentang, 10,98 persen untuk jagung, dan 25,10 persen untuk padi. Penggunaan pupuk organik hingga 25 persen akan mengurangi biaya produksi sebesar 17 hingga 25 persen dari total biaya produksi. TEKNOLOGI BIOTA DENGAN POLA ORGANIK Respon padi dengan pola SRI terhadap pupuk dan pestisida organik dengan menambahkan mineral organik dan mineral alami sehingga menjadi pupuk organik plus. Mineral alami yang dapat ditambahkan yakni dari tepung darah menambah unsur N dan P, tepung tulang menambah unsur K dan P, sedangkan tepung cangkang menambah unsur Ca. Dari hasil uji lapangan yang dilakukan Tim Peneliti dan Fakultas Pertanian Unhas diperoleh hasil yang sangat signifikan apabila pola SRI di jajar legowokan.terdapat jumlah anakan yang sangat signifikan dengan rata-rata 52 anakan produktif.hasil penelitian(yassi, dkk, 2015), menunjukkan bahwa aplikasi pupuk cair majemuk lengkap pada pertanaman padi pada tiga tekstur tanah liat, lempung dan pasir menunjukkan hasil yang signifikan pada hampir semua komponen pertumbuhan dan produksi tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah bulir dan produksi yang dicapai 7,6 t.ha -1 ) dibandingkan tanpa aplikasi Biota diperoleh produksi 5.4 t.ha -1 saat penelitian terjadi musim kemarau. Selanjutnya diperoleh bahwa pertanaman padi pada tekstur lempung dengan sistem legowo 4:1 nyata lebih tinggi yakni sebesar 7,6 t.ha -1 dibanding tekstur liat 7,1 t.ha - 1 dan tekstur pasir diperoleh 6,4 t.ha -1. Dari hasil uji lapangan di Sukamandi seluas 55 ha produksi dicapai kisaran produksi antara 6,4t.ha -1 kadar air 13-14% 9.8 t.ha -1 GKG kadar air 17% atau 7,1 t.ha - 1 GKP 10,5 t.ha - 1 GKP denganrata rata 8,8 t.ha -1 GKP.Pelaksanaan uji lapangan tersebut hanya mencapai 60% dimana beberapa komponen teknik budidaya tidak terlaksana sesuai anjuran antara lain keterlambatan pengendalian gulma, pengelolaan air, waktu pemupukan dan keterlambatan panen. Hasil uji lapangan pada lahan seluas 100 ha yang dilakukan A. Yassi (2015) pada musim tanam gadu pada penerapan model pertanian modern dengan tiga sistem

tanam yakni sistem tanam tegel, SRI dan Legowo 2:1 pada komponen pengamatan panjang malai, jumlah bulir dan produksi per hektar diperoleh hasil (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata panjang malai (cm), jumlah bulir per malai (buah)dan Produksi per Hektar (t.ha -1 ) Umur Sistem Tanam Biota Plus + 50% dosis pupuk (urea, ZA dan NPK) Urea, ZA dan NPK (dosis 100%) Panjang malai Jumlah bulir Produksi Per hektar Tegel 25,6 22,8 SRI 29,3 24,5 Legowo 2:1 25,1 23,9 Tegel 10,1 9,5 SRI 13,8 9,7 Legowo 2:1 10,2 9,6 Tegel 9,8 8,1 SRI 11,088 8,8 Legowo 2:1 9,1 8,7 Hasil uji lanjut pada Tabel 1, pada pengamatan panjang malai, jumlah bulir permalai dan produksi per hektar menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pemberian pupuk organik Biota plus + 50% dosis pupuk an organik memperlihatkan panjang malai tertinggi sebesar 29,3 cm pada sistem tanam pola SRI disusul sistem tanam tegel dan legowo 2:1. Sedangkan nilai rata-rata jumlah bulir per malai diperoleh nilai tertinggi pada sistem tanam pola SRI sebanyak 13,8 buah berturut-turut sistem legowo sebesar 10,2 buah dan sistem tanam tegel sebesar 10,1 buah. Selanjutnya pada pengamatan produksi per hektar menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk organik cair lengkap Biota plus + 50% dosis pupuk anorganik memberikan produksi per hektar tertinggi antara 9,1 11,088 t.ha -1. Produksi tersebut diperoleh tertinggi pada pola SRI sebanyak 11,088 t.ha -1. Pestisida organik dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni Pestisida Nabati dimana bahan-bahannya berasal dari tumbuh tumbuhan yang mengandung zat anti serangga dan Pestisida Hewani dimana pestisida yang berasal dari hewan dengan bahan baku yang tidak banyak seperti urine sapi (Andoko, 2006). Dengan rekayasa teknologi Biota sebagai teknologi dengan pola organik maka diharapkan 3 4 tahun kedepan tanah akan semakin subur dimana kimia tercuci

sehingga tanah tidak mengandung lagi zat zat kimia yang pada akhirnya tercipta padi organik yang mana dengan 1 ha akan menuju millionare 5 tahun kedepan, dengan analisa sebagai berikut : Jika 1 Ha menghasilkan 6.000 kg beras, maka : 6.000 Kg x Rp. 25.000 = Rp. 150.000.000 Jika selama 5 tahun dengan jumlah panen 12 kali panen, maka : 12 x Rp. 150.000.000 = Rp. 1.800.000.000 Pendapatan perbulan petani selama 5 tahun : Rp. 1.800.000.000/60 = Rp. 13.300.000. Yang Satu Milyar didepositokan dengan bunga 7% per tahun maka pendapatan petani untuk hari esok (pensiun) Rp. 5.883.330/bulan. Dengan mengelola padi organik peluang pasarnya sangat besar dimana dengan kemajuan ekonomi banyak yang mencari beras organik karena dampak positifnya juga terhadap kesehatan sangat baik. PENGELOLAAN TANAMAN DENGAN REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA 1. Dengan wadah sesuai jumlah benih yang akan ditanam, mula-mula seleksi benih bernas melalui perendaman benih dengan air bersih dan larutan garam indikator telur sebagai ukuran salinitas. Masukkan benih ke dalam baskom, aduk benih hingga 3 kali lalu semua benih yang terapung di angkat kemudian dipindahkan ke baskom lain yang berisi air biasa. Masukkan benih kedalam satu karung, lalu dibagi dua untuk selanjutnya direndamselama kurang lebih 24 jam (gambar 1). Gambar 1. Proses seleksi benih bernas dengan air bersih dan larutan garam

2. Proses perendaman dengan air bersih ditambahkan Biota Plus 10 cc / 10liter air + Hormax 10 ccr + Hatake 10 cc. Gambar 2. Benih yang akan direndam dicampur dengan Biota Plus dan hormex 3. Bibit yang sudah direndam, diperam selama 24 jam. Apabila sudah mencapai 10 jam sebaiknya disiram dengan sisa air rendaman tadi. Gambar 3. Hasil benih yang telah diperam

Gambar 4. Benih yang telah disemai dengan kepadatan berjarak 3 mm 4. Sebelum dihambur, disemprot dengan Biota Plus dan Hormax masing-masing 40cc/tangki. Gambar 5. Kondisi persemaian padi

5. Benih dihambur agak jarang, jarak antara benih sekitar 3 mm benih satu dengan yang lainnya. Gambar 6. Pertumbuhan benih dipersemaian umur 3 hari 6. Benih umur 5 hari disemprot lagi dengan Biota 20 cc dan Hormax 30 cc. Gambar 7. Kondisi bibit yang telah disemai berumur 8 hari

7. Benih umur 10 hari disemprot lagi dengan Biota 30 cc, Pesnab 30 cc / tangki. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi hari jam 06.00 maksimal jam 9. 8. Setelah dicabut agar akarnya direndam pada larutan yang telah disediakan pada petak kecil seperti pada gambar 8. Gambar 8. Proses pencabutan bibit dan perendaman akar bibit 9. Sehari sebelum dipindahkan agar dilakukan pupuk dasar NPK 50 kg + Urea 50 kg.

10. Penyemprotan I :Biota + Pesnab + hormon masing-masing 30 cc / tangki pada umur 10-15 hari. Pa umur 15 hari setelah tanam.

12. Proses penyemprotan ke 2 biota plus + pestisida nabati dan Pemupukan kedua dengan pupuk padat 50 kg NPK + 50 kg Urea pada umur 20-25 hari Gambar 9. Proses penyemprotan pada lahan pertanamanpemupukan kedua dengan pupuk padat 50 kg NPK + 50 kg Urea pada umur 20 hari. Gambar 10. Kondisi pertanaman legowo 4:1 dan legowo 2:1

13. Penyemprotan ke 3 :Biota + Pesnab + Hormax pada umur 35-40 hari dengan dosis masing-masing 30 cc / tangki. Gambar 11. Pertanaman padi umur 35 hari setelah tanam sebelum penyemprotan kedua dengan sistem tanam legowo 4:1

14.Penyemprotan KE 4 biota plus + Hatake ) hormon pada umur 45-50 hari. Gambar 12. Penyemprotan KE 4 umur 45 hari setelah tanam legowo 4 :1 Gambar 12. Penyemprotan kedua umur 45 hari setelah tanam legowo 2 :1

15. Penyemprotan KE 5 biota plus + pestisida nabati. Tanaman Padi yang berumur 50-55 hari. Gambar 13. Kondisi pertanaman padi berumur 55-60 hari

16. Padi yang mengunakan rekayasa teknologi Biota pupuk padat dikurangi 50 % dari rekomendasi teknis masing-masing wilayah.tanaman Padi yang berumur 95 hari.

17. Pengambilan ubinan pada tanaman padi dengan rekayasa teknologi biota olen prof amir yasin mendapat hasi ubinan gabah kering giling 9 ton per hektar

18. Panen teknologi biota yang dilaksanakan di sukamandi bersama GM PT. Syanghyang,Direktur Benih Kementeri Pertenian,Diretur PT.Tri Harmoni Abadi

PENGELOLAAN AIR Tanaman padi bukanlah tanaman yang selalu terendam air, karena apabila selalu terendam maka kurang lebih 50% akar tidak sehat. Proses pemasukan air akan dilakukan jika kondisi lahan mencapai kapasitas lapang dan menunjukkan adanya keretakan (teknologi pemberian air dengan cara terputus-putus) PENGELOLAAN PUPUK PADAT Setiap tahap pemupukan harus dikeluarkan air dari lahan sawah sampai pada kondisi macak-macak. Waktu pemupukan dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pemberian pupuk padat dilakukan tiga kali. PANEN Penentuan panen berdasarkan pengamatan visual tanaman dengan ciri jika ratarata minimal 90% bulir masak penuh dan berwarna kuning disertai daun mengering, indikator lain sebagai pembanding yakni berdasarkan deskripsi umur tanaman.

ANALISIS USAHA TANI PADI KEBIASAAN PETANI SYANG HYANG SERY DI SUKAMANDI DENGAN PAKET REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA N O PARAMETER KEBIASAAN PETANI PAKET REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA 1 REKOMENDASI PEMAKAIAN PETANI REKOMENDASI TEKNOLOGI BIOTA JM L SATUA N HARGA TOTAL JM L SATUA N HARGA TOTAL BENIH 20 kg Rp 8.000 Rp 160.000 20 kg Rp 8.000 Rp 160.000 UREA 200 kg Rp 1.850 Rp 370.000 100 kg Rp 1.850 Rp 185.000 NPK 300 kg Rp 2.350 Rp 705.000 150 kg Rp 2.350 Rp 352.500 Rp 1.235.000 Rp 697.500 BIOTA PLUS ltr Rp - 4 ltr Rp 125.000 Rp 500.000 PESTISIDA KIMIA 1 paket Rp 970.000 Rp 970.000 0 paket Rp - Rp - HORMON btl Rp - 2 btl Rp 75.000 Rp 150.000 HATAKE sek Rp - 4 sek Rp 20.000 Rp 80.000 PESTISIDA NABATI btl Rp - 4 btl Rp 95.000 Rp 380.000 JUMLAH Rp 970.000 Rp 1.110.000 JUMLAH (1) Rp 2.205.000 Rp 1.807.500 SEWA LAHAN 1 ha Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 1 ha Rp10.000.000 Rp 10.000.000 BIAYA OLA LAHAN 1 ha Rp 1.330.000 Rp 1.330.000 1 ha Rp 1.330.000 Rp 1.330.000 TANAM 1 ha Rp 1.150.000 Rp 1.150.000 1 ha Rp 1.150.000 Rp 1.150.000 PEMELIHARAAN 1 ha Rp 270.000 Rp 270.000 1 ha Rp 270.000 Rp 270.000 PEMUPUKAN 1 ha Rp 500.000 Rp 500.000 1 ha Rp 500.000 Rp 500.000 JUMLAH (2) Rp 13.250.000 Rp 13.250.000 JUMLAH (1+2) Rp 15.455.000 Rp 15.057.500 SELISI BIAYA Rp 397.500 3 PRODUKSI 500 KG Rp 5.300 Rp 26.500.000 700 KG Rp 5.300 Rp 37.100.000 4 KEUNTUNGAN Rp 11.045.000 Rp 22.042.500 SELISI KE 5 UNTUNGAN Rp10.997.500

RENCANA USAHA KELOMPOK ( RUK ) PELAKSANAAN PENANAMAN PADIDENGAN TEKNOLOGI BIOTA NAMA KLP.TANI DESA/KELURAHAN KECAMATAN :. :. :. RINCIAN KEBUTUHAN KELOMPOK : KOMODITI VARIETAS LUAS LAHAN : PADI :. : 1 (SATU) Ha NO URAIAN KEBUTUHAN VOLUME SATUAN HARGA SATUAN JUMLAH 2 Pupuk & Pestisida a. Urea 100 Kg Rp 1.800 Rp 180.000 b. NPK 150 Kg Rp 2.300 Rp 345.000 Jumlah Rp 525.000 c. Pupuk Organik Cair Lengkap 4 Ltr Rp 125.000 Rp 500.000 d. Pestisida Nabati 4 btl Rp 95.000 Rp 380.000 e. Hormon 2 btl Rp 75.000 Rp 150.000 f. Hatake 4 bks Rp 20.000 Rp 80.000 Jumlah Rp 1.110.000 Total Rp 1.635.000.....2016 Menyetujui, Petugas Ketua Kelompo... NB. Disiapkan Tenaga Pengawalan dari Tim Pelaksan Teknologi Biota

PELAKSANAANREKAYASA TEKNOLOGI BIOTA PADA TANAMAN PADI A. Pemilihan benih dan Persamaian : 1. Cara pemilihan benih : ambil baskon/ember diisi air lalu masuk telur ayam kedalam air, masukkan air garam sampai telur mengapung, telur dikeluarkan baru masukkan benih di putar baru di diamkan, benih yang tenggelam itulah benih yang unggul yang bisa punya anakan sampai 40 anakan. 2. Benih padi yang sudah diseleksi dicuci kembali, setelah itu direndam dengan menggunakan pupuk POCL Biota Plus dan Hormon dengan dosis 10 cc : 10 liter air selama 12 jam. 3. Benih siap dihambur ditempat persemaian, pada umur 1 minggu dilakukan penyemprotan POCL Biota Plus dengan dosis 10 cc : 10 liter air 4. 2 hari Bibit sebelum dicabut disemprot POCL biota plus dan diusahak dicabut pada umur 12 S/d 14 hari B. Penanaman dan Pemeliharaan : 1. Bibit padi yang sudah dicabut dicelupkan akarnya pada larutan POCL Biota Plus, Pestisida nabati dan Hormon dengan dosis 10 cc : 7 liter air selama 1 jam. 2. Bibit ditanam dengan sistem legowo 2 : 1 atau 4 :1 3. Pemupukan 1. Pemeliharaan 1. Pada umur ( 10-15 hari ) setelah tanam o UREA : 100 kg o NPK : 50 kg Penyemprotan : o POCL Biota Plus, Hormon & Hatake : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 7 liter air ) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 20 tangki. 2. Pada umur ( 20-25 hari ) setelah tanam o UREA : 50 kg o NPK : 50 kg Penyemprotan : o POCL Biota Plus : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 5 liter air ) o Pestisida nabati : 1 botol ( disemprost bersamaan dg pupukdosisi 30 cc 1.tangki ) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki. 3. Pada umur ( 30-35 hari ) setelah tanam Penyemprotan : o POCL Biota Plus : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 5 liter air ) o Pestisida nabati : 1 botol ( disemprost bersamaan dg pupukdosisi 30 cc 1.tangki) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki

4. Pada umur ( 40-45 hari ) setelah tanam Penjemprotan : o POCL Biota Plus, Hormon & Hatake : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 7 liter air ) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki. 5. Pada umur ( 50-55 hari ) setelah tanam Penyemprotan : o POCL Biota Plus : 1 botol ( disemprot dengan dosis 10 cc : 5 liter air ) o Pestisida nabati : 1 botol ( disemprost bersamaan dg pupukdosisi 30 cc 1.tangki) o Penyemprotan dalam 1 ha minimal 30 tangki NB : Waktu penyemprotan pada : - pagi hari jam 7 sampai 10 - Sore hari jam 3 sampai 6