PENINGKATAN CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN MELALUI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL SMK

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. menengah.

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

RANCANGAN IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU UNTUK PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

Jurnal Bimbingan Konseling

PENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

ANALISIS PETA MUTU PENDIDIKAN PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI PROVINSI ACEH.

MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN IPA SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN IPA. Disusun oleh: Na in Anggraeni

KEBIJAKAN SPMI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB II LANDASAN TEORI

Penguatan Peran SJMF dan TPMA dalam Siklus SPMI Unsyiah

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

MANUAL MUTU EVALUASI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan.

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

METODOLOGI PENELITIAN

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

EVALUASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 MAGELANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Kristen Indoneisa

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB 3 METODE PENELITIAN

2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BATOH BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas secara berkesinambungan. Di pihak lain, kecenderungan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. manajemen mutu di SMK Negeri 13 Bandung sudah berjalan efektif, yaitu

Keberadaan ED dalam AIPT

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

S.O.P PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN DOKUMEN LEVEL Standar Operating Procedure KODE S.O.P. SPMI 006 JUDUL PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

EVALUASI RANCANGAN KURIKULUM DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGELOLA PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BADAN PENJAMINAN MUTU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN SISTEM OPERASI KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Research and Development

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh

Universitas Riau. Universitas Riau. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI (AIPT)

II. SILABUS MATA KULIAH (SMK)

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

Version Panduan Teknis EDS/M

Manual Mutu. Jurusan Teknik Pengairan

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD

BAB III METODE PENELITIAN

MANUAL MUTU SPMI UNIGAL

Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD)

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERBANTUAN KOMPUTER

Disajikan pada pelatihan sistem penjaminan mutu akademik Agustus 2008 KOPERTIS WILAYAH III 1

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jl. Palembang-Prabumulih, km 32 Ogan Ilir Indralaya

RESIKO PERGURUAN TINGGI (AKREDITASI)

PROSEDUR PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL SPMI - UBD

AGENDA. Pendahuluan MBNQA Pelaksanaan Hasil Penelitian Kesimpulan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

PENELITIAN PENGEMBANGAN & EVALUASI FORMATIF

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini secara umum bertujuan menghasilkan desain kurikulum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara Nasional di setiap satuan pendidikan, diarahkan pada upaya

Transkripsi:

PENINGKATAN CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN MELALUI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL SMK Arwan Rifai Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan D.I.Yogyakarta e-mail: awanfai@gmail.com Abstract: The purpose of this study is to provide solutions to problems of quality achievement of education quality standards at secondary vocational schools. The research method in this article uses literature study. The study results in the form of internal quality assurance models can be used to improve the educational attainment of national standards, consisting of - standard quality benchmark setting, establishment of standard operating procedures, fulfillment of the quality standards implementation, and monitoring and evaluation of quality standards achievement Keywords: School Internal Quality Assurance Model Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk memberikan solusi permasalahan capaian mutu standar mutu pendidikan pada sekolah menengah kejuruan. Metode penelitian pada artikel ini menggunakan studi literatur. Hasil studi berupa model penjaminan mutu internal dapat digunakan untuk meningkatkan capaian standar nasional pendidikan, terdiri dari penetapan standar mutu acuan, penetapan prosedur operasional baku, Pelaksanaan pemenuhan beserta.pemantauan dan evaluasi ketercapaian standar mutu.kata Kunci: Model Penjaminan Mutu Internal Sekolah Pendahuluan Standar Nasional Pendidikan (SNP) telah dijadikan regulasi sejak tahun 2005, sudah satu dasawarsa. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional. Namun demikian masih jauh dari harapan dalam hal, capain SNP pada sekolah menengah kejuruan. Hal ini terlihat pada data Profil Mutu Sekolah Berdasarkan Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Tahun 2013 yang dirilis pada laman lpmpjogja.org tanggal 13 Maret 2015. (Skala 10, capaian standar pengelolaan 7,33; capaian standar Proses 5,89; capaian standar penilaian 6,75, capaian standar isi 7,28). Tentu saja selama 10 tahun banyak upaya untuk meningkatkan capaian standar nasional, baik diupayakan oleh sekolah sendiri maupun penyelenggara pendidikan. Namun demikian upaya tersebut belum optimal. Untuk itu perlu dikaji model yang dapat meningkatkan capaian SNP pada sekolah menengah kejuruan. Salah satu model penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan oleh sekolah menengah kejuruan, yaitu: model penjaminan mutu internal sekolah menengah kejuruan. Model ini diteliti dan dikembangkan oleh Rifai (2014) melalui 1

Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 beberapa tahapan, antara lain dengan studi awal, uji ahli dan uji lapangan. Studi awal dilakukan untuk mendesain produk baru berupa model penjaminan mutu internal SMK, selanjutnya dikembangkan melalui uji ahli dan uji lapangan. Pada artikel ini, dimaksudkan untuk meninjau ulang (review) model penjaminan mutu internal Sekolah Menengah Kejuruan dan sebagai bentuk desiminasi produk model R (2014). desain berdasarkan masukan-masukan dari para ahli. Pada tahapan ini dalam pendekatan penelitian desain dan pengembangan Richey dan Klein (2007: 8-13) termasuk dalam klaster penelitian model (model research), pengembangan proses komponen model (Development of model component processes). Selanjutnya menguji desain tersebut kepada pengguna, yaitu Kepala Sekolah dan Guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Yogyakarta. Metode Penelitian Pada tulisan ini menggunakan metode studi literatur untuk mendeskripsikan model penjaminan mutu yang dapat digunakan sekolah-sekolah dalam upaya peningkatan capaian standar mutu acuan. Jenis penelitian Rifai (2014) termasuk dalam penelitian dan pengembangan (R&D). R&D pendidikan adalah model penelitian dan pengembangan, dimana temuan penelitian digunakan untuk mendesain produk, kemudian dilakukan uji lapangan, dievaluasi, dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria efektifitas, kriteria mutu atau standar yang ditentukan (Borg&Gall, 2007: 589). Desain produk berupa model penjaminan mutu internal, selanjutnya dilakukan evaluasi pada sejumlah para ahli dari perguruan tinggi dan praktisi Badan Standar Nasional Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah, Pengawas dan Kepala Sekolah pada tanggal 22 Juni 2013. Rifai (2014) merevisi dan menyempurnakan Hasil Penelitian dan Pembahasan Model Konseptual Kemunculan penjaminan mutu (Quality assurance) setelah konsep pengendalian mutu (Quality control) dari dunia industri. Sallis (2011: 58-59) menyebutkan pengendalian mutu merupakan suatu proses pasca-produksi yang melacak dan menolak item-item yang tidak sesuai standar, sedangkan penjaminan mutu adalah suatu proses sebelum maupun ketika proses tersebut berlangsung. Penjaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab pekerja dibandingkan dengan inspeksi mutu. Bila diterjemahkan pada dunia pendidikan, penjaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab sekolah dan guru dibandingkan dengan ispeksi pengawas sekolah, dengan proses sebelum maupun ketika proses tersebut berlangsung. Rifai (2014: 2) menyebutkan bahwa penjaminan mutu pendidikan adalah serangkaian kegiatan sistemik, terencana dan terpadu, melalui proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan 2

Arwan Rifai - Peningkatan Capaian Standar Nasional Pendididkan Gambar 1. Model Sistem Penjaminan Mutu Internal SMK secara konsisten dan berkelanjutan sehingga memberikan bukti bahwa sistem, proses, prosedur berjalan sesuai dengan standar dan dapat memberikan kepuasan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Serangkaian kegiatan sistemik, terencana dan terpadu dengan empat langkah digambarkan pada Gambar 1. Model Sistem Penjaminan Mutu Internal SMK, yaitu: penetapan standar mutu acuan, penetapan prosedur operasional baku, Pelaksanaan pemenuhan beserta pemantauan dan evaluasi ketercapaian standar mutu. Empat tahapan kegiatan ini telah memenuhi definisi proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan sehingga memberikan bukti bahwa sistem, proses, prosedur berjalan sesuai dengan standar yang diacunya. Tidak kalah pentingnya Sistem Penjaminan Mutu Internal SMK, dapat memberikan kepuasan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu Peserta didik atau siswa, Orang tua siswa, pengguna tenaga kerja (pengguna tamatan), masyarakat pada umumnya, dan Pemerintah. Penetapan Standar Mutu Komponen kegiatan penetapan standar mutu acuan (1) sebagai langkah awal kegiatan sistem penjaminan mutu internal. Standar mutu acuan yang dapat digunakan, yaitu SPM, SNP, SNP Plus. Sebagai misal tahap 1, proses penetapan standar nasional pendidikan (standar pengelolaan) sebagai mutu acuan melalui langkah-langkah: (a) Pimpinan SMK bersama-sama dengan unit kerja di SMK dapat memilih SNP sebagai standar mutu acuan; (b) Pimpinan SMK dapat menetapkan SNP sebagai standar mutu acuan; (c) Pimpinan SMK dapat memilih SNP sebagai standar mutu acuan pada pengelolaan; (d) Pimpinan SMK dapat menetapkan SNP sebagai standar mutu acuan pada pengelolaan. Penetapan Prosedur Operasional Baku Standar yang penting dalam SNP yaitu standar pengelolaan. Bila standar pengelolaan-snp telah ditetapkan sebagai standar mutu acuan, maka kegiatan selanjutnya yaitu penetapan prosedur 3

Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 operasional baku (2) implementasi standar pengelolaan. Prosedur operasional baku ini sebagai cara memenuhi standar pengelolaan SNP sehingga pengelola SMK perlu menyusun, memiliki dan menetapkan prosedur operasional baku implementasi standar pengelolaan SNP. Pelaksanaan pemenuhan dan pemantauan Kegiatan pelaksanaan pemenuhan standar mutu dan pemantauan (3). Prosedur operasional baku implementasi standar pengelolaan-snp yang telah ditetapkan sekolah digunakan sebagai standar pelaksanaan mutu kinerja sehingga pelaksanaan penjaminan mutu didasarkan atas dokumen standar pengelolaan-snp dan dokumen prosedur operasional baku implementasi standar pengelolaan-snp. Bersamaan dengan tahapan pelaksanaan, dilakukan langkah pemantauan internal untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Proses pemantauan secara bertingkat sebagai berikut: Kepala SMK dan Ketua kompetensi Keahlian perlu memantau pelaksanaan prosedur operasional baku standar pengelolaan pada Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan prosedur operasional baku standar pengelolaan. Evaluasi ketercapaian standar mutu Komponen keempat, kegiatan evaluasi ketercapaian standar mutu acuan (4) yang harus dilaksanakan SMK dapat berbentuk evaluasi diri sekolah (EDS) dan audit mutu internal (AMI). Kegiatan audit mutu internal (AMI) lebih dikenal pada SMK yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001. Frekuensi pelaksanaan pada kedua kegiatan tersebut satu tahun satu kali. Evaluasi ketercapaian standar mutu ini dapat digunakan sebagai persiapan proses akreditasi sekolah. Hasil kegiatan keempat di atas sebagai dasar kegiatan kelima, yaitu peningkatan mutu (5). Secara umum hasil evaluasi diri sekolah (EDS) dan Hasil audit mutu internal (AMI) digunakan sebagai pertimbangan peningkatan mutu sekolah. Secara khusus untuk kegiatan belajar mengajar, hasil EDS dan Hasil AMI pada pengelolaan digunakan sebagai pertimbangan peningkatan mutu pengelolaan. Apabila hasil EDS menunjukkan bahwa standar mutu acuan yang telah ditetapkan belum tercapai, maka harus ada tindakan peningkatan untuk mencapai standar tersebut. Apabila hasil AMI menunjukkan bahwa standar mutu acuan yang telah ditetapkan belum tercapai, maka harus ada tindakan peningkatan untuk mencapai standar tersebut. Apabila hasil EDS dan AMI menunjukkan bahwa standar mutu acuan yang telah ditetapkan telah tercapai, maka peningkatan mutu dengan menambah standar mutu acuan yang dipandang lebih tinggi. Keempat tahapan sistem tersebut di atas bila diimplementasikan secara konsisten dan berkesinambungan dapat meningkatkan mutu masukan-proses-keluaran seperti pada Tabel 1. 4

Arwan Rifai - Peningkatan Capaian Standar Nasional Pendididkan Tabel 1. Mutu Masukan-Proses-Keluaran Komponen Sub-Komponen Standar Nasional Pendidikan Masukan 1. Peserta didik (Input yang diolah) 2. Visi, misi, tujuan dan sasaran 3. Kurikulum 4. Ketenagaan 5. Sarana dan Prasarana 6. Pembiayaan 7. Organisasi 8. Administrasi 9. Peran serta masyarakat 10. Budaya sekolah 1. Standar Pengelolaan 2. Standar Pengelolaan 3. Standar Isi 4. Standar PTK 5. Standar SarPras 6. Standar Pembiayaan 7. Standar Pengelolaan 8. Standar Pengelolaan 9. Standar Pengelolaan 10. Standar Pengelolaan Proses Keluaran 1. Proses Belajar Mengajar 2. Manajemen 3. Kepemimpinan 4. Penggunaan dana 5. Penggunaan Media 1. Prestasi akademik 2. Prestasi non akademik 3. Angka mengulang 4. Angka putus sekolah 1. Standar Proses Pembelajaran 2. Standar Pengelolaan 3. Standar Kepala Sekolah 4. Standar Pengelolaan 5. Standar Pengelolaan 1. Std Penilaian-Kompetensi Lulusan 2. Standar Kompetensi Lulusan 3. Menurun cenderung nol 4. Menurun cenderung nol Pada tahap 1, dimungkinkan hasil evaluasi ketercapaian standar mutu baik melalui EDS maupun AMI belum memenuhi standar pengelolaan. Pada kasus ini, pada kegiatan kelima telah disebutkan ada upaya peningkatan mutu untuk memenuhi standar tersebut. Dimungkinkan juga hasil evaluasi ketercapaian standar mutu sudah memenuhi standar pengelolaan, namun masih ada standar yang lain untuk diimplementasikan juga. Untuk itu, siklus penjaminan mutu memasuki tahap 2, dan seterusnya. Kegiatan evaluasi ketercapaian standar mutu dilakukan satu tahun sekali, namun bila EDS menggunakan instrumen akreditasi SMK dilakukan empat tahun sekali atau sesuai masa berlaku akreditasinya. Sehingga capaian mutu seiring dengan berjalannya waktu dan peningkatan mutu dilakukan secara terus menerus. Sesuai dengan pandangan Finch dan Crunchilton (1999:29) bahwa penyampaian model dapat dilakukan melalui konseptual dan Banathy (1991: 183-184) secara konseptual, model induktif merepresentasikan sistem yang belum ada tetapi sedang didesain. Dengan demikian model sistem penjaminan mutu internal SMK merupakan model konseptual induktif. Model ini sebagai representasi sistem yang belum ada di SMK namun sedang didesain. Rifai (2014: 9) mengajukan prasyarat penting dalam melembagakan sistem pen- 5

Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 Tabel 2. Data Subyek Uji Coba Penelitian Tahapan Uji Coba Aspek Jumlah Responden Ket. Uji ahli Validasi model 7 Pakar Perguruan Tinggi Uji Coba terbatas Penggunaan 2 Pengawas Kepala Sekolah Uji Lapangan Kelayakan Model 356 Pengawas, Kepala Sekolah, Guru jaminan mutu internal, antara lain: Kesediaan untuk melaksanakan penjaminan mutu internal, Komitmen kepala sekolah atas sumber daya yang diperlukan, Komitmen kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, koordinator mata diklat normatifadaptif-produktif dan guru atas waktu yang diperlukan. Uji Model Model ini telah diuji melalui tiga tahapan, tahap pertama uji ahli untuk validasi model secara teoritis konseptual melibatkan para ahli Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Metodologi Penelitian Pendidikan, Psikometri, Manajemen Pendidikan, Praktisi BSNP, Praktisi Badan Akreditasi Sekolah, Praktisi Penjaminan Mutu Pendidikan. Tahap kedua, Uji terbatas pengguna diwakili seorang Pengawas Sekolah SMK dan Kepala Sekolah SMK. Dan yang terakhir uji diperluas dengan melibatkan Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan sebagai pengguna model. Subyek uji coba lapangan dengan sampel responden 320 Guru, 32 Kepala Sekolah SMK di Kota Yogyakarta dan 4 Pengawas SMK Kota Yogyakarta. (Populasi guru SMK 1.823 dengan menggunakan Tabel Issac (1981, h.193) untuk N=1900 diperoleh N=320). Tahap pertama, para ahli telah memberikan penilaian bahwa model telah layak untuk digunakan pada sekolah menengah kejuruan. Pada tahap kedua, secara terbatas pengguna menilai layak untuk digunakan pada sekolah menengah kejuruan. Pada tahap uji diperluas guru menilai layak untuk digunakan sedangkan Kepala Sekolah- Pengawas sekolah menyatakan sangat layak untuk digunakan. Dengan demikian model sistem penjaminan mutu internal sekolah menengah kejuruan dapat digunakan untuk memberikan solusi permasalahan capaian standar mutu pendidikan pada sekolah menengah kejuruan. Keunggulan Model Model sistem penjaminan mutu internal SMK merupakan serangkaian kegiatan lebih sistemik (SPMI), lebih terencana (Penetapan Standar dan Operasinal) dan terpadu (melibatkan evaluasi ketercapaian dan peningkatan mutu) dalam upaya untuk meningkatkan capaian standar mutu pendidikan pada 6

Arwan Rifai - Peningkatan Capaian Standar Nasional Pendididkan sekolah menengah kejuruan dibandingkan dengan cara konvensional. Model ini telah memenuhi kriteria sistem penjaminan mutu pendidikan oleh sekolah yang baik, yaitu: (1) memperjelas tujuan peraturan pendidikan untuk mengarahkan dan mendukung dialog yang melibatkan sekolah dan pemangku kepentingan, dengan inti dialog menjawab pertanyaan apa yang dimaksud dengan mutu dan bagaimana mutu tersebut dapat diukur ; (2) menunjukkan pertanggungjawaban dalam memastikan mutu dalam sistem sekolah pada pelaku utama, yaitu-sekolah dan guru-gurunya sendiri; (3) membantu menciptakan akuntabilitas atas tugas sehari-hari di sekolah dan kelas serta komitmen bersama terhadap standar yang tinggi (Birzea, 2005: 37). Di samping itu, model ini dapat diaplikasi pada sekolah-sekolah menengah kejuruan untuk semua program keahlian karena model ini sederhana dengan empat langkah. Keterbatasan Model Penelitian Rifai (2014) masih memiliki keterbatasan dalam hal uji coba pelaksanaan model belum menguji dampak penggunaan model. belum dilengkapi prosedur operasional baku implementasi standar mutu. LPMP D.I. Yogyakarta (2014: 35-37) telah mengembangkan prosedur operasional baku implementasi standar mutu dalam bentuk Prosedur Mutu. Disamping itu, model ini belum diujicoba pada sekolahsekolah menengah non kejuruan (SD-SMP- SMA), untuk kesesuaiannya. Simpulan Untuk memberikan solusi permasalahan capaian standar mutu pendidikan pada sekolah menengah kejuruan dapat menggunakan model penjaminan mutu internal guna meningkatkan capaian standar nasional pendidikan. Model penjaminan mutu internal memiliki tahapan kegiatan: penetapan standar mutu acuan, penetapan prosedur operasional baku, Pelaksanaan pemenuhan beserta pemantauan dan evaluasi ketercapaian standar mutu serta langkah peningkatan mutu. Rekomendasi Lebih lanjut Penelitian Rifai (2014) masih memiliki keterbatasan dalam hal uji coba pelaksanaan model belum menguji dampak penggunaan model, untuk itu diharapkan ada penelitian lanjutan untuk melakukan studi penggunaan model. Rekomendasi selanjutnya, perlu diteliti prosedur operasional baku implementasi standar mutu yang efektif dan efisien. Perlu diteliti keseuaian model dengan sasaran sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Rekomendasi untuk praktisi, model ini dapat digunakan untuk mendukung kebijakan penjaminan mutu pendidikan dengan menerapkan sistem penjaminan mutu internal di Sekolah Menengah Kejuruan. 7

Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 Daftar Rujukan Arwan Rifai. 2014. Panduan Model Sistem Penjaminan Mutu Internal Sekolah Menengah Kejuruan. Produk Disertasi, Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Arwan Rifai. 2014. Pengembangan Model Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi S3, Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Banathy, B. H. 1991. Systems Design of Education: a Journey to Create the Future. New Jersey: Educational Technology Publications. Borg, W. R., Gall, M., & Gall, J. 2007. Educational Research an Intoduction (Eighth ed). Boston: Pearson Education Inc. Birzea, C. 2005. Tool for Quality Assurance of Education for Democratic Citizenship in Schools. Paris: The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations. lpmpjogja.org. 2015. Profil Mutu Sekolah Berdasarkan Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Tahun 2013. http:// lpmpjogja.org/profil-mutu-sekolahberdasarkan-hasil-evaluasi-dirisekolah-eds-tahun-2013/, diakses tanggal 15 Maret 2015. LPMP D.I. Yogyakarta, Kemdikbud. 2014. Naskah Akademik Model Penjaminan Mutu Pendidikan LPMP D.I. Yogyakarta (Revisi 1). Richey, R.C., & Klein, J.D. 2007. Design and Development Research: Methods, Strategies, and Issues. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Sallis, E. 2011. Total Quality Management in Education (Terjemahan Ahmad Ali dan Fahrurrozi). London: Kogan Page (Buku Asli diterbitkan tahun 1993).. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Finch, C.R. & Crunkilton, J. R. 1999. Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon. Issac, S & Michael, B. 1983. Handbook in Research And Evaluation. California: EdiTS. 8