Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PESERTA BPJS NON PBI (PENERIMA BANTUAN IURAN) TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam prakteknya rumah sakit digunakan sebagai tempat untuk

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PESERTA BPJS NON PBI (PENERIMA BANTUAN IURAN) TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pelayanan puskesmas adalah untuk membangun. persahabatan yang mendorong hubungan dengan pasien sehingga puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan. kepuasan bagi konsumen selaku pengguna jasa kesehatan.

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTERNAL SERVICE PROJECT

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan baik publik maupun swasta sudah tentu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi sangat ketat baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan, seperti

KUALITAS PELAYANAN YANG DITERIMA PASIEN BPJS DAN NON BPJS DI POLIKLINIK RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau pelayanan yang mereka jual. Dahulu kualitas pelayanan

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 78-83

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN

KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PADA BALAI PENGOBATAN SANTA FAMILIA DI BARONG TONGKOK KAB. KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI. Rosmawati

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam bidang jasa dewasa ini bertumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan di era globalisasi ini, berupaya meningkatkan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA SEBAGAI PENGGUNA JASA KESEHATAN DI POLIKLINIK UKM BANDUNG. Florence Megawati NRP:

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan. elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan.

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis untuk UKDW

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 51-62

BAB I PENDAHULUAN. Riset dalam pelayanan pelanggan secara berulang-ulang menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

PENGARUH PELAYANAN BIDAN DELIMA TERHADAP KEPUASAN KLIEN DI WILAYAH KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

disampaikan. Sedangkan hal yang perlu diperbaiki pada pelayanan jasa Aria jeans adalah: materi layanan yang tidak menarik secara visual; karyawan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

Sadiman 1) dan Islamiyati 2) 1) dan 2) Program Studi Kebidanan Metro Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan Kepmenkes No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penampilan menjadi menarik, perawatan wajah juga penting untuk kesehatan kulit

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Otonomi Daerah dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

SURVEI KEPUASAN PELANGGAN RSJPDHK TRIWULAN I - IV TAHUN 2017 INSTALASI PEMASARAN DAN PELAYANAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan tempat pemenuhan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menjelaskan kesimpulan dari temuan penelitian yang telah dilakukan dan

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita. Tabel 1.2 Jumlah Konsultasi Kebidanan Eksekutif Dan Kebidanan Umum Di RSAB Harapan Kita

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang didukung kemampuan dan mental yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

Differences in Quality of MCH on BPJS Program in Patient Satisfaction between City and Village District

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH BERSALIN NISA KOTA PALU

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu bersaing dan harus memperhatikan kepuasaan konsumen. Masalah

Transkripsi:

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Anada Kaporina (1), Muh. Hidayat Setyawan (2), Andra Novitasari (3) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 2) Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 3) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Email : anada.kaporina@yahoo.com Abstrak Pada Januari 2012 instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin mendapatkan nominasi ruang rawat inap dengan penilaian paling buruk dalam aspek dimensi pelayanan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan. Penelitian ini survei deskriptif yang dianalisis secara univariat terhadap dimensi pelayanan tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan. Sampel sebanyak 70 responden. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Hasil analisis univariat dari 70 pasien didapatkan sebagian besar responden merasa puas (77,1%) terhadap keseluruhan dimensi pelayanan. Data tangible menunjukkan: pada usia 56 tahun 10 responden (66,7%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 26 responden (65%) merasa puas, pada kelompok tidak bekerja 7 responden (63,6%) merasa puas. Data reliability menunjukkan: pada usia 56 tahun 10 responden (66,7%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 17 responden (42,5%) merasa puas, pada kelompok tidak bekerja 7 responden (63,6%) merasa puas. Data responsiveness menunjukkan: pada usia 56 tahun 8 responden (53,3%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 22 responden (55%) merasa puas, pada kelompok bekerja 32 responden (54,2%) merasa puas. Data assurance menunjukkan: pada usia 15-55 tahun 42 responden (76,4%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 30 responden (75%) merasa puas, pada kelompok bekerja 44 responden (74,6%) merasa puas. Data emphaty menunjukkan: pada usia 15-55 tahun 41 responden (74,5%) merasa puas, dengan pendidikan wajib 22 responden (73,3%) merasa puas, pada kelompok bekerja 43 responden (72,9%) merasa puas. Sebagian besar responden merasa puas terhadap keseluruhan dimensi pelayanan di instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kata kunci : kepuasan pasien, pelayanan, rawat inap 247

PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. 1 Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang dilakukan RSUP Dr. Kariadi Semarang perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam hal peningkatan kualitas pelayanan agar sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Pelayanan rawat inap merupakan pusat kegiatan yang paling banyak terjadi interaksi antara perawat dengan pasien, karena unit ini paling banyak memberikan pelayanan dibandingkan dengan yang lainnya. 2 Pada bulan Januari 2012 instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin mendapatkan nominasi ruang rawat inap dengan penilaian paling buruk dalam aspek dimensi pelayanan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3 Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran. Umpan balik dan informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk: tingkat kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan. 4.5 METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian ini termasuk penelitian survei deskriptif. Populasi yang dimaksud adalah seluruh pasien yang dirawat di instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel penelitian ini adalah mencakup pasien yang dirawat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi atau total sampling sejumlah 70 pasien yang dirawat pada Desember 2012. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat yaitu kepuasan pasien terhadap pelayanan. Analisis data secara univariat dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan dalam prosentase dan narasi untuk memberikan gambaran umum, HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Usia Pendidikan Wajib (sampai dengan tamat SMP) Pekerjaan 2. Analisis Univariat Tingkat kepuasan pasien Keseluruhan Tangible berdasarkan usia Tangible berdasarkan pendidikan Wajib (sampai dgn tamat SMP) Tangible berdasarkan pekerjaan Reliability berdasarkan usia Reliability berdasarkan pendidikan Wajib (sampai dgn tamat SMP) Jumlah 55 (78,6%) 15 (21,4%) 30 (42,9%) 40 (57,1%) 59 (84,2%) 11 (15,8%) Jumlah 54 (77,1%) 16 (22,9%) 29 (52,7%) 26 (47,3%) 13 (43,3%) 17 (56,7%) 26 (65%) 14 (35%) 32 (54,2%) 27 (45,8%) 7 (63,6%) 4 (36,4%) 18 (32,7%) 37 (67,3%) 11 (36,7%) 19 (63,3%) 17 (42,5%) 23 (57,5%) 248

Reliability berdasarkan pekerjaan Responsiveness berdasarkan usia Responsiveness berdsrkan pendidikan Wajib (sampai dengan tamat SMP) Responsiveness berdasarkan pekerjaan Assurance berdasarkan usia Assurance berdsarkan pendidikan Wajib (sampai dg tamat SMP) Assurance berdasarkan pekerjaan Emphaty berdasarkan usia Emphaty berdasarkan pendidikan Wajib (sampai dg tamat SMP) 21 (35,6%) 38 (64,4%) 7 (63,6%) 4 (36,4%) 28 (50,9%) 27 (49,1%) 8 (53,3%) 7 (46,7%) 14 (46,7%) 16 (53,3%) 22 (55%) 18 (45%) 32 (54,2%) 27 (45,8%) 4 (36,4%) 7 (63,6%) 42 (76,4%) 13 (23,6%) 22 (73,3%) 8 (26,7%) 30 (75%) 10 25%) 44 (74,6%) 15 (25,4%) 8 (72,7%) 3 (27,3%) 41 (74,5%) 14 (25,5%) 22 (73,3%) 8 (26,7%) 29 (72,5%) 11 (27,5%) Emphaty berdasarkan pekerjaan 43 (72,9%) 16 (27,1%) 8 (72,7%) 3 (27,3%) pasien terhadap keseluruhan dimensi pelayanan diperoleh bahwa dari 70 responden, yang memiliki proporsi puas lebih besar (77,1%) daripada yang tidak puas (22,9%). Hasil tersebut sebanding dengan salah satu tabel rekapitulasi pelanggan terhadap pelayanan kesehatan yaitu pada bulan Maret 2012, yang rata-rata hasilnya memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa telah berhasilnya pembenahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien di instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. pasien terhadap tangible berdasarkan usia diperoleh bahwa dari 15 responden yang berusia 56 tahun memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 66,7% daripada 55 responden yang berusia 15-55 tahun yang memiliki proporsi puas sebesar 52,7%. Hasil tersebut sesuai dengan teori menurut Notoatmojo (2003) bahwa usia berpengaruh untuk belajar menyesuaikan diri dan seiring bertambahnya usia maka semakin banyak pengalaman yang didapat dari lingkungan. Sehingga banyak yang merasa puas pada responden yang berusia 56 tahun karena mungkin lebih bisa menerima keadaan. pasien terhadap tangible berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa dari 40 responden dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 65% dan dari 30 responden dengan pendidikan wajib memiliki proporsi tidak puas sebesar 56,7%. Hasil tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan pengetahuan yang dimiliki. Notoatmodjo (2003) mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Sehingga banyak yang merasa puas pada pasien dengan 249

pendidikan lanjutan karena mungkin lebih mudah mencerna informasi yang diterima. pasien terhadap tangible berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa dari 11 responden pada kelompok tidak bekerja memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 63,6% dibanding 59 responden pada kelompok bekerja yang memiliki proporsi puas sebesar 54,2%. Ada kecenderungan pasien yang tidak bekerja lebih puas terhadap dimensi pelayanan kenyataan (tangible) yang diberikan dibandingkan pada pasien yang bekerja. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pekerjaan berhubungan dengan aktivitas yang merupakan sumber pendapatan. Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan dan keadaan sosial ekonomi seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk dalam tuntutan pemeliharaan kesehatan. Hasil penelititan tingkat kepuasan pasien terhadap reliability berdasarkan usia diperoleh bahwa dari 55 responden yang berusia 15-55 tahun memiliki proporsi tidak puas lebih besar yaitu 67,3% dibandingkan dari 15 responden yang berusia 56 tahun yang memiliki proporsi puas sebesar yaitu 66,7%. Hal ini sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa usia berpengaruh untuk belajar menyesuaikan diri dan seiring bertambahnya usia maka semakin banyak pengalaman yang didapat dari lingkungan. Sehingga banyak yang merasa tidak puas pada pasien yang berusia 15-55 tahun karena mungkin pengalaman yang didapat dari lingkungan belum sebanyak yang berusia 56 tahun. pasien terhadap reliability berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa dari 30 responden dengan pendidikan wajib memiliki proporsi tidak puas lebih besar yaitu 63,3% dibandingkan dari 40 responden dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi tidak puas sebesar 57,5%. Notoatmodjo (2003) mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Sehingga banyak yang merasa tidak puas pada pasien dengan pendidikan wajib karena mungkin sulit menerima nilai-nilai yang baru diperkenalkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. pasien terhadap reliability berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa dari 59 responden pada kelompok bekerja memiliki proporsi tidak puas lebih besar yaitu 64,4% dibandingkan dari 11 responden pada kelompok tidak bekerja memiliki proporsi puas sebesar 63,6%. Ada kecenderungan pasien yang bekerja lebih menuntut tingkat kepuasan terhadap dimensi pelayanan kehandalan (reliability) yang diberikan dibandingkan pada pasien yang tidak bekerja. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pekerjaan berhubungan dengan aktivitas yang merupakan sumber pendapatan. Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan dan keadaan sosial ekonomi seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk dalam tuntutan pemeliharaan kesehatan. pasien terhadap responsiveness berdasarkan usia diperoleh bahwa dari 15 responden yang berusia 56 tahun memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 53,3% dibandingkan dari 55 responden yang berusia 15-55 tahun memiliki proporsi puas sebesar 50,9%. Hasil tersebut sesuai dengan teori menurut Notoatmojo (2003) bahwa usia berpengaruh untuk belajar menyesuaikan diri dan seiring bertambahnya usia maka semakin banyak pengalaman yang didapat dari lingkungan. Sehingga banyak yang merasa puas pada responden yang berusia 56 tahun karena mungkin lebih bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang diterima. pasien terhadap responsiveness berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa dari 40 responden dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 55% dan dari 30 responden dengan pendidikan wajib memiliki proporsi tidak puas sebesar 53,3%. Hasil tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan pengetahuan yang dimiliki. Notoatmodjo (2003) mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan 250

dalam pemberian pelayanan kesehatan. Sehingga banyak yang merasa puas pada pasien dengan pendidikan lanjutan karena mungkin lebih mudah menerima informasi. pasien terhadap responsiveness berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa dari 11 responden pada kelompok tidak bekerja memiliki proporsi tidak puas lebih besar yaitu 63,6% dan dari 59 responden pada kelompok bekerja memiliki proporsi puas sebesar 54,2%. Ada kecenderungan pasien yang tidak bekerja lebih menuntut tingkat kepuasan terhadap dimensi pelayanan ketanggapan (responsiveness) yang diberikan dibandingkan pada pasien yang bekerja. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pekerjaan berhubungan dengan aktivitas yang merupakan sumber pendapatan. Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan dan keadaan sosial ekonomi seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk dalam tuntutan pemeliharaan kesehatan. Dalam hal ini mungkin karena pasien yang tidak bekerja menuntut lebih untuk pemberian pelayanan yang adil dan merata tanpa memandang status sosial ekonomi. pasien terhadap assurance berdasarkan usia diperoleh bahwa dari 55 responden yang berusia 15-55 tahun memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 76,4% dibandingkan dari 15 responden yang berusia 56 tahun yang memiliki proporsi puas sebesar 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih puasnya pasien yang berusia 15-55 tahun mungkin karena merasa aman dan terjamin selama berurusan dengan petugas yang ada dibandingkan dengan pasien yang berusia 56 tahun yang mungkin masih merasa was-was. pasien terhadap assurance berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa dari 40 responden dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 75% dibandingkan dari 30 responden dengan pendidikan wajib memiliki proporsi puas sebesar 73,3%. Hasil tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal ini mungkin karena responden dengan pendidikan lanjutan lebih mudah menerima nilai-nilai yang baru diperkenalkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. pasien terhadap assurance berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa dari 59 responden pada kelompok bekerja memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 74,6%b dibandingkan dari 11 responden dengan kategori tidak bekerja memiliki proporsi puas lebih sebesar 72,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang bekerja memiliki kepuasan terhadap dimensi pelayanan jaminan (assurance) lebih besar dibanding pasien yang tidak bekerja karena mungkin mampu memahami jaminan keamanan yang diberikan. pasien terhadap emphaty berdasarkan usia diperoleh bahwa dari 55 responden yang berusia 15-55 tahun memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 74,5% dibandingkan dari 15 responden yang berusia 56 tahun memiliki proporsi puas sebesar 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang berusia 15-55 tahun memiliki kepuasan lebih besar dibanding pasien yang berusia 56 tahun karena mungkin lebih memahami perhatian yang diberikan petugas. pasien terhadap emphaty berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa dari 30 responden dengan pendidikan wajib memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 73,3% dibandingkan dari 40 responden dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi puas sebesar 72,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan pendidikan wajib memiliki kepuasan terhadap dimensi pelayanan empati (emphaty) lebih besar dibanding pasien dengan kategori tingkat pendidikan lanjutan karena mungkin lebih menerima perhatian yang diberikan petugas. pasien terhadap emphaty berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa dari 59 responden pada kelompok bekerja memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 72,9% dibandingkan dari 11 responden pada kelompok tidak bekerja yang memiliki proporsi puas sebesar 72,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan kategori bekerja memiliki kepuasan terhadap dimensi pelayanan empati (emphaty) lebih besar dibanding pasien dengan kategori tidak bekerja karena mungkin lebih mampu 251

memahami dan menerima perhatian yang diberikan petugas. DAFTAR PUSTAKA 1. Azrul Azwar. (2007). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 2. Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika. 3. Titi Purwatiningsih. (2012). Profil Ruang SP2KP B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang. 4. Fandy Tjiptono. (2005). Pemasaran Jasa, Edisi Pertama. Malang : Bayumedia. 5. Fandy Tjiptono. (2007). Strategi Pemasaran, Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi. 6. Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013 252