Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana (Studi di Kota Pematangsiantar)

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

Alternative Penyelesaian Perkara Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana dengan Diversi dan Restoratif Justice

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian analisis data dan wawancara dengan narasumber

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Terkait upaya pemberian perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM PROSES PENUNTUTAN PERKARA PIDANA DI KEJAKSAAN NEGERI PADANG JURNAL. Oleh:

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No: 164/Pid.B/2009/PN.PL) SAHARUDDIN / D

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

BAB III PENUTUP. dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Polresta Yogyakarta

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Balai pemasyarakatan (BAPAS) klas II Gorontalo dibentuk sesuai dengan Keputusan

PENUNTUTAN TERHADAP PERKARA ANAK DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA 1 Oleh: Robert Andriano Piodo 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

TUGAS MATA KULIAH ANALISIS KASUS DAN PRAKTEK BERACARA

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADI KORBAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI KABUPATEN ACEH BARAT

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Penegakan Hukum atas Pelanggaran Terhadap Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1

Rekontruksi dalam Pemeriksaan Tersangka dan Permasalahannya

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WAWANCARA. Pewawancara : Dame Hutapea (Mahasiswa Fak. Hukum Universitas Esa Unggul)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Institute for Criminal Justice Reform

ANALISIS TERHADAP SISTEM PEMIDANAAN DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK 1 Oleh : Merril Constantia Lomban 2

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan Gouvermenta Besluit tanggal 5 Agustus 1927 yang berpusat di

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikenakan sanksi pidana. Seperti kita tahu bahwa Indonesia adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG MEMPEROLEH SANKSI TINDAKAN

Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

PEMBIMBINGAN OLEH BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I MALANG TERHADAP ANAK NAKAL YANG DIJATUHI PUTUSAN PIDANA BERSYARAT. Oleh : MEGA FANDITA SARI

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika ========================================================== Oleh: Jaenam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. korupsi dan kekuasaan kehakiman maka penulis menarik kesimpulan. mengenai upaya pengembalian kerugian negara yang diakibatkan korupsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN OLEH PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA KLIEN PEMASYARAKATAN ANAK

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, penulis dapat. menyimpulkan:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

1 Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar Novelina M.S. Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak mengatur tentang pembimbing kemasyarakatan dengan peranannya yang sangat penting dalam penanganan perkara anak nakal. Pembimbing kemasyarakatan membantu mempelancar tugas penyidik, penuntut umum, hakim baik di dalam maupun di luar sidang anak dengan membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan tentang anak. Laporan penelitian kemasyarakatan tersebut wajib dipertimbangkan hakim agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan terbaik bagi anak yang telah menjalani proses hukum karena melakukan tindak kriminal. Akan tetapi dalam menjalankan tugasnya banyak kendala yang dihadapi sehingga sering mengganggu kelancaran tugas Pembimbing Kemasyarakatan. Kata Kunci : Pembimbing kemasyarakatan, Pengadilan anak -------------------------------------------------------------------- Pendahuluan Apabila seorang anak melakukan tindak kejahatan, maka anak tersebut akan dikenakan ancaman pidana sebagaimana terdapat dalam KUHP maupun undang-undang pidana lainnya. Akan tetapi karena pelakunya adalah anak, maka sistem hukum kita membuat perbedaan sehingga dirumuskanlah sidang anak sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997. Sidang anak ini berbeda dengan sidang orang dewasa menyangkut tentang proses hukum acara dan hukuman yang dijatuhkan, bentuk pidana yang bisa dijatuhkan kepada si anak serta perlakuan ketika dia menjalani masa pidananya selaku anak didik di lembaga pemasyarakatan. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga menentukan pemabatasanpembatasan lain dan hak-haknya serta pihak lain yang memberikan treatment tertentu kepada anak sebagai pelaku kriminal. Selain orang tua, maka pembimbing kemasyarakatan juga memiliki peran ketika anak memasuki sidang pada pengadilan anak. Pihak pembimbing kemasyarakatan bahkan memiliki kewajiban untuk mendampingi anak pada tahap awal pertama kali terjadinya proses penyidikan, dan memberikan penelitian Pembimbing Kemasyarakatan mengeluarkan produk yaitu penelitian masyarakat (litmas) yang wajib disampaikan kepada pengadilan pada saat sebelum sidang dibuka. Dengan demikian tugas pembimbing kemasyarakatan tidaklah mudah. Pelaksanaan tugasnya diperlukan sejak dini, mulai proses penyidikan, persidangan di pengadilan hingga anak pelaku tindak pidana yang bersangkutan selesai menjalani hukuman. Dengan demikian, eksistensi pembimbing kemasyarakatan sudah diakomodir dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak, walaupun dalam kenya-

2 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 taannya masih ditemui hambatan-hambatan dalam upaya memaksimalkan peran pembimbing kemasyarakatan dalam sistem peradilan pidana nasional. Bahkan dibeberapa daerah di Indonesia keberadaan pembimbing kemasyarakatan ini justru tidak efektif yang disebabkan oleh beberapa faktor, pada hal makin meningkatnya keterlibatan anak-anak dalam melakukan tindak pidana sebagaimana halnya di Kota Pematangsiantar menuntut peranan pembimbing kemasyarakatan semakin penting. Rumusan Masalah 1. Bagaimana eksistensi pembimbing kemasyarakatan di kota Pematangsiantar? 2. Bagaimana proses penanganan perkara anak nakal oleh pembimbing kemasyarakatan di kota Pematangsiantar? 3. Apa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas pembimbing kemasyarakatan di kota Pematangsiantar? Metode Penelitian 1. Metode penelitian hukum normatif Pengumpulan data untuk penyelesaian penelitian ini dengan metode kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literaturliteratur yang berbentuk buku, perundangundangan, artikel dan sebagainya sesuai dengan materi yang terkandung dalam judul sebagaimana telah dipilih. 2. Metode penelitian hukum empiris Dengan metode ini, maka akan diperoleh aplikasi antara teori dengan praktek di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Pematangsiantar, yaitu tempat petugas yang dalam realitanya melaksanakan peranan sebagai pembimbing kemasyarakatan dalam pengadilan anak. PEMBAHASAN a. Eksistensi Pembimbing Kemasyarakatan Di Pematangsiantar Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui eksistensi pembimbing kemasyarakatan di kota Pematangsiantar. 2. Untuk mengetahui proses penanganan perkara anak nakal oleh pembimbing kemasyarakatan di kota Pematangsiantar. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas pembimbing kemasyarakatan di kota Pematangsiantar. Pembimbing kemasyarakatan adalah petugas kemasyarakatan yang eksistensinya telah diakomodir di dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997. Pada dasarnya petugas kemasyarakatan tersebut terdiri dari : 1. Pembimbing 2. Pekerja sosial. 3. Organisasi sosial Pembimbing kemasyarakatan diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 2, Pasal 33 huruf a, Pasal 34 ayat (1) huruf a dan b,

3 Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar - Novelina M.S. Hutapea Pasal 35, Pasal 36 dan Pasal 38 Undangundang Nomor 3 Tahun 1997. Ditinjau dari aspek juridis pembimbing kemasyarakatan tersebut adalah petugas kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan yang melakukan bimbingan warga binaan pemasyarakatan. Sedangkan pengertian Balai Pemasyarakatan merupakan pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan yakni seseorang yang berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan (BAPAS), dan pengertian warga binaan pemasyarakatan adalah narapidana, anak didik pemasyarakatan dan klien pemasyarakatan (Pasal 1 angka 4, 5, 9, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995). Mengenai tugasnya, dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 telah menetapkan pembimbing kemasyarakatan mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam perkara anak nakal, baik di dalam maupun di luar sidang anak dengan membuat laporan hasil penelitian 2. Membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal yang berdasarkan putusan pengadilan di jatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana denda, diserahkan kepada negara dan harus mengikuti latihan kerja, atau anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari lembaga pemasyarakatan. Sedangkan untuk petugas sosial di atas mempunyai tugas membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada departemen sosial untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. Dalam melaksanakan tugas tersebut supaya seragam dan dengan maksud dan tujuan yang sama, Pasal 34 ayat (3) menghendaki agar pekerja sosial mengadakan koordinasi dengan pembimbing Pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, harus mempunyai keahlian khusus sesuai dengan tugas dan kewajibannya atau mempunyai ketrampilan teknis dan jiwa pengabdian di bidang usaha kesejahteraan sosial. Di dalam melaksanakan tugasnya, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial dapat dibantu oleh pekerja sosial sukarela. Tidak sembarang orang diperbolehkan membantu kedua petugas kemasyarakatan di atas, meskipun orang tersebut bersedia membantu secara sukarela tanpa bayaran dan berasal dari anggota organisasi sosial kemasyarakatan, akan tetapi undangundang pengadilan Anak tetap menghendaki seorang pekerja sosial sukarela yang memiliki perhatian khusus kepada masalah anak nakal. Adanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang menaruh minat terhadap masalah kenakalan anak dan remaja, anggotanya dapat membantu pekerjaan kedua petugas kemasyarakatan dimaksud. Dengan anggota LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang demikian, sebagai pekerja sosial sukarela tentu telah memiliki

4 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud oleh undang-undang. Sejalan dengan hal tersebut Pasal 39 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 telah memberikan syarat, bahwa pekerja sosial sukarela harus mempunyai keahlian atau ketrampilan khusus dan minat untuk membina, membimbing, dan membantu anak demi kelangsungan hidup, perkembangan fisik, mental, sosial dan perlindungan terhadap anak. Sebagaimana diketahui bahwa kedudukan pekerja sosial sukarela adalah membantu pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial, walaupun pekerjaan kedua petugas tersebut tidak selalu harus dibantu. Sehubungan dengan pekerjaannya itu, pekerja sosial sukarela mempunyai kewajiban menyampaikan laporan kepada pembimbing kemasyarakatan mengenai hasil bimbingan, bantuan, dan pembinaan terhadap anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau tindakan. Berkaitan dengan tugas dan peranan dari pembimbing kemasyarakatan dapat dijelaskan bahwa : Pembimbing kemasyarakatan melaksanakan tugasnya baik sebelum sidang, selama sidang, dan setelah putusan pengadilan, sedangkan pekerja sosial hanya setelah putusan pengadilan dijatuhkan. Bahkan menurut Pasal 59 ayat (2) hakim terikat bahwa putusannya wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemsyarakatan. Di situlah letak strategis dan urgennya pembimbing Di Pematangsiantar saat ini sudah ada pembimbing kemasyarakatan yang telah diangkat dengan Surat Keputusan dari Menteri Hukum dan HAM ditugaskan di lembaga pemasyarakatan klas II A Pematangsiantar dan telah berperan dalam menangani perkara anak nakal sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997. Pembimbing kemasyarakatan tersebut membuat laporan penelitian kemasyarakatan dari anak nakal yang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi penjatuhan pidana terhadap anak nakal yang bersangkutan. Semua perkara anak nakal yang diproses mulai tingkat penyidikan sampai pemeriksaan sidang pengadilan di Pematangsiantar sudah dilengkapi dengan laporan hasil penelitian Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembimbing kemasyarakatan dalam pengadilan anak di Pematangsiantar sudah diakui eksistensinya. Pembimbing kemasyarakatan ini telah menjalankan peranannya membantu tugas penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam pengadilan anak. b. Proses Penanganan Perkara Anak Nakal oleh Pembimbing Kemasyarakatan Pembimbing kemasyarakatan yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 adalah pembimbing kemasyarakatan pada balai pemasyarakatan di wilayah hukum pengadilan negeri setempat. Apabila di wilayah hukum

5 Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar - Novelina M.S. Hutapea pengadilan negeri tidak terdapat balai pemasyarakatan, maka menurut Pasal 12 ayat (2) Keputusan Menteri Kehakiman No.M.02.PW.07.10 Tahun 1997, hakim dapat memerintahkan pembimbing kemasyarakatan dari anak yang bersangkutan untuk membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan pada balai pemasyarakatan terdekat. Di Sumatera Utara, balai pemasyarakatan masih terdapat di kota Medan dan di Sibolga saja, oleh karena belum ada balai pemasyarakatan, maka pembimbing kemasyarakatan yang ada pada saat ini adalah pembimbing kemasyarakatan yang bertugas/ditempatkan di lembaga pemasyarakatan Klas II A Pematangsiantar. Dalam prakteknya, jika pihak penyidik ada menerima perkara yang pelakunya anak di bawah umur, segera diadakan hubungan dengan pembimbing Kemudian pembimbing kemasyarakatan datang kepada pihak penyidik dan untuk itu penyidik meminta saran serta dibuatkan laporan penelitian hasil kemasyarakatan dari anak yang perkaranya sedang diperiksa. Adapun laporan hasil penelitian kemasyarakatan sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut : a. Data individu anak dan data keluarga anak yang bersangkutan, b. Kesimpulan atau pendapat dari pembimbing kemasyarakatan yang membuat laporan hasil penelitian Hasil penelitian kemasyarakatan ini selanjutnya akan dilampirkan dalam berkas perkara anak nakal oleh penyidik pada waktu melimpahkannya kepada penuntut umum. Laporan hasil penelitian kemasyarakatan ini akan diminta oleh hakim sebelum sidang dibuka kepada pembimbing kemasyarakatan dan berdasarkan Pasal 55 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, pembimbing kemasyarakatan wajib hadir pada sidang anak. Demikian pula setelah anak nakal berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana bersyarat, dan anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari lembaga pemasyarakatan, pembimbing kemasyarakatan masih tetap menjalankan peranannya untuk membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal yang bersangkutan. c. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan Begitu pentingnya peranan pembimbing kemasyarakatan dalam pengadilan anak. Hasil penelitian kemasyarakatan berbentuk laporan yang disusun oleh pembimbing kemasyarakatan wajib dipertimbangkan hakim dalam penjatuhan putusan yang tepat dan bersifat mendidik terhadap anak, sekalipun dalam prakteknya, hakim masih mengabaikan arti pentingnya laporan pembimbing kemasyarakatan tersebut namun sesuai dengan pengaturan undang-undang pengadilan anak, pembimbing kemasyarakatan tetap melaksanakan tugasnya.

6 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 Demikian juga terhadap anak yang menjalani pidana bersyarat ataupun pembebasan bersyarat, pembimbing kemasyarakatan menjalankan peranannya untuk mengawasi dan membimbing anak yang bersangkutan agar setelah selesai menjalani pidanannya anak tersebut mempunyai kepercayaan diri yang kuat untuk kembali menjadi manusia yang berguna sehingga dapat diterima di tengahtengah masyarakat. Dalam menjalankan peranannya tersebut, ternyata ada beberapa kendala yang dihadapi pembimbing kemasyarakatan sehingga sering mengakibatkan kinerja pembimbing kemasyarakatan tersebut tidak maksimal. Adapun kendala-kendala tersebut, yaitu : 1. Tidak adanya dana yang dianggarkan lembaga pemasyarakatan untuk pelaksanaan tugas pembimbing Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di Pematangsiantar adalah petugas pemasyarakatan pada lembaga pemasyarakatan, sebab BAPAS belum ada di kota ini. Dana untuk kunjungan/visit dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pembimbing kemasyarakatan hanya ada anggarannya di BAPAS sedangkan pada lembaga pemasyarakatan tidak ada. Hal ini menyebabkan pembimbing kemasyarakatan harus mengeluarkan dana sendiri dalam pelaksanaan kunjungan terhadap klien untuk penyusunan laporan hasil penelitian kemasyarakatan ataupun pengawasan dan pembimbingan terhadap terpidana bersyarat dan anak yang memperoleh pembebasan bersyarat. Dalam hal ini, misalnya : anak nakal yang sedang diperiksa, bertempat tinggal jauh dari Pematangsiantar atau bahkan tidak diketahui sama sekali keberadaan orang tuanya, pembimbing kemasyaraktan tentu mengalami kesulitan untuk menyusun laporan hasil penelitian dari anak yang bersangkutan. Pembimbing kemasyarakatan terpaksa hanya mengandalkan jawaban yang diberikan oleh anak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ataupun hal-hal yang harus dituangkan di dalam laporan hasil penelitian kemasyarakatan tentang keadaan keluarga anak, riwayat hidup anak, dan keadaan lingkungan masyarakat. Demikian pula tanggapan masyarakat tentang anak terpaksa direkayasa oleh pembimbing Berdasar uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa pembimbing kemasyarakatan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya karena tidak adanya biaya transport yang tersedia untuk mengunjungi klien terutama yang berdomisili tidak di dalam kota Pematangsiantar. 2. Kurangnya personil pembimbing Semakin banyaknya tindak pidana yang terjadi dan pelakunya adalah anak di

7 Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar - Novelina M.S. Hutapea bawah umur membuat pembimbing kemasyarakatan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, dengan jumlah personil hanya 2 (dua) orang dirasa sangat kurang untuk menangani perkara-perkara anak di Pematangsiantar. Selain jumlahnya yang kurang, maka tidak adanya bekal ilmu psikologi anak juga membuat pembimbing kemasyarakatan sering mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan anak. Memang tidak semua anak bisa diajak lancar berkomunikasi dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pembimbing Dalam menghadapi anak yang sifatnya tertutup, karena kurangnya pemahaman tentang anak maka pembimbing kemasyarakatan sering menjadi emosi dan marah kepada anak yang bersangkutan. Sikap seperti ini dapat membuat anak menjadi takut dan bisa berdampak buruk terhadap jiwa anak. Dengan alasan-alasan tersebut di atas, maka pada masa mendatang diharapkan pembimbing kemasyarakatan memperoleh pendidikan ataupun pelatihan tentang penanganan perkara anak untuk dapat meningkatkan profesionalismenya. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1. Pembimbing kemasyarakatan sebagai bagian dari BAPAS dalam kenyataannya di Pematangsiantar saat ini memang sudah ada, walaupun masih merupakan penempatan di lembaga Pemasyarakatan Klas II A Pematangsiantar. Sedangkan instansi BAPAS di Sumatera Utara hanya ada di Medan dan Sibolga saja. 2. Proses penanganan perkara anak nakal oleh pembimbing kemasyarakatan di Pematangsiantar dimulai dari tingkat penyidikan sampai anak menjalani pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan. 3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas pembimbing kemasyarakatan di Pematangsiantar yaitu tidak adanya dana yang dianggarkan oleh lembaga pemasyarakatan untuk kunjungan/visit dan kurangnya tenaga yang profesional di bidang penanganan anak. b. Saran 1. Agar dianggarkan oleh lembaga pemasyarakatan dana yang cukup untuk menunjang kelancaran tugas pembimbing kemasyarakatan yaitu untuk kunjungan/visit terhadap klien, sehingga tidak menghambatan tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan guna pembuatan laporan penelitian hasil kemasyarakatan dari anak nakal. 2. Agar jumlah personil pembimbing kemasyarakatan di Pematang siantar dapat ditambah, demikian juga ditingkatkan kemampuan profesionalnya dalam membimbing anak nakal melalui pendidikan/pelatihan khusus tentang hal tersebut.

8 www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 Daftar Kepustakaan B u k u : Azis Aminah, Aspek Hukum Perlindungan Anak, USU Press, Medan, 1998. Mulyadi Lilik, Pengadilan Anak Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2005. Hukum Anak Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003. Prinst Darwan, Supramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2000. Soetojo Wagiati, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2006. Waluyo Bambang, Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. Undang-undang : Undang-undang Nomor 12 Tahun Tentang Pemasyarakatan. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pengadilan Anak. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Catatan : Tulisan ini telah dipublikasi pada Jurnal : Habonaron Do Bona; Edisi 1, Maret 2011; ISSN : 2085-3424.