Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII TAMAN DEWASA JETIS

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

A. Latar Belakang Masalah

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH

KOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MAKE A MATCH SISWA KELAS VIII A SMP N 2 TEMON

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN PASINAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

Transkripsi:

Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 Tri Muah Trimuah150767@gmail.com SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 2 Tuntang dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a match pada materi persamaan garis lurus. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a match merupakan salah satu model Pembelajaran Kooperatif dimana siswa bekerja sama mencari pasangan masing-masing. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, observasi, tes dan wawancara. Alat pengumpulan data adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan butir soal. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil yang didapat dalam penelitian ini: siklus 1 dilakukan selama 2 pertemuan dengan hasil persentase siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 53,33%. Siklus 2 dilakukan selama 2 pertemuan dengan hasil persentase siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 76.67%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8G SMP Negeri 2 Tuntang. Kata kunci: pembelajaran kooperatif Make a Match, hasil belajar PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif untuk tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang penting diajarkan supaya siswa mampu berhitung, berpikir kritis, kreatif, teliti dan logis. Kurangnya ketahanan pribadi dalam belajar matematika dapat berpengaruh besar terhadap gairah belajar matematika. Jika hal ini dibiarkan maka siswa akan semakin tidak menyenangi matematika bahkan pada taraf tertentu akan bersikap anti pati pada pelajaran matematika. Hal ini berakibat pada prestasi belajar matematika akan semakin rendah. Pembelajaran matematika di SMP N 2 Tuntang khususnya siswa kelas 8 tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar matematika di kelas VIIIG SMP Negeri 2 Tuntang, nampak pada rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah KKM (70). Berdasarkan tes materi menggambar persamaan garis lurus bahwa dari 30 siswa kelas VIIIG, ada 3 siswa (10%) mendapatkan nilai di atas KKM sedangkan 27 siswa (90%) belum mencapai KKM. selanjutnya hasil rata-rata kelas diperoleh sebesar 53,4. Hasil pengamatan proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Tuntang menunjukkan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru. Pada saat kegiatan belajar di kelas sebagian besar siswa cenderung pasif, 138

Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Tri Muah) siswa juga beranggapan bahwa matematika itu pelajaran yang menakutkan dan membosankan. Berdasarkan masalah tersebut, perlu dilakukan perbaikan yang terkait pada proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan dalam rangka perbaikan ialah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam materi persamaan garis lurus yang akan diajarkan. KAJIAN PUSTAKA MATEMATIKA Wahyudi (2012:10) menjelaskan bahwa matematika berkenaan dengan ide (gagasangagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan, yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Selanjutnya, Heruman (2007:27) mengemukakan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Hal ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Menurut lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006) matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan itu diperlukan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika ialah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga ke paling rumit. Sedangkan pembelajaran matematika hakikatnya adalah proses dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika yang mampu menanamkan konsep matematika secara jelas, tepat dan akurat kepada siswa sesuai dengan jenjang kelasnya. Berpijak pada hakikat dan karakterisik pembelajaran matematika seperti telah diuraikan diatas, maka guru mata pelajaran matematika perlu mempertimbangkan rancangan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama melalui model pembelajaran kooperatif make a match. Uraian secara medalam atau mendetail tentang model pembelajaran kooperatif make a match dan hasil belajar pada bagian tersendiri Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengertian Pembelajaran Kooperatif menurut Isjoni (2011) adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama 139

Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 dengan peserta didik lain dalam tugas-tugas yang terstruktur selanjutnya guru bertindak sebagai fasilitator. Belajar kooperatif menurut Anitah (2008) adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Dari dua definisi tentang pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama menyelesaikan persoalan. Konsep pembelajaran kooperatif pada intinya menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa yaitu hasil dari aktivitas yang dilakukan, bukan pengajaran yang diterima secara pasif (Isjoni, 2010). Hasil pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang memiliki prestasi rendah namun berusaha memperoleh pengetahuan dari pada kelompok siswa yang prestasinya tinggi yang tidak berpikir untuk memperolehnya. Siswa yang lemah belajar dengan konsep yang menantang melalui interaksi dengan siswa yang pintar dengan mendorong keberhasilan mereka serta menimbulkan perjuangan di dalam kelas. Siswa yang pintar dalam belajar kelompok dapat memperluas pemahaman mereka karena menjelaskan konsep-konsep pada siswa yang lain (Isjoni, 2010). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan menurut Kunandar (2008) adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal atau jawaban yang tepat dan siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan diberi poin. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Kunandar (2008) menyebutkan langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai berikut: (1) guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, bagian depan berisi soal, sedangkan bagian belakang berisi jawaban; (2) setiap siswa mendapat satu kartu; tiap siswa memikirkan jawaban dan soal dari kartu yang dipegang; (3) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; (4) setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, maka akan diberi hadiah atau poin; (4) setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Hasil Belajar Poerwadarminto (2003:348) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang mengadakan suatu kegiatan belajar yang terbentuk dalam bentuk suatu nilai hasil belajar yang diberikan guru. selanjutnya, Tu u (2004: 75) menyatakan bahwa hasil belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai, atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan 140

Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Tri Muah) ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar, sedangkan hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini berupa nilai yang diberikan oleh guru sebagai bentuk dari pengalaman belajar. Gagne seperti dikutip oleh Kunandar (2008) menyebutkan bahwa ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara itu Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Penelitian ini mengacu pada hasil belajar menurut Kunandar (2008) dimana hasil belajar yang dimiliki siswa setelah ia menerima pembelajaran dari guru. Pemahaman yang dimiliki siswa dapat mengontrol nilai yang akan dicapai siswa, sehingga setiap siswa memiliki kepuasan terhadap kemampuan yang dimiliki dan nilai atau hasil belajar yang didapatnya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada materi persamaan garis lurus. Lokasi penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Tuntang yang terletak di Jln. Mertokusumo, Ds. Candirejo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan bahwa di kelas VIIIG SMP Negeri 2 Tuntang masih mengalami masalah dalam hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih rendah. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIG yang berjumlah 30 siswa. Sumber data dalam penelitian ini ialah diperoleh dari wawancara, observasi, dan nilai tes formatif siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan catatan harian. Hasil dan Pembahasan Penelitian tindakan kelas dilakukan di SMP Negeri 2 Tuntang yaitu kelas VIIIG berjumlah 30 siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebelum dilakukan penelitian, hasil belajar siswa kelas VIIIG tergolong rendah yaitu dari 30 siswa, ada 27 siswa (10%) belum tuntas. Selanjutnya dilakukan perbaikan melalui 2 siklus, siklus 1 dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pada pertemuan 1 guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu dengan membagikan kartu-kartu soal kepada seluruh siswa, bagian depan adalah soal dan bagian belakang adalah jawaban milik teman. Siswa mengerjakan soal-soal di dalam kartu sampai batas waktu yang ditentukan, kemudian mencari pasangan jawaban dari kartu yang didapat. Hal ini bertujuan agar siswa mau berperan aktif dalam setiap pembelajaran, tidak pasif hanya duduk mendengarkan penjelasan guru. Hasil pengamatan setelah dilakukan penerapan make a match pada pertemuan 1, siswa sudah mulai aktif mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, namun masih ada siswa yang bingung dengan langkah pembelajaran dengan make a math karena baru pertama kali diterapkan. Pertemuan 2, siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Terlihat ketika proses pengerjaan soal, keseluruhan siswa sudah memiliki kesadaran akan tugas yang diberikan. Akhir siklus I, yaitu setelah pertemuan 1 dan 2, dilakukan tes siklus I (post test 1) untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. 141

Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 Siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan, pertemuan 1 melanjutkan materi siklus I, menggunakan model pembelajaran koperatif make a match. Setiap siswa diberikan sebuah kartu soal, bagian depan adalah soal dan bagian belakang adalah jawaban milik teman. Siswa mengerjakan soal di dalam kartu sampai batas waktu yang ditentukan, kemudian mencari pasangan jawaban dari kartu yang didapat. Pertemuan 2, pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru menjelaskan materi dengan model pembelajarannya make a match. Hasil pengamatan siklus II, siswa sangat antusias dan berperan aktif dalam seluruh proses pembelajaran, terlihat bahwa siswa asyik dalam mengerjakan soal dan mencari pasangan kartu. Siswa yang sebelumnya pasif mau berinteraksi dengan guru, bertanya jika ada materi yang belum paham. Akhir siklus II, yaitu setelah pertemuan 1 dan 2, dilakukan tes siklus II (post test 2) untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Tabel 1 berikut adalah hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Tuntang pada setiap siklus. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1, hasil belajar kondisi awal sampai siklus II terdapat selisih tingkat persentase dari indikator keberhasilan. Ketuntasan pada kondisi awal mengalami peningkatan pada siklus I yaitu dari 10% menjadi 53,33% dengan selisih 43.33%. Peningkatan juga terjadi pada siklus I ke siklus II yaitu dari 53.33% menjadi 76.67% dengan selisih 23,34%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70% siswa tuntas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas melalui penerapan model cooperetive learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 2 Tuntang. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari persentase tingkat kelulusan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Persentase tingkat kelulusan pada kondisi awal adalah 10%, pada siklus I adalah 53.33% dan pada KONDISI Tabel 1 Hasil Tiap Siklus KONDISI AWAL SIKLUS I SIKLUS II Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Tuntas 3 siswa 10% 16 siswa 53,33% 23siswa 76.67% Tidak 27 siswa 90% 14 siswa 46,67% 7 siswa 23.33% Tuntas JUMLAH 30 siswa 100% 30 siswa 100% 30 siswa 100% Gambar 1. Persentase ketuntasan hasil tiap siklus 142

Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Tri Muah) siklus II adalah 76.67%. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi garis singgung di kelas 8G SMP Negeri 2 Tuntang. Saran Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan II dengan penerapan model cooperetive tipe make a match kelas 8G SMP Negeri 2 Tuntang pada materi persamaan garis lurus maka disampaikan saran kepada sekolah, guru, dan peneliti lain. Adapun saran tersebut adalah: 1. Hendaknya guru memperhatikan setiap siswa yang tidak hadir saat pembelajaran berlangsung, karena akan ada kendala dalam pembelajaran menggunakan make a match. 2. Sebelum melakukan penelitian hendaknya guru memperkaya pemahaman tentang model cooperative learning tipe make a match. 3. Pihak guru disarankan untuk menjadikan model cooperative learning tipe make a match sebagai suatu referensi dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK: Universitas Semarang. Heruman. 2007. Model pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunandar. 2018. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo. Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sudjana.1999. StrategiPembelajaran. Bandung: Falah Production. Tulus, Tu u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta: Wahyudi. 2012. Matematika realistik dan implementasinya dalam proses pembelajaran. 143