Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

OVERVIEW PERLAMBATAN EKONOMI

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

TIGA FOKUS UTAMA III. KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

EKONOMI POLITIK DAN DAYA SAING NASIONAL. Didik J. Rachbini & Tim INDEF

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

PENGUATAN IKLIM INVESTASI DAERAH DALAM MENDORONG INVESTASI DAN DAYA SAING DAERAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani

2013, No.1531

2012, No

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

Analisis Perkembangan Industri

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN KESEPAKATAN KERJASAMA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi UKM Indonesia

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

invest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in

Getting Electricity P E R B A I K A N K E B I J A K A N. Jakarta, 21 Januari 2016 DIREKTUR DEREGULASI. invest in

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

PENYEDERHANAAN PERIZINAN IMB

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAERAH (RKPPMD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PENANAMAN MODAL

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI UU 25 TAHUN 2004

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

Transkripsi:

Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya Bandung, 8 Maret 2017 2016 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

Faktor Pendorong Penanaman Modal

Perkembangan Ekonomi Hingga Akhir 2016 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2006-2016* 9% 8% 7% 6,2% 6% 5,6% 5% 27,0% 32,2% 4% 3% 6,35% 5,50% 6,01% 6,22% 6,49% 6,23% 4,63% 2% 5,78% 1% 32,6% 5,0% 5,01% 4,88% 5,02% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016-10% Rata-Rata Pertumbuhan PDB Rata-Rata PMTB / PDB Pertumbuhan PDB PMTB / PDB Dari 4 komponen utama penggerak ekonomi, antara lain belanja pemerintah, konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor-impor, investasi diharapkan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dari Kontribusi Investasi/PMTB terhadap pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dari rata-rata 27,0% pada 2006-2009 menjadi rata-rata 32,2% pada 2010-2013 dan 32,6% pada 2014-2016, meskipun pertumbuha ekonomi sedikit melambat pada 3 tahun terakhir. Sumber: BPS dan Kemenkeu (2017) 3

Faktor Pendorong Investasi sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Indonesia Economic Performance The Economist: The 2 nd Investment Priority in Asia (2015) UNCTAD: The Highest FDI Growth in Southeast Asia (2014) PWC: APEC CEOs 2 nd Main Destinations for investment after China (2015) Indonesia WEF: Rank 41 th in Global Competitiveness Index 2016-2017 AmCham & USCC: 75% US companies plan to expand (2015) JBIC: The 3 rd Most Promising Country for Overseas Business (2016) Beberapa lembaga survei menilai bahwa Indonesia menjadi tujuan investasi utama di dunia, baik bagi investasi baru maupun perluasan. Rating and Investment: BBB-, Outlook: Stable, Investment Grade (Update 4 Apr 2016) Indonesia Credit Rating Japan Credit Rating: BBB-, Outlook: Stable, Investment Grade (Update 1 Feb 2016) Moody s: Rating: Baa3, Outlook: Positive, Investment Grade (update 8 Feb 2017) Fitch: Rating: BBB-, Outlook: Positive, Investment Grade Indonesia S&P: Rating: BB+, Outlook: Positive (Update 1 Jun 2016) (Update 21 Dec 2016) Sumber: Bank Indonesia, 2016 (update Februari 2017) Lembaga pemeringkat utang dunia menilai Indonesia sebagai negara yang stabil untuk melakukan investasi. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong masuknya investasi ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. 4

Perbaikan Peringkat Ease of Doing Business (EODB) Source: World Bank Group Indonesia berada pada peringkat 5 negara yang paling menunjukkan peningkatan di dunia dengan nilai DTF 2.95. Bahkan, Indonesia memecahkan rekor dengan 7 perubahan (reform) pada survei tahun 2017 5

Paket Kebijakan Ekonomi HARMONISASI PERATURAN PENYEDERHANAAN PROSES BIROKRASI KEPASTIAN HUKUM PAKET I, 9 Sept 15 MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI: mengurangi dan menyederhanakan regulasi serta mempermudah birokrasi PAKET II, 29 Sept 15 PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA: Kemudahan perizinan investasi (izin 3 jam), dan insentif devisa hasil ekspor PAKET III, 7 Oct 15 PERLUASAN AKSES PEMBIAYAAN DAN PENGURANGAN BIAYA PRODUKSI: Perluasan cakupan KUR, Fasilitasi jasa keuangan, pembiayaan ekspor, fasilitas pertanahan, dan insentif listrik, BBM, Gas bagi industri PAKET IV, 15 Oct 15 JAMINAN SISTIM PENGUPAHAN DAN PENGAMANAN PHK: sistem pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi serta Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas. PAKET V, 22 Oct 15 REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN SYARIAH: insentif pajak bagi perusahaan yang merevaluasi aset, dan insentif dana investasi real estate, serta kemudahan pembiayaan syariah PAKET VI, 6 Nov 15 MENGGERAKKAN EKONOMI DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN BAKU OBAT: insentif KEK, pengairan, dan sistim eletronik (INSW) pengadaan bahan baku obat PAKET VII, 7 Dec 15 INSENTIF PAJAK INDUSTRI PADAT KARYA DAN SERTIFIKASI TANAH: Mendorong daya saing industri padat karya melalui insentif PPh Pasal 21 dan kemudahan sertifikasi tanah PAKET VIII, 21 Dec 15 KEPASTIAN USAHA DAN INVESTASI JASA PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG (MRO) DAN MINYAK: one map policy yang mempermudah penyelesaian konflik lahan, upaya meningkatkan produksi minyak nasional, dan mendorong jasa MRO PAKET IX, 27 Jan 16 INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN LOGISTIK: Pemenuhan listrik rakyat, stabilisasi pasokan daging, dan agregator ekspor UKM untuk pengembangan logistik desa ke pasar global PAKET X, 11 Feb 16 KETERBUKAAN INVESTASI: perubahan kebijakan daftar negatif investasi yang menjamin efektivitas pelaksanaan investasi, meningkatkan perlindungan dan pengembangan UMKM dan koperasi, serta mendorong investasi teknologi tinggi, padat modal, dan wisata PAKET XI, 29 Mar 16 AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN INDUSTRI FARMASI/ALKES: Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor, insentif BPHTB bagi DIRE, manajemen resiko untuk kelancaran arus barang (INSW), dan pengembangan industri farmasi/alkes PAKET XII, 28 Apr 16 PENINGKATAN PERINGKAT EASE of DOING BUSINESS (EoDB): Memangkas Izin, Prosedur, Waktu, dan Biaya untuk Kemudahan Berusaha di Indonesia PAKET XIII, 24 Agustus 16 PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR): menyederhanakan jumlah dan waktu perizinan dengan menghapus perizinan dan rekomendasi untuk membangun rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) PAKET XIV, 10 November 16 PETA JALAN SISTEM PERDAGANGAN NASIONAL BERBASIS ELEKTRONIK: membangun pranata dan ekosistem perniagaan yang lebih efisien 6

Perkembangan Penanaman Modal

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal 2011 2016 (Rp Triliun) FDI DDI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total PMA 175.3 221.0 270.4 307.0 365.9 396.6 1,736.2 Share PMA: 67.2% Share PMDN: 32.8% Target PMA 177.2 206.8 272.6 297.3 343.7 386.4 1,684.0 PMDN 76.0 92.2 128.2 156.1 179.5 216.2 848.2 Target PMDN 62.8 76.7 117.7 159.3 175.8 208.4 800.7 PMA + PMDN 251.3 313.2 398.6 463.1 545.4 612.8 2,584.4 Total Target 240.0 283.5 390.3 456.6 519.5 594.8 2,484.7 % Realisasi 104.7% 110.5% 102.1% 101.4% 105.0% 103.0% Growth y-o-y 21.6% 24.6% 27.2% 16.2% 17.8% 12.4% Rata-rata pertumbuhan investasi (y-o-y) selama kurun waktu 2011 2016 20.0% 54.4% Realisasi investasi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa pada tahun 2016 8

Rencana vs Realisasi Penanaman Modal per Sektor Utama 2011-2016 (Rp Triliun) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Primer 117,2 90,4 89,0 110,5 108,1 252,5 Rencana Sekunder 344,2 479,2 832,0 767,0 870,0 833,6 Tersier 189,2 786,6 412,7 532,7 1355,1 1331,2 Total 650,6 1.356,1 1.333,7 1.410,2 2.333,3 2.417,2 Primer 60,5 73,8 86,8 91,7 95,0 89,0 Realisasi Sekunder 99,6 155,8 201,1 199,1 236,0 335,8 Tersier 91,2 83,6 110,7 172,3 214,4 188,0 Total 251,3 313,2 398,6 463,1 545,4 612,8 Primer 51,6% 81,7% 97,5% 83,0% 87,9% 35,2% Persentase Realisasi terhadap Rencana Sekunder 28,9% 32,5% 24,2% 26,0% 27,1% 40,3% Tersier 48,2% 10,6% 26,8% 32,3% 15,8% 14,1% Total 38,6% 23,1% 29,9% 32,8% 23,4% 25,4% 9

3,8 4,2 21,3 11,2 11,4 9,0 18,7 7,1 6,6 5,7 5,5 26,3 8,1 35,8 30,4 9,1 11,4 11,0 51,9 59,7 78,8 22,1 23,5 115,0 Perkembangan Rencana vs Realisasi Penanaman Modal Provinsi Jawa Barat 2011 2016 25,0 Rencana vs Realisasi PMA Provinsi Jawa Barat 2011-2016 (US$ Miliar) Rencana Realisasi Rencana vs Realisasi PMDN Provinsi Jawa Barat 2011-2016 (Rp Triliun) 140,0 120,0 Rencana Realisasi 20,0 100,0 15,0 80,0 10,0 60,0 40,0 5,0 20,0 0,0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 0,0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 85,1 38,7% rencana PMA terealisasikan selama 2011 2016 362,5 29,5% rencana PMDN terealisasikan selama 2011 2016 32,9 106,9 Rencana Realisasi Rencana Realisasi 10

Kontribusi Penanaman Modal Provinsi Jawa Barat terhadap Indonesia 2011 2016 Realisasi PMA 2011 2016 (US$ Miliar) 159,4 Realisasi PMDN 2011 2016 (Rp Triliun) 848,2 20,7% 12,6% 32,9 106,9 Provinsi Jawa Barat Total Wilayah Provinsi Jawa Barat Total Wilayah Rencana PMA 2011 2016 (US$ Miliar) 601,2 Rencana PMDN 2011 2016 (Rp Triliun) 2.736,3 14,2% 13,2% 85,1 362,5 Provinsi Jawa Barat Total Wilayah Provinsi Jawa Barat Total Wilayah 11

Perkembangan Kontribusi Penanaman Modal Provinsi Jawa Barat 2011-2016 Perkembangan Peringkat Rencana Penanaman Modal 2011 2016 Rank 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 Jawa Barat Jawa Barat Jawa Timur Jawa Barat Kepulauan Riau Banten 2 Sumatera Selatan Kalimantan Utara Kalimantan Utara Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Barat 3 Banten Sumatera Selatan Jawa Barat Jawa Timur Banten Sulawesi Selatan 4 Daerah Khusus Ibukota Jakarta Riau Daerah Khusus Ibukota Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Timur Sumatera Selatan 5 Jawa Timur Banten Kepulauan Riau Sumatera Barat Perkembangan Peringkat Realisasi Penanaman Modal 2011 2016 Daerah Khusus Ibukota Jakarta Kalimantan Tengah Rank 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2 Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta 3 Banten Jawa Timur Banten Jawa Timur 4 Jawa Timur Banten Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Timur Kalimantan Timur Banten Banten Daerah Khusus Ibukota Jakarta 5 Papua Kalimantan Timur Kalimantan Timur Banten Kalimantan Timur Sumatera Selatan 12

Tantangan Penanaman Modal

Kebutuhan Investasi Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi 2017 GDP Growth Prospect (y/y) World Bank IEQ, Oktober 2016 5.3% 2017 National Budget Plan 5.3% International Monetary Fund projection 5.3% World Bank 5.5% Asian Development Bank Sumber: RAPBN 2017, World Economic Outlook (WEO), Indonesia Economic Quarterly (IEQ) Report, Asian Development Outlook, 2016 Sumber: Indonesia Economic Quarterly Report, 2016 Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 Nota Keuangan dan RAPBN T.A. 2017 Pertumbuhan PMTB di tahun 2017 diperkirakan mengalami penguatan, yang didorong oleh peningkatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, Peningkatan investasi langsung baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di berbagai sektor ekonomi diharapkan meningkat sejalan dengan deregulasi peraturan-peraturan di bidang investasi, perbaikan kemudahan berusaha (ease of doing business), revisi Daftar Negatif Investasi (DNI), insentif fiskal bagi sektor industri, penciptaan efisiensi di bidang logistik, dan berbagai kemudahan fiskal lainnya bagi dunia usaha. Dengan memperhatikan berbagai faktor tersebut, kinerja PMTB pada tahun 2017 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,4 persen. Investasi masih diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang utama pada tahun 2017 di luar konsumsi Pemerintah dan masyarakat. Bahkan berdasarkan beberapa proyeksi ekonomi, pertumbuhan investasi diharapkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 14

Target Realisasi Investasi BKPM 2018 2015 2016 2017 2018 2019 Triliun PMA 343.7 386.4 429.0 538.7* 569.9 PMDN 175.8 208.4 249.8 324.3* 363.0 Total 519.5 594.8 678.8 863.0* 933.0 Pertumbuhan 12.2% 14.5% 14.1% 27.1% 8.1% *) Berdasarkan Sidang Kabinet tanggal 2 November 2016 yang disampaikan oleh Menkeu, sedangkan target dalam Renstra BKPM 2015-2019 adalah Rp 792,5 T Khusus untuk mengejar target kebutuhan investasi tahun 2018 yang disampaikan oleh Menkeu dalam Sidang Kabinet tanggal 2 November 2016 yaitu sebesar Rp 863,0 T atau tumbuh 27,1% diperlukan upaya-upaya khusus (inisiatif baru). Peranan PMA/PMDN terhadap PMTB ditargetkan menjadi 12,1% pada tahun 2019. Berdasarkan Jenis Investasi PMA : 63,6% PMDN : 36,4% Sumber: Renstra BKPM 2015-2019 Berdasarkan Sektor Primer : 15,7% Sekunder : 53,5% Tersier : 30,8% Berdasarkan Lokasi Jawa : 46,5% Luar Jawa : 53,5% 15

Kontribusi (Share) Investasi per Wilayah 2015 2019 Kalimantan 15,6% (2015: Rp 282,6 Triliun 2019: Rp 354,5 Triliun) Sulawesi 7,9% (2015: Rp 27,8 Triliun 2019: Rp 102,6 Triliun) Maluku 1,8% (2015: Rp 7,3 Triliun 2019: Rp 18,7 Triliun) Sumatera 15,9% (2015: Rp 75,2 Triliun 2019: Rp 163,1 Triliun) Jawa 46,5% (2015: Rp 282,6 Triliun 2019: Rp 354,5 Triliun) Bali dan Nusa Tenggara 4,8% (Rp 35,4 Triliun/tahun) Papua 7,4% (2015: Rp 33,2 Triliun 2019: Rp 79,1 Triliun) Jawa, dengan fokus : Industri teknologi tinggi, jasa dan perdagangan. Luar Jawa : industri yang memberi nilai tambah, seperti industri hilir sektor pertanian (perkebunan, peternakan), industri hilir perikanan, industri hilir pertambangan Khusus untuk Papua dan Papua Barat : mendorong pemerataan ekonomi melalui pengembangan investasi sektor pertanian pengolahannya, industri perikanan dan pengolahannya, pertambangan dan pengolahannya, industri kimia. 16

Proyeksi Penanaman Modal Berdasarkan Wilayah (RP MILIAR) Realisasi Penanaman Modal Total Rata-Rata Proyeksi Penanaman Modal Total Rata-Rata Wilayah Realisasi Realisasi Proyeksi Proyeksi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2010-2014 2010-2014 2015-2019 2015-2019 Aceh 83 462 1.611 4.519 5.451 12.125 2.425 5.579 6.453 7.338 9.108 10.806 39.284 7.857 Sumatera Utara 2.315 8.456 8.358 13.467 10.087 42.682 8.536 10.588 14.375 18.951 23.524 32.053 99.491 19.898 Sumatera Barat 146 1.233 1.560 1.545 1.665 6.149 1.230 1.949 2.559 3.282 4.074 5.426 17.290 3.458 Riau 1.827 9.374 15.826 17.185 22.382 66.595 13.319 22.146 24.673 26.899 33.391 37.776 144.886 28.977 Jambi 563 2.310 2.853 3.122 1.466 10.313 2.063 2.727 3.779 5.062 6.284 8.671 26.524 5.305 Sumatera Selatan 3.438 6.085 10.009 8.002 18.548 46.081 9.216 18.495 20.789 22.898 28.424 32.545 123.151 24.630 Bengkulu 237 388 327 319 226 1.496 299 2.141 3.948 6.292 7.810 12.132 32.323 6.465 Lampung 552 1.540 1.333 1.769 5.155 10.349 2.070 5.154 5.810 6.421 7.970 9.160 34.514 6.903 Kepulauan Bangka Belitung 201 1.829 1.066 1.670 1.739 6.505 1.301 1.946 2.456 3.045 3.779 4.884 16.110 3.222 Kepulauan Riau 1.678 3.348 4.877 3.388 4.232 17.524 3.505 4.476 5.357 6.312 7.835 9.646 33.627 6.725 Total Sumatera 11.039 35.023 47.820 54.986 70.951 219.819 43.964 75.200 90.200 106.500 132.200 163.100 567.200 113.440 DKI Jakarta 63.240 52.673 45.510 30.198 66.175 257.795 51.559 57.241 59.392 60.304 64.142 65.128 306.206 61.241 Jawa Barat 31.233 45.748 49.280 76.507 89.713 292.482 58.496 91.969 97.080 100.362 106.749 110.455 506.616 101.323 Jawa Tengah 1.335 4.313 7.971 16.951 18.598 49.167 9.833 27.337 29.142 30.431 32.368 33.836 153.114 30.623 Daerah Istimewa Yogyakarta 55 23 1.098 564 1.425 3.166 633 2.349 2.590 2.795 2.973 3.209 13.916 2.783 Jawa Timur 24.221 21.496 42.209 67.028 57.421 212.375 42.475 61.967 69.133 75.430 80.231 87.504 374.265 74.853 Banten 19.937 23.844 29.564 39.011 30.009 142.364 28.473 41.738 45.264 48.078 51.137 54.367 240.584 48.117 Total Jawa 140.021 148.097 175.632 230.259 263.341 957.350 191.470 282.600 302.600 317.400 337.600 354.500 1.594.700 318.940 Bali 2.852 4.652 7.446 6.718 4.825 26.494 5.299 7.061 9.675 12.934 17.516 24.539 71.726 14.345 Nusa Tenggara Barat 3.817 4.228 5.768 6.004 6.131 25.947 5.189 8.379 10.207 12.086 16.367 20.208 67.247 13.449 Nusa Tenggara Timur 35 50 93 111 170 460 92 3.560 5.018 6.880 9.317 13.353 38.128 7.626 Total Bali-Nusa Tenggara 6.704 8.931 13.307 12.833 11.126 52.901 10.580 19.000 24.900 31.900 43.200 58.100 177.100 35.420 Kalimantan Barat 2.726 5.910 6.389 8.686 14.809 38.521 7.704 12.849 16.120 20.775 24.416 31.327 105.487 21.097 Kalimantan Tengah 8.493 8.269 9.252 6.406 11.253 43.674 8.735 14.107 17.195 21.572 25.353 31.724 109.950 21.990 Kalimantan Selatan 3.859 4.567 5.960 10.772 8.009 33.168 6.634 13.988 17.280 21.954 25.801 32.674 111.697 22.339 Kalimantan Timur 17.843 10.808 23.088 28.316 35.674 115.729 23.146 28.762 32.923 38.743 45.532 53.366 199.325 39.865 Kalimantan Utara - 1.183 928 814 1.845 4.770 954 4.794 5.283 5.955 6.999 7.810 30.841 6.168 Total Kalimantan 32.922 30.737 45.618 54.995 71.591 235.862 47.172 74.500 88.800 109.000 128.100 156.900 557.300 111.460 Sulawesi Utara 2.164 2.313 1.098 687 1.121 7.384 1.477 2.510 3.807 5.618 7.962 12.222 32.119 6.424 Sulawesi Tengah 1.416 5.953 7.862 8.659 16.201 40.091 8.018 9.875 12.374 15.101 21.400 27.080 85.829 17.166 Sulawesi Selatan 7.242 4.792 7.562 5.268 7.952 32.816 6.563 10.557 15.244 21.569 30.567 45.227 123.164 24.633 Sulawesi Tenggara 147 212 1.229 2.080 2.993 6.661 1.332 2.307 3.541 5.277 7.478 11.574 30.177 6.035 Gorontalo 24 125 483 330 90 1.051 210 1.599 1.887 2.131 3.020 3.442 12.078 2.416 Sulawesi Barat 1.181 269 231 709 876 3.266 653 953 1.249 1.604 2.273 3.054 9.132 1.826 Total Sulawesi 12.173 13.665 18.464 17.734 29.233 91.269 18.254 27.800 38.100 51.300 72.700 102.600 292.500 58.500 Maluku 26 105 80 504 138 854 171 2.081 2.673 3.720 4.469 5.122 18.065 3.613 Maluku Utara 2.244 1.182 1.133 3.651 1.209 9.418 1.884 5.219 6.827 9.680 11.631 13.578 46.935 9.387 Total Maluku 2.270 1.287 1.213 4.155 1.347 10.272 2.054 7.300 9.500 13.400 16.100 18.700 65.000 13.000 Papua Barat 208 345 334 815 1.748 3.450 690 10.153 13.648 17.906 22.736 30.998 95.441 19.088 Papua 3.184 13.186 10.877 22.836 13.814 63.897 12.779 23.047 27.152 31.394 39.864 48.102 169.559 33.912 Total Papua 3.392 13.531 11.211 23.651 15.562 67.347 13.469 33.200 40.800 49.300 62.600 79.100 265.000 53.000 Total Wilayah 208.521 251.271 313.264 398.613 463.151 1.634.820 326.964 519.600 594.900 678.800 792.500 933.000 3.518.800 703.760 Sumber: Renstra BKPM 2015-2019 *) Berdasarkan Sidang Kabinet tanggal 2 November 2016 yang disampaikan oleh Menkeu target investasi 2018 adalah Rp 863,0 T 17

Potensi Pencapaian Target Realisasi Investasi Berdasarkan Izin Prinsip (IP) proyek PMA dan PMDN periode 2015-2016 teridentifikasi 100 proyek PMA dan 100 proyek PMDN terbesar yang diperkirakan dapat direalisasikan berdasarkan sektor, lokasi dan negara Lima Sektor Bidang Usaha Terbesar PMA PMDN No. Sektor Rencana Investasi (US$ Milyar) Sektor Rencana Investasi (Rp Triliun) 1 Listrik, Gas dan Air 44,2 Listrik, Gas dan Air 243,0 2 Pertambangan 9,2 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 97,4 3 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 7,7 Jasa Lainnya 54,7 4 Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik 5,6 Industri Mineral Non-Logam 43,7 5 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 5,3 Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik 23,2 Total 72,0 Total 462,0 Lima Lokasi Terbesar Lima Negara PMA Terbesar No. Lokasi PMA Rencana Investasi (US$ Milyar) Sektor PMDN Rencana Investasi (Rp Triliun) No. Lokasi PMA Rencana Investasi (US$ Milyar) 1 Jawa Barat 10,9 Banten 138,5 2 Kalimantan Tengah 9,8 Sumatera Utara 79,0 3 DKI Jakarta 8,7 Jawa Barat 52,8 4 Banten 8,0 Sulawesi Tengah 52,4 5 Kalimantan Barat 7,8 Kalimantan Timur 44,5 Total 45,2 Total 367,2 1 R.R. Tiongkok 24,9 2 Malaysia 12,9 3 Singapura 11,4 4 Jepang 5,1 5 Hong Kong 4,2 Total 58,5 18

Tantangan 2017 Pengaruh ketidakpastian global Tingkat permintaan yang lemah Harga komoditas yang rendah Economic rebalancing Tiongkok Isu Geopolitik, e.g. Brexit Kebijakan ekonomi AS dibawah pemerintahan baru Kenaikan suku bunga The FED Pembalikan arus modal dari EMEs Target pertumbuhan ekonomi: 5,5 5,9 Target investasi: Rp 631,5 T (Bappenas) Tema RKP: Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antar Wilayah Pertumbuhan yang inklusif dan berkualitas Mengentaskan kemiskinan Mengurangi ketimpangan Meningkatkan produktivitas Meningkatkan daya saing Tata kelola yang baik Institusi yang bersih dan efektif Sumber: Kemenkeu (2017) 19

Kebijakan Pemerintah dalam Mendorong Penanaman Modal

Program Nawa Cita PROGRAM WAJIB KESEHATAN PENDIDIKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN POROS MARITIM PEMBANGUNAN KETAHANAN ENERGI PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROGRAM DUKUNGAN REFORMASI BIROKRASI 21

Roadmap Rencana Umum Penanaman Modal Visi RUPM Sampai Tahun 2025: Penanaman Modal yang Berkelanjutan Dalam Rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, dan Sejahtera ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL: 1.Perbaikan Iklim Penanaman Modal 2.Mendorong Persebaran Penanaman Modal 3.Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi 4.Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment) 5.Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) 6.Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal 7.Promosi Penanaman Modal Catatan : Fase dapat berlangsung secara paralel dan simultan 22

Arah Kebijakan dan Strategi Nasional VISI MISI AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional SUB AGENDA PRIORITAS Penguatan Investasi Sasaran pembangunan untuk penguatan investasi dalam lima tahun ke depan dalam RPJMN 2015-2019 1. Menurunnya waktu pemrosesan perizinan investasi nasional di pusat dan di daerah menjadi maksimal 15 hari per jenis perizinan pada tahun 2019. 2. Menurunnya waktu dan jumlah prosedur untuk memulai usaha (starting a business) menjadi 7 hari dan menjadi 5 prosedur pada tahun 2019, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan peringkat Indonesia pada Ease of Doing Business (EoDB). 3. Meningkatnya pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi sebesar 12,1% pada tahun 2019. 4. Meningkatnya investasi PMA dan PMDN menjadi Rp 933 triliun pada tahun 2019 dengan kontribusi PMDN yang semakin meningkat menjadi 38,9 %. 23

Pilar Kebijakan Penanaman Modal 2015-2019 Penguatan Investasi 2 Pilar Kebijakan A. Peningkatan ikliminvestasi dan iklim usaha untuk meningkatkan efisiensi proses perizinan bisnis - Peningkatan kepastian hukum terkait investasi dan usaha - Penyederhanaan prosedur perizinan investasi dan usaha di pusat dan daerah, terutama untuk sektor pengolahan dan jasa - Pengembangan layanan investasi yang memberikan kemudahan, kepastian, dan transparansi proses perizinan bagi investor dan pengusaha - Pemberian insentif dan fasilitasi investasi (berupa: insentif fiskal dan non fiskal) yang lebih selektif dan proses yang transparan - Pendirian Forum Investasi - Peningkatan iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis - Peningkatan persaingan usaha yang sehat melalui pencegahan dan penegakan hukum persaingan usaha B. Peningkatan investasi yang inklusif terutama dari investor domestik - Pengutamaan peningkatan investasi - Peningkatan upaya penyebaran investasi di daerah yang lebih berimbang - Peningkatan kemitraan antara PMA dan UKM lokal - Peningkatan efektivitas strategi dan upaya promosi investasi - Peningkatan koordinasi dan kerjasama investasi antara pemerintah dan dunia usaha - Pengembangan investasi lokal, terutama melalui investasi antar wilayah yang dapat mendorong pengembangan ekonomi daerah - Pengembangan investasi keluar (outward investment), diutamakan pada ketahanan energi (energy security) dan ketahanan pangan (food security) - Pengurangan dampak negatif dominasi PMA terhadap perekonomian nasional 24

5 (Lima) Sektor Prioritas Investasi 2015 2019 1 INFRASTRUKTUR 35.000 MW Pembangkit Listrik 24 Pelabuhan 2 PERTANIAN Food Estate Jagung Sapi Padat Karya Tekstil Makanan dan Minuman Furniture Alas Kaki Substitusi Impor Kimia & Farmasi Besi & Baja Komponen 3 INDUSTRI Orientasi Ekspor Elektronik Kelapa Sawit dan Produk Turunan Produk kayu, kertas dan bubur kertas Otomotif Hilirisasi Kakao Gula Smelter 4 MARITIM Perkapalan Cold Storage 5 PARIWISATA DAN KAWASAN 10 KEK Pariwisata Teknologi Kelautan 8 KEK Existing 7 KEK Baru 14 Kawasan Industri prioritas dan kawasan industri lainnya 16 Destinasi Prioritas Pariwisata 25

Arah Kebijakan Penanaman Modal Penguatan peran PTSP Pusat dan Daerah serta integrasi pelayanan perizinan antara PTSP Pusat dengan PTSP Daerah. Integrasi Roadmap Pengembangan Sektoral Koordinasi intensif antara Kemen PUPR dan Kementerian teknis terkait melalui rencana pengembangan yang terintegrasi Integrasi kebijakan antara Industri Hulu, Antara dan Hilir, antara lain melalui Percepatan Implementasi Perpes No. 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi dan Permen ESDM No. 16 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Harga dan Penguna Gas Tertentu. Percepatan finalisasi RTRW Nasional (revisi), Provinsi dan Kab/Kota dengan melakukan koordinasi dengan Kemen PUPR. Meningkatkan peran pelaku usaha dalam program pelatihan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Peningkatan layanan terpadu satu pintu serta penyederhanaan perizinan dan merevisi peraturan perundangan yang menghambat investasi. 26

Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi 2017 Perbaikan Iklim Investasi 2017 1. Kebijakan lebih ramah investasi dan kesan positif kepada investor 2. Perubahan peraturan perundang-undangan yang menghambat kebijakan investasi 3. Penyederhanaan jenis perizinan terkait investasi yang bersifat duplikasi 4. Koordinasi proyek investasi prioritas pada KL yang ditawarkan dalam rangka penanaman modal 5. Peningkatan layanan terpadu satu pintu di PTSP Pusat di BKPM Target Doing Business 2017; Arahan Presiden peringkat 40 Doing Business 2017 Perbandingan Regulasi kemudahan berusaha di 190 negara pada 10 indikator (Memulai Usaha, Perizinan terkait Mendirikan Bangunan, Penyambungan Listrik, Pendaftaran Properti, Akses Perkreditan, Perlindungan terhadap Investor Minoritas, Pembayaran Pajak, Perdagangan Lintas Negara, Penegakan Kontrak, dan Penyelesaian Perkara Kepailitan) Laporan DB 2017 Indonesia negara Top Reformer dalam peningkatan kemudahan berusaha dengan perbaikan di 7 indikator (Memulai Usaha, Penyambungan Listrik, Pendaftaran Properti, Akses Perkreditan, Pembayaran Pajak, Perdagangan Lintas Negara dan Penegakan Kontrak) Peringkat Indonesia meningkat menjadi 91 dari sebelumnya di DB2016 peringkat 109 (atau 108 setelah penyesuaian data) 27

Rincian Proyek Prioritas Nasional Dalam RKP 2018 PROGRAM PRIORITAS Perbaikan Iklim Investasi dan Penciptaan Lapangan Kerja Dasar Pertimbangan: Iklim Investasi belum optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi KEGIATAN PRIORITAS KEGIATAN PRIORITAS KEGIATAN PRIORITAS KEGIATAN PRIORITAS Pelaksanaan Harmonisasi dan Simplifikasi Peraturan Perizinan Pengembangan Layanan Perizinan Terpadu Percepatan fasilitasi penyelesaian masalah investasi Peningkatan Persaingan Usaha yang Sehat PROYEK PRIORITAS PROYEK PRIORITAS PROYEK PRIORITAS PROYEK PRIORITAS Peningkatan peringkat EoDB Pengembangan sistem perizinan nasional Percepatan penyusunan RTRW dan RDTR khususnya di kawasan strategis Pencegahan terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat Harmonisasi, sinkronisasi, dan simplifikasi peraturan perizinan tingkat pusat/kementerian lembaga dan daerah Perubahan regulasi pusat dan daerah yang menghambat investasi Pembentukan PTSP dan pelimpahan kewenangan perizinan kepada PTSP daerah Perkuatan Data dan Informasi Investasi Penyelesaian masalah investasi Pengawasan kegiatan usaha yang sesuai dengan mekanisme persaingan usaha yang sehat Penegakan hukum terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat 28

TERIMA KASIH Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Jln. Jend. Gatot Subroto No. 44 Jakarta 12190 - Indonesia t. +62 21 525 2008 f. +62 21 525 4945 e. info@bkpm.go.id www.bkpm.go.id The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia 29