BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada aktivitas ke arah tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siklus II. Pada tindakan siklus II ternayata indikator penelitian telah tercapai,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berkaitan, yaitu adanya perubahan energi, timbulnya perasaan (affective arousal)

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. abstrak suatu objek. melalui konsep, diharapakan akan dapat menyederhanakan

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Bangun Datar Dan Bangun Ruang

RINGKASAN MATERI SUDUT DAN PENGUKURAN SUDUT

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup hal pengertian belajar, hakikat kegiatan belajar mengajar, dan hakikat IPA.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Matematika di sekolah dasar (SD) memiliki beberapa ruang lingkup

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

RENCANA PEMBELAJARAN TEMATIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Benyamin, (dalam Uno dkk, 2004:191) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Kemampuan Mengoperasikan Komputer

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan menggunakan media jam kertas yaitu:

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BELAJAR SUDUT LEWAT GERAKAN TANGAN. (Laporan Observasi Ke-2)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar mengajar Sardiman (2004: 93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

TABEL NILAI HASIL BELAJAR AWAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Bangun Datar dan Segitiga. serta menentukan ukurannya. : 1 x 40 menit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar merupakan proses menuju perubahan tingkah laku, seperti pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

CATATAN OBSERVASI PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi setiap kecerdasan individu yang beragam. Dengan begitu guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah dasar merupakan pondasi awal pendidikan yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru maupun orangtua/wali siswa. Rumusan itu mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu adanya perubahan energi, timbulnya perasaan (affective arousal) dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Donald (dalam Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan kemampuan adalah Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukan di atas mengandung tiga eleman penting yaitu sebagai berikut : (1) bahwa kemampuan itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) kemampuan ditandai dengan munculnya, rasa/ feeling, afeksi seseorang, (3) kemampuan akan dirangsang karena adanya tujuan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan itu sebagai sesuatu yang kompleks. Kemampuan akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, emosi, kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.

2.1.1.2 Teori-Teori Kemampuan Ada beberapa teori mengenai kemampuan yang dikenal menurut Hamalik (2008:160). Beberapa diantaranya adalah: 1) Teori Hedoisme. Isi dari teori ini mengungkapkan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal sulit dan menyusahkan atau mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan. Hal inilah yang menjadi pendorong timbulnya kemampuan 2) Teori Naluri. Pada dasarnya manusia mempunyai tiga dorongan nafsu pokok (naluri), yaitu : a. Naluri untuk mempertahankan diri b. Naluri untuk mengembangkan diri c. Naluri untuk mempertahankan/mengembangkan jenis dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada intinya pasti berdasarkan pada naluri. 3) Teori reaksi yang dipelajari. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin ataupun pendidikan akan mekemampuan anak buahnya atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. 4) Teori daya pendorong. Dalam teori ini dikemukakan bahwa untuk mekemampuan anak buah atau didiknya, seorang pendidik atau pemimpin harus mendasarkan pada daya pendorong. 5) Teori kebutuhan. Menurut teori ini bahwa bila seseorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan kemampuan kepada seseorang, ia harus

berusaha mengetahui terlebih dahulu kebutuhan-kebutuhan orang yang akan diberi kemampuan tersebut. 2.1.1.3 Jenis-Jenis Kemampuan Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1. Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan tujuan murid. 2. Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator kemampuan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Lingkungan belajar yang kondusif yaitu kondisi pembelajaran yang benarbenar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran. Adapun fungsi dari kemampuan ini adalah sebagai berikut : a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa kemampuan maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b) Kemampuan berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c) Kemampuan berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. 2.1.1.4 Bentuk-Bentuk Kemampuan Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan kemampuan baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan kemampuan, pelajar dapat mengembangkan aktivitas, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Terkait dengan motif ektrinsik ini ada motif sosial, yang timbul dalam interaksi dengan lingkungan. Motif ini mendorong berbuat dalam mencapai tujuan yang digariskan dirinya maupun yang digariskan lingkungan sosial. Sardiman (2009:92-95) mengatakan, ada beberapa bentuk cara untuk menumbuhkan kemampuan dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu sebagai berikut : a. Memberi Angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.

b. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai kemampuan, tetapi tidaklah selalu demikian, karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. c. Saingan/Kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat kemampuan untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Ego-Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk kemampuan yang cukup penting. e. Memberi Ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana kemampuan f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. g. Pujian Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan kemampuan yang baik.

h. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat kemampuan. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. i. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini lebih akan baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. j. Minat Kemampuan muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan kemampuan yang pokok. k. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat kemampuan yang sangat penting. 2.1.2 Menentukan Besar Sudut dengan Satuan Tidak Baku Jumlah sudut dalam suatu segitiga adalah 180 berlaku untuk sistem geometri bidang datar (Geometri Euclid), adapun pada kasus yang diceriterakan, segitiga yang terbentuk adalah segitiga di permukaan bola. Aturan-aturan kesejajaran pada geometri Euclid tidak berlaku pada permukaan bola, dan ini memicu munculnya sistem-sistem geometri yang lain yang disebut sebagai sistim geometri non-euclid. Satuan sudut tidak baku yang biasa digunakan adalah sudut satuan. Besar sudut satuan berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun contoh satuan sudut tidak baku seperti pada gambar dibawah ini:

Besar sudut 1 lingkaran sama dengan 8 sudut satuan ABC. Menurut Mervin dkk, (1967: 27), mengatakan dari besar sudutnya, sudut dibedakan atas tiga yaitu: 1. Sudut lancip adalah segitiga yang ukuran ketiga sudutnya lancip 2. Sudut siku-siku adalah segitiga yang ukuran salah satu sudutnya adalah 90 0 3. Sudut tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul ( 90 0 < < 180 0 ) Kenneth (1987: 14) mengatakan bahwa jenis sudut dan ukuranya antara lain: 1. Sudut 0 derajat Sudut 0 derajat, jika kaki-kakinya berimpit dengan jarak putar 0 derajat. 2. Sudut lancip Sudut lancip adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran yang kurang dari seperempat lingkaran tetapi tidak sama dengan nol, sehingga besar sudut lancip berkisar 0 derajat dan 90 derajat 3. Sudut siku Sudut siku-siku adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran sebesar seperempat lingkaran, sehingga besar sudut siku-siku adalah 90 derajat.

4. Sudut lurus Sudut lurus adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran sebesar setengah lingkaran, sehingga sudut lurus besarnya 180 derajat. 5. Sudut tumpul Sudut tumpul adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran diantara seperempat lingkaran dan setengah lingkaran, sehingga sudut tumpul besarnya berkisar antara 90 derajat dan 180 derajat. 6. Sudut reflex Sudut refleks adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran di antara setengah lingkaran dan satu lingkaran, sehingga sudut refleks besarnya berkisar antara 180 derajat dan 360 derajat. 7. Sudut 360 derajat Sudut 360 derajat, jika kaki-kakinya kembali berimpit setelah jarak putarnya satu putaran penuh. 2.1.3 Hakekat Metode Demonstrasi 2.1.3.1 Pengertian Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani yaitu Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2001:87). Senjaya (2008:18). metode adalah a way in achieving something Pengertian metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode juga dapat diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Semoga anda paham dengan pengertian metode diatas. Uno (2010:45) menyebutkan bahwa Dalam strategi pembelajaran menekankan pada media dan metode apa yang akan dipakai dalm menyampaikan guruan, kegaiatan belajar apa yang akan dilakukan oleh siswa, dan dalam strukur belajar yang bagiamana. Metode adalah salah satu cara yang dilakukan oleh guru secara sadar, teratur dan bertujuan untu menyampaikan materi kepada siswa. Dengan proses penyampaian itu diharapkan terjadi perubahan sikap dan perbuatan siswa dengan tujuan yang telah ditentukan dalam kurikulum (Daryono, 2008:126). Menurut Fathurrohman (2007:15) dijelaskan bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran adalah sebuah konsep cara yang digunakan oleh guru untuk mengelola pembelajaran agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik terhadap siswa sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Suryadi, 2002:12) dengan demikian, salah sati keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru yang menampilkan proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajara diperoleh secara optimal. Poerwadarminta (dalam Dunggio, 2006: 31) mengatakan bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.

Metode pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Metode pembelajaran bertujuan untuk memudahkan guru dalam mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan atau materi pelajaran (Mudhoffir, 2004:29). Tujuan metode adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Metode dipergunakan untuk tujuan agar siswa adalah memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam permainan Sedangkan manfaat dari suatu metode adalah : a) Membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pengajaran. Sebab ide-ide siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performanyadalam pemecahan masalah. b) Membentuk siswa bersikap kritis dan kreatif. c) Dapat mempromosikan semangat inkuiri dan membentuk pikiran yangberkembang dan fleksibel. d) Mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. e) Mempertinggi kemampuan pemecahan masalah, sebab pengajuan soal memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar. f) Menghilangkan kesan keseraman dan kekunoan dalam belajar.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.1.3.2 Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan memperlihatkan kepada seluruh murid tentang cara melakukan sesuatu. Menurut Rusyan (2005: 106) mengatakan bahwa Metode demonstrasi adalah merupakan pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan. Dalam hal ini dengan demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan. Menurut Roestyah (1991: 83). mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. 2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi 1. Kelebihan Metode Demonstrasi Menurut Soetomo, (2003: 162) bahwa kelebihan Metode demonstrasi sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam

menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu (1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah didemonstrasikan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila di bandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan demonstrasi siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah di demonstrasikan. 2. Kelemahan Metode Demonstrasi Di samping memiliki beberapa kelebihan, maka metode demonstrasi juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan kurang efektif apabila digunakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat demonstrasi kurang efektif menurut Soetomo (2003:163) antara lain: (1) Apabila demonstrasi tidak digunakan secara matang maka bisa terjadi demonstrasi banyak kesulitan; (2) Kadang-kadang sesuatu yang di bawa ke kelas untuk didemonstrsikan terjadi proses yang berlainan dengan proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya; (3) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti secara aktif oleh para siswa untuk mengamati; (4) Demonstrasi akan merupakan metode yang kurang efektif bila alat yang didemonstrasikan itu tidak dapat di amati secara seksama oleh siswa. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru harus mempersiapkan sesuatu yang

akan digunakan dalam pelaksanaan demonstrasi, menjelaskan tujuan demonstrasi kepada siswa, memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya demonstrasi dan selama demonstrasi hendaknya semua siswa dapat memperhatikan jalannya demonstrasi. 2.1.3.4 Penerapan Metode Demonstrasi untuk Menentukan Besar Sudut dengan Satuan Tidak Baku Adapun langkah-langkah pengukuran sudut melalui penerapan metode demonstrasi dalam menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku adalah: a) Siswa diperkenalkan dengan gambar sebuah sudut. b) Guru mendemonstrasikan cara pengukuran sudut dengan satuan tidak baku. Contoh : Perhatikan sudut satuan di samping di samping Jiplaklah pada kertas kemudian guntinglah! Gunakanlah gunting sudut satuan untuk mengukur besar sudut di bawah ini! Setelah sudut satuan kita letakkan di sudut ABC ternyata sudut ABC. c) Guru meminta siswa memberikan pengertian sudut dari aktifitas yang dilakukan. e) Guru menegaskan kembali pengertian dari sudut. e) Memberikan peragaan dengan menggunakan jam dinding untuk menunjukan/melihat sudut dan mengukur sudut dengan satuan tak baku. f) Membagi siswa dalam kelompok dan diminta untuk mengerjakan LKS. g) Siswa menunjukan besar sudut yang dibentuk dari jam berdasarkan sudut satuan dengan cara mempresentasikan jawaban LKS didepan kelas. h) Siswa dituntun untuk memahami sudut siku-siku dan sudut lurus

berdasarkan alat peraga (jam kertas). i) Guru memberikan penjelasan tentang hubungan antara sudut siku-siku dan sudut lurus. j) Evaluasi. k) Penutup. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi sudah pernah dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Amna Riyana dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah Melalui Metode Demonstrasi Di SDN No. 86 Kota Tengah. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan 12 orang siswa atau 57.14 % memperoleh nilai 6.5 ke atas dengan daya serap 69.05. Ini berarti belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, yakni minimal 75 % siswa memperoleh nilai 6.5 ke atas dengan daya serap 75 %, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Selanjutnya, hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh 17 orang siswa atau 80.95 % memperoleh 6.5 ke atas, dengan daya serap 79.05 % sehingga hasil belajar siswa melampaui indikator yang telah ditetapkan. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah Jika melalui metode demonstrasi maka kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku pada siswa kelas IV SDN Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah minimal 80% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai KKM 70 ke atas.