BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai dengan analisis sintaksis pada konstruksi gramatikal verba frasal berpartikel off, kemudian dilanjutkan dengan kajian semantis yang diurai dalam klasifikasi makna verba frasal berpartikel off, dan terakhir berupa analisis fungsifungsi apa saja yang dapat ditemukan pada verab frasal berpartikel off. Hal ini sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab I. Pada penelitian ini ditemukan sekurang-kurangnya 80 verba berpartikel off. Verba berpartikel off dibentuk dari verba dan partikel off. Verba pembentuk verba frasal ini melingkupi verba tindakan, verba pengalam, maupun verba proses. Konstruksi pada verba frasal berpartikel off berbeda dengan konstruksi verba preposisional off. Analisis tanpa merubah konstruksi kedua konstituen ini dapat dilihat dari objek verba, digambarkan dengan diagram pohon dan dari segi pengucapan. Ciri pertama yang membedakan kedua konstruksi ini adalah pada verba berpartikel off objek berupa frasa nomina sedangkan verba preposisional off objek berupa frasa preposisi. Selanjutnya, digambarkan dengan diagram pohon partikel off akan berada pada satu cabang dengan verba, sedangkan preposisi akan terpisah dalam cabang yang berbeda dari verba. Dari segi pengucapan, tidak ada jeda antara verba dan partikel, sedangkan pada verba dan preposisi terdapat jeda 163
164 yang memisahkannya. Oleh karena ciri-ciri di atas masih sering kali tidak dapat membedakan kedua kontruksi ini dibutuhkan suatu alat analisis untuk membedakannya, dan digunakanlah analisis alternasi konstruksi pada verba berpartikel dan verba preposisional. Untuk membedakan kedua konstruksi ini digunakan alternasi konstruksi yang dapat digunakan pada verba frasal berpartikel off dan verba preposisional off. Alternasi yang pertama adalah bahwa frasa nomina objek dari verba frasal dapat berada di antara verba dan partikel maupun setelah partikel. Di lain pihak, frasa nomina pada frasa preposisi tidak dapat ditempatkan diantara verba dan preposisi, karena preposisi sesuai dengan istilahnya mendahului frasa nomina dan tidak mengikuti frasa nomina. Hal ini juga berlaku pada objek berupa pronomina. Alternasi yang kedua adalah dengan mengkoordinasikan objek frasa nomina dengan verba frasal. Pada alternasi ini partikel dan frasa nomina tidak dapat dikoordinasikan dengan partikel dan frasa nomina yang lainnya. Alternasi yang terakhir adalah bahwa menempatkan frase nomina objek dari verba frasal di awal kalimat dapat terterima jika tanpa partikel karena hal ini mengindikasikan frase nomina merupakan suatu unit. Akan tetapi memindahkan frasa nomina objek dengan partikel tidak terterima karena verba dan partikel merupakan satu unit sehingga tidak dapat dipisahkan. Berbeda halnya dengan verba preposisional, yang jika frasa nomina dikedepankan di awal kalimat preposisi akan dapat juga dikedepankan di awal kalimat karena preposisi dengan frasa nomina merupakan satu unit. Dari alternasi-alternasi inilah, verba frasal dan verba preposisional dapat dibedakan.
165 Analisis pada bab II dilanjutkan dengan analisis semantis gramatikal pada verba frasal dan argumennya. Analisis ini dikaitkan dengan struktur argumen dengan verba frasal atau dengan kata lain mengenai transitivitas verba frasal. Ditemukan adanya perubahan yang terjadi pada transitivitas verba pembentuk verba frasal, di mana tidak semua sifat transivitas pada verba mengikuti saat telah berbentuk verba frasal. Perubahan yang ditemukan berupa (1) verba transitif dan intransitif menjadi verba frasal transitif pada verab frasal call off, cut off, keep off, lay off, pack off, rattle off, see off, sell off, shake off, tip off, touch off, dan write off; (2) verba transitif dan intransitif menjadi verba frasal intransitif pada verba frasal drop off, goof off, mouth off, move off, nod off, pop off, push off, stop off, dan wear off; (3) verba transitif menjadi verba frasal intransitif pada verba frasal make off, square off, dan tail off; (4) verba intransitif menjadi verab frasal transitif pada verba frasal reel off dan tick off; dan (5) verba transitif menjadi verba frasal transitif dan intransitif pada verba frasal brush off, log off, dan tee off. Selain struktur argumen dengan satu dan dua argumen di atas, ditemukan pula verba frasal yang dapat bervalensi dengan tiga argumen, sehingga membentuk verba frasal dwitransitif. Verba frasal yang dapat bervalensi dengan tiga argumen adalah break off, burn off, cast off, check off, get off, let off, dan take off. Masih berkaitan dengan analisis semantis gramatikal, analisis yang terakhir pada bab II mengenai peran semantis argumen terhadap verba frasal. Pada kalimat transitif terdapat agen sebagai argumen subjek pada kalimat aktif dan sebagai argumen objek pada kalimat pasif. Pada kalimat intransitif, argumen subjek dapat
166 berupa agen, penderita, maupun potensial agen, yaitu benda bukan animet yang nampak dapat bergerak dengan sendirinya yang dibantu oleh mesin. Analisis bab III berkaitan dengan makna yang dimiliki oleh verba berpartikel off. Makna yang dimiliki verba preposisional dapat dipastikan memiliki makna yang literal, berbeda halnya dengan verba frasal yang seringkali berupa nonkompisisional maupun komposisional sebagian atau dengan kata lain memiliki makna yang idiomatis. Makna pada verba frasal tidak dapat diurai langsung dari unsur pembentuknya, akan tetapi terdapat unsur aspektual yang konsisten di dalam beberapa verba frasal. Oleh karena itu, verba frasal diklasifikasikan ke dalam dua klasifikasi yaitu verba frasal aspektual dan verba frasal non-aspektual. Verba frasal aspektual kemudia terbagi lagi menjadi dua, yang pada verba frasal berpartikel off ditemukan dua jenis aspek, yaitu aspek kala mulai dan aspek kala selesai. Pada bab IV analisis pada verba frasal berpartikel off dihubungkan dengan penggunaannya dalam suatu tuturan. Fungsi yang pertama adalah fungsi aspektual, di mana pada verba frasal berpartikel off ditemukan adanya aspek kala yang konsisten, yaitu kala mulai atau inseptif dan kala selesai atau kompletif. Pada fungsi ini, verba pada verab frasal berpartikel off dapat berupa verba pangtual maupun duratif tetapi berkahir menjadi verba frasal aspketual inseptif maupun kompletif dengan ciri pangtual. Fungsi yang kedua berkaitan dengan situasi penggunaan unit kebahasaan, yaitu fungsi formal dan informal. Pada dasarnya verba frasal merupakan ragam yang lebih informal, meskipun demikian terdapat beberapa verba frasal yang dapat digunakan dalam situasi formal seperti cast off dan take off. Fungsi yang terakhir adalah fungsi ekspresi. Fungsi ini berkaitan dengan kajian pragmatik,
167 di mana pada suatu tuturan terdapat suatu tindakan yang tercermin di dalamnya. Dalam fungsi ekspresi ditemukan beberapa ekspresi di verba frasal berpartikel off, yaitu ekspresi penolakan pada verba frasal brush off, cut off, mouth off, dan sound off; (2) ekspresi ketakutan pada verba frasal back off; (3) ekspresi marah pada verba frasal kick off, tee off, tell off, tick off, dan walk off; (4) eksrepsi tidak suka pada verba frasal put off; (5) dan ekspresi bosan pada verba frasal turn off. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan manfaat penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Kajian ini merupakan pengembangan dari kajian mengenai verba frasal baik dari sudut pandang linguitik mikro maupun makro. Dari sudut pandang linguistik mikro, penelitian ini dikaji dengan kajian sintaksis dan semantiks. Dari sudut pandang linguistik makro, penelitian ini juga dikaji dengan kajian sosiolinguistik dan pragmatik. Selanjutnya, kajian ini juga menguatkan teori dari Elly Van Gelderen (2010:90-93) mengenai alternasi konstruksi verba frasal yang dapat membedakan konstruksi ini dengan verba preposisional. Penelitian ini juga mengkritisi pendapat dari Bas Aarts yang menyatakan bahwa verab frasal dan verba preposisional tidaklah berbeda akan tetapi hanyalah konstruksi verba dengan preposisi intransitif pada verba frasal dan preposisi transitif pada verba preposisional. Akan tetapi, pendapat Aarts berhasil disanggah di mana kedua konstruksi ini terbukti berbeda. Masih pada manfaat teoritis. Hasil penelitian ini juga memberi manfaat untuk menguatkan teori klasifikasi makna aspektual pada verba frasal oleh Celce- Murcia dan Larsen-Freeman. Walkova menyatakan bahwa teori yang dikemukakan oleh Celce-Murcia dan Larsen-Freeman tidak memiliki rincian pada makna mana
168 suatu verba frasal dapat dikategorikan memiliki makna aspektual di dalamnya. Berdasarkan pada penelitian ini, telah didapatkan verba frasal dan makna verba frasal yang memiliki makna aspektual dan telah berhasil mengklasifikasikannya sesuai dengan teori dari Celce-Murcia dan Larsen-Freeman. Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan manfaat praktis pada bab I. Penelitian ini dapat memperkaya wacana kajian partikel dan verba berpartikel dalam bahasa Inggris terutama pada konstruksi verba berpartikel off. Disebabkan oleh suatu verba frasal dapat memiliki beberapa makna, perlu diperhatikan makna yang akan digunakan dalam terjemahan. Oleh karena itu, konteks yang melingkupi verba frasal perlu diperhatikan guna mendapatkan terjemahan yang sesuai. Manfaat yang ketiga berkaitan dengan pembelajaran verba frasal. Agar siswa dapat menggunakan verba frasal sebagaimana mestinya karena satu verba frasal dapat memiliki beberapa makna bahkan belasan makna, perlu digunakan pengajaran bahasa Inggris dengan berdasarkan kontekstual kalimat. Siswa dapat diajarkan bahwa pada suatu konteks verba frasal dapat memiliki makna yang lain pada konteks yang lain pula. 5.2 Saran Penelitian ini telah menganalisa unit kebahasaan verba berpartikel off dengan kajian yang cukup beragam, mencakup sintaksis, semantis, sosiolinguistik, dan pragmatik. Tahapan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui selain dari struktur bahasa yang dimiliki oleh verba frasal tetapi juga pada penggunaannya dalam suatu situasi sosial. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemantik ketertarikan terhadap bentuk-bentuk verba frasal yang lainnya.
169 Penelitian yang selanjutnya dapat mengaplikasikan teori-teori lain yang terdapat dalam bidang linguistik untuk mengetahui lebih jauh mengenai fenomena kebahasaan yang terdapat dalam verba frasal. Penggunaan teori bahasa struktural masih belum dikuasai sepenuhnya, oleh karena itu sebelum beranjak ke arah teori yang lebih kompleks diharapkan untuk dapat menganalisa suatu unit kebahasaan dalam lingkup linguistik mikro terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan oleh bahwa masih banyak hal yang dapat dikaji dengan kajian linguistik mikro yang kemudian dapat dilanjutkan dengan pengkajian mengenai fungsinya dengan kajian linguistik makro. Penelitian dengan sistematika penelitian ini masih sangat terbuka untuk dilakukan, mengingat banyaknya konstruksi verba berpartikel dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu masih sangat terbuka kesempatan untuk menganalisa satuan-satuan bahasa berupa verba frasal dengan kajian sintaks, semantis, maupun teori-teori yang lainnya. Hal ini guna untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai konstruksi verba frasal yang masih sangat banyak permasalahannya, salah satunya adalah konstruksi dari verba frasal itu sendiri. Masih terdapat banya partikel dalam bahasa Inggris seperti on, in, out, up, down dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian dalam bentuk verba berpartikel, mengingat setiap partikel memiliki karakteristik yang berbeda-beda.