URUTAN KATA VERBA FRASAL PADA RAGAM TULIS LARAS JURNALISTIK BAHASA INGGRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "URUTAN KATA VERBA FRASAL PADA RAGAM TULIS LARAS JURNALISTIK BAHASA INGGRIS"

Transkripsi

1 URUTAN KATA VERBA FRASAL PADA RAGAM TULIS LARAS JURNALISTIK BAHASA INGGRIS Tesis Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Oleh: MUH. TAUFIQUROHMAN NPM: FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2008

2 LEMBAR PENGESAHAN Tesis ini diujikan pada hari Rabu, tanggal 23 Juli 2008, pukul WIB, dengan susunan tim penguji sebagai berikut. 1. M. Umar Muslim, Ph.D.... (Ketua Penguji) 2. Diding Fachrudin, M,A.... (Pembimbing/Anggota Penguji) 3. Dr. Risnowati Martin... (Anggota Penguji) Depok, Juli 2008 Disahkan oleh: Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana FIB UI Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia M. Umar Muslim, Ph.D. Dr.Bambang Wibawarta NIP NIP ii

3 PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamiin, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan tesis ini. Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh kedangkalan ilmu yang saya miliki. Namun, saya berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini. Secara khusus ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada. Pertama, kepada Ketua Departemen Linguistik yang sekaligus sebagai Ketua Penguji, Bapak M. Umar Muslim, Ph.D yang memahami kesulitan yang saya hadapi pada saat saya mengalami kegagalan pada proposal tesis yang pertama. Saran dan arahan Beliau membuat saya mengetahui kemana tesis ini saya arahkan. Tesis ini tidak akan selesai tanpa saran dan arahan yang Beliau berikan. Kedua, kepada Pembimbing Tesis yang sekaligus sebagai Penguji Tesis, Bapak Diding, MA. Kritik, arahan, dan saran Beliau sangat berharga dan membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini. Ketiga, kepada Penguji Tesis, Ibu Dr. Risnowati Martin. Pertanyaan, kritik, dan saran Beliau menjadi landasan perbaikan tesis ini. Keempat, kepada para dosen yang telah membimbing saya selama menuntut ilmu pada Program Studi Linguistik. Kelima, Kepada Kepala Dinas Dikmenti DKI Jakarta, Bapak Drs. Margani M. Mustar, M.Sc yang telah memberi kesempatan dan beasiswa selama empat semester dari enam semester masa kuliah yang telah saya jalani. iii

4 Keenam, kepada Kepala Subdistendik Dinas Dikmenti DKI Jakarta, Drs. Ratiyono M.Si dan staffnya yang telah melayani saya dalam mengurus biaya pendidikan selama empat semester di Universitas Indonesia. Ketujuh, kepada Kepala SMKN 52 Jakarta, Ibu Dra.Eryatun Koswara yang telah memberi toleransi waktu untuk mengikuti pendidikan di Universitas Indonesia. Kedelapan, kepada istri saya Dra. Sri Masdiana dan anak-anak saya, Muh. Iqbal Rahmanda dan Annisa Hamida Rahman yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan tesis ini. Terakhir, kepada kedua orang tua saya, Ibu Susiani dan Almarhum Bapak Imam Suhadi yang selalu berdo a untuk kebahagiaan dunia dan akhirat kepada anak-anaknya. Depok, Juli 2008 Muh. Taufiqurohman iv

5 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...ii PRAKATA...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii ABSTRAK...ix ABSTRACT...x BAB I. PENDAHULUAN Latar Pokok Bahasan Rumusan Masalah Penelitian Cakupan Penelitian Tujuan Penelitian Kemaknawian Penelitian...8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU Tinjauan Pustaka Payne (2005) Sinclair (2005) Murcia dan Freeman (1999) Downing dan Locke (2002) Biber (1999) Faktor faktor Yang Dianggap Memiliki Konstribusi Dalam Pemilihan Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah Penelitian Terdahulu Rangkuman...21 BAB III. KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN KERANGKA TEORI Verba Frasal Objek Adverbia dan Preposisi Adverbia Preposisi Pronomina Makna Idiomatis Makna Idiomatis Penuh Makna Bukan Idiomatis Makna Semi Idiomatis Makna Non Idiomatis Makna Metaforis Teori Struktur Informasi v

6 3.2 Metode Penelitian Ancangan Penelitian Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Data Teknik Analisis Data...52 BAB IV. ANALISIS Pengantar Panjang Objek dan Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah Panjang Objek Terdiri Atas Satu Kata Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Panjang Objek Terdiri Atas Satu Kata Dalam Urutan Verba+Objek +Adverbia Panjang Objek Terdiri Atas Dua Kata Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Panjang Objek Terdiri Atas Dua Kata Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Panjang Objek Terdiri Atas Tiga Kata Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Panjang Objek Terdiri Atas Tiga Kata Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Panjang Objek Terdiri Atas Empat Kata Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Panjang Objek Terdiri Atas Empat Kata Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Panjang Objek Terdiri Atas Lebih Dari Empat Kata Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Objek Pronomina an Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah Objek Pronomina Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Objek Pronomina Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Makna Idiomatis dan Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah Makna Idiomatis Penuh Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Makna Idiomatis Penuh Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Makna Bukan Idiomatis dan Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah...90 vi

7 4.5.1 Makna Semi Idiomatis Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Makna Semi Idiomatis Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Makna Non Idiomatis Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Makna Non Idiomatis Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia Makna Metaforis Dalam Urutan Verba+Adverbia+Objek Makna Metaforis Dalam Urutan Verba+Objek+Adverbia...98 BAB V. PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Pronomina Objek Tabel 3.2 Pronomina Refleksif Tabel 3.3 Tanggal dan Bulan Penerbitan Majalah TIME dan Majalah NEWSWEEK Tabel 4.1 Frekuensi Kemunculan Objek Nomina dan Objek Pronomina Dalam Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah Tabel 4.2 Frekuensi Kemunculan Makna Idiomatis dan Makna Bukan Idiomatis Dalam Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah..100 viii

9 ABSTRAK Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dikaitkan dengan faktor panjang objek nomina, objek pronomina, dan makna idiomatis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang juga menggunakan data kuantitatif. Penggunaan data kuantitatif diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data dalam bentuk angka. Ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris yang dijadikan sumber data adalah majalah Time dan majalah Newsweek. yang terbit pada tahun Setiap majalah secara acak diambil sebelas penerbitan. Dengan demikian, dari dua majalah tersebut diperoleh dua puluh dua penerbitan. Jumlah penerbitan tersebut merupakan 21,56% dari seluruh penerbitan pada tahun Dari jumlah tersebut diperoleh 148 verba frasal yang dapat dipisah, dengan rincian 122 verba frasal berobjek nomina, dan 26 verba frasal berobjek pronomina. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara panjang objek nomina dengan posisi penempatannya dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis bahasa Inggris. Objek nomina dengan panjang satu sampai empat kata dapat menempati dua posisi, yaitu posisi akhir dan posisi tengah. Posisi akhir ialah posisi objek di belakang adverbia dan posisi tengah ialah posisi objek di antara verba dan adverbia. Objek nomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Objek nomina ditempatkan di tengah jika objek tersebut tidak memperoleh fokus. Objek nomina dengan panjang lebih dari empat kata hanya dapat menempati satu posisi, yaitu posisi akhir. Sementara itu, ojek pronomina tidak selalu ditempatkan pada posisi tengah. Dengan kata lain, objek pronomina juga dapat ditempatkan pada posisi akhir. Objek pronomina ditempatkan pada posisi tengah karena objek tersebut menunjuk kepada entitas yang telah diketahui, yaitu menunjuk kepada konstituen nomina yang telah disebutkan sebelumnya dalam sebuah konteks dan tidak memperoleh penekanan (fokus) atau penonjolan informasi yang dikandunginya. Objek pronomina ditempatkan pada posisi akhir jika objek tersebut memperoleh penekanan (fokus) atau informasi yang dikandunginya ingin ditonjolkan. Pada hasil analisis data yang berkaitan dengan makna, terdapat signifikansi penempatan objek pada posisi akhir dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah yang bermakna idiomatis. Hal itu ditunjukkan dengan persentase penempatan objek pada posisi tersebut mencapai 54,73% dari empat makna yang muncul pada jenis verba frasal tersebut. Namun, hal itu tidak berarti bahwa makna tersebut sebagai faktor utama penempatan objek pada posisi akhir. Faktor utama yang menempatkan objek pada posisi tersebut adalah objek yang menjadi bagian klausa atau kalimat yang memperoleh fokus. Sementara itu, makna idiomatis hanya berfungsi sebagai faktor pengiring dalam penempatan objek pada posisi tersebut. ix

10 ABSTRACT This study aims at gaining the illustration of the use of separable phrasal verb word order related to the length of nominal objects, pronominal objects and idiomatic meanings in English journalistic written language. It uses the qualitative approach. It is purely qualitative since it solely involves the analysis and description of the data collected. The source of data were Time magazines and Newsweek magazines published in Eleven publications of the two magazines were randomly taken. Thus, there were twenty two publications of the two magazines. The publications covered 21.56% of both magazines in 2007 which consist of 148 separable phrasal verbs of which are 122 separable phrasal verb with nominal objects and 26 separable phrasal verbs are pronominal objects respectively. The study has come up with the following results. First, there is relation between the length of nominal objects and their positions in separable phrasal verb word order. Nominal objects consisting of one word to four words can be positioned in two different positions, end positions and mid-positions. Nominal objects are positioned in the end position if they are focused. The focused part of a sentence is typically new information which has not been previously mentioned. Nominal objects are positioned in the midposition if they do not belong to the focus but to the background part of sentence. On the contrary, nominal objects consisting of more than four words can solely be positioned in the end position. Second, pronominal objects could occur in two positions, end positions and mid-positions. Pronominal objects occur at the end position if they are focused, and they occur in the mid-position if they are not focused or not stressed. Pronominal objects are regarded as old information since they refer to a well-known entity; to nominal constituents that have been previously mentioned in the contex. Third, there is significant tendency for idiomatic meanings in positioning objects in the end position. The percentage of idiomatic meaning of separable phrasal verb positioning object in the end position reveals %. x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Salah satu alat bahasa yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita ialah rangkaian kata. Rangkaian kata terjadi antara lain karena adanya kecenderungan antarkata perangkainya untuk muncul bersama. Berdasarkan sifat hubungan antarkata perangkainya, rangkaian kata bersifat tetap dan tidak tetap. Artinya, rangkaian kata tidak dapat mengalami perubahan atau dapat mengalami perubahan. Perubahan yang dapat terjadi pada rangkaian kata antara lain perubahan urutan katanya. Salah satu contoh rangkaian kata yang urutan katanya dapat mengalami perubahan ialah verba frasal dalam bahasa Inggris. Verba frasal merupakan salah satu bagian yang penting dalam bahasa Inggris sehari-hari (Harts, 1999:V). Verba frasal terdiri atas verba yang diikuti oleh adverbia atau verba yang diikuti oleh preposisi atau verba yang diikuti oleh adverbia dan preposisi (Sinclair, 2005). Ketiga kombinasi itu dicontohkan dalam kalimat berikut ini (Sinclair, 2005:162). (1) The noise gradually died away (2) She looked after her invalid mother (3) I looked forward to reading it. Contoh kalimat di atas menunjukkan bahwa dalam contoh (1), verba died diikuti oleh adverbia away. Dalam contoh (2), verba looked diikuti oleh preposisi after dan dalam contoh (3), verba looked diikuti oleh adverbia forward dan preposisi to. Selain hal 1

12 tersebut, Harts (1999:125) membagi verba frasal ke dalam empat urutan kata berikut: (1) subjek + verba + partikel (intransitive pbrasal verb); (2) subjek + verba + partikel + objek, subjek + verba + objek + partikel (separable prasal verb); (3) subjek + verba + partikel + objek (nonseparable phrasal verb); (4) subjek + verba + partikel + objek (three word phrasal verb). Berdasarkan empat urutan kata verba frasal tersebut, verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) merupakan jenis verba frasal yang urutan katanya dapat mengalami perubahan. Perubahan urutan kata itu berkaitan dengan penempatan objek yang dapat ditempatkan pada dua posisi, yaitu posisi di belakang partikel (adverbia) dan posisi di depan partikel (adverbia). Hal paling penting yang perlu dikaji tentang gramatika jenis verba frasal ini ialah pada posisi yang mana objek harus ditempatkan (Potter, 2005). Hart (1999) menyatakan bahwa jika objek langsung verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) panjang, posisi objek harus ditempatkan di belakang partikel (adverbia). Dengan demikian, urutan katanya ialah verba + partikel (adverbia) + objek. Urutan kata itu dapat dilihat dalam contoh (4) dari Harts (1999:37). (4) She put on the new dress with the red, yellow, and blue flowers that she bought last week for 40 percent off. Contoh di atas menunjukkan bahwa objek yang panjang yang berbentuk frase nomina, yaitu the new dress with the red, yellow, and blue flowers ditempatkan di belakang kombinasi verba put dan partikel (adverbia) on. Sementara itu, batasan tentang berapa panjang objek yang ditempatkan di belakang partikel (adverbia) pernah diteliti oleh Kroch dan Small (1978) pada ragam lisan. Hasil dari penelitian yang telah mereka 2

13 lakukan menunjukkan bahwa objek yang mengandungi lebih dari tiga kata sebagian besar ditempatkan di belakang partikel (adverbia). Downing dan Locke (2002) menyatakan bahwa jika objek verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) dalam bentuk pronomina, pronomina harus ditempatkan di depan partikel (adverbia). Dengan demikian, urutan katanya ialah verba + objek + partikel (abverbia). Urutan kata itu dicontohkan dalam kalimat di bawah ini. (5) They broke it down. (Downing, 2002:333) Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa objek pronomina it ditempatkan di depan partikel (adverbia) down atau ditempatkan di antara verba broke dan partikel (adverbia) down. Penempatan objek pronomina pada urutan kata verba frasal jenis ini pernah diteliti oleh Mill (1993) pada ragam lisan. Hasil penelitiannya menemukan bahwa objek pronomina dapat muncul setelah partikel (adverbia). Kemunculan pronomina setelah partikel (adverbia) merupakan suatu anomali karena tidak sesuai dengan kaidah dalam gramatika bahasa Inggris tentang penempatan pronomina pada urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb). Tenny dalam Gorlach (2004:33) menyatakan bahwa jika kombinasi verba dan partikel (adverbia) pada verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) bermakna idiomatis, kombinasi tersebut kurang mungkin dapat dipisahkan posisinya oleh objek. Dengan demikian, urutan katanya ialah verba + partikel (adverbia) + objek. Urutan kata itu dapat dilihat dalam contoh (6) dari Tenny dalam Gorlach (2004:33). (6) Don t throw up your lunch 3

14 Kombinasi verba throw dan partikel (adverbia) up dalam kalimat itu memunculkan makna idiomatis yang bersinonim dengan stop doing it suddenly. Pengaruh makna idiomatis yang muncul dari kombinasi verba dan partikel (adverbia) terhadap urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pernah diteliti oleh Kroch dan Small (1978) pada ragam lisan. Hasil dari penelitian yang telah mereka lakukan menunjukkan bahwa sebagian besar kombinasi verba dan partikel (adverbia) yang bermakna idiomatis memiliki urutan kata, verba + partikel (adverbia) + objek. Dengan demikian, pendapat Tenny sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kroch dan Small. Fakta di atas menunjukkan bahwa semua penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) dilakukan pada ragam lisan. Hal itu mungkin karena adanya asumsi yang menyatakan bahwa verba frasal cenderung lebih sesuai digunakan pada ragam lisan (Sinclair, 2005:V). Selain itu, Biber (1999) juga menyatakan bahwa salah satu penggunaan verba frasal yang paling banyak terdapat pada ragam lisan, yaitu pada percakapan. Percakapan memiliki frekuensi penggunaan verba frasal sejumlah / kata (Biber, 1999:409). Jumlah itu menempati urutan kedua terbanyak sebagai pengguna verba frasal setelah fiksi (1.900 / kata) dan sebelum berita (1.400 / kata) yang menempati urutan ketiga (Biber, 1999:409). Akibat terkonsentrasinya semua penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam lisan, penelitian sejenis pada ragam tulis tidak banyak dilakukan. Kesenjangan ini tidak menguntungkan karena kurangnya informasi yang dapat diperoleh tentang bagaimana ketiga faktor di atas memiliki kontribusi terhadap penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada 4

15 ragam tulis. Padahal, urutan kata verba prasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) tidak hanya digunakan pada ragam lisan melainkan juga pada ragam tulis. Salah satu contoh penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam tulis terdapat pada ragam tulis yang berkaitan dengan berita. Pada ragam tulis ini, bahasa yang digunakan memiliki fungsi pemakaian untuk menyampaikan berita secara tertulis kepada masyarakat. Ragam tulis jenis ini disebut ragam tulis laras jurnalistik. Sebagai ragam tulis yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat dan memiliki pengaruh yang luas, ragam tulis laras jurnalistik mungkin memiliki gaya tersendiri pada gramatika yang digunakan. Hal itu dapat terjadi karena setiap laras umumnya memiliki format dan gaya tersendiri Salah satu contoh gaya atau kekhasan tersendiri dalam ragam tulis laras jurnalistik mungkin terdapat pada gramatika yang mengatur tentang penempatan objek dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb). Jika hal itu terjadi, penempatan objek dalam urutan kata tersebut tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian tentang urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) yang pernah dilakukan pada ragam lisan, ditemukan bahwa faktor panjang objek nomina, objek pronomina, dan faktor makna idiomatis yang muncul dari kombinasi verba dan partikel (adverbia) memiliki kontribusi dalam penempatan objek dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb). Dengan mempertimbangkan kurangnya kajian atau bahkan mungkin belum adanya kajian tentang urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam tulis, maka saya bermaksud untuk melakukan kajian tentang kontribusi tiga faktor yang sama, yaitu faktor panjang objek (nomina), faktor objek pronomina, dan faktor makna idiomatis terhadap penataan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah 5

16 (separable phrasal verb) pada ragam tulis laras jurnalistik. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil temuan pada ragam lisan tersebut juga terjadi pada ragam tulis atau mungkin ada sesuatu yang berbeda sehingga hal itu menjadi kekhasan tersendiri pada ragam tulis, khususnya ragam tulis laras jurnalistik. Sementara itu, laras jurnalistik dipilih karena unsur utama jurnalistik adalah berita. Berdasarkan temuan dari Biber (1999:409), berita merupakan salah satu pengguna verba frasal terbanyak setelah fiksi dan percakapan. Dengan demikian, dalam ragam tulis laras jurnalistik dapat ditemukan penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang di atas, masalah utama dalam penelitian ini adalah faktorfaktor yang dianggap memiliki kontribusi dalam pemilihan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) yang terdapat pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris. Rumusan masalah penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut Apakah ada hubungan antara panjang objek (nomina) dengan posisi penempatannya dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris? Apakah objek pronomina selalu ditempatkan pada posisi tengah atau posisi di antara verba dan partikel (adverbia) dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris? Apakah makna idiomatis verba frasal yang dapat dipisah memiliki kecenderungan yang signifikan dalam menempatkan objek pada posisi akhir atau posisi di belakang partikel (adverbia) pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris? 6

17 1.3 Cakupan Penelitian Dari beberapa urutan kata yang dimiliki oleh verba frasal, penelitian ini hanya akan meneliti penggunaan urutan kata verb frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) yang memiliki urutan kata, verba + objek + partikel (adverbia) dan verba + partikel (adverbia) + objek. Objek dalam urutan kata itu mencakupi nomina dan frase nomina. Sementara itu, objek pronomina dibatasi penggunaannya hanya pada pronomina objektif, pronomina refleksif, pronomina posesif, pronomina tak takrif, dan pronomina demonstratif. Pronomina lain yang tidak tercakup ialah pronomina subjektif, pronomina interogatif, dan pronomina relatif. Untuk makna yang muncul dari kombinasi verba dan partikel (adverbia) dibatasi jumlahnya, yaitu hanya satu makna yang sesuai dengan konteks makna yang dimaksud dalam kalimat yang digunakan dan terdapat dalam satu urutan. Kalimat yang digunakan ialah kalimat aktif. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut: (1) memerikan pengaruh panjang objek nomina dengan posisi penempatannya dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris; (2) memerikan posisi objek pronomina dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris; (3) mengetahui ada atau tidak adanya kontribusi makna idiomatis terhadap penempatan objek di belakang posisi adverbia dalam urutan kata verba frasal 7

18 yang dapat dipisah (separable phrasal verb) verb) pada ragam tulis laras jurnalistik bahasa Inggris. 1.5 Kemaknawian Penelitian Penelitian tentang urutan kata verba yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam tulis laras jurnalistik bermakna karena hal-hal berikut ini. (1) Penelitian ini dapat mengisi rumpang penelitian tentang urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) yang masih langka dalam ragam tulis bahasa Inggris. (2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bandingan dengan hasil penelitian sejenis pada ragam lisan. (3) Hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam bidang sintaksis bahasa Inggris dan dapat menjadi masukan yang berharga bagi para peminat atau peneliti linguistik yang akan mengkaji urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb). 8

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Tinjauan Pustaka Pada bagian tinjauan pustaka ini, akan diuraikan pola sintaksis verba frasal menurut Payne (2005) dan Sinclair (2005), kategori semantis verba frasal menurut Murcia dan Freeman (1999) dan menurut Downing dan Locke (2002), serta istilah-istilah dalam aliran informasi dari Biber (1999). Selain itu, dinyatakan juga faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) menurut Quirk et al. (1982), Kilby (1982), Tenny (1994), Hart (1999), dan Gorlach (2004) Payne (2005) Payne (2005:3) membagi verba frasal ke dalam lima pola sintaksis yang memiliki urutan kata sebagai berikut: (1) verba + adverbia; (2) verba + adverbia + objek; (3) verba + objek + adverbia; (4) verba + preposisi + objek; (5) verba + adverbia + preposisi + objek. Urutan verba + adverbia merupakan pola verba frasal yang paling sederhana dan terpendek. Pola ini tidak memerlukan objek. Sebagai contoh, wash up, tuckle up, take off, get up, dan break down. 9

20 Urutan verba + adverbia + objek dibentuk dari urutan verba + adverbia yang memerlukan kehadiran objek. Contoh verba frasal dengan urutan kata ini adalah wash out the pot, blow up the bridge, tear down the building, dan hang up your coat. Urutan verba + objek + adverbia dapat berasal dari urutan verba + adverbia + objek. Pemindahan posisi objek dari belakang adverbia ke depan adverbia tidak melibatkan perubahan makna. Contoh verba frasal dengan urutan kata ini adalah wash the pot out, blow the bridge up, tear the building down, dan hang your coat up. Urutan verba + preposisi + objek merupakan salah satu urutan kata verba frasal yang urutannya tidak dapat mengalami perubahan. Hal itu terjadi karena preposisi berfungsi menghubungkan verba dengan objek di belakangnya. Dengan demikian, urutan verba + preposisi + objek tidak akan pernah dapat menjadi urutan verba + objek + preposisi. Contoh verba frasal dengan urutan kata ini adalah work on the project, count on your friend, run into on old flame, dan bead for home. Urutan verba + adverbia + preposisi +objek merupakan urutan verba frasal yang urutannya jarang mengalami perubahan posisi. Contoh verba frasal dengan urutan kata ini adalah keep up with the news, make off with the money, brush up on your skills, come down with a cold, come up with a plan, dan away someone. Kelima pola sintaktis verba frasal menurut pendapat Payne di atas lebih menekankan kepada bentuk urutan katanya dari pada istilah nama untuk setiap urutan kata tersebut. Kelima pola sintaksis tersebut merupakan pola yang paling sering digunakan dalam verba frasal bahasa Inggris Sinclair (2005) Sinclair (2005) membagi verba frasal ke dalam tiga pola sintaksis yang memiliki urutan kata sebagai berikut: 10

21 (1) verba + adverbia; (2) verba + preposisi; (3) verba + adverbia + preposisi. Untuk verba frasal dengan urutan verba + adverbia, sebagian digunakan dalam klausa intransitif. Verba frasal dengan urutan kata ini dicontohkan dalam kalimat berikut ini (Sinclair, 2005:162). (1) Rosamund went away for a few days. Selain itu, sebagian verba frasal lain hampir selalu digunakan dalam klausa transitif karena verba memerlukan sebuah objek langsung. Dengan demikian, urutannya menjadi verba + objek + adverbia. Urutan itu dapat dilihat dalam contoh (2) dari Sinclair (2005:165). (2) I finished my meal off as quickly as I could Untuk verba frasal dengan urutan verba + preposisi, sebagian digunakan dalam klausa intransitif. Urutan kata itu dicontohkan dalam kalimat di bawah ini. (3) Ski trips now account for nearly half of all school visits. (Sincair, 2005:163) Sementara itu, sebagian verba frasal yang lain terdiri atas kombinasi verba transitif + preposisi. Urutan ini memiliki dua objek, yaitu objek verba dan objek preposisi. Dengan 11

22 demikian, urutan katanya ialah verba + objek + preposisi + objek. Verba frasal dengan urutan kata ini dicontohkan dalam kalimat di bawah ini. (4) They agreed to let him into their secret. (Sinclair, 2005:169) Untuk verba frasal dengan urutan verba + adverbia + preposisi, sebagian besar intransitif. Posisi preposisi di urutan belakang diikuti oleh objeknya sendiri.urutan itu dapat dilihat dalam contoh (5) dari Sinclair (2005:169). (5) She sometimes finds it hard to keep up with her classmates. Selain itu, beberapa verba frasal tiga kata dalam bentuk transitif. Jenis verba frasal ini memiliki dua objek, yaitu objek verba dan objek preposisi. Dengan demikian, urutan katanya ialah verba + objek + adverbia + preposisi + objek. Urutan kata itu dicontohkan dalam kalimat di bawah ini. (6) Kroop tried to talk her out of it (Sinclair, 2005:170) Ketiga pola sintaksis verba frasal menurut pendapat Sinclair di atas juga menekankan kepada bentuk urutan katanya dari pada istilah nama untuk setiap urutan kata tersebut. Hal yang membedakan dari pola sintaksis menurut pendapat Payne ialah pola sintaksis menurut pendapat Sinclair tidak melibatkan pergerakan objek. 12

23 2.1.3 Murcia dan Freeman (1999) Murcia dan Freeman (1999) membagi verba frasal atas empat kategori, yaitu (1) kategori literal; (2) kategori aspektual; (3) kategori idiomatis; (4) kategori polisemis. Kategori literal dibentuk dari kombinasi verba dengan sebuah preposisi berarah. Contoh kategori ini adalah sit down, stand up, hand out, take down, carry out, climb up, dan take down. Kategori aspektual adalah kategori semantis yang maknanya tidak lejas (transparent), tetapi maknanya tidak juga bermakna idiomatis. Kategori ini dapat dibagi atas sejumlah kelas semantis berikut: (1) inseptif; (2) kontinuatif; (3) iteratif; (4) kompletif. Kategori aspektual inseptif menandakan suatu perikeadaan yang dimulai. Verba frasal dengan kategori semantis ini dicontohkan dalam kalimat berikut ini. (Murcia dan Freeman, 1999:432) (7) John took off. Kategori aspektual kontinuatif menunjukkan bahwa suatu tindakan terus berlangsung. Verba frasal dengan kategori semantis ini dapat dilihat dalam contoh (8) dari Murcia dan Freeman (1999:432) (8) Her speech ran on and on. Kategori aspektual iteratif menunjukkan suatu pengulangan. Verba frasal dengan kategori ini dicontohkan dalam kalimat di bawah ini. 13

24 (9) He did it over and over again until he got it right. (Murcia dan Freeman, 1999:433) Kategori aspektual kompletif menunjukkan bahwa suatu tindakan telah selesai. Verba frasal dengan kategori semantis ini dapat dilihat dalam contoh (10) dari Murcia dan Freeman (1999:433). (10) He drank the milk up. Kategori idiomatis adalah kategori semantik yang maknanya tidak dapat diprediksi dari makna bagian pembentuknya. Contoh, catch up, put off, tune out dan chew out. Kategori polisemis adalah kategori pemaknaan yang mengandungi banyak makna. Sebagai contoh, check out memiliki lima makna yang berbeda tergantung pada konteks pemakaiannya dalam kalimat. Kategori semantis verba frasal menurut pendapat Murcia dan Freeman di atas tidak terlalu praktis dan kurang representatif. Selain itu, salah satu kekurangan dari ketegori semantis verba frasal tersebut yaitu tidak hadirnya kategori metaforis Downing dan Locke (2002) Downing (2002) membagi kategori semantis verba frasal atas kategori berikut: (1) nonidiomatis; (2) semi idiomatis; dan (3) idiomatis. Dalam kategori nonidiomatis, verba leksikal dan partikel (adverbia) masingmasing mempertahankan makna literalnya sendiri. Pada umumnya, partikel (adverbia) 14

25 menyatakan arah gerakan, sedangkan verba leksikalnya menyatakan tindakan. Kategori semantis ini dicontohkan dalam kalimat di bawah ini. (11) The temperature went down last night. (Downing, 2002:338) Dalam kategori semi-idiomatis, verba leksikal mempertahankan maknanya dan partikel digunakan sebagai intensifier atau penanda aspektual dari perfektivitas. Kategori semantis ini dapat dilihat dalam contoh (12) dari Downing (2002:338). (12) I cut up the meat for the child. Dalam kategori idiomatis, makna keseluruhan verba frasal tidak dapat ditarik kesimpulan dari makna bagian-bagian pembentukan. Kategori semantis ini dicontohkan dalam kalimat di bawah ini (13) She can run up a dress in an hour. (Downing, 2002:338) Ketiga kategori semantis verba frasal di atas didasarkan pada pengkategorian secara garis besarnya saja, namun pengkategorian tersebut bersifat lebih umum dan lebih praktis dibandingkan pengkategorian yang sama menurut pendapat Murcia dan Freeman Biber (1999) Biber et al. (1999) menyatakan bahwa dalam klausa, beberapa elemen umumnya menyatakan atau merujuk kembali kepada informasi yang sudah dikenali dari wacana sebelumnya. Dengan kata lain, informasi yang penutur atau penulis sampaikan dapat 15

26 dikenali oleh pendengar atau pembaca, baik dari apa yang dikatakan atau ditulis sebelumnya, kotek atau dari konteks situasi. Biber et al. (1999) menyebut informasi ini dengan istilah informasi yang tersampaikan (given information). Sementara itu, elemen yang lain disebut informasi baru (new information). Informasi baru berkaitan dengan informasi apapun yang penutur atau penulis sampaikan yang belum dapat dikenali oleh pendengar atau pembaca. Berikut ini contoh penggunaan informasi baru (new information) dari Biber (1999:896). (14 ) Inside the house, Mr. Summer found a family cats shut in the bathroom. Pada contoh (14), klausa dihubungkan dengan situasi dan wacana sebelumnya, yang mana the house dan Mr. Summers telah disebutkan. Sementara itu, klausa membawa informasi yang mengalir ke belakang untuk memberitakan tentang apa yang Mr. Summer temukan. Pada umumnya, klausa dibuka dengan informasi yang telah tersampaikan (given information) atau informasi latar dan diakhiri dengan informasi baru (new information). Distribusi infomasi ini berkaitan dengan berkembangnya secara berangsurangsur muatan informasi. Biber (1999) menyebut hal tersebut sebagai prinsip informasi (information principle). Biber (1999) menyatakan bahwa dalam beberapa klausa atau kalimat paling tidak terdapat satu titik fokus (point of focus) yang dikaitkan dengan penempatan tekanan dalam suatu ujaran. Penempatan fokus dalam klausa atau kalimat bahasa Inggris terdapat pada posisi awal atau posisi akhir. Walaupun penempatan fokus terdapat pada kedua posisi tersebut, namun, prinsip umum yang paling universal tentang penempatan fokus terdapat pada posisi akhir atau fokus akhir (Biber, 1999). Biber (1999) juga menyatakan bahwa elemen-elemen sering memiliki bobot (weight), dan kompleksitas yang berbeda. 16

27 Ada distribusi elemen yang lebih disukai yang berkaitan dengan bobot elemen, dan hal itu biasa disebut prinsip bobot akhir (principle of end-weight). Bobot sebuah elemen merupakan masalah kompleksitas morfologis, sintaksis, dan panjangnya. Salah satu isi prinsip bobot akhir itu adalah kecenderungan elemen yang panjang dan kompleks ditempatkan di akhir klausa Faktor-faktor Yang Dianggap Memiliki Kontribusi Dalam Pemilihan Urutan Kata Verba Frasal Yang Dapat Dipisah (Separable Phrasal Verb). Quirk et al. (1982) berpendapat bahwa pemilihan posisi partikel (adverbia) dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) tergantung pada panjangnya objek. Pada sebagian besar verba frasal, partikel (adverbia) dapat mendahului atau mengikuti objek langsung. Partikel (adverbia) cenderung mendahului objek jika objeknya panjang. Pendapat di atas mungkin benar pada sebagian besar kasus. Analisis yang dilakukan oleh Gorlach (2004) juga menunjukkan bahwa verba tidak mungkin dipisahkan dari partikel apabila objeknya terdiri atas empat kata atau lebih. Kilby (1984) menyatakan bahwa urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) berkaitan dengan style. Ia berpendapat bahwa struktur verba frasal yang partikelnya dapat dipisahkan dengan verba, terdengar lebih sopan dari pada struktur verba frasal dengan partikel yang tidak dapat dipisahkan dengan verba. Ia membandingkan dua kalimat berikut. a) Take your coat off b) Take off your coat. 17

28 Menurut pendapat Kilby, contoh (a) terdengar lebih sopan dan dalam penggunaannya dapat digunakan untuk mengatakan kepada teman yang baru saja datang. Sementara itu, contoh (b) memiliki nada yang mungkin dapat diucapkan oleh seorang penodong atau petugas imigrasi. Dalam situasi dan konteks tertentu, kedua contoh kalimat di atas dapat digunakan secara resmi atau formal. Dengan demikian contoh (a) dapat diucapkan pada situasi formal dan contoh (b) dapat digunakan untuk menegur teman. Tenny (1994) menyatakan bahwa pemisahan verba dengan partikel dapat juga dipengaruhi oleh tingkat idiomatisnya kombinasi verba dan partikel (adverbia). Semakin tinggi tingkat idiomatisnya, partikel kurang memungkinkan dapat dipisahkan dari verba. Ia memberi contoh dalam kalimat berikut. (a) Don t throw up your lunch. (b) Don t throw your lunch up. Tenny berpendapat bahwa contoh (a) hanya mungkin dapat diinterpretasikan dengan makna idiomatis. Sementara itu, contoh (b) hanya boleh diintepretasikan dengan makna literal/harfiah. Pada dasarnya, urutan kata dalam konstruksi verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) tidak selalu menunjukkan ketergantungan pada tingkat makna idiomatisnya. Verba dan partikel (adverbia) yang muncul secara bersanding atau terpisah dapat ditemukan pada konstruksi idiomatis atau yang tidak idiomatis. Hart (1999) berpendapat bahwa jika objek verba frasal yang dapat dipisahkan (separable phrasal verb) dalam bentuk pronomina, pronomina harus ditempatkan di depan partikel (adverbia). Ia memberi contoh dalam kalimat, I took them off. 18

29 Sementara itu, Gorlach (2004) berpendapat bahwa makna verba frasal tidak dapat dipisahkan dari urutan katanya. Ia memberi contoh dengan kalimat di bawah ini. (a) The young swimmer has set up a new fast time for the backstroke (b) You need a boliday to set you and Jane up again after all that band work. Contoh (a) hanya memungkinkan penggunaan struktur verba + partikel (adverbia) + objek. Makna set up dalam contoh (a) bersinonim dengan kata reach. Sementara itu, contoh (b) hanya memungkinkan penggunaan struktur verba + objek + partikel (adverbia). Set up pada contoh (b) mempunyai makna yang sama dengan make feel better. Dari pendapat Gorlach di atas dapat disimpulkan bahwa ketika dua konstruksi berasal dari elemen yang sama, urutan kata dapat berfungsi sebagai tanda linguistik yang membedakan makna Penelitian Terdahulu Kroch dan Small (1978) menganalisis pengaruh latar sosial idiologi terhadap pemilihan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) sebagai refleksi identitas penutur pada kategori sosiolinguistik tertentu. Kroch dan Small (1978) mengadakan penelitian mengenai pemilihan urutan kata dalam konstruksi verba frasal dengan menggunakan dua kelompok penutur. Kelompok penutur pertama adalah kelompok pewawancara dan tamunya yang ada di stasiun radio WWDB-FM, Philadelphia. Kelompok kedua adalah para penelpon yang menelpon kelompok pertama pada saat terjadi percakapan dalam suatu talk show. Kelompok pertama menggunakan bahasa Inggris standar dan sebaliknya, kelompok kedua menggunakan bahasa Inggris tidak standar. Kedua kelompok itu dibandingkan selama beberapa jam dalam suatu percakapan talk show di stasiun radio tersebut. Hasil perbandingan menunjukkan 19

30 kelompok kedua (pengguna bahasa Inggris kurang standar) menggunakan konstruksi verba + objek + partikel (adverbia) lebih sering 53% daripada kelompok pertama (37%). Untuk menghilangkan kemungkinan perbedaan ini dimotivasi oleh faktor linguistik, Kroch dan Small mengecek efek panjang objek frase nomina, tingkat ketergantungan semantis partikel pada verba, dan tekanan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan antara kedua kelompok tidak banyak dipengaruhi oleh faktor linguistik. Menurut Kroch dan Small, jika frase nomina mengandungi lebih dari tiga kata, kedua kelompok lebih suka menggunakan konstruksi verba + partikel (adverbia) + objek. Kelompok pertama lebih sering menggunakan konstruksi tersebut (73%), sedangkan kelompok kedua menggunakannya sebesar (58%). Sementara itu, dari faktor ketergantungan semantis atau hubungan semantis yang erat antara verba dan adverbia menunjukkan bahwa konstruksi verba + partikel (adverbia) + objek lebih banyak digunakan daripada konstruksi verba + objek + partikel (adverbia). Penggunaan konstruksi verba + adverbia + objek dengan makna idiomatis pada kelompok pertama mencapai persentase 82%. Pada kelompok kedua, penggunaan konstruksi dan makna yang sama mencapai persentase 72%. Sementara itu, penggunaan konstruksi verba + objek + adverbia dengan makna idiomatis sebanyak 40% pada kelompok pertama dan 62% pada kelompok kedua. Cumming et al. (1983) menganalisis pergerakan partikel (adverbia) dalam urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb). Mereka menggunakan empat korpora yang berbeda yang terdiri atas ujaran yang telah direkam. Dari 650 kasus pergerakan partikel dalam verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb), mereka menemukan bahwa panjang dan kompleksitas sintaksis objek langsung merupakan indikator pada pemisahan partikel. Semakin pendek dan sederhana objek langsung, semakin mungkin terjadi pemisahan posisi antara verba dan partikel (adverbia). 20

31 Mill (1999) mengadakan observasi mengenai penempatan objek pronomina verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam lisan. Ia mendengar penggunaan objek pronomina dari radio umum nasional (National Public Radio), dari tayangan acara Reality TV Show Fox TV, dan dari toko makanan di Universitas Cincinnati. Dari kedua tayangan dan dari satu tempat itu, ia mengamati bahwa objek pronomina dapat ditempatkan di belakang partikel (adverbia). Penggunaan objek pronomina di belakang partikel dari dua tayangan dan satu tempat yang berbeda masingmasing dicontohkan dalam kalimat, He wanted to help out them, He went in the house and put down something, dan Can you ring up this? 2.3 Rangkuman Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pemilihan urutan kata tertentu pada verba frasal yang dapat dipisah (separable phasal verb) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor linguistik melainkan juga dipengaruhi oleh faktor nonlinguistik. Contoh faktor linguistik yang dianggap mempengaruhi urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) antara lain panjang dan kompleksitas sintaksis objek langsung dan objek pronomina. Sementara itu, faktor nonlinguistik yang dapat mempengaruhi urutan kata jenis verba frasal itu antara lain penggunaan bahasa Inggris standar dan bahasa Inggris tidak standar. Hal lain yang terjadi pada penggunaan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) pada ragam lisan adalah tidak semua penggunaan urutan kata verba frasal tersebut sesuai dengan kaidah dalam gramatika bahasa Inggris. 21

32 BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori Oleh karena penelitian ini menggunakan verba frasal sebagai objek penelitian, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan verba frasal. Selain itu, pada bagian ini juga akan dijelaskan antara lain (1) Objek, (2) Adverbia dan Preposisi, (3) Pronomina, (4) Makna Idiomatis dan Makna Bukan Idiomatis, dan (5) Teori Struktur Informasi. Teori struktur informasi perlu dijelaskan pada bagian ini karena teori struktur tersebut akan digunakan sebagai acuan dasar untuk mencari alasan dalam pemilihan urutan kata verba frasal yang dapat dipisah, yang berkaitan dengan panjang objek nomina dan objek pronomina Verba Frasal Verbal Frasal adalah kombinasi verba dengan partikel (Hart, 1999:IV). Partikel pada verba frasal kadang-kadang berbentuk preposisi dan kadang-kadang berbentuk adverbia (Hart, 1999:IV). Berdasarkan sifat keeratan antarkonstituen pembentuknya, verba frasal dapat dibedakan atas verba frasal yang dapat dipisah (separable phrasal verb) dan verba frasal yang tidak dapat dipisah (nonseparable phrasal verb). Verba frasal yang dapat dipisah terdiri atas verba yang diikuti oleh adverbia. Jenis verba frasal ini dapat dipisahkan oleh objeknya. Jika objek dalam bentuk nomina, biasanya penempatan objek tersebut bersifat pilihan. Artinya, objek dapat ditempatkan di antara verba dan adverbia atau objek dapat ditempatkan di belakang adverbia. Penempatan objek pada kedua posisi itu tampak pada contoh berikut. 22

33 (1) I took my shoes off (Hart, 1999:1) (2) I took off my shoes (Hart, 1991:1) Penempatan posisi objek pada contoh (1) dan contoh (2) di atas bersifat dapat saling menggantikan. Namun, jika objek verba frasal yang dapat dipisah panjang, objek hanya dapat menempati satu posisi, yaitu posisi di belakang adverbia. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kejanggalan (Hart, 1999:37). Penempatan objek tersebut dapat dilihat pada contoh (3) dari Hart (1999:37). (3) I look up the words that our teacher said were really important and would probably be on the final exam. Jika sebuah pronomina digunakan sebagai pengganti nomina, pronomina harus ditempatkan di antara verba dan adverbia (Hart, 1999:1). Penggunaan pronomina dalam verba frasal ini dapat dilihat pada contoh (4) berikut. (4) I look them off (Hart, 1999:1) Verba frasal yang tidak dapat dipisah umumnya terdiri atas verba yang diikuti oleh proposisi. Istilah tidak dapat dipisah mengandung makna bahwa verba frasal ini urutannya tidak dapat dipisahkan oleh objeknya. Dengan demikian, urutan jenis verba frasal ini adalah verba + preposisi + objek. Berikut ini adalah contoh verba yang tidak dapat dipisah. (5) He ran into a tree. (Hart, 1999:1) 23

34 Objek (a tree) pada contoh (5), di atas posisinya tidak dapat dipindahkan ke posisi di antara verba ran dan preposisi into. Verba frasal tidak hanya terdiri atas dua kata melainkan juga terdiri atas tiga kata. Verba frasal tiga kata terdiri atas verba yang diikuti oleh adverbia dan preposisi. Verba frasal tiga kata ada juga yang dapat dipisahkan dan ada yang tidak dapat dipisah. Berikut ini contoh verba frasal tiga kata yang dapat dipisah dan verba frasal yang tidak dapat dipisah dari Hart (1999:14). (6) Mr Baker tried to screw his ex-wife out of her share of the lottery prize. (7) I am sorry I can t say yes about the motorcycle, but I hare to go along with your mother s decision. Pada contoh (6), di antara verba screw dan adverbia out dapat ditempatkan objek. Sebaliknya, pada contoh (7) hal tersebut tidak dapat dilakukan Objek Sinclair (2000) mendefinisikan objek sebagai sebuah nomina atau kelompok nomina selain subjek yang menunjuk kepada orang atau benda yang dipengaruhi oleh tindakan verba. Sementara itu, Huddleston dan Pullum (2002) membedakan objek atas objek langsung (direct object) dan objek tak langsung (indirect object). Objek langsung terjadi pada klausa monotransitif dan klausa ditransitif. Sementara itu, objek tak langsung hanya terjadi pada klausa ditransitif. Istilah langsung dan tak langsung mengacu pada suatu ide bahwa dalam klausa ditransitif, argumen objek langsung lebih langsung atau lebih terlibat dalam proses suatu tindakan daripada argumen objek tak langsung. Hal itu dapat dilihat dalam contoh (8) dari Huddleston dan Pullum (2002:245). 24

35 (8) I gave Kim the key Contoh (8) di atas menunjukkan bahwa the key (kunci) merupakan benda yang dipindahkan sehingga membuatnya lebih terlibat dalam proses perpindahan daripada Kim. Dengan demikian, the key merupakan objek langsung dan Kim yang menjadi titik akhir (end point) dari proses perpindahan tersebut merupakan objek tak langsung. Selain itu, hal lain yang membedakan di antara kedua jenis objek tersebut adalah objek langsung bersifat wajib hadir dalam klausa ditransitif, sedangkan objek tak langsung tidak wajib hadir pada jenis klausa tersebut. Objek dalam klausa monotransitif biasanya dalam bentuk frase nomina. Hal itu tampak pada contoh (9) berikut. (9) He climbed the mountain. (Huddleston dan Pullum, 2002:245) Pada contoh (9), the mountain merupakan objek yang berbentuk frase nomina. Objek the moutain terdiri atas artikel takrif the dan induk mountain. Selain itu, klausa aktif monotransitif memiliki persamaan bentuk dengan subjek klausa positifnya. Hal itu tampak pada contoh (10) dan contoh (11) dari Huddleston dan Pullum (2002:245). (10) His uncle owned two yachts. (11) Two yachts were owned by his uncle Objek klausa aktif monotransitif pada contoh (10) menjadi subjek klausa positif pada contoh (11). Sementara itu, posisi objek pada klausa tersebut dicirikan dengan 25

36 penempatannya setelah predikat. Penempatan objek pada posisi ini dapat dilihat pada contoh (12) dan contoh (13) berikut. (12) I returned the books to Joe (13) I returned to Joe all the books I d borrowed. Penempatan objek pada kedua contoh di atas mengikuti konsep dominasi (concept of dominance). Erteschik dalam Murcia dan Freeman (1999:368) menyatakan bahwa konstituen yang mengandungi dominasi ialah konstituen dalam kalimat yang dipilih untuk diberi penekanan atau ditonjolkan sehingga hal tersebut menarik perhatian pendengarnya. Prinsip penempatan konstituen yang mengandungi dominasi ialah ditempatkan pada posisi akhir. Pada contoh (12), objek tak langsung yang berbentuk frase preposisional to Joe mengandungi dominasi karena digunakan untuk mempertentangkan dengan orang lain selain Joe. Sementara itu, pada contoh (13) objek langsung all the book I d borrowed ditempatkan pada posisi akhir karena objek tersebut dianggap mengandungi dominasi karena faktor panjangnya dan hal itu dilakukan untuk menghindari kejanggalan jika ditempatkan pada posisi tengah. Sebagian besar objek tunggal dalam klausa ditransitif memiliki pergantian posisi dengan pelengkap frase preposisional. Hal itu tampak pada contoh (14) di bawah ini. (14) I sent Sue a copy (Huddleston dan Pullum, 2002:248). Pada contoh (14), Sue merupakan objek tak langsung dan a copy merupakan objek langsung. Objek tak langsung Sue dapat dipindahkan posisinya ke posisi akhir pada 26

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia lain. Interaksi tersebut dikemas dalam suatu wadah yang disebut komunikasi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dipakai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan dan minat manusia untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris semakin tinggi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dipakai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya. Melalui

Lebih terperinci

V E R B A F R A S A L D A L A M N O V E L T H E S T A R S S H I N E D O W N K A R Y A S H I D N E Y S H E L D O N JURNAL SKRIPSI

V E R B A F R A S A L D A L A M N O V E L T H E S T A R S S H I N E D O W N K A R Y A S H I D N E Y S H E L D O N JURNAL SKRIPSI V E R B A F R A S A L D A L A M N O V E L T H E S T A R S S H I N E D O W N K A R Y A S H I D N E Y S H E L D O N JURNAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sastra Oleh: Michael

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

APPENDICES. 2. If you use a city map, you your way. a. are not losing c. did not lose e. would not lose b. will not lose d.

APPENDICES. 2. If you use a city map, you your way. a. are not losing c. did not lose e. would not lose b. will not lose d. APPENDICES Name : Class : Date : Time : 60 minutes CONDITIONAL SENTENCES I. Choose the best answer 1. Will you come to the meeting? If you come, I a. come c. do e. too b. will d. am 2. If you use a city

Lebih terperinci

Lesson 23: How. Pelajaran 23: Bagaimana

Lesson 23: How. Pelajaran 23: Bagaimana Lesson 23: How Pelajaran 23: Bagaimana Reading (Membaca) How are you? (Bagaimana kabarmu?) How are your parents? (Bagaimana kabar orang tuamu?) How was the interview? (Bagaimana wawancaranya?) How is your

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai

Lebih terperinci

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan.

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. TAG QUESTION Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. Syarat utama dalam membuat question tag adalah: Apabila kalimat utamanya / pernyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher

Lebih terperinci

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS Drs. Sugija, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

Lesson 27: Prepositions of Direction. (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah

Lesson 27: Prepositions of Direction. (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah Lesson 27: Prepositions of Direction (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah Bagaimana Menggunakan Kata Depan untuk Arah Reading (Membaca) I come from Austria. ( Saya datang

Lebih terperinci

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Lesson 66: Indirect questions Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Reading (Membaca) Could you tell me where she went? (Bisakah kamu beritahu aku kemana dia pergi?) Do you know how I can get to the

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA CHINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI SASTRA CHINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN WAKTU DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MANDARIN SKRIPSI DISUSUN OLEH : HENDRASINURAT 070710017 PROGRAM STUDI SASTRA CHINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO PENGGUNAAN VERBA FRASAL OLEH SISWA SMA NEGERI 2 MANADO JURNAL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra STACEY MATHEOSZ 110912098 SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 1. Gregy : What time do you go to bed every night? Isna : I usually go to bed at...(09.30) Nine oclock A half past nine A half past ten A half

Lebih terperinci

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu Lesson 24: Prepositions of Time (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu Cara menggunakan preposisi waktu Reading (Membaca) I was born in 2000. ( Saya lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. Selain nomina, ajektiva, pronomina, verba, preposisi, konjungsi, dan interjeksi, adverbia

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Media Pembelajaran Bahasa Inggris START KELAS IV SEMESTER GENAP Oleh: I. G. A. Ratih Nirmala Shanti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI

Lebih terperinci

By SRI SISWANTI NIM

By SRI SISWANTI NIM READING COMPREHENSION IN NARRATIVE TEXT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS TAUGHT BY USING IMAGINATIVE READING MATERIALS IN THE ACADEMIC YEAR 2015/2016 By SRI SISWANTI NIM.

Lebih terperinci

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu.

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. Misal: Verb 1 (infinitive), Verb 2, dan Verb 3. Contoh penggunaan tenses : 1. Saya belajar di

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan Lesson 63: Reported speech Pelajaran 63: Pidato Laporan Reading (Membaca) He told me that he would come. (Dia bilang kepadaku dia akan datang.) She said that she would be fine. (Dia berkata bahwa dia akan

Lebih terperinci

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP Conditional Sentence Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP.19780710 200801 1 012 Pengertian CONDITIONAL SENTENCES adalah: Kalimat pengandaian Atau Kalimat bersyarat Rumus: If (clause 1 ), (clause 2) Type 1 [

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting dalam interaksi antar manusia. Manusia melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa juga dipandang sebagai cermin

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2 1. Rita :Dont leave me alone, Bondan! Bondan :What did she say, Wan? Iwan :. SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2 She told you that you dont leave me alone. She told you

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1 Karl : Hello, Sheila. Do you have plan for tomorrow? Sheila : Not, yet. Do you have any idea? Karl : Yeah, how about visiting Yogyakarta Palace?

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold.

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold. 1. Farhan : So, how many copies have been sold this far? Yola : Thank God. Many people seem to like it very much. SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1 Since the first publishing 3 weeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST 198111022008122002 DESCRIBING HABITS Topic : Daily Habits Last night i went to bed around 11.00. you know, i usually go to bed at 9.30 p.m. I do

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel,

BAB I PENDAHULUAN. media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sering kali kita temukan banyak informasi yang dituliskan di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna

BAB VI PENUTUP. Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna 190 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna spasial dan makna perluasan, serta makna prototipe dan jejaring semantis verba LOOK. Hal tersebut

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Read Online and Download Ebook KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) DOWNLOAD EBOOK : KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN Click link

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

ELLIPTICAL SENTENCE. Dalam pengerjaan / penggunaan kalimat Elliptical Construction, perlu diperhatikan tentang kata kerja bantu / auxiliary verb :

ELLIPTICAL SENTENCE. Dalam pengerjaan / penggunaan kalimat Elliptical Construction, perlu diperhatikan tentang kata kerja bantu / auxiliary verb : ELLIPTICAL SENTENCE Elliptical sentence atau yang sering disebut dengan ellipsis atau construction adalah penggabungan dua buah kalimat yang memiliki unsur sama dengan tujuan untuk membuat kalimat majemuk

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

SKRIPSI TOMMY TANDY NIM :

SKRIPSI TOMMY TANDY NIM : ANALISIS KONTRASTIF KALIMAT TANYA BAHASA INGGRIS DAN BAHASA MANDARIN SKRIPSI Oleh : TOMMY TANDY NIM : 070710027 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA MEDAN 2011

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 2 PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN SK, KD DAN ASPEK PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 2 Nama Guru :... NIP/NIK :...

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 14 The Tour Guide (continued)

English for Tourism Lesson 14 The Tour Guide (continued) English for Tourism Lesson 14 The Tour Guide (continued) Pelajaran 14: Pemandu Wisata (lanjutan) L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke- 14. Pemandu Wisata (lanjutan).

Lebih terperinci

TESIS PENENTUAN MAKNA KATA DARI FRASE DALAM KALIMAT BAHASA INGGRIS

TESIS PENENTUAN MAKNA KATA DARI FRASE DALAM KALIMAT BAHASA INGGRIS TESIS PENENTUAN MAKNA KATA DARI FRASE DALAM KALIMAT BAHASA INGGRIS Jeany Harmoejanto (5109201011) Pembimbing: Daniel O. Siahaan S.Kom, M.Sc, P.D.Eng Ahmad Saikhu, S.Si., M.T OUTLINE Tujuan Penelitian Sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

ANALISIS MALWARE TT.EXE MENGGUNAKAN METODE STATIC ANALYSIS DAN DYNAMIC ANALYSIS TESIS

ANALISIS MALWARE TT.EXE MENGGUNAKAN METODE STATIC ANALYSIS DAN DYNAMIC ANALYSIS TESIS ANALISIS MALWARE TT.EXE MENGGUNAKAN METODE STATIC ANALYSIS DAN DYNAMIC ANALYSIS TESIS SYARIF YUSIRWAN SYAMSUDDIN NIM : 12917224 PROGRAM MEGISTER TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lesson 58 : everything, anything. each, every. Pelajaran 58 : semuanya, apapun. Masing-masing/sesuatu, setiap

Lesson 58 : everything, anything. each, every. Pelajaran 58 : semuanya, apapun. Masing-masing/sesuatu, setiap Lesson 58 : everything, anything each, every Pelajaran 58 : semuanya, apapun Masing-masing/sesuatu, setiap Reading (Membaca) Is everything okay? (Apakah semuanya baikbaik?) Don t worry, everything will

Lebih terperinci

ANALISIS SINTAKTIS DAN SEMANTIS VERBA SEE DAN HEAR DALAM NOVEL EXCLUSIVE DAN THE RAINMAKER KARYA SANDRA BROWN DAN JOHN GRISHAM

ANALISIS SINTAKTIS DAN SEMANTIS VERBA SEE DAN HEAR DALAM NOVEL EXCLUSIVE DAN THE RAINMAKER KARYA SANDRA BROWN DAN JOHN GRISHAM ANALISIS SINTAKTIS DAN SEMANTIS VERBA SEE DAN HEAR DALAM NOVEL EXCLUSIVE DAN THE RAINMAKER KARYA SANDRA BROWN DAN JOHN GRISHAM S K R I P S I diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks :

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks : 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8LATIHAN SOAL CHAPTER 8 By the way, you are still going to look around, arent you? Who are talking in the dialog? Bruce Erick Ericks sister Bruce and Erick Kunci

Lebih terperinci

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah Lesson 19: What Pelajaran 19: Apakah Reading (Membaca) What is it? (Apakah ini?) What is your name? (Saiapa namamu?) What is the answer? (Apakah jawabannya?) What was that? (Apakah itu tadi?) What do you

Lebih terperinci

Lesson 36: Infinitive 1. Lesson 36: Kata Kerja Infinitif 1

Lesson 36: Infinitive 1. Lesson 36: Kata Kerja Infinitif 1 Lesson 36: Infinitive 1 Lesson 36: Kata Kerja Infinitif 1 Reading (Membaca) My dream is to live in New York. (Impianku adalah tinggal di New York.) I would like to learn more about your country! (Saya

Lebih terperinci

L1: Halo, Saya Juni Tampi dari Radio Australia dengan Pelajaran Keempat dari Kursus Bahasa Inggris Dasar untuk Pariwisata dan Perhotelan.

L1: Halo, Saya Juni Tampi dari Radio Australia dengan Pelajaran Keempat dari Kursus Bahasa Inggris Dasar untuk Pariwisata dan Perhotelan. English for Tourism Lesson 4 Checking in (continued) Pelajaran 4: Check in di hotel (lanjutan) L1 Juni: Eng: Eng: L1 Juni: "Bahasa Inggris Untuk Pariwisata" "English for Tourism" Lesson Four. Checking

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013 STANDARD AMERICAN ENGLISH AND AFRICAN AMERICAN VERNACULAR ENGLISH (AAVE) IN THE HELP (2011) BY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) (RPP-3) Satuan Pendidikan:... Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas : VIII / 1 Standar Kompetensi : 2. Memahami makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek

Lebih terperinci

Lesson 42: have to, don t have to. Pelajaran 42: harus, tidak perlu

Lesson 42: have to, don t have to. Pelajaran 42: harus, tidak perlu Lesson 42: have to, don t have to Pelajaran 42: harus, tidak perlu Reading (Membaca) We have to go to school tomorrow. ( Kita harus pergi ke sekolah besok ) I have to get up at 5 am tomorrow. ( Aku harus

Lebih terperinci

Bagaimana Mengembangkan Lembar Kerja/Tugas yang Baik?

Bagaimana Mengembangkan Lembar Kerja/Tugas yang Baik? Bagaimana Mengembangkan Lembar Kerja/Tugas yang Baik? I Latar Belakang Lembar kerja/tugas merupakan salah satu alat guru mengajar; LK/LT lebih bersifat sebagai pelengkap penjelasan guru tentang suatu konsep

Lebih terperinci

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan Lesson 20: Where, When Pelajaran 20: Dimana, Kapan Reading (Membaca) Where is the City Hall? (Dimana City Hall?) Where are you now? (Dimana kamu sekarang?) Where is he working? (Dimana dia bekerja?) Where

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALYSIS OF MEANING OF PHRASAL VERBS FOUND IN JODI PICOULT S NOVEL MY SISTER S KEEPER A THESIS BY: SANTA MIDUK REG. NO

ANALYSIS OF MEANING OF PHRASAL VERBS FOUND IN JODI PICOULT S NOVEL MY SISTER S KEEPER A THESIS BY: SANTA MIDUK REG. NO ANALYSIS OF MEANING OF PHRASAL VERBS FOUND IN JODI PICOULT S NOVEL MY SISTER S KEEPER A THESIS BY: SANTA MIDUK REG. NO. 070507037 UNIVERSITY OF SUMATRA UTARA FACULTY OF LETTERS ENGLISH LITERATURE DEPARTMENT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik. PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,

Lebih terperinci

Video A. Introduction

Video A. Introduction A. Introduction T (teacher): Good morning 1B! Ss (students): Good morning Ms. T: How are you today? Ss: I m fine thank you. T: 1B masih ingat tidak? One two eyes on me! Ss: One two eyes one you! T: Do

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Teks Transaksional Meminta dan Memberi Informasi Tentang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Teks Transaksional Meminta dan Memberi Informasi Tentang RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok : SMP Negeri 2 Ngemplak : Bahasa Inggris : VII/I : Teks Transaksional Meminta dan Memberi Informasi Tentang

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN BANKIR INDONESIA

MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN BANKIR INDONESIA Read Online and Download Ebook MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN BANKIR INDONESIA DOWNLOAD EBOOK : MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN Click link bellow and free register

Lebih terperinci

Kata Pengantar. iii. Mohammad Nuh. Bahasa Inggris When English Rings the Bell

Kata Pengantar. iii. Mohammad Nuh. Bahasa Inggris When English Rings the Bell Kata Pengantar Bahasa Inggris tidak dapat dipungkiri adalah bahasa utama komunikasi antarbangsa dan sangat diperlukan untuk berpartisipasi dalam pergaulan dunia. Makin datarnya dunia dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya.

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya. Lesson 28: Other Prepositions (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain Cara menggunakan preposisi lainnya. Reading (Membaca) I go to school by bus. ( Saya pergi ke sekolah dengan

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal apology. regret. sympathy. gratitude. purpose

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal apology. regret. sympathy. gratitude. purpose 1. Reny : You looked so sad. Whats the matter with you? SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.1 Yuyun : Ive lost my wallet somewhere between my house and the school, There

Lebih terperinci

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan Lesson 70: Questions Pelajaran 70: Pertanyaan Reading (Membaca) Is your job easy? (Apakah pekerjaanmu mudah?) Has he finished eating? (Apakah dia sudah selesai makan?) Will it keep raining? (Akankah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10. Be quite. Keep quiet 1. The correct active voice sentence of you are requested to keep quiet is SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPS CHAPTER 10LATIHAN SOAL BAB 10 Be quite Keep quiet Please keep quite Be quite please Please

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

Lesson 26: Prepositions of inter-place. (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat

Lesson 26: Prepositions of inter-place. (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat Lesson 26: Prepositions of inter-place (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat Cara menggunakan preposisi antar-tempat. Reading (Membaca) You must go across

Lebih terperinci

Lesson 26: Prepositions of inter-place. (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat

Lesson 26: Prepositions of inter-place. (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat Lesson 26: Prepositions of inter-place (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat Cara menggunakan preposisi antar-tempat. Reading (Membaca) He traveled across

Lebih terperinci

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008 Adi Cahyono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

Lesson 57 : all, both, each. Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap

Lesson 57 : all, both, each. Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap Lesson 57 : all, both, each Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap Reading (Membaca) All the birds flew away. (Semua burung-burung terbang) Did you eat all of the cakes? (Apakah kamu memakan semua kuenya?)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP (HIBAH PASCA TH KE I)

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP (HIBAH PASCA TH KE I) LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP (HIBAH PASCA TH KE I) PENGEMBANGAN MODEL MATERI AJAR DAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS TERJEMAHAN ALQURAN Oleh : Prof. Dr. Markhamah, M.Hum

Lebih terperinci

TRANSFORMASI NOVEL KE FILM KAJIAN EKRANISASI TERHADAP THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHRONE

TRANSFORMASI NOVEL KE FILM KAJIAN EKRANISASI TERHADAP THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHRONE TRANSFORMASI NOVEL KE FILM KAJIAN EKRANISASI TERHADAP THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHRONE Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 2 dalam Ilmu Susastra Disusun

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc)

Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc) Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc) In Unit 1 we learned how make a passive sentence in this way: Uang itu diambil oleh Rina. But we can only do that if the Actor is a third person. (as with Rina

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

Lesson 32: Future tense expressed by. be going to, not going to. Pelajaran 32: Bentuk akan datang yang diungkapkan dengan be. going to, not going to

Lesson 32: Future tense expressed by. be going to, not going to. Pelajaran 32: Bentuk akan datang yang diungkapkan dengan be. going to, not going to Lesson 32: Future tense expressed by be going to, not going to be verb~ing, not + be verb~ing Pelajaran 32: Bentuk akan datang yang diungkapkan dengan be going to, not going to be verb~ing, not + be verb~ing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

Satu alat penting yang tidak dapat Anda tinggalkan adalah kamus teknis tentang topik yang sedang Anda terjemahkan. Dengan kamus itu, Anda dapat

Satu alat penting yang tidak dapat Anda tinggalkan adalah kamus teknis tentang topik yang sedang Anda terjemahkan. Dengan kamus itu, Anda dapat ix M Course Overview ata kuliah Translation 6 bertujuan memberikan bekal kemampuan menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan sebaliknya secara akurat, tepat dan wajar. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak

Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak 52 Lesson 55 : imperative + and, or, otherwise Pelajaran 55 : Kata Perintah + dan, atau, jika tidak Reading (Membaca) Go straight on, and you will see the station. (Jalan lurus, dan Anda akan melihat stasiunnya.)

Lebih terperinci

The Top 10 Leadership Principles. Maximize Your Leadership Potential

The Top 10 Leadership Principles. Maximize Your Leadership Potential The Top 10 Leadership Principles Maximize Your Leadership Potential Top Ten Leadership Principles 1. Leadership is servanthood. 2. Let your purpose prioritize your life. 3. Live the life before you lead

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 SISTIM INFORMASI STIMIK PRABUMULIH

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 SISTIM INFORMASI STIMIK PRABUMULIH Nomor Dokumen: Revisi ke : 00 Tanggal : Dibuat oleh : Direvisi oleh : Disetujui : Hepny Samosir, S.Pd., M.Pd. Tanda Tangan : Tanda Tangan: Tanda Tangan: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 6 PAST CONTINOUS

BAB 6 PAST CONTINOUS BAB 6 PAST CONTINOUS They were playing football yesterday when their uncle came from village Langsung saja ya kita akan mempelajari lebih dalam tentang Past Continous Tense. Perhatikan contoh di atas.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) BY HERY HERY READ ONLINE AND DOWNLOAD EBOOK : ANALISIS KINERJA MANAJEMEN (INDONESIAN EDITION) Click button to download this ebook READ ONLINE AND DOWNLOAD

Lebih terperinci

REPRESENTASI DAN MAKNA ETIKA JURNALISTIK DALAM DRAMA PINOCCHIO

REPRESENTASI DAN MAKNA ETIKA JURNALISTIK DALAM DRAMA PINOCCHIO REPRESENTASI DAN MAKNA ETIKA JURNALISTIK DALAM DRAMA PINOCCHIO Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce mengenai Representasi dan Makna Etika Jurnalistik dalam Drama Korea Pinocchio Oleh : Dewi Rachmi

Lebih terperinci