BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan bisnis yang sangat dinamis dan kompleks memaksa setiap entitas bisnis harus terus berubah atau melakukan inovasi agar tetap bisa bertahan di dalam industri atau bisnis yang mereka jalani. Salah satu strategi untuk menyikapi lingkungan bisnis yang dinamis dan kompleks adalah dengan cara melakukan perubahan atau perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Perubahan merupakan elemen penting dalam setiap bisnis. Perubahan sangat diperlukan untuk proses dan perbaikan alur kerja serta untuk mengakomodasi teknologi yang baru dan inovatif. Perubahan juga diperlukan bagi perusahaan untuk tetap kompetitif, untuk mengurangi biaya, menyediakan produk atau layanan yang lebih baik, dan pada dasarnya meningkatkan kepuasan konsumen dan karyawan. Dengan melakukan perubahan dapat menambah nilai atau value bagi perusahaan (Bartels, 2011). Davidson (2005) menjelaskan bahwa perubahan merujuk pada terjadinya sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna melakukan hal-hal dengan cara baru, mengikuti jalur baru, mengadopsi teknologi baru, memasang sistem baru, mengikuti prosedur-prosedur manajemen baru, penggabungan (merging), melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa yang bersifat mengganggu (disruptive) yang sangat signifikan. 1
Begitu banyak perusahaan yang melakukan perubahan atau change management ketika mereka memasuki keadaan yang sangat parah atau kronis dan membutuhkan usaha yang sangat besar serta biaya yang sangat besar juga untuk memulihkan perusahaan dengan kondisi kronis tersebut. Vermeulen et al. (2010) menyatakan bahwa bahkan perusahaan yang kelihatannya sehat atau tidak memiliki masalah atau bahkan dalam kondisi puncak juga perlu melakukan sebuah perubahan dikarenakan kondisi persaingan dan dunia bisnis yang dinamis dan kompleks. Oleh karena itu untuk menyikapi dan memenangkan persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan sangat perlu memperhatikan kesehatan perusahaan mereka. Banyaknya perusahaan yang enggan berubah dikarenakan para karyawan atau bahkan manajer serta jajaran top-level management sudah merasa terlalu nyaman dengan kondisi mereka pada saat ini atau status quo, oleh karena itu keinginan untuk berubah harus ada pada sosok leader atau pemimpin terlebih dahulu dimana mereka mau untuk terus belajar serta mengajak para followersnya untuk melakukan terobosan atau inovasi untuk berubah agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. Pada dasarnya perubahan akan menimbulkan sebuah penolakan atau resistensi dimana berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa perubahan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, entah itu perubahan sistem, proses perubahan, atau perubahan struktural. Gagasan bahwa perubahan menyebabkan penolakan bukanlah hal baru. Perubahan mempengaruhi bisnis dan karyawan dalam berbagai cara. Setiap orang bereaksi berbeda terhadap perubahan 2
dan perubahan tersebut dapat disambut dengan baik oleh beberapa orang, tetapi untuk orang lain yang tidak menginginkan perubahan biasanya mereka akan menolak (Bovey & Hede, 2001). Peran leader atau pemimpin sangat berpengaruh dalam melakukan perubahan atau change management. Pengaruh kepemimpinan terhadap perubahan organisasi diperkuat oleh Yulkl (2002) yang menyatakan bahwa seorang pemimpin dapat berbuat banyak untuk memfasilitasi kesuksesan pelaksanaan perubahan, melalui tindakan politik termasuk menciptakan koalisi, membentuk tim, memilih orang yang tepat untuk diletakkan pada posisi kunci, membuat simbol perubahan, dan memonitor serta mendeteksi persoalan yang harus diperhatikan. Di sisi lain Daft (2005) menambahkan, bahwa pemimpin dapat mendorong dan mendukung kreatifitas untuk membantu pengikut dan organisasi agar lebih menerima serta siap untuk berubah. Ford (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa strong leadership can hear and learn from their critics. Ford juga menyatakan bahwa pemimpin yang baik atau yang kuat bisa mengendalikan resistensi atau penolakan, penolakan tidak selamanya menjadi faktor penghambat dalam proses change management, apabila bisa dikontrol dengan baik resistensi bisa menjadi resource atau sumber daya bagi kelancaran proses perubahan. Ford juga menambahkan resistance is, in fact, a form of feedback, often provided by people who know more about day-today operations than you do. It can be turned into a vibrant conversation that gives your change effort a higher profile. 3
Vermeulen et al. (2010) menjelaskan bahwa terdapat tiga kondisi dimana perusahaan atau organisasi bisa melakukan perubahan dengan waktu yang tepat, mereka juga menjelaskan bahwa tidak perlu menunggu adanya masalah untuk melakukan suatu perubahan akan tetapi perubahan harus dijadikan sebagai rutinitas agar perusahaan atau organisasi kedepannya menjadi lebih baik lagi. Dalam penelitiannya Vermeulen et al. (2010) mengembangkan sebuah kuesioner yaitu corporate cholesterol test dimana dengan kuesioner tersebut kita bisa mengetahui kondisi kesehatan dari perusahaan atau organisasi sehingga kita bisa melakukan evaluasi kapan saat yang tepat untuk melakukan perubahan, serta perubahan seperti apa yang harus dilakukan oleh perusahaan. Corporate cholesterol test merupakan kuesioner yang sederhana yang didistribusikan kepada semua manajer yang ada di perusahaan atau organisasi. Kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang mewakili tiga aspek, yaitu: quality of communication and collaboration, capacity to adapt and the balance of power among groups. Dengan menggunakan instrumen corporate cholesterol test akan sangat membantu bagi perusahaan dalam melakukan evaluasi tentang kapan waktu yang tepat serta bagaimana perubahan yang semestinya yang dilakukan oleh perusahaan, dan sangat disarankan untuk melakukan penilaian ini secara rutin agar kesehatan dari perusahaan atau organisasi tetap terjaga dan dengan melakukannya secara rutin dapat mencegah penyakit atau masalah yang kronis bagi perusahaan. Alat penelitian corporate cholesterol test merupakan penemuan yang masih tergolong baru dan belum pernah ada sebelumnya, kuesioner ini disusun 4
berdasarkan beberapa pertanyaan yang mewakili tiga aspek yaitu quality of communication and collaboration, capacity to adapt, balance power among groups baik dari segi individu karyawan serta secara grup atau kelompok yang menggambarkan tentang perlunya perusahaan melakukan suatu perubahan. Di Indonesia penelitian dengan menggunakan alat penelitian atau kuesioner corporate cholesterol test untuk mengetahui kapan saatnya perusahaan melakukan perubahan serta perubahan seperti apa yang harus dilakukan masih sangat langka. Penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian proses change management dengan melakukan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Vermeulen et al pada tahun 2010 dimana penelitian ini akan menggunakan instrumen penelitian yang sama yakni corporate cholesterol test untuk menilai dan membandingkan hasil skor dengan benchmark score yang menjadi acuhan dari kuesioner tersebut dan hasil dari tes tersebut bisa dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan mengenai perubahan. Lingkungan bisnis bersifat dinamis dan berubah dengan cepat dan hal tersebut terjadi di hampir disetiap industri. Di industri otomotif sama halnya dengan industri yang lainnya juga mengalami persaingan global yang semakin ketat. Hal tersebut juga terlihat dari angka penjualan mobil yang hampir setiap tahun terjadi peningkatan. Dan di tahun 2012 berdasarkan data yang diperoleh dari GAIKINDO yang diakses dari http://otomotif.kompas.com angka penjualan mobil di Indonesia mencapai angka 1.116.402 ini meningkat sekitar 25% dari tahun 2011 yang mencapai angka penjualan sebanyak 894.164. Dan Toyota menjadi 5
merek yang memiliki angka penjualan terbanyak yaitu sebesar 405.414 atau meningkat sebesar 30% dari tahun 2011 yang mencapai angka sebesar 310.674. Pada bulan Mei 2013 berdasarkan data yang diperoleh dari GAIKINDO yang diakses dari http://autos.okezone.com 10 daftar model mobil terlaris pada bulan Mei 2013 di Indonesia, Toyota Avanza menjadi model yang paling laris disusul oleh Daihatsu Xenia. 4 Model mobil dari Toyota masuk dalam 10 daftar model terlaris disusul Daihatsu dan Honda dengan 2 model kemudian Nissan dan Suzuki dengan 1 model. Berdasarkan data-data tersebut Toyota masih menjadi leader di dalam pasar mobil di Indonesia dan melihat begitu banyak dealer mobil dari berbagai merek membuat Toyota harus terus berinovasi atau terus melakukan perubahaan secara berkelanjutan agar mampu mempertahankan posisi mereka sebagai market leader di Indonesia. Keberhasilan Toyota dalam menguasai pasar di Indonesia juga tidak lepas dari peran para main dealer mereka yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, TAM (Toyota Astra Motor) memiliki lima main dealer resmi untuk mendistribusikan produk-produk dari Toyota ke seluruh wilayah di Indonesia dan salah satunya adalah PT. New Ratna Motor atau yang lebih dikenal dengan PT. Nasmoco yang memegang hak ekslusif untuk di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Dengan demikian PT. Nasmoco memiliki kinerja perusahaan yang baik karena sebagai distributor resmi dari Toyota karena berhasil perusahaan memasarkan produk Toyota dengan baik dan turut menyumbangkan angka penjualan mobil Toyota yang tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala 6
cabang dari PT Nasmoco Pemuda Semarang, beliau mengatakan bahwa di dalam PT Nasmoco sendiri memang menyadari akan pentingnya melakukan suatu perubahan di dalam perusahaan. PT Nasmoco yang merupakan dealer resmi dari TAM (Toyota Astra Motor) memiliki budaya kerja yang kuat yang dinamakan kaizen yang artinya terus melakukan countinous improvement atau perbaikan secara terus menerus dan hal tersebut ditanamkan pada semua level karyawan ketika mereka masuk ke dalam perusahaan sehingga kaizen menjadi nafas dari perusahaan. kaizen sendiri dalam penerapannya adalah bagaimana menciptakan suatu sistem, alat, cara untuk lebih mudah mengerjakan, lebih mudah menghasilkan, lebih mudah mencapai target kerja dan itu dilakukan dari bottom to top bukan top to bottom karena mereka yang melakukan pekerjaan di level bawah bersinggungan langsung dengan para pelanggan sehingga mereka yang melakukan kaizen untuk terus melakukan perbaikan dalam kinerja perusahaan. Dan di Toyota itu sangat dihargai bahkan di setiap tahun diadakan lomba kaizen diantara semua main dealer dari Toyota. Bentuk perubahan yang nampak yang dilakukan PT Nasmoco Pemuda Semarang dalam beberapa bulan terakhir adalah di penjualan, usia stock unit itu adalah 10 hari dari pabrik dikasih ke dealer kita harus diterima uangnya kalau tidak unitnya akan diambil secara sistem karena sudah menggunakan sistem online untuk stocking dan penjualan dan sekarang ini kita merubah dengan lebih dipersingkat lagi waktunya menjadi 3 hari. Dan dampak dari perubahan tersebut tentunya menimbulkan penolakan atau rasa ketidaknyamanan dari salesman 7
sehingga mereka perlu beradaptasi dengan kebijakan yang baru tersebut agar proses kerja berjalan lancar kembali seperti semula. Selain di penjualan PT Nasmoco Pemuda Semarang juga melakukan perubahan di service yaitu di bagian bengkel yaitu pola jam kerja yang tadinya buka dari jam 08.00 17.00 kemudian di rubah menjadi 08.00 22.00, hal tersebut perusahaan lakukan untuk melakukan challenge terhadap diri sendiri dan juga terkait dengan pola kaizen tadi dimana perusahaan ingin terus berubah untuk mengikuti perkembangan bisnis yang bersifat dinamis dan juga dengan melihat lingkungan kerja di sekitar kantor PT Nasmoco Pemuda Semarang dan awalnya memang para karyawan di divisi bengkel melakukan penolakan akan tetapi lama-kelamaan mereka menyadari bahwa hal tersebut juga menguntungkan bagi perusahaan dan juga karyawan, sehingga para karyawan bisa menerima bentuk perubahan tersebut dan hasil dari penambahan jam kerja tersebut juga disambut dengan baik oleh para pelanggan hal tersebut terlihat dari jumlah unit kendaraan yang masuk ke bengkel pada waktu malam hari tetap banyak. Dengan demikian cara PT Nasmoco Pemuda Semarang untuk bersaing dengan perusahaan otomotif lainnya yaitu dengan terus melakukan perubahan untuk bisa mengikuti lingkungan bisnis yang dinamis. PT Nasmoco juga melakukan perubahan tidak hanya ketika mereka menghadapi satu masalah dalam proses kerja akan tetapi melakukan perubahan ketika melalui kaizen tadi yang diterapkan di setiap level karyawan. Melihat situasi dan kondisi tersebut dapat di asumsikan PT. Nasmoco merupakan perusahaan yang sehat atau tidak memiliki penyakit oleh karena itu 8
pentingnya bagi perusahaan untuk melakukan pengecekan melalui alat penelitian Corporate Cholesterol Test agar tidak terjebak atau terlena dengan kondisi yang dihadapi saat ini. 1.2. Rumusan Masalah Banyak perusahaan yang tadinya terlihat sehat artinya tidak memiliki masalah dalam perusahaan, ternyata memiliki masalah dalam perusahaan mereka, oleh karena itu diperlukannya evaluasi secara rutin mengenai kesehatan perusahaan agar bisa mengikuti kondisi lingkungan bisnis yang dinamis atau terus berubah-ubah. Banyak perusahaan atau organisasi yang terlambat melakukan perubahan manajemen, kebanyakan dari mereka melakukan perubahan ketika perusahaan mereka telah mengalami masalah yang sangat kronis atau berat sehingga sangat sulit atau membutuhkan effort yang lebih bagi perusahaan agar bisa keluar dari masalah tersebut. Melalui instrumen penelitian corporate cholesterol test yang diciptakan Vermeulen et al (2010), maka diharapkan sebuah perusahaan atau organisasi bisa mencegah dari penyakit sebelum penyakit tersebut menjadi kronis atau semakin parah, sehingga perusahaan masih bisa mempertahankan kestabilan perusahaan mereka atau mencegah masalah-masalah manajemen yang akan terjadi di kemudian hari. Dan instrumen penelitian tersebut akan di aplikasikan pada PT Nasmoco Pemuda Semarang. Hal tersebut dilakukan agar bisa dilakukannya evaluasi pada manajemen perusahaan, dalam hal kualitas komunikasi dan kolaborasi diantara karyawan, kapasitas untuk beradaptasi, serta kekuatan di 9
antara grup. Sehingga bisa meningkatkan kinerja perusahaan terutama dalam menghadapi persaingan global dan semakin ketat. 1.3. Pertanyaan Penelitian Permasalahan yang muncul selama ini adalah banyak perusahaan atau organisasi yang merasa nyaman dengan keadaan mereka pada saat ini, banyak perusahaan terutama jajaran top management merasa tidak perlu diadakannya perubahaan karena melihat kondisi perusahaan yang sedang baik-baik saja atau tidak mengalami masalah atau bahkan pihak perusahaan sendiri belum mengetahui cara mengevaluasi perubahan manajemen yang seharusnya atau pada saat kapan perlu diadakannya perubahan tersebut. Melalui instrumen penelitian yang diciptakan Vermeulen et al (2010), dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Berapakah nilai dari corporate cholesterol test Pada PT Nasmoco Pemuda Semarang? 2. Kapan waktu yang tepat bagi PT Nasmoco Pemuda Semarang untuk melakukan perubahan? 3. Bagaimanakah bentuk pendekatan perubahan yang bisa dilakukan oleh PT Nasmoco Pemuda Semarang? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang berkaitan dengan proses change management dalam suatu perusahaan atau organisasi, yaitu: 1. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan nilai corporate cholesterol test Pada PT Nasmoco Pemuda Semarang. 10
2. Untuk mengidentifikasi kapan waktu yang tepat bagi PT Nasmoco Pemuda Semarang untuk melakukan perubahan. 3. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk perubahan yang tepat bagi PT Nasmoco Pemuda Semarang. 1.5. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dalam bidang manajemen strategic, khususnya dalam bidang strategic leadership dan change management yang berhubungan dengan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama menempuh Strata2 (S2) di Magister Management Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Bagi Perusahaan Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk bahan diskusi, evaluasi, serta proses penerapan change management pada PT Nasmoco Pemuda Semarang dilihat dari skor corporate cholesterol test. Dan juga dengan adanya alat penelitian ini bisa mendukung budaya kerja kaizen dari perusahaan dimana perusahaan diminta untuk terus melakukan perbaikan. 3. Bagi Pihak Lain Dapat menambah pengetahuan pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang. 11
1.6. Batasan Penelitian Agar penelitian ini tidak menyimpang terlalu jauh dari masalah yang hendak diteliti, maka dibutuhkan batasan-batasan. Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian hanya akan berfokus meneliti proses change management yang ditinjau dari masing-masing aspek yang ada di dalam corporate cholesterol test pada PT Nasmoco Pemuda Semarang. 2. Alat penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kuesioner corporate cholesterol test yang dikembangkan oleh Vermeulen et al. (2010). 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan thesis akan terbagi menjadi lima bab, yakni: I PENDAHULUAN Bagian ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. II LANDASAN TEORI Bagian ini berisi tinjauan pustaka dan landasan teori yang mendasari pembahasan secara mendetail. III METODE PENELITIAN Bagian ini berisi desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, pengumpulan data, serta metode analisis data. 12
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi deskripsi data penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan. V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini berisi simpulan, keterbatasan, implikasi, dan saran. Bagian akhir terdiri dari: 1. Daftar pustaka/referensi 2. Lampiran 13