BAB III ISU-ISU STRATEGIS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

BAB III METODE KAJIAN

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

Rencana kerja (Renja) 2014

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan sebuah bengkel untuk mampu mengatur strategi sehingga bengkel

BAB 3 METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

VI. PERUMUSAN STRATEGI

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263) FAX PROPOSAL USULAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

I. Permasalahan yang Dihadapi

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. LAKIP Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit.

Rencana Strategis

BAB III METODE KAJIAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PASAR KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN I - 1

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERENCANAAN STRATEGIS. Proses Perencanaan Semester 2

Walikota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Berikut adalah Desa yang ada di wilayah kerja Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung :

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dasar Hukum. Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Transkripsi:

BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan Infrastruktur Wilayah dalam upaya mendukung investasi Pembangunan Kota Bogor. Investasi bidang jalan sangat ditentukan oleh tingkat kelayakan dari investasi tersebut. Secara umum kelayakan investasi bidang jalan dapat ditinjau dari 3 (tiga) aspek pokok, yaitu: aspek teknis, aspek ekonomi/ finansial dan aspek lingkungan. Dari aspek teknis perlu dipastikan apakah koridor yang akan dilalui memungkinkan untuk dibangun infrastruktur jalan secara mudah dan murah, serta memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan. Aspek yang terkait dengan tata ruang dalam hal ini adalah mengenai informasi tentang kondisi geologi lingkungan maupun penggunaan lahan. Kondisi tataguna lahan di sepanjang koridor perlu dilihat apakah memang merupakan lahan yang secara fisik dapat dibangun untuk infrastruktur jalan. Analisis dari aspek ekonomi/ finansial umumnya terkait dengan perhitungan biaya dan manfaat investasi bidang jalan yang akan dilakukan. Umumnya investasi bidang jalan dilakukan dengan prinsip ship follows trade, yaitu pembangunan jalan dibangun apabila ada kepastian demand terhadap infrastruktur jalan tersebut. Kepastian demand ini ditunjukkan oleh volume lalulintas atau aktivitas perekonomian wilayah yang ada atau diperkirakan akan ada di sekitar koridor jalan tersebut. b. Optimalisasi Mitigasi Bencana Alam Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106,48 Bujur Timur dan 6,36 Lintang selatan dengan jarak ± 56 km dari Kota Jakarta, serta mempunyai perbukitan bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 190 s/d 350 m diatas permukaan laut. Bab III hal. 1

Kemiringan lereng lahan Kota Bogor adalah berkisar 0 2 % (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2 15 % (landai) seluas 8.91,27 Ha, 15 25 % (agak curam) seluas 1.109,89 Ha, 25 40 % (curam) seluas 764,96 a, dan > 40 % (sangat curam) seluas 119,94 Ha. Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3.000 sampai 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 346 mm. Gambaran kondisi topografi dan klimatologi tersebut di atas secara tidak langsung menjadi potensi terjadinya bencana alam seperti banjir maupun tanah longsor. Kejadian bencana alam selalu terjadi secara berulang terutama menjelang bulan Oktober sampai dengan bulan April. Hal ini bila tidak dilakukan upaya antisipasi dini melalui penanganan tanggap darurat dapat membawa dampak yang lebih serius seperti kehilangan harta maupun adanya korban jiwa. Dalam upaya tanggap darurat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor telah mengupayakan penanganan darurat atau sementara yang dikoordinasikan dengan Bagian sosial dan kemasyarakatan Pemerintah Kota Bogor. c. Sinkronisasi pola pengembangan jaringan transportasi dengan pengembangan wilayah. RTRW Kota Bogor merupakan rencana tata ruang skala kota dengan muatan antara lain berupa integrasi sistem jaringan jalan nasional, sistem jaringan jalan provinsi, dengan sistem jaringan jalan kota. Pada tataran operasional, RTRW tersebut perlu dikembangkan lagi menjadi rencana rinci yang pada tingkatan kota berupa Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi yang diperlukan sebagai pedoman untuk pemberian ijin dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada. Indikasi program yang tertuang dalam RTRW merupakan salah satu basis bagi penyusunan Rencana Induk Sektor yang dibutuhkan untuk implementasi rencana tata ruang sebagai wujud dari pemanfaatan ruang. Rencana induk sektor merupakan kebutuhan turunan (derived demand) dari konsekuensi logis dari upaya implementasi penataan ruang wilayah. Bab III hal. 2

Pembangunan jaringan jalan pada hakekatnya ditujukan untuk membentuk struktur ruang yang sesuai dengan rencana dan arah pengembangan wilayah. Dalam hal ini, pembangunan jalan telah mempertimbangkan kondisi wilayah, baik dari segi potensi sumberdaya ekonomi maupun kondisi lingkungan strategisnya, sehingga merupakan salah satu unsur pembentuk ruang yang ingin diwujudkan. Dalam konteks penataan ruang, jalan merupakan elemen pembentuk struktur ruang yang paling penting. Untuk itu, fungsi jaringan jalan yang ada harus tetap dipertahankan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pembangunan jaringan jalan di Kota Bogor harus secara konsisten mengikuti rencana tata ruang wilayah yang ada. Dengan demikian interaksi antara jaringan jalan, sebagai struktur ruang, dan tata guna lahan, sebagai pola pemanfaatan ruang yang ada, dapat lebih terpadu dan harmonis. 3.2 Analisis SWOT Dalam menentukan strategi kebijakan kelembagaan untuk mendukung pola teknis operasional Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor menggunakan analisa SWOT. Pengertian SWOT adalah merupakan instrument atau tool yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dinas di dalam mengelola penyelenggaraan infrastruktur di Kota Bogor. Analisis ini dapat didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan selalu terkait dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan, dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor strategi dalam kondisi yang ada pada saat ini, hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Untuk penilaian SWOT digunakan pembobotan dengan peringkat atau klasifikasi. Matriks analisis SWOT dapat dilihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut : Bab III hal. 3

Tabel 3.1 Matriks Analisis SWOT Analisis Lingkungan Internal Internal Analisis Lingkungan Eksternal Opportunities (O) Strength (S) Strategi (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan Weakness (W) Strategi (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang peluang Strategi (ST) Strategi (WT) Threath (T) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan meminimalkan kekuatan untuk kelemahan dan mengatasi ancaman menghindari ancaman Sumber : Analisa SWOT teknik membedah kasus bisnis, Freddy Rangkuti, 2004 Keterangan : Strategi (SO) : Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk membuat peluang sebesar-besarnya. Strategi (ST) : Strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi (WO) : Strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi (WT) : Strategi di dasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 3.2.1 Analisis Kondisi Internal Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan Dinas Bina Marga dan Pengairan sebagai bahan evaluasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bab III hal. 4

a. Identifikasi Kekuatan (strength) Potensi yang dipandang sebagai kekuatan di dalam Lingkungan Dinas adalah: 1. Perda Kota Bogor Nomor 3 tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintah Kota Bogor dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan mempunyai urusan wajib di bidang Pekerjaan Umum. 2. Perda Kota Bogor Nomor 13 tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan merupakan perangkat daerah yang melaksanakan tugas penyelenggaraan urusan teknis di bidang bina marga dan pengairan. 3. Adanya Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus. 4. Dukungan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10%. 5. Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan. 6. Adanya komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor untuk memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara konsekuen 7. Tersedianya sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan. b. Identifikasi Kelemahan (weakness) Kelemahan dinas yang harus diminimalkan dan diwaspadai adalah 1. Kapasitas sumber daya masih kurang memadai secara kualitas dibandingkan dengan permasalahan yang harus ditangani. 2. Pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. Bab III hal. 5

3. Belum tersediannya database tentang sistem jaringan jalan, jembatan dan drainase yang valid dan lengkap serta pemanfaatan informasi tentang kondisi infrastruktur Kota Bogor. 4. Tingkat akurasi data infrastruktur kebina margaan dan pengairan yang masih rendah. 5. Sarana dan prasarana penunjang operasionalisasi pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase masih kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas, karena beberapa kendaraan yang sudah berumur lebih dari 10 tahun masih digunakan. 6. Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta akan mempengaruhi operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase dan memberatkan beban APBD Kota Bogor. 7. Tingkat kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal. 3.2.2 Analisis Kondisi Eksternal Kondisi eksternal adalah kondisi di luar kendali dinas yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja dinas dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. c. Identifikasi Peluang (oppotunity) 1. Respon positif dari DPRD Kota Bogor mengenai pengembangan sarana dan prasarana transportasi kota, dengan disetujuinya penataan transportasi kota menjadi salah satu program prioritas Kota Bogor. 2. Kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas. 3. Masalah kewenangan pengelolaan bidang kebinamargaan dan pengairan menjadi kewenangan daerah (otonomi daerah). 4. Adanya Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Bab III hal. 6

5. Adanya program pembinaan dan bantuan dana (DAK), baik dari pemerintah propinsi maupun pusat kepada dinas yang berkompeten. 6. Adanya swadaya masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan. 7. Adanya pola penyusunan RTRW Kota yang mendukung rencana program pembangunan jalan, jembatan dan pengairan yang berbasiskan pengembangan wilayah. d. Identifikasi Ancaman (threat) 1. Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014 seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. 2. Pesatnya tingkat perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Bogor. 3. Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). 4. Semakin kritisnya masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan di Kota Bogor. 5. Tingginya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana jalan, jembatan dan pengairan. 6. Kenaikan harga suku cadang (spare part), harga bahan dan peralatan lainnya akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan. 7. Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Kota Bogor menyebabkan operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase sering tidak optimal. Bab III hal. 7

Tabel 3.2 Analisis Strategi Bidang Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor dalam Matrik SWOT FAKTOR INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Perda Kota Bogor Nomor 3 tahun 2008 1. Kapasitas sumber daya masih kurang Tentang Urusan Pemerintah Kota Bogor memadai secara kualitas dibandingkan dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan dengan permasalahan yang harus ditangani. mempunyai urusan wajib di bidang 2. Pola penempatan pegawai yang belum Pekerjaan Umum. sesuai dengan pengalaman dan latar 2. Perda Kota Bogor Nomor 13 tahun 2008 belakang pendidikan. Tentang Organisasi Perangkat Daerah, 3. Belum tersediannya database tentang sistem dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan jaringan jalan, jembatan dan drainase yang merupakan perangkat daerah yang valid dan lengkap serta pemanfaatan melaksanakan tugas penyelenggaraan urusan teknis di bidang bina marga dan pengairan. informasi tentang kondisi infrastruktur Kota Bogor. 3. Adanya Rencana Program Pembangunan 4. Tingkat akurasi data infrastruktur kebina Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur margaan dan pengairan yang masih rendah. (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) 5. Sarana dan prasarana penunjang serta beberapa ruas jalan tembus. operasionalisasi pemeliharaan jalan, 4. Dukungan anggaran operasional Jalan dan jembatan dan drainase masih kurang Jembatanan yang dialokasikan melalui memadai baik secara kualitas maupun Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan kuantitas, karena beberapa kendaraan yang Kerja Dinas yang selalu mengalami sudah berumur lebih dari 10 tahun masih peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10%. digunakan. 6. Penerimaan retribusi yang tidak seimbang FAKTOR EKSTERNAL 5. Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan dengan biaya operasional pemeliharaan Bab III hal. 8

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan. 6. Adanya komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairak Kota Bogor untuk memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara konsekuen 7. Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan. jalan, jembatan dan drainase serta akan mempengaruhi operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase dan memberatkan beban APBD Kota Bogor. 7. Tingkat kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal. Peluang (O) Strategi (SO) Strategi (WO) 1. Respon positif dari DPRD Kota Bogor mengenai pengembangan sarana dan prasarana transportasi kota, dengan 1. Daya gunakan tupoksi Dinas Bina Marga dan Pengairan yang jelas dengan memanfaatkan dukungan politis dari DPRD kota Bogor untuk 1. Daya gunakan program pembinaan dan bantuan dana baik dari propinsi maupun pusat untuk meningkatkan kapasitas sumber disetujuinya penataan transportasi kota meraih program pembinaan dan bantuan daya yang masih kurang memadai dan menjadi salah satu program prioritas Kota Bogor. dana baik dari pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat. mengubah Pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar 2. Kebutuhan masyarakat akan terciptanya 2. Daya gunakan Rencana Program belakang pendidikan. prasarana jalan dan jembatan yang Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), 2. Daya gunakan kewenangan pengelolaan memadai dan berkualitas Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan otonomi daerah untuk meningkatkan kinerja Bab III hal. 9

3. Masalah kewenangan pengelolaan bidang kebinamargaan dan pengairan menjadi kewenangan daerah (otonomi daerah). 4. Adanya Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. 5. Adanya program pembinaan dan bantuan dana (DAK), baik dari pemerintah propinsi maupun pusat kepada dinas yang berkompeten. 6. Adanya swadaya masyarakat dalam pembangunan prasarana jalan dan jembatan. 7. Adanya pola penyusunan RTRW Kota yang mendukung rencana program pembangunan jalan, jembatan dan pengairan yang berbasiskan pengembangan wilayah. (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus sebagai suatu kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas yang didukung oleh RTRW Kota Bogor. 3. Daya gunakan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10% untuk mencapai target PAD sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2008 seri C tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. 4. Daya gunakan komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor untuk memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara konsekuen dengan dukungan berlakunya otonomi daerah kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal. 3. Daya gunakan Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. untuk mencapai Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang bisa membawa pengaruh terhadap kelancaran operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan. 4. Daya gunakan desentralisasi institusi sebagai penyedia informasi dan pengambil keputusan untuk mendukung kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan kualitas prasarana jalan, jembatan dan pengairan yang memadai. Bab III hal. 10

Ancaman (T) Strategi (ST) Strategi (WT) 1. Tingkat pertumbuhan rata-rata 1. Atasi Tingkat pertumbuhan rata-rata 1. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam perjalanan di Kota Bogor yang akan perjalanan di Kota Bogor yang akan menyikapi perkembangan kondisi mencapai 5,29% Tahun 2014 seiring mencapai 5,29% Tahun 2014 dan Tingkat infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dengan pertambahan jumlah penduduk. kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di dengan meningkatkan Kapasitas sumber 2. Pesatnya tingkat perkembangan Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 daya yang memadai secara kualitas dan Pola perdagangan dan jasa di Kota Bogor. 3. Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa (kondisi padat) melalui Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), penempatan pegawai yang sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. ruas jalan di Kota Bogor yang mulai Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan 2. Atasi Tingkat pertumbuhan rata-rata mendekati angka 1 (kondisi padat). (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan perjalanan di Kota Bogor yang akan 4. Semakin kritisnya masyarakat kota tembus. mencapai 5,29% Tahun 2014, Pesatnya dalam menyikapi perkembangan kondisi 2. Atasi tingginya tuntutan masyarakat tingkat perkembangan perdagangan dan jasa infrastruktur ke bina margaan dan terhadap kebutuhan prasarana jalan, di Kota Bogor dan Tingkat kinerja (V/C) pengairan di Kota Bogor. 5. Tingginya tuntutan masyarakat terhadap jembatan dan pengairan melalui Dukungan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). kebutuhan prasarana jalan, jembatan yang dialokasikan melalui Dokumen Serta curah hujan yang cukup tinggi dengan dan pengairan. Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas memaksimalkan Tingkat kinerja 6. Kenaikan harga suku cadang (spare yang selalu mengalami peningkatan setiap kelembagaan yang didukung oleh sarana part), harga bahan dan peralatan tahun sebesar rata-rata 5-10%. dan prasarana penunjang operasionalisasi lainnya akan mempengaruhi biaya 3. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase operasional pemeliharaan jalan, menyikapi perkembangan kondisi yang memadai baik secara kuantitas maupun jembatan, dan pengairan. 7. Curah hujan yang cukup tinggi di infrastruktur ke bina margaan dan pengairan dan curah hujan yang cukup tinggi melalui kualitas 3. Atasi Kenaikan harga suku cadang (spare wilayah Kota Bogor menyebabkan Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan part), harga bahan dan peralatan lainnya Bab III hal. 11

operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase sering tidak optimal. Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan. 4. Atasi kenaikan harga suku cadang (spare part) harga bahan dan peralatan lainnya yang mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan melalui sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan. akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan melalui peningkatan Penerimaan retribusi yang layak dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan. Bab III hal. 12

III.3 Faktor Faktor Penentu Keberhasilan. Analisis CSP atau faktor-faktor penentu keberhasilan dilakukan melalui cara menghubungkan analisis strategi dengan visi, misi dan nilai-nilai atau keterkaitannya. Tingkat keterkaitan analisis strategi dengan visi, misi dan nilainilai dapat dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yang biasa digunakan sebagai berikut : - Sangat terkait = 4 - Terkait = 3 - Kurang terkait = 2 - Tidak terkait = 1 Tabel 3.3 Matrik Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan No. 1.(S+O) Strategi SWOT 1. Daya gunakan tupoksi Dinas Bina Marga dan Pengairan yang jelas dengan memanfaatkan dukungan politis dari DPRD kota Bogor untuk meraih program pembinaan dan bantuan dana baik dari pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat. 2. Daya gunakan Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus sebagai suatu kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas yang didukung oleh RTRW Kota Bogor. 3. Daya gunakan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10% untuk mencapai target PAD Keterkaitan dengan Visi Misi Nilai 1 2 3 4 1 2 3 4 Jml Urutan CSP 4 4 3 3 1 3 2 2 2 24 I 4 4 1 3 1 3 3 3 2 24 II 3 2 2 2 1 2 2 2 2 18 IV Bab III hal. 13

sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2008 seri C tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. 4. Daya gunakan komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor untuk memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara konsekuen dengan dukungan berlakunya otonomi daerah 4 3 2 2 1 3 2 2 2 21 III 2.(W+O) 1. Daya gunakan program pembinaan dan bantuan dana baik dari propinsi maupun pusat untuk meningkatkan kapasitas sumber daya yang masih kurang memadai dan mengubah Pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. 2. Daya gunakan kewenangan pengelolaan otonomi daerah untuk meningkatkan kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal. 3 3 3 3 4 3 2 2 2 25 II 4 4 3 3 4 2 2 3 3 28 I 3. Daya gunakan Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. untuk mencapai Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang bisa membawa pengaruh terhadap kelancaran operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase 3 2 2 2 1 2 2 2 2 18 IV Bab III hal. 14

3.(S+T) 4. Daya gunakan desentralisasi institusi sebagai penyedia informasi dan pengambil keputusan untuk mendukung kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan kualitas prasarana jalan, jembatan dan pengairan yang memadai. 1. Atasi Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014 dan Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat) melalui Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus. 2. Atasi tingginya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana jalan, jembatan dan pengairan melalui Dukungan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10%. 3. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan dan curah hujan yang cukup tinggi melalui Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan. 4. Atasi kenaikan harga suku cadang (spare part) harga bahan dan peralatan lainnya yang mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan 4 3 3 3 1 2 2 2 2 22 III 3 2 2 4 1 3 2 3 3 23 II 4 3 3 3 3 1 3 2 2 24 I 3 2 2 2 1 3 2 2 2 19 IV 3 2 2 2 1 3 2 2 3 20 III Bab III hal. 15

4.(W+T) pengairan melalui sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan. 1. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dengan meningkatkan Kapasitas sumber daya yang memadai secara kualitas dan Pola penempatan pegawai yang sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. 2. Atasi Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014, Pesatnya tingkat perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Bogor dan Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). Serta curah hujan yang cukup tinggi dengan memaksimalkan Tingkat kinerja kelembagaan yang didukung oleh sarana dan prasarana penunjang operasionalisasi pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas 3. Atasi Kenaikan harga suku cadang (spare part), harga bahan dan peralatan lainnya akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan melalui peningkatan Penerimaan retribusi yang layak dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan. 4 3 2 2 4 3 2 2 2 24 I 4 4 2 2 1 3 2 2 3 23 II 3 2 1 1 1 2 2 2 2 16 III Bab III hal. 16

III.4 Analisis Strategis Berdasarkan hasil matrik analisis di atas, maka strategis Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor dalam meningkatkan tingkat pelayanan infrastruktur di bidang kebinamargaan dan pengairan di Kota Bogor adalah dengan meminimalkan permasalahan internal (kelemahan-kelemahan institusi) dan memanfaatkan peluang (faktor eksternal) sebagai berikut: Berdasarkan matriks strategi pengelolaan yang telah disusun dalam bentuk matriks SWOT, terdapat 4 (empat) alternatif strategi yang dapat digunakan untuk kelompok sel market penetration dan product development, yaitu strategi SO, Strategi ST, Strategi WO, dan strategi WT. Rumusan strategi tersebut adalah: 1. Strategi SO: strategi ini dibuat dengan jalan mengoptimalkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Berdasarkan hasil matriks interaksi internal eksternal, strategi yang diberikan adalah: a. Adanya tupoksi dinas yang jelas dan ditambah dukungan politis dari DPRD bahwa permasalah transportasi dijadikan sebagai salah satu program prioritas, maka Dinas Bina Marga dan Pengairan dapat menentukan target secara maksimal yang didukung pendanaan yang layak dari pemerintah propinsi maupun Pemerintah Pusat serta masyarakat dalam bentuk partisipasi aktif. b. Memaksimalkan Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus sebagai suatu kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas yang didukung oleh RTRW Kota Bogor. c. Komitmen dari pimpinan yang tinggi merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan yang berbasis partisipasi masyarakat masyarakat. d. Mengoptimalkan penggunaan anggaran operasional Jalan dan Jembatan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata Bab III hal. 17

5-10% untuk mencapai target PAD sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2008 seri C tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. 2. Strategi ST: strategi ini dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki Institusi untuk mencegah dan mengatasi ancaman. Berdasarkan hasil interaksi faktor internal eksternal, strategi yang diberikan adalah: a. Memanfaatkan secara optimal anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10% untuk mengatasi tingginya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana jalan, jembatan dan pengairan melalui. b. Merumuskan Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus untuk mengatsi Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014 dan Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). c. Mengoptimalkan sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan untuk mengatasi kenaikan harga suku cadang (spare part) harga bahan dan peralatan lainnya yang mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan. d. Memantapkan dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan untu mengatasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan dan curah hujan yang cukup tinggi. 3. Strategi WO: strategi ini diterapkan adalah meminimalkan kelemahan yang ada dengan cara memanfaatkan peluang yang ada. Dari hasil interaksi faktor internal-eksternal diperoleh alternatif strategi: a. Memberdayakan kewenangan dalam otonomi daerah untuk meningkatkan kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal Bab III hal. 18

sejalan dengan kompleksitas permasalahan penanganan jalan, jembatan dan pengairan. b. Segera mewujudkan pembinaan dan bantuan dana dari propinsi(apbdi) maupun pusat (APBN) untuk menghasilkan kenerja yang efektif dan efisien dengan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang masih kurang memadai dan penerapan analisis jabatan untuk mengubah pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. c. Meningkatkan desentralisasi institusi sebagai penyedia informasi dan pengambil keputusan untuk mendukung kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan kualitas prasarana jalan, jembatan dan pengairan. d. Mendaya gunakan Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk mencapai Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang bisa membawa pengaruh terhadap kelancaran operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan. 4. Strategi WT: strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Hasil interaksi faktor internal eksternal memberikan alternatif strategi: a. Meningkatkan kapasitas sumber daya yang memadai secara kualitas dengan membuat pola penempatan pegawai sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan untuk mengantisipasi sikap kritis masyarakat berkaitan dengan perkembangan kondisi infrastruktur kebina margaan dan pengairan di Kota Bogor yang semakin kompleks. b. Memaksimalkan tingkat kinerja kelembagaan yang didukung oleh sarana dan prasarana penunjang operasionalisasi pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mengatasi tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014, Pesatnya tingkat perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Bogor dan tingkat kinerja (V/C) rasio Bab III hal. 19

beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat) serta curah hujan yang cukup tinggi. c. Meningkatkan pendapatan retribusi yang layak dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan untuk mengatasi kenaikan harga suku cadang (spare part), harga bahan dan peralatan lainnya akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan. Bab III hal. 20