BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun dan apakah jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. deskriptif yaitu : N merupakan jumlah data yang akan diolah dalam penelitian

BAB IV ANALISIS DATA. tingkat kebenaran hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Dalam analisis data

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN. : Silvina Ramadani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Prihantoro, SE., MM..

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI DAN TEMPAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN RESTORAN RICHEESE FACTORY CABANG DEPOK KELAPA DUA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi audit delay, ukuran

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang sudah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Consumer

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI WILAYAH KPP PRATAMA DEPOK. : Baiq Laxmi Riska Zone

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL UJI REGRESI PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Descriptive Statistics

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Dari 67 perusahaan

bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang digunakan dengan menggunakan program SPSS versi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari data-data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diperoleh, maka

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN


BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari tiga variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KURS EURO DAN INFLASI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE )

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA. Statistika Deskriptif merupakan hal serangkaian teknik statistika yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

dipenuhi asumsi klasik. Asumsi yang lain yang harus dipenuhi adalah mengenai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Muhammad Syukri Hamdi

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian tentang Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS),

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan

Transkripsi:

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada bab I yaitu apakah pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun 1980 2010 dan apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun 1980 2010. 1.1. Diskripsi Objek Penelitian Kota Salatiga terletak antara 007.17 dan 007.17.23 Lintang Selatan dan antara 110.27.56,81 dan 110.32.4,64 di kelilingi oleh wilayah Kabupaten Semarang, antara lain: a. Sebelah Utara: Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pajaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu serta Desa Agung b. Sebelah Selatan: Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono serta Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karang Duren) c. Sebelah Timur: Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo serta Desa Glawan) dan Kacamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton serta Desa Nyamat) d. Sebelah Barat: Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten serta Desa Gendongan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo).

Kota Salatiga di lalui oleh jalan Arteri Primer (jalan nasional) Semarang- Solo, Salatiga menjadi perlintasan dua kota besar di Jawa Tengah (Semarang- Solo) serta perlintasan dari Jawa Timur (jalur tengah) ke Semarang dan Jawa Barat sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai. Salatiga berjarak 100 km dari Yogyakarta dan 53 km dari Solo, serta Secara administratif Kota Salatiga mempunyai 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan, dengan Jumlah RT 1038 dan RW 198 pada Tahun 2010. 1.2. Analisis Data 1.2.1. Pengeluaran Pemerintah Daerah Menyatakan pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode tahun anggaran tertentu. Serta memberikan penjelasan tentang belanja daerah yaitu semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Pengeluaran pemerintah juga sangat mempengaruhi fasilitas dan layanan pemerintah kepada masyarakat umum. Semakin banyak pengeluaran pemerintah dilakukan maka semakin baik fasilitas/ infrastruktir yang ada ini daerah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dengan jeli dan seksama dalam merencanakan fasilitas apa saja yang dibutuhkan masyarakat umum demi kepuasan dalam pelayanannya. Berikut adalah data tentang banyaknya Pengeluaran Pemerintah daerah di Kota Salatiga Tahun 1980-2010.

Tabel 4.1 Jumlah Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Kota Salatiga Tahun 1980-2010 No Tahun Jumlah Pengeluaran Pemerintah Daerah 1 1980 Rp 409.041.050 2 1981 Rp 651.844.505 3 1982 Rp 875.938.248 4 1983 Rp 986.979.257 5 1984 Rp 1.133.988.000 6 1985 Rp 1.314.833.000 7 1986 Rp 2.181.478.000 8 1987 Rp 2.489.451.000 9 1988 Rp 3.514.795.000 10 1989 Rp 4.103.548.000 11 1990 Rp 6.478.114.000 12 1991 Rp 7.373.294.000 13 1992 Rp 7.551.567.143 14 1993 Rp 10.424.543.000 15 1994 Rp 11.282.094.000 16 1995 Rp 13.523.823.000 17 1996 Rp 14.735.599.000 18 1997 Rp 18.697.997.000 19 1998 Rp 23.113.719.000 20 1999 Rp 32.097.894.980 21 2000 Rp 30.916.999.178 22 2001 Rp 74.258.249.000 23 2002 Rp 125.161.854.000 24 2003 Rp 161.955.254.976 25 2004 Rp 168.950.587.817 26 2005 Rp 172.229.939.971 27 2006 Rp 225.666.718.901 28 2007 Rp 253.773.747.814 29 2008 Rp 368.393.972.667 30 2009 Rp 432.656.545.000 31 2010 Rp 418.615.915.631 Sumber: Data dan Informasi Pengeluaran Pemerintah Daerah Kota Salatiga 2010 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah Daerah di Kota Salatiga dari tahun 1980-2010 terus mengalami kenaikan dari tahun 1980 sebesar Rp.409.041.050,00 dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2009 sebesar Rp.432.656.545.000,00 tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi Rp.418.615.631,00. 1.2.2. Jumlah Penduduk Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Salatiga

Tahun 1980-2010 No Tahun Jumlah Penduduk 1 1980 79824 2 1981 81554 3 1982 83151 4 1983 83893 5 1984 84551 6 1985 84651 7 1986 85055 8 1987 85524 9 1988 85995 10 1989 86371 11 1990 86476 12 1991 86700 13 1992 142095 14 1993 144650 15 1994 144620 16 1995 144466 17 1996 144477 18 1997 144295 19 1998 144483 20 1999 144639 21 2000 144796 22 2001 145301 23 2002 145649 24 2003 166825 25 2004 166750 26 2005 166738 27 2006 167350 28 2007 168066 29 2008 168981 30 2009 170024 31 2010 171327 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Salatiga dari tahun 1980-2010 terus peningkatan. Pada tahun 1991 penduduk berjumlah 86.700 jiwa sedangkan pada tahun 1992 penduduk berjumlah 142.095 jiwa. Kenaikan yang sangat tinggi itu disebabkan karena perluasan wilayah. Jumlah penduduk Kota Salatiga paling banyak berada pada tahun 2010 dengan jumlah 171.327 jiwa.

1.2.3. Pendapatan Asli Daerah Tabel 4.3 Jumlah Pendapatan Asli Daerah Di Kota Salatiga Tahun 1980-2010 (dalam satuan rupiah) No Tahun Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1 1980 Rp 148.863.537 2 1981 Rp 168.775.318 3 1982 Rp 281.144.524 4 1983 Rp 260.657.381 5 1984 Rp - 6 1985 Rp 470.452.000 7 1986 Rp 858.541.000 8 1987 Rp 1.016.514.000 9 1988 Rp 1.293.661.000 10 1989 Rp 1.509.725.000 11 1990 Rp 1.633.087.200 12 1991 Rp 2.246.332.300 13 1992 Rp 2.635.208.900 14 1993 Rp 3.562.316.200 15 1994 Rp 4.891.257.000 16 1995 Rp 6.155.072.400 17 1996 Rp 6.706.136.000 18 1997 Rp 7.863.241.700 19 1998 Rp 8.899.964.270 20 1999 Rp 9.743.200.000 21 2000 Rp 9.809.800.000 22 2001 Rp 10.501.150.000 23 2002 Rp 17.703.850.000 24 2003 Rp 20.181.957.100 25 2004 Rp 21.621.211.750 26 2005 Rp 27.784.724.565 27 2006 Rp 32.449.466.498 28 2007 Rp 36.192.748.028 29 2008 Rp 33.107.194.040 30 2009 Rp 52.911.035.460 Tabel 4.3 menunjukkan banyaknya Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun 1980-2010. Dari tahun ke tahun jumlah Pedapatan Asli Daerah selalu mengalami kenaikan. Data yang di gunakan selama 31 tahun, tetapi pada tahun 1984 data di anggap outliyer. Maka dari itu data yang digunakan hanya berumlah 30 tahun. Jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 1980 paling sedikit yaitu sebesar Rp.148.863.537,00 dan Pendapatan Asli Daerah tertinggi pada tahun 2010 sebesar Rp.52.911.035.460,00.

1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama dalam persamaan regresi. Maka dari itu harus dilakukan 4 pengujian yaitu: (1) data berdistribusi normal (Uji Normalitas) (2) tidak terdapat autokorelasi (Uji Autokorelasi) (3) tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen (Uji multikolinearitas) (4) tidak terdapat heteroskedastisitas (Uji Heteroskedastisitas). Dalam analisis regresi perlu di perhatikan adanya penyimpangan penyimpangan atas asumsi klasik, jika tidak di penuhi maka variabel variabel yang menjelaskan akan menjadi tidak efisien. 1.3.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan terdistribusi secara normal. Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas: Grafik Normal Probability Plot Berdasarkan gambar 1 hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot, dapat dilihat bahwa data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang

digunakan menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi uji asumsi klasik. 1.3.2. Hasil Uji Multikolonieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika tidak terjadi korelasi antar variabel independen maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut baik. Gejala Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance di atas 0,10 ( VIF < 10 ). Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -5.528E9 2.348E9-2.355.026 PENGEL UARAN PEMERIN TAH DAERAH JUMLAH PENDUD UK.101.005.862 18.509.000.532 1.879 72044.90 6 20088.164.167 3.586.001.532 1.879 a. Dependent Variable: PAD Berdasarkan Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas, dapat dilihat bahwa nilai tolerance Pengeluaran Pemerintah Daerah sebesar 0,532 dan jumlah penduduk 0,532. Kedua variabel independen tersebut memiliki nilai tolerance diatas 0,10. Untuk nilai VIF Pengeluaran Pemerintah Daerah sebesar 1,879 dan jumlah penduduk sebesar 1,879. Dari kedua variabel independen tersebut memiliki nilai VIF dibawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi korelasi sehingga bebas dari gejala multikolinieritas.

1.3.3. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya). Pengujian ini menggunakan model Durbin-Watson (dw test) dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 4.5 Pengambilan Keputusan Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<d1 Tidak ada autokorelasi positif No decision d1 d du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-d1 d 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du d 4-d1 Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du d 4-du Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi : Durbin Watson Model Summary b Std. Error Change Statistics R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin- Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson 1.984 a.969.967 2.81308E 9.969 419.38 5 2 27.000 2.209 a. Predictors: (Constant), PENDUDUK, ABD b. Dependent Variable: PAD Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi (Tabel 4.6), maka dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,209. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 168 dan jumlah variabel independen 4 (k=4). Oleh karena nilai DW 2,096 lebih besar dari batas atas (du) 1,761 dan kurang dari (4-du) 2,238, maka keputusannya

adalah H0 tidak ditolak. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat autokorelasi (sesuai dengan tabel pengambilan keputusan). 1.3.4. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat gambar plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot menunjukkan titik-titik yang menyebar secara tidak beraturan dan data tersebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

1.4. Hasil Uji Statistik 1.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi digunakan untuk menguji tingkat keterikatan antara variabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai adjusted R-square (R2). Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.984 a.969.967 2.81308E9 a. Predictors: (Constant), PENDUDUK, ABD b. Dependent Variable: PAD Tabel 4.7 hasil uji koefisien determinasi, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,967 yang artinya 96,7% variasi Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen yaitu Pengeluaran Pemerintah Daerah dan jumlah penduduk. Sedangkan sisanya (100% - 96,7% = 3,3%) dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. 1.4.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan (0,05).

ANOVA b Tabel 4.8 Hasil Uji F Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 6.638E21 2 3.319E21 419.385.000 a Residual 2.137E20 27 7.913E18 Total 6.851E21 29 a. Predictors: (Constant), PENDUDUK, ABD b. Dependent Variable: PAD Berdasarkan tabel uji ANOVA atau uji F, diperoleh F hitung sebesar 419.385 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena nilai signifikansi F dibawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan semua variabel independen yaitu Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen : Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Pendapatan Asli Daerah. 1.4.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Tabel 4.9 Hasil Uji t Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) -5.528E9 2.348E9-2.355.026 PPD.101.005.862 18.509.000 PENDUDU K 72044.906 20088.164.167 3.586.001 a. Dependent Variable: PAD Berdasarkan Tabel 4.9 Pengujian Parsial, dapat dilihat bahwa dari kedua variabel independen, semua variabel Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas Pengeluaran Pemerintah Daerah sebesar 0,00 dan Jumlah Penduduk sebesar 0,001 yang dibawah tingkat signifikansi 0,05. 1.5. Pembahasan 1.5.1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka disimpulkan bahwa variabel dependen Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh variabel independen Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk. Dengan demikian persamaan sistematis sebagai berikut : PAD = -5.528E9 + 0,101 PPD + 72.044,906 JP Pengeluaran Pemerintah Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dibuktikan dari uji t, hasil yang diperoleh untuk variabel Pengeluaran Pemerintah Daerah sebesar 18.509 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,00 dan mempunyai koefisien 0,101. Oleh karena itu tingkat signifikansi pengeluaran pemerintah daerah di bawah taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini Pengeluaran Pemerintah Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Artinya semakin tinggi Pengeluaran Pemerintah Daerah maka Pendapatan Asli Daerah juga akan semakin tinggi. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Dalam perkembangan pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu (Guritno, 1994;169): a. Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Model inl dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meingkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut,rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas social seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya. b. Hukum Wagner Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintahpun akan meningkat. Wagner menerangkan mengapa peran pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang

menganggap pemrintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya. c. Teori Peacock dan Wiseman Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman adalah pemerintah ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penerimaan daerah. Pendapatan Asli Daerah secara statistik berpengaruh tarhadapa alokasi belanja modal dapat memberi sedikit acuan bahwa Pendapatan Asli Dearah sangat berperan penting dalam pembangunan daerah tersebut. Oleh karena itu daerah hendaknya lebih terpacu lagi untuk memanfaatkan sumber daya daerah untuk dapat digunakan dalam rangka kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan. 1.5.2. Pengaruh Jumlah Penduduk dengan PAD Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah dan signifikan. Hal tersebut dibuktikan dari nilai t hitung sebesar 3.586 dengan nilai Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah dapat memberi keleluasaan kepada daerah tersebut untuk mengalokasikan ke kegiatan atau pengeluaran yang dapat memberi dampak terhadap peningkatan pembangunan daerah terutama pembangunan infrasturktur. Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti infrastruktur dan peralatan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas prekonomian karena semakin

tinggi pengeluaran pemerintah semakin tinggi pula produktivitas perekonomian. Dari peningkatan produktivitas perekonomian akan memberi dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah tersebut. Signifikansi sebesar 0,001 mempunyai koefisien 72044.906. Oleh karena itu tingkat signifikansi di bawah taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis 2 di terima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Artinya semakin bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah maka Pendapatan Asli Daerah juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan penduduk merasa nyaman dan puas akan fasilitas dan layanan yang di berikan pemerintah, sehingga masyarakat tidak akan enggan untuk membayar retribusi, pajak dan tuntutan daerah lainnya. Pemikiran tersebut sejalan dengan teori Adam Smeet (Paul A. Samuelson: 2004) yaitu: Pertumbuhan penduduk tinggi akan dapat menaikkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur panting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga meningkat. 1.5.3. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap PAD di Kota Salatiga Tahun 1980-2010 Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun 1980-2010. Hal ini dibuktikan dari nilai F sebesar 419.385 dengan nilai signifikansi 0,000.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk sangat menentukan tingkat Pendapatan Asli Daerah.