BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

2

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

Jakarta, 10 Maret 2011

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

PDRB PROPINSI DAN MDG. Oleh Emil Salim Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Ketua Dewan Kehormatan PERWAKU

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global lebih dari 12 tahun yang lalu telah mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan hanya dengan upaya pemulihan dan pemantapan ekonomi, tetapi terlebih pada tantangan terhadap berbagai produk pemanfaatan sumber daya alam dengan berbagai permasalahan yang mempengaruhinya. Saat itu, perekonomian Indonesia diguncang oleh jatuhnya nilai tukar rupiah, inflasi tinggi, utang pemerintah melebihi pendapatan nasional, kemiskinan dan pengangguran melonjak tinggi. Berbagai permasalahan ekonomi dan sosial tersebut diikuti pula oleh perubahan tatanan politik secara fundamental meliputi demokrasi, desentralisasi dan amandemen konstitusi. Saat ini pemerintah pusat menyatukan gerak langkah pembangunan yang diikuti dengan perbaikan dan percepatan pembangunan di berbagai sektor agar dapat mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkeadilan (sustainable growth with equity) dengan strategi pembangunan yang dikenal dengan National Four Track Strategy yaitu strategi pembangunan yang memihak kepada rakyat (pro poor), penciptaan lapangan pekerjaan (pro job), Peningkatan pertumbuhan (pro growth), dan ramah lingkungan (pro environtment). Wilayah Sumatera bagian selatan meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah ini merupakan wilayah yang sangat strategis 1

2 mengingat posisinya berada di antara Ibukota Jakarta dan kawasan perdagangan internasional ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Selain itu, Provinsi Sumatera Selatan termasuk salahsatu provinsi yang kaya akan sumber daya alam. Widagdo (2005) mengatakan bahwa potensi batubara di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 37 persen dari total potensi batubara yang ada di Indonesia, lebih besar daripada Provinsi Kalimantan Timur (35 persen) dan Provinsi Kalimantan Selatan (26 persen). Pengelolaan yang integratif dan sungguh-sungguh akan menjadikan kawasan ini sebagai kekuatan ekonomi yang sangat luar biasa. Posisi Provinsi Sumatera Selatan yang tepat berada di tengahtengah kawasan regional Belajasumba (Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka Belitung) akan sangat menguntungkan mengingat potensi Provinsi Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan dan lumbung energi nasional. Terlebih lagi jika pelabuhan internasional Tanjung Api-api telah terbangun sebagai outlet (tempat keluaran) produksi sumber daya alam yang ada di kawasan Belajasumba, maka suatu kawasan ekonomi unggulan baru di Indonesia akan terbentuk dengan berbagai keunggulan dibandingkan dengan kawasan ekonomi lainnya di Indonesia. Namun, kesempatan dan peluang yang ada juga dihadapkan dengan berbagai masalah yang dihadapi salah satunya adalah keterbatasan infrastuktur baik kualitas maupun kuantitas. Ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti jalan, jembatan, transportasi, listrik dan lain-lain merupakan roda penggerak perekonomian. Peningkatan kualitas infrastruktur seperti perbaikan atau pembangunan jalan dapat mempermudah masyarakat mengakses dan mendistribusikan barang-barang

3 ekonomis atau hasil produksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya atau dengan kata lain akan melahirkan kemudahan proses perdagangan antardaerah. Basri (2001) mengatakan bahwa keberadaan pembangunan infrastruktur ini tidak hanya dapat menjadi instrumen untuk dapat mempercepat akselerasi pembangunan, namun juga mengurangi pengangguran karena kebutuhan tenaga kerja dalam proses pembangunannya (lihat Indrawati, 2010: 57). Semakin baik ketersediaan infrastruktur maka akan semakin merangsang pembangunan di suatu daerah. Oleh karena itu, pembangunan yang berjalan cepat biasanya juga harus diikuti dengan tersedianya infrastruktur agar pembangunan tidak tersendat. Pentingnya infrastruktur ini menjadikan pihak-pihak yang berwenang untuk menyediakan infrastruktur tersebut harus memutar otak lebih keras karena besarnya dana yang dibutuhkan untuk mendanai pembangunan infrastruktur. Ironisnya, kemampuan pemerintah untuk menyediakan dana untuk membangun infrastruktur jauh dari kata cukup. Sebagai gambaran, Pemerintah pusat telah menetapkan target pembiayaan infrastruktur sebesar kurang lebih 1400 triliun rupiah selama tahun 2009-2014 sebagai wujud upaya mencapai MDG s pada tahun 2015), namun faktanya kemampuan pendanaan Pemerintah yang tercermin melalui APBN selama 5 tahun diprediksikan hanya mencapai sekitar 400 triliun rupiah atau masih ada kekurangan yang sangat besar, yakni sebesar 1000 triliun rupiah (KPPOD, 2012: 1). Untuk mengejar defisit tersebut maka diharapkan ada peran swasta dan pemerintah daerah yang semakin menguat di masa mendatang. Sampai saat ini Pulau Jawa masih menjadi sentral pertumbuhan ekonomi nasional dengan kontribusi mencapai hampir 50 persen dari total seluruh provinsi.

4 Di Pulau Sumatera sendiri, kontributor terbesar masih dipegang oleh Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan Provinsi Sumatera Selatan hanya menyumbang (berkontribusi) sekitar 3 persen. Tabel 1.1 Kontribusi PDRB Menurut Provinsi Terhadap Total Provinsi (%) No Provinsi Dengan Migas Tanpa Migas 1 Aceh 1,4 1,3 2 Sumatera Utara 5,2 5,7 3 Sumatera Barat 1,6 1,8 4 Riau 6,9 4,6 5 Kepulauan Riau 1,3 1,4 6 Jambi 1,1 1,0 7 Sumatera Selatan 3,0 2,4 8 Kep. Bangka Belitung 0,5 0,5 9 Bengkulu 0,4 0,4 10 Lampung 2,1 2,3 11 DKI Jakarta 16,3 17,7 12 Jawa Barat 14,3 15,0 13 Banten 3,2 3,5 14 Jawa Tengah 8,3 8,0 15 DI Yogyakarta 0,9 0,9 16 Jawa Timur 14,7 16,0 17 Bali 1,2 1,3 18 Nusa Tenggara Barat 1,1 1,2 19 Nusa Tenggara Timur 0,8 0,9 20 Kalimantan Barat 1,1 1,2 21 Kalimantan Tengah 6,5 4,4 22 Kalimantan Selatan 0,7 0,7 23 Kalimantan Timur 0,2 0,2 24 Sulawesi Utara 0,7 0,8 25 Gorontalo 2,3 2,5 26 Sulawesi Tengah 0,2 0,2 27 Sulawesi Selatan 0,5 0,6 28 Sulawesi Barat 0,8 0,9 29 Sulawesi Tenggara 0,5 0,6 30 Maluku 0,2 0,2 31 Maluku Utara 0,1 0,1 32 Papua 1,3 1,4 33 Papua Barat 0,6 0,3 Total 100 100 Sumber: Bappenas, 2012 (diolah)

5 Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB periode 2007-2011 di pulau Sumatera, Provinsi Sumatera Selatan relatif hanya lebih baik dari Provinsi Aceh dan Provinsi Kep. Bangka Belitung. 8 6 4 2 6,39 6,88 5,65 7,16 5,07 5,75 5,35 4,6 6,63 0-2 -4,37-4 -6 Sumber : Bappenas, 2012: 1-17 (diolah) Gambar 1.1 Rata-rata Laju Pertumbuhan PDRB Tiap Provinsi di Pulau Sumatera, 2007-2011 Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa kondisi infrastruktur yang buruk menjadi kendala ketertarikan investor untuk melakukan investasi di Provinsi Sumatera Selatan, sehingga realisasi penanaman modal di daerah itu menjadi terhambat. Bagaimanapun juga ketersediaan infrastruktur yang memadai adalah modal utama dalam menarik investor menanamkan modalnya. Contohnya, infrastruktur menuju Kawasan Ekonomi Khusus Pelabuhan Tanjung Api-api, seharusnya perlu lebih mendapat perhatian, sehingga investor yang akan membangun di kawasan tersebut tidak lagi dibebani dengan ketersediaan jalan dan jembatan yang layak dan penanam modal hanya fokus berinvestasi pada pembangunan kawasan pelabuhan sesuai dengan kesepakatan. Semenjak tahun

6 2002 lalu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah mengusulkan pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-api beserta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di wilayah tersebut dan menawarkan pembangunannya ke banyak investor dari berbagai negara. Namun, hingga kini kondisi jalan masih sangat buruk dan menyulitkan kendaraan melintas (http://palembang.tribunnews.com). Akibatnya, investor masih menahan diri untuk segera melakukan pembangunan di kawasan tersebut, padahal keberadaan Kawasan Ekonomi dan pelabuhan yang layak di daerah itu akan mampu meningkatkan gerak perekonomian setempat dan pada akhirnya Provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan. Bergeraknya ekonomi dengan lebih baik akan memberikan efek peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu kajian tentang dampak pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian khususnya di Provinsi Sumatera Selatan dengan harapan kajian tersebut dapat memberikan solusi yang baik bagi penentuan kebijakan pembangunan infrastruktur ke depan. Di sisi lain, pelaksanaan otonomi daerah juga memberi peluang bagi Provinsi Sumatera Selatan untuk dapat mengalokasikan investasi infrastrukturnya secara lebih efektif dan efisien, sehingga diharapkan dapat meningkatkan output perekonomian. Melalui kebijakan ini diharapkan pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik menjadi lebih efektif dan efisien serta responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Untuk itu diperlukan usulan sebuah model yang dapat memberikan panduan yang tepat terhadap arah pembangunan infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan

7 ekonomi yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah. 1. Bagaimanakah kondisi infrastruktur di Provinsi Sumatera Selatan? 2. Apakah infrastruktur seperti jalan, listrik, air minum serta sarana kesehatan (tempat tidur rumah sakit dan puskesmas) mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada ruang lingkup subjek penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan lingkup subjek penelitian yang lebih luas, misalnya Setiadi (2006), Wahyuni (2009) dan Amrullah (2006) lingkupnya adalah Indonesia dan Regional, sementara penelitian ini fokus pada satu Provinsi saja yaitu Sumatera Selatan. Selain itu variabel yang digunakan pada penelitian ini memasukkan variabel sarana kesehatan sementara sebagian besar penelitian terdahulu tersebut tidak memasukkan variabel sarana kesehatan, kecuali Wahyuni (2009), namun memiliki perbedaan dalam mengukur variabel rumah sakit di mana Wahyuni (2009) menggunakan jumlah unit rumah sakit yang tersedia, sedangkan penelitian ini menggunakan jumlah unit tempat tidur. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada alat analisis yang menggunakan estimasi Regresi Data Panel dengan pendekatan Pooled Least Square (Common Effect), Fixed Effect dan Random Effect.

8 Tabel 1.2. Penelitian Terkait Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Peneliti Metodologi Hasil Penelitian 1 Hao-Yen Yang (2000) Granger s Causality Test Terdapat hubungan sebabakibat dua arah antara total konsumsi energi terhadap PDB. 2 Amrullah (2006) Estimasi Regresi Data Panel dengan pendekatan Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random Effect. Setiap jenis infrastruktur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kecuali infrastruktur air minum. 3 Setiadi (2006) Estimasi Regresi Data Panel dengan pendekatan Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random Effect. jalan, listrik dan telepon secara signifikan memiliki berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. 4 Stephen R. Yeaple and Stephen S. Golub (2007) Three Stage Least Squares Estimation Jalan, listrik dan sarana telekomunikasi berpengaruh signifikan terhadap total faktor produksi. 5 Wahyuni (2009) 6 Prasetyo, Bangun dan Firdaus (2009) Estimasi Regresi Data Panel dengan pendekatan Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random Effect. Estimasi Regresi Data Panel dengan pendekatan Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random Effect jalan, listrik, air minum, sarana kesehatan berpengaruh signifikan terhadap PDRB. listrik, jalan maupun air minum mempunyai pengaruh yang positif terhadap perekonomian di Indonesia.

9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Menjelaskan kondisi infrastruktur di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Menjelaskan pengaruh keberadaan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil kebijakan di daerah dalam menentukan kebijakan pembangunan infrastruktur yang sejalan dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Sekaligus dapat menjadi sumber referensi tambahan bagi penelitian selanjutnya terkait masalah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari empat bab. Bab I Pengantar, yang memuat dan menguraikan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah dalam penelitian, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, berisikan uraian tentang tinjauan pustaka, landasan teori serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III Analisis Data dan Pembahasan, berisi gambaran umum subjek penelitian, cara penelitian, variabel dan data yang digunakan, teknik analisis data, definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini serta pembahasan terhadap hasil analisis data. Bab IV Kesimpulan dan Saran, memuat kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran.