IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan N Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur N pada pupuk organik cair hasil pengomposan campuran jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Unsur N Pupuk Organik Cair (POC) Ulangan Perlakuan T1 T2 T3... %... 1 0,458 0,556 0,538 2 0,470 0,458 0,295 3 0,483 0,583 0,411 4 0,565 0,501 0,237 5 0,632 0,455 0,318 6 0,428 0,267 0,249 Total 3,037 2,820 2,049 Rata-rata 0,506 0,470 0,341 Keterangan: T1 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 25 T2 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 30 T3 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 35 Berdasarkan Tabel 4, kandungan unsur N pupuk organik cair hasil pengomposan campuran jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N bervariasi dengan kisaran rata-rata 0,506% dan 0,341%. Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 25 mengandung unsur N rata-rata 0,506%, sedangkan kandungan unsur N pupuk organik cair dengan nisbah C/N 30 yaitu sebesar 0,470%. Kandungan unsur N pupuk organik cair dengan nisbah C/N 35 sebesar
0,341%. Semakin tinggi tingkat nisbah C/N maka semakin rendah kandungan unsur N yang dihasilkan. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa perbedaan nisbah C/N pada pengomposan pupuk organik cair sangat menentukan kandungan unsur N yang terdapat di dalamnya. Seberapa jauh pengaruh nisbah C/N terhadap kandungan N dapat dilihat dengan analisis ragam (Lampiran 2). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan N. Lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Jarak Berganda Duncan Kandungan N Perlakuan Rata-rata Signifikasi (0,05) % T1 0,506 a T2 0,470 b T3 0,341 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan N pada perlakuan nisbah C/N 25 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan C/N 30 dan 35, sedangkan kandungan N pada C/N 30 dan 35 tidak berbeda. Biomassa mikroorganisme pada proses dekomposisi padat dipengaruhi oleh protein. Unsur utama pembentuk protein adalah N. Nisbah C/N 25 merupakan nisbah yang paling optimal untuk menghasilkan protein pada pupuk organik cair karena pada nisbah C/N 25 terkandung N yang paling tinggi sehingga menghasilkan protein yang tinggi pula (Lampiran 7). Nitrogen adalah komponen pembentuk protein yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membangun protein sel tunggal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mikroorganisme mencapai kondisi terbaik untuk melakukan
aktivitasnya pada nisbah C/N 25. Mikroorganisme membutuhkan nitrogen untuk membentuk protein yang disebut protein sel tunggal dan karbon sebagai sumber energi. Peningkatan nisbah C/N dapat menurunkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kandungan N dalam pupuk organik cair menurun. 4.2 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan P Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur P pada pupuk organik cair hasil pengomposan campuran jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan Unsur P Pupuk Organik Cair (POC) Ulangan Perlakuan T1 T2 T3... %... 1 0,014 0,033 0,049 2 0,017 0,031 0,021 3 0,036 0,023 0,013 4 0,015 0,022 0,017 5 0,020 0,046 0,027 6 0,046 0,024 0,025 Total 0,149 0,180 0,152 Rata-rata 0,025 0,030 0,025 Keterangan: T1 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 25 T2 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 30 T3 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 35 Berdasarkan data pada Tabel 6, rata-rata kandungan P pada perlakuan T1 dengan nisbah C/N 25 sebesar 0,025%, perlakuan T2 dengan nisbah C/N 30 mengandung unsur P 0,030%, namun kemudian peningkatan nisbah C/N menjadi 35 menurunkan kandungan P sebanyak 0,005% menjadi 0,025%. Hasil analisis statistik menggunakan sidik ragam yang terdapat pada Lampiran 4 menunjukkan
bahwa perlakuan penelitian tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan P. Hal itu mempunyai arti nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi tidak mempengaruhi nila P pada hasil akhir fermentasi. Fosfor berperan dalam transfer energi. Semakin tinggi bahan organik yang diurai, semakin tinggi energi yang dibutuhkan, sehingga P yang terdapat pada substrat sebagian besar digunakan untuk transfer energi. Oleh karena itu, kandungan P tidak seluruhnya menjadi unsur hara. Fosfor yang digunakan untuk transfer energi kemudian digunakan untuk menghasilkan nitrogen, sehingga produksi P menurun dan N meningkat. Peningkatan N terlihat dari peningkatan kandungan protein yang terdapat pada Lampiran 8. Fosfor merupakan nutrien yang penting untuk mikroorganisme setelah karbon dan nitrogen. Pada akhir proses dekomposisi, P terikat dalam bentuk P2O5. Perombakan bahan organik dan proses asimilasi fosfor terjadi karena danya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Stoffella dan Kahn, 2001). Fosfor terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk anorganik dan organik seperti asam nukleat, phitin, dan lesitin. Lesitin dan asam nukleat berasal dari perombakan bakteri dan jamur, maka sumber-sumber karbon dan nitrogen perlu tersedia untuk pertumbuhan bakteri dan jamur tersebut. Hasil rombakan lesitin dan asam nukleat kemudian akan membebaskan fosfor sebagai fosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan P berkisar antara 0,025-0,030%. Bewick (1980) menyatakan bahwa kandungan fosfor dalam pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan hanya 50%.
4.3 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan K Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur K pada pupuk organik cair hasil pengomposan campuran jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan Unsur K Pupuk Organik Cair (POC) Perlakuan Ulangan T1 T2 T3... %... 1 0,159 0,138 0,135 2 0,164 0,132 0,124 3 0,164 0,144 0,120 4 0,166 0,137 0,123 5 0,169 0,141 0,122 6 0,168 0,121 0,140 Total 0,991 0,814 0,764 Rata-rata 0,165 0,136 0,127 Keterangan: T1 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 25 T2 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 30 T3 = Pupuk organik cair dengan nisbah C/N 35 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata kandungan unsur K yang dihasilkan berkisar antarta 0,127-0,165 %. Perlakuan dengan nisbah C/N 25 mengandung unsur K rata-rata 0,165 %, sedangkan nisbah C/N 30 mengandung unsur K rata-rata 0,136 %. Kandungan unsur K menurun menjadi 0,127 % ketika nisbah C/N ditingkatkan menjadi 35. Hasil analisis statistik menggunakan analisis ragam yang terdapat pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap
kandungan unsur K. Uji lanjut untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dengan uji jarak berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Jarak Berganda Duncan Kandungan K Perlakuan Rata-rata Signifikasi (0,05) % T1 0,165 a T2 0,136 b T3 0,127 c Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Berdasarkan Tabel 8 kandungan K pada perlakuan nisbah C/N 25 nyata, lebih tinggi dibandingkan perlakuan C/N 30. Kandungan K pada perlakuan nisbah C/N 30 nyata, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan C/N 35. Kalium sangat dibutuhkan untuk pembetukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator. Pelapukan mineral oleh mikroorganisme pada kompos dapat menghasilkan kalium yang kemudian dimanfaatkan untuk pembentukan protein dan karbohidrat. Hidayati., dkk (2011) menyatakan bahwa kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium. Senyawa kalium yang diikat dan disimpan dalam bahan organik senyawa komplek oleh bakteri dan jamur di dekomposisi ke dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman (Sutedjo, 1996). Kalium sangat berperan penting dalam peristiwa fisiologis antara lain metabolisme karbohidrat, metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, serta mengatur
pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).