TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES. Oleh: Ubaii Achmad

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun


BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

1. Mengapa bermeditasi?

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, orang tua dan siswa menganggap bahwa sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

EMOSI DAN SUASANA HATI

ETIK UMB. Antara Minat, Bakat, dan Kerja Keras. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Sistem Informasi. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

PERKEMBANGAN AFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Menyadari peran penting pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Islam Kontemporer, 1999), hal Muhammad Zuhali, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

A. PENGERTIAN PERILAKU INDIVIDU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA KELAS I SDN 7 KUTE PANANG. Zaki Al Fuad 1 dan Zuraini 2 ABSTRAK

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

Menolak Roh Kudus. Mendukakan Roh Kudus. Memadamkan Roh Kudus. Menghujat Roh Kudus.

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

Apakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disekolah terjadi suatu bentuk interaksi antara guru. H.C. Witherington (1952:43) mengemukakan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

Fungsi Dinamika Kelompok

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Apakah Yesus Mengetahui Rencana Allah?

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AGAMA SUKU. Rachmat Subagja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri

Metode Observasi & Wawancara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Transkripsi:

TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES Oleh: Ubaii Achmad A. Pengantar. Klages memakai cara pendekatan pensifatan dan menentang cara pendekatan tipologis. Namun cara pendekatan tipologi itu sama sekali tidak memuaskan Klages karena tidak dapat memenuhi fungsinya untuk memahami sesama manusia. Seorang ahli tipologi sudah puas dengan memasukkan seseorang ke dalam tipe begini atau tipe begitu. Ahli tipologi sudah menyediakan kategori-kategori tertentu sebagai wadah untuk mengkategorikan manusia ke dalam golongan-golongan atau tipe tertentu. Dalam tiap-tiap wadah itu telah disediakan daftar sifat-sifat tertentu, sehingga individuindividu yang dikirakan memiliki sifat-sifat yang terdapat pada masing-masing wadah itu, tinggal memasukkan saja ke wadah yang ini atau wadah yang itu. Cara bekerja yang demikian itu dipandang oleh Klages terlalu kasar atau terlalu dangkal, sebab sifat-sifat yang disebut pada masing-masing tipe atau wadah itu hanya sifat-sifat pada garis besar saja, sehingga kalau seseorang telah dimasukkan ke dalam salah satu tipe, maka sifat khas individualnya justru terpaksa diabaikan. Jadi menurut Klages dengan cara pendekatan tipologis itu orang tidak dapat mendekati kepribadian secara layak. B. Aspek-Aspek Kepribadian. Klages mengemukakan ada 3 aspek kepribadian, yaitu : 1. Materi Kepribadian. Materi atau bahan merupakan salah satu aspek daripada kepribadian berisikan semua kemampuan (daya) pembawaan beserta talent-talentnya. Materi ini merupakan modal pertama yang disediakan oleh kodrat untuk dipergunakan dan diperkembangkan oleh manusia. Klages membedakan antara ingatan dan mengenang kembali. Ingatan merupakan suatu kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-kesan, dan membanding-bandingkan kesan-kesan yang lama serta yang baru. Ingatan ini berfungsi tanpa disadari, tanpa ingatan maka proses-proses kerohanian tak akan dapat berfungsi apa-apa. Tanpa ingatan itu maka orang tak akan dapat mengenal kembali sesuatu, tidak

akan mempunyai kebiasaan tingkah laku dan tidak akan dapat berfantasi. Jadi singkatnya ingatan ini memungkinkan manusia untuk mengingat kembali (recognition), mengingat kebiasaan tingkah laku, mempunyai harapan-harapan akan kesan-kesan yang akan diterimanya, mengenangkan kesan-kesan yang waktu dan berfantasi. Daya mengenang atau mengingat kembali (Erinerungsvermogen,the capacity of recollection,herinneringsvermogen). Daya mengingat kembali ini dibedakan dari ingatan berdasarkan atas kenyataan, bahwa kedua hal tersebut adanya pada seseorang individu itu belum tentu mempunyai korelasi positif. Orang dapat menjumpai individu yang kuat sekali, tetapi apa yang ada dalam ingatannya itu sukar sekali untuk ditimbulkan ke dalam kesadaran. Sebaliknya banyak juga individu yang ingatannya tidak kuat, tidak dapat menyimpan kesan-kesan secara baik, tapi apa yang ada dalam ingatannya itu dengan mudah dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran. 2. Struktur Kepribadian. Klages memberikan pengertian tentang istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap daripada istilah materi. Bila materi dipandang sebagai isi, bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya. Menurut Klages tingkah laku adalah sifat pribadi yang mempunyai nilai konstan. Ada 3 soal yang dikemukakan oleh Klagesdalam struktur itu, yaitu : a) Temperamen. Klages melukiskan temperamen itu sebagai sifat daripada struktur. Orangorang yang biasanya disebut temperamen sanguinis menunjukkan sifat-sifat yang tak dikenal lelah dengan kuatnya menuju ke suatu tujuan yang disadarinya benarbenar. Tetapi tidak semua orang yang sanguinis demikian sifatnya. Ada juga orangorang sanguinis yang banyak petingkah, mudah berubah dan mudah tertarik oleh hal-hal lain. Sebaliknya orang-orang yang biasa disebut temperamen phlegmatis menunjukkan sifat-sifat serba lambat tidak punya minat dan apathis, disamping itu ada juga orang-orang phlegmatis yang suka bertindak, tetapi sekali menyala harus memenangkan kekuatan yang besar. Jadi semisal gunung berapi.

Klages juga memberikan corak-corak tertentu dalam tindakan Sanguinis. Suasana perasaan seperti juga halnya kemauan dan afek, berakar pada tempo. Dari suasana hati yang aktif dan ekspansif inilah terdapat seorang sanguinis yang tidak pernah merasa puas, tidak sadar dan tetap arahnya. Klages juga menerangkan tentang temperamen pleghmatis adalah kebalikan daripada orang yang bertemperamen sanguinis. Temponya lambat, suasana hatinya depresif, daya reaksi berat. Antara sifat-sifat struktur dan materi itu bannyak terdapat afinitas (hubungan), sehingga ada seorang sanguinis yang besar sekali dinamika berpikirnya, lebih abstrak dan mempunyai kecakapan berpikis spekulatif. Sebaliknya seorang pleghmatis lebih tertarik kepada kenyataan-kenyataan. Berpikirnya juga konkret, kadang-kadang kurang dinamikanya dan di lain pihak jalan pikiran yang singkat pendek dan cenderung ke arah intinya saja. b) Perasaan. Tiap-tiap perasaan memiliki dua sifat pokok, yaitu : 1) Di dalam tiap perasaan terletak kegiatan batin (inner activity). Yang dimaksud dengan kegiatan batin ialah daya untuk membeda-bedakan keinginan-keinginan yang terkandung dalam perasaan. Menurut Klages dalam tiap perasaan itu terkandung keinginan. Ada dua macam keinginan yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. 2) Di dalam tiap perasaan terdapat corak perasaan, yaitu taraf-taraf kejelasannya. Klages membedakan perasaan afek dan suasana perasaan. Suatu perasaan akan menjadi afek apabila faktor keinginan menonjol ke muka. Pada afek orang lebih melihat getaran daripada corak atau warna kemarahan. Sebaliknya suasana perasaaan lebih menonjolkan warna-warna tertentu dan corak-corak tertentu. Kesedihan, kerinduan adalah suasana perasaan. Ditinjau dari fungsinya, ada dua hal dalam suasana perasaan itu, yaitu : o Suasana perasaan yang ekspansif, arahnya tertuju ke luar, sentrifugal o Suasana perasaan yang depresif, arahnya tertuju ke dalam, sentripetal.

Sejalan dengan afek itu, Klages membagi juga kemauan menjadi tiga sifat, yaitu: 1) Aktif. 2) Pasif. 3) Reaktif. Kemauan yang aktif adalah kemauan yang selalu bergerak dari sesuatu tujuan ke tujuan yang lainnya. Ini merupakan komponen yang tak dapat dielakkan untuk sesuatu perbuatan. Hal yang demikian ini dalam pembicaraan sehari-hari disebut kemauannya kuat. Kesanggupan untuk berkemauan, bertekun dan menaati terutama berdasarkan kepada kemauan yang pasif. Dalam pembicaraan sehari-hari hal yang demikian itu disebut berketetapan hati, tahan menderita dan besar kemauannya untuk mengatasi rintangan. Kemauan menampakkan diri dalam bentuknya yang reaktif dalam sifat keras kepala dan keras hati. Juga disini kerjasama antara dua kekuatan yang saling berlawanan itu dapat digambarkan dengan rumus bangun seperti pada perasaan itu, jadi : Kk = Dk Dh Keterangan : Kk : adalah kekuatan kemauan Dk : adalah daya kemampuan Dh : adalah daya hambatan c) Daya ekspresi. Manusia mempunyai dorongan-dorongan nafsu. Dorongan-dorongan nafsu ini adalah proses jiwa, dorongan-dorongan nafsu itu baru dapat disaksikan bila telah menampakkan diri dalam proses-proses jasmaniah seperti misalnya perubahan detak jantung, perubahan pernafasan,dll. Pernyataan proses-proses kejiwaan itu disebut secara teknik ekspresi. Juga ekspresi ini pun sebagai sifat struktur tergantung kepada dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu keadaan perangsang dan hambatan untuk ekspresi. Saling berhubungan antara kedua kekuatan yang saling berlawanan itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

Di mana : E : adalah ekspresi P : adalah keadaan perangsang He : adalah hambatab ekspresi E = P H Menurut Klages yang menjadi hambatan ekspresi adalah penguasaan diri. Penguasaan diri ini harus menjadi kekuatan imbangan daripada nafsu-nafsu. Tiaptiap orang mempunyai kekuatan penguasaan diri itu masing-masing itu, yang satu sama lain berbeda-beda. Karena itulah maka dapat disaksikan adanya bebrapa orang yang sudah menunjukkan perubahan ekspresi oleh perangsang yang kecil, sebaliknya terdapat juga orang-orang yang oleh gelombang yang besar-besarpun belum menampakkan perubahan ekspresi. Daya ekspresi itu adalah bagian daripada kemampuan dasar. 3. Kualitas Kepribadian ( Sistem Dorongan-dorongan ). Antara kemauan dan perasaan terjadilah perlawanan atau kebalikan yang sedalam-dalamnya. Perlawanan ( antagonisme ) inilah yang menjadi dasar daripada siatem dorongan-dorongan Klages. Kemauan dapat mengikuti atau melawan perasaan, tetapi tak dapat memanggilnya atau menimbulkannya. Perasaan baru dapat dibangkitkan bilamana kemauan dilumpuhkan atau ditundukkan.sifat kemauan adalah aktivitas, kebebasan, sedangkan sifat perasaan adalah bergantung dan berhubungan. Dalam kemauan AKU berkuasa, dalam perasaan AKU dikuasai oleh sesuatu. Jika kemauan itu didorong oleh nafsu mempertahankan AKU, menyerahkan AKU (diri) kepada yang dihadapi. Jadi ada dua nafsu, yaitu nafsu mempertahankan diri dan nafsu menyerahkan diri. Yang menjadi pendukung prinsip ke AKU -an, daya persepsi tindakan yang menarik garis pemisah antara subyek dan obyek adalah roh (Geist), yang menempatkan diri berhadapan dengan dunia sekitarnya, sedangkan yang menjadi pendukung perasaan disebut oleh Klages jiwa (seele). Roh adalah representasi daripada anasir kehidupan. Antara jiwa dan tubuh tak ada pertentangan, dalam kehidupan hayati kedua

hal tak terpisahkan, sedangkan antara jiwa dan roh terjadi ketegangan yang tiada hentihentinnya. Jadi ditinjau secara teoritis murni, ada dua bentuk kepribadian, yaitu : a) Kepribadian yang dikuasi oleh roh ( der Geist ) b) Kepribadian yang dikuasai oleh jiwa ( die Seele ) Disamping hal-hal yang telah dikemukakan itu Klages mengadakan pembagianpembagian lain yang lebih teliti. Pembagian mengenai soal ini, yang biasa dikenal sebagai sistem dorongan-dorongan, berkisar pada tiga pengertian besar, yaitu : (1) Penguasaan diri, (2) Nafsu rohaniah, (3) Hawa nafsu. Penguasaan diri akan ada apabila AKU yang lebih stabil menguasai AKU yang lebih labil. AKU yang lebih stabil itu disebut aku yang umum atau roh (Geist). Apabila roh itu tertuju kepada penyerahan diri terjadilah nafsu rohania, sedangkan kalau yang menuju ke penyerahan diri itu adalah Aku Pribadi (aku yang labil) terjadilah hawa nafsu. Apabila roh menuju ke pertahanan diri terjadilah keinsyafan, sedangkan jika yang menuju kepertahanan diri itu Aku pribadi terjadilah egoisme. Sumber: http://illarezkiwanda.blogspot.com/2012/04/teori-kepribadian-ludwig-klages.html