BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

Transkripsi

1 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/) mengemukakan bahwa pengertian teknik snowball throwing dilihat dari sintaknya adalah Informasi materi secara umum, membentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masingmasing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain kemudian masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh, penyimpulan, refleksi dan evaluasi. Adapun definisi penulis secara umum terhadap teknik snowball throwing dalam pembelajaran berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu suatu teknik pembelajaran keterampilan berbicara sebagai upaya memudahkan siswa dalam mencari topik/bahan pembicaraan, menghindari pendominasian pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali Keunggulan Teknik Snowball Throwing 1) Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola;

2 9 2) Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi; 3) Melatih kesiapan siswa; 4) Saling memberikan pengetahuan Kelemahan Teknik Snowball Throwing 1) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa; 2) Dalam pelaksanaannya ada peluang timbul pertanyaan yang sama antara kelompok yang satu dan kelompok yang lain; 3) Bagi siswa yang biasanya mendominasi diskusi teknik snowball throwing akan dinilai mengekang kebebasan. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa yang agresif. Akan tetapi penulis berpendapat bahwa kelemahan di atas masih bisa disiasati yaitu dengan cara menindaklanjuti tanggapan. Maksudnya, setelah siswa yang mendapatkan pertanyaan menjawab atau menanggapi pertanyaan yang ia dapat, maka siswa lain boleh menanggapi pendapat dari siswa yang lebih dulu mengemukakan pendapatnya tadi. Selain itu, penulis juga berpendapat bahwa timbulnya pertanyaan yang sama antar kelompok tidak terlalu berpengaruh. Walaupun pertanyaannya sama, ada kemungkinan pendapat yang dikemukakan siswa berbeda. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa pendapat seseorang mengenai sesuatu cenderung bersifat subjektif.

3 Langkah-langkah Pelaksanaan Teknik Snowball Throwing 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan; 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya dan mendiskusikan materi; 4) Guru memberikan satu lembar kertas kepada masing-masing siswa dalam kelompok, selanjutnya siswa diminta untuk menuliskan sebuah pertanyaan yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lainnya. (waktu pelemparan bisa disesuaikan dengan musik atau nyanyian); 6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 2.2 Keterampilan Berbicara Manusia memerlukan komunikasi untuk berhubungan dengan manusia yang lain. Komunikasi tersebut sangat berguna ketika manusia menjalankan perannya sebagai makhluk sosial yang menempatkan tindakan sosial sebagai hal yang paling utama, misalnya saling mempertukarkan pengalaman, saling

4 11 mengemukakan dan menerima pemikiran, saling mengutarakan perasaan, dan saling mengekspresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atau keyakinan. Keterampilan berbicara dalam berkomunikasi harus dilatih melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan nyaman Pengertian Berbicara Penulis berpendapat bahwa pengertian berbicara adalah suatu keterampilan yang produktif dan suatu proses mengungkapkan informasi, ide, gagasan serta pikiran. Henry Guntur Tarigan (1981: 15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sejalan dengan pendapat di atas, Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 23) menyatakan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Adi Santosa (2004 : 97) juga mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara adalah kecakapan melakukan, melahirkan pendapat dengan perkataan secara lisan. Tarigan dkk. (1998: 40-45) mengemukakan pula beberapa konsep dasar berbicara, diantaranya:

5 12 1) berbicara adalah proses individu berkomunikasi Berbicara adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya; 2) berbicara sebagai sarana memperluas cakrawala Berbicara paling sedikit dapat digunakan untuk dua hal. Pertama, untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi. Kedua, berbicara juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman; 3) berbicara adalah tingkah laku Berbicara adalah ekspresi bicara. Melalui pembicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara juga simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian sekelilingnya, kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu; 4) berbicara adalah pancaran pribadi Gambaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat menduganya melalui gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaannya, dan cara bicaranya. Berbicara pada

6 13 hakikatnya melukiskan apa yang ada di hati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan idenya. 5) berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman Berbicara adalah ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan atau pengalamannya itu. Bila pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka yang bersangkutan akan mengalami kesukaran dalam berbicara. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu bukan hanya mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan juga suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak, memperoleh atau menambah pengetahuan, dan menyatakan gambaran kepribadian diri seseorang Tujuan Berbicara Pada dasarnya tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara hendaknya memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya sehingga ia dapat menyampaikan pikirannya secara efektif. Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990: 149) terdapat lima golongan, yakni:

7 14 1) menghibur Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya; 2) menginformasikan Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses; b. menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; d. menjelaskan kaitan. 3) menstimulasi Berbicara untuk menstimulasi jauh lebih kompleks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya; 4) menggerakkan Dalam berbicara untuk mendengarkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakan pendengarnya;

8 15 5) meyakinkan Berbicara meyakinkan bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan sesuatu melalui pembicaraan yang meyakinkan, disertai dengan pendapat, fakta atau bukti sehingga diharapkan sikap pendengar bisa diubah Jenis-jenis Berbicara Secara garis besar Henry Guntur Tarigan (1981 : 22-23) membagi beberapa kegiatan berbicara kedalam dua jenis, yaitu: 1) Berbicara di Muka Umum ( public speaking ) Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut: a) berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersipat informatif (informatitive speaking); b) berbicara dalam situasi yang bersipat membujuk, mengajak, atau meyakinkan ( persuasive speaking); c) berbicara dakam situasi-situasi yang beresipat kekeluargan, persahabatan (fellowship speaking); d) berbicara dalam situasi-situasi yang bersipat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking). 2) Berbicara pada Konferensi Pembicaraan meliputi hal-hal berikut: a) Diskusi kelompok (group discussion) yang dapat dibedakan atas:

9 16 - Tidak resmi (informal) misalnya kelompok studi (study groups), kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making groups), dan komik; - resmi (formal) yang mencakup konferensi, diskusi panel, dan simposium.; b) prosedur parlementer; c) debat Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 17-20) mengemukakan, bahwa untuk menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan kegiatan berbicaranya yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. 1) Faktor-faktor kebahasaan meliputi: a) ketepatan ucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan kalimat secara tepat dan jelas. Pengucapan yang kurang tepat dapat mempengaruhi perhatian dari pendengar; b) penempatan tekanan (intonasi, nada, dan durasi yang sesuai) Kesesuaian intonasi, nada, dan durasi merupakn faktor penentu. Jika penyampaian masalah yang dibicarakan datar-datar saja hampir dapat

10 17 dipastikan akan menimbulkan kebosanan untuk pendengar sehingga keefektivan berbicara menjadi berkurang; c) pilihan kata Pilihan kata hendaknya tepat dan jelas agar mudah dipahami oleh pendengarnya; d) ketepatan sasaran pembicaraan Pemakaian kalimat yang sederhana akan lebih memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. 2) Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi: a) sikap yang tenang dan wajar serta tidak kaku akan memberikan kesan yang menarik. Sikap ini cenderung ditentukan oleh situasi, tempat dan penguasaan materi; b) pandangan yang diarahkan pada lawan bicara, hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan; c) kenyaringan suara; d) kelancaran berbicara; e) gerak dan mimik yang tepat; f) penalaran atau gagasan harus berkesinambungan. Hal ini berarti nubungan dalam kalimat, kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan; g) penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran.

11 18 Apabila seseorang ingin menjadi pembicara yang terampil, maka faktor-faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas tidak boleh diabaikan baik faktor yang bersifat kebahasaan maupun nonkebahasaan Ciri-ciri Pembicara Ideal Rusmiati (2000: 30) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut, yaitu: 1) memilih topik yang tepat. Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, actual, dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya; 2) menguasai materi. Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai materi yang akan disampaikannya; 3) memahami latar belakang pendengar. Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi tentang pendengarnya. 4) mengetahui situasi. Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang pembicaraan dan suasana; 5) tujuan jelas. Pembicaraan yang baik dapat merumuskan pembicaraannya yang tegas, jelas, dan gamblang;

12 19 6) kontak dengan pendengar. Pembicara berusaha memahmi reaksi emosi, dan perasaan mereka, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya, melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman; 7) kemampuan linguistiknya tinggi. Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya, dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif, sederhana, dan mudah dipahami; 8) menguasai pendengar. Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian pendengarnya, mengarahkan, dan menggerakan pendengarnya ke arah pembicaraannya; 9) memanfaatkan alat bantu; 10) penampilannya meyakinkan; 11) berencana Hambatan Dalam Kegiatan Berbicara Rusmiati (2002: 32) mengemukakan ada dua hambatan yang membuat seseorang merasa kesulitan ketika berbicara di depan umum. Hambatan-hambatan tersebut, yaitu hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar (eksternal).

13 20 1) Hambatan Internal Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara yang meliputi: a) ketidaksempurnaan alat ucap Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud dari si pembicaranya; b) penguasaan komponen kebahasaan Komponen kebahasaan tersebut yaitu lafal dan intonasi, pilihan kata (diksi), struktur bahasa, dan gaya bahasa; c) penggunaan komponen isi Komponen isi tersebut yaitu hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi; d) kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental Seorang pembicara yang tidk menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara. 2) Hambatan Eksternal Hambatan yang kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara adalah hambatan eksternal yang datang dari luar dirinya. Hambatan eksternal tersebut meliputi suara atau bunyi, kondisi ruangan, media, pengetahuan pendengar.

14 21 Sejalan dengan pendapat di atas, Drs. Arman Agung (dalam doc) juga mengemukakan bahwa keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang trsebut, baik fisik maupun non fisik. Faktor fisik menyangkut kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan dalam berbicara, misalnya pita suara, gigi, lidah, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah kepribadian, karakter, bakat, cara brfikir, dan tingkat intelegensia. Adapun yang termasuk faktor eksternal, di antaranya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan Penilaian Keterampilan Berbicara Penilaian sangat diperlukan untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan. Sama halnya dengan kegiatan pengajaran keterampilan berbicara dalam pengajaran bahasa Indonesia yang juga memerlukan penilaian sendiri. Suhendar (1992: ) mengemukakan bahwa ada enam hal yang harus diperhatikan ketika kita akan menilai kemampuan berbicara seseorang. Keenam hal tersebut, yaitu lafal, struktur, kosakata, kefasihan, isi pembicaraan, dan pemahaman. Sapani (1990: 12-16) juga berpendapat mengenai penilaian keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara tersebut mencakup tiga aspek, yaitu 1) bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal, intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, serta gaya bahasa dan pragmatik;

15 22 2) isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi; 3) teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik dan mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, serta jalannya pembicaraan. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar penilaian kemampuan berbicara mencakup tiga aspek, yaitu bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik dan penampilan.