RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
Menuju Swasembada Kedelai Melalui Penerapan Kebijakan yang Sinergis

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

PENDAHULUAN Latar Belakang

REVITALISASI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAYA SAING KEDELAI LOKAL BERBASIS KEADILAN UNTUK KEDAULATAN PANGAN NASIONAL

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERANAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PENGANTAR. Ir. Suprapti

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

KETAHANAN PANGAN I. PENDAHULUAN

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDUKUNG OPTIMASI PRODUKSI PADI

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BAB I PENDAHULUAN. yaitu perbaikan zat gizi (Amang, 2010). lembaga atau instansi pemerintah bidang pertanian terhadap produktivitas

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

TAUFIQ GUNAWANSYAH, S.IP. WAKIL BUPATI KABUPATEN SUMEDANG. DR. H. DON MURDONO, SH., M.Si. BUPATI KABUPATEN SUMEDANG

Transkripsi:

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI ALTERNATIF MODEL KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING KEDELAI LOKAL DALAM RANGKA MENCAPAI KEDAULATAN PANGAN NASIONAL TIM PENELITI Dr. Zainuri, M.Si (Ketua Peneliti) 0025036401 Dr. M. Fathorrazi, MSi (Anggota Peneliti 1) 0014066303 Julian Adam Ridjal, SP.MP (Anggota Peneliti 2) 0010078205 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER November, 2015

ALTERNATIF MODEL KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING KEDELAI LOKAL DALAM RANGKA MENCAPAI KEDAULATAN PANGAN NASIONAL ABSTRAK Solusi atas kurang efektifnya kebijakan pemerintah dalam program swasembada komoditas kedelai ditandai dengan kecenderungan adanya penurunan produksi kedelai, menurunnya lahan tanam kedelai serta masih tingginya impor kedelai, terutama fluktuasi harga kedelai, maka diperlukan alternatif model pengelolaan persediaan yang didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh atas persoalan intensifikasi dan ekstensifikasi dan nilai kepentingan petani, pengkajian kelembagaan usaha komoditas kedelai dengan pendekatan deskriptif dan preskriptif,. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui rantai nilai pada masing-masing tahapan kedelai dari hulu sampai hilir dan mencari alternatif model kelembagaan pengelolaan persediaan kedelai, pengelolaan pasca panen baik untuk konsumsi maupun untuk pemenuhan bahan baku industri di Jawa Timur. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang diperkuat oleh pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang mengandalkan data-data kuantitatif tetapi dalam analisisnya juga memanfaatkan data kualitatif sebagai bahan pendukung atau pengayaan analisisnya dengan wilayah penelitian yaitu Kabupaten Jember dan Banyuwangi. Strategi yang didapatkan dari analisa tersebut adalah Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menempatkan kedelai bukan hanya sebagai sumber protein nabati yang aman bagi kesehatan, tetapi juga sebagai sumber pangan fungsional. Kedelai mempunyai nilai strategis dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan, guna menyehatkan dan mencerdaskan sumber daya manusia yang penuh tantangan di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu dukungan kebijakan yang sinergis dari pemerintah agar dapat lebih memberdayakan peta jalan menuju swasembada kedelai. Salah satu ciri dari kebijakan yang sinergis tersebut adalah dampak nilai tambahnya terasa di tingkat subsistem petani sebagai produsen dan subsistem industri kecil pengolahan sebagai konsumen serta masyarakat pengonsumsi produk olahan kedelai. Keywords: Kedelai, Daya Saing, Model Kebijakan, Jawa Timur PENDAHULUAN Dalam upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dilakukan melalui program intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Selain itu juga diperlukan kajian yang lebih memperkaya pengetahuan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menanam kedelai sangat diperlukan bagi penentuan kebijakan. Liberalisasi perdagangan yang ada telah memberikan peluang dan tantangan baru dalam pengembangan suatu komoditas pertanian, termasuk komoditas kedelai. Liberalisasi perdagangan memberikan peluang baru karena pasar semakin luas sejalan dengan penghapusan berbagai hambatan perdagangan antar negara. Di lain pihak, liberalisasi perdagangan juga akan menimbulkan permasalahan apabila komoditas yang dihasilkan tidak mampu bersaing di pasar dunia. Secara teoritis, keunggulan kompetitif suatu komoditas merupakan hasil dari faktor-faktor yang ditentukan keunggulan

komparatif dengan faktor-faktor kunci berupa dimensi struktur (structure), perilaku (conduct) dan kinerja (performance) pasar. Dalam kaitan tersebut, maka diperlukan kajian yang mendalam terhadap kelembagaan usaha kedelai, karena diduga menurunnya motivasi petani untuk tanam kedelai dipengaruhi oleh kesepakatan pelaku pasar dan regulasi yang tidak berdampak positif langsung kepada petani kedelai, petani merasa kurang bahkan tidak dilindungi oleh kondisi eksternalnya. HASIL DAN ANALISIS Menelaah sebuah rantai usaha pada pengembangan suatu produk merupakan hal yang terpenting dalam mempertahankan keberlanjutan produksi, selain mendapatkan informasi secara ditail mengenai nilai tambah yang dihasilkan pada setiap mata rantai usaha. Rantai usaha tersebut dapat didekati dengan metode rantai nilai (value chain) yang merupakan sebuah instrumen pengembangan ekonomi yang berorientasi pada metode partisipatif dan tindakan aktif yang bertujuan untuk medukung pertumbuhan kelompok ekonomi kecil dan lemah. Rantai nilai disusun dalam langkah-langkah konkret yang sistematis, dapat diaplikasikan oleh pemerintah daerah, swasta dan masyarakat untuk lebih lanjut diaplikasikan di daerah masingmasing sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan capaian akhir yang diharapkan. Peran aktif banyak pihak dan lingkungan yang kondusif adalah faktor pendukung yang krusial dalam mendukung meningkatnya produk unggulan yang mempunyai potensi terbesar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Kondisi demikian dapat dicitrakan pada daya dukung sumber daya alam dan manusia yang tidak pernah lepas untuk memajukan ekonomi, mengingat sumberdaya tersebut merupakan elemen penting untuk menunjang kemajuan suatu pembangunan. Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku) yang melimpah dan berpotensi harus diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu untuk mengolah dan memanfaatkannya dalam menciptakan suatu produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari ketergantungan pihak pengimpor bahan mentah yang notabene lebih mampu mengolahnya menjadi produk yang lebih bernilai guna. Dengan kata lain, kuantitas yang sangat besar atas kepemilikan sumber daya alam maupun sumber daya manusia akan sangat tidak berarti dan lemah jika tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan daya dukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran pemerintah sangat penting dalam mewujudkan perekonomian masyarakat sejahtera karena pemerintah mempunyai fungsi pengaturan dan memfasilitasi 2 (dua) lembaga

yang lain yaitu swasta dan masyarakat. Fasilitas yang diberikan tersebut dapat mencakup prasarana dan sarana pendukung, yang dapat berupa program rencana pembangunan jangka pendek dan panjang suatu kabupaten/kota yang kemudian dapat direalisasikan dalam bentuk sarana yang nyata untuk menunjang program tersebut, seperti kemudahan akses jalan dan jembatan, akses kesehatan, akses pendidikan dan latihan, akses permodalan, akses transfer ilmu dan teknologi serta akses pasar yang dapat dijangkau oleh semua elemen masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya. Setiap pelaku usaha memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam rantai nilai komoditi kedelai. Kualitas dan kuantitas hasil produksi dipengaruhi oleh seberapa besar pelaku usaha memberikan kontribusinya sesuai dengan perannya masing-masing. Oleh karena itu setiap pelaku usaha sangat berkaitan dengan pelaku usaha yang lain dalam menunjang aspek kontiunitas distribusi produk. Berikut spesifikasi pelaku usaha dalam rantai nilai komoditi kedelai.

Gambar Skema Rantai Nilai Kedelai di Jember dan Banyuwangi Berdasarkan lingkaran hasil survey dapat disusun secara sederhana model sistem dinamik swasembada kedelai, berdasarkan pendekatan state variable approach. Ada empat peubah utama yang menentukan sistem produksi kedelai nasional yaitu luas areal tanam kedelai (LAKDL), tingkat hasil (HSKDL), jumlah penduduk (JMPDK) dan tingkat konsumsi kedelai/kapita/orang.dengan diketahui LAKDL danhskdl dapat dihitung produksi kedelai secara nasional. Dari JMPDK dan KONP dapat dihitung total konsumsi (kebutuhan) kedelai. Selanjutnya, status swasembada kedelai (TSKDL) dapat dihitung dari pengurangan nilai PRKDL dengan KOKDL. Swasembada kedelai tercapai bila nilai TSKDL 0.

Ket: JMPDK : Jumlah penduduk (jiwa) KONP : Tingkat konsumsi kedelai (kg/kapita/tahun) KOKDL : Total komsumsi kedelai (ton) LAKDL : Luas areal kedelai (ha) HSKDL : Rata-rata tingkat hasil kedelai (t/ha) PRKDL : Total produksi kedelai (ton) LAJUY : Persentase peningkatan produktivitas kedelai (%/tahun) KTBNH : Faktor Tingkat ketersediaan benih (0 : tak tersedia; 1 : tersedia) RYIELD: Laju peningkatan hasil (t/ha/tahun) RHKDL : Laju tingkat kehilangan hasil pascapanen (t/ha/tahun) KHKDL : Persentase tingkat kehilangan hasil pascapanen (%) RAKDL : Laju perluasan areal kedelai (ha/tahun) K1HPTN: Faktor harga kedelai di tingkat petani (1 : dijamin pemerintah) K2HPG : Faktor harga kedelai di tingkat industri kecil (1 : dijamin pemerintah) PPA : Program perluasan areal kedelai (%/tahun) RTPDK : Laju peningkatan jumlah penduduk (jiwa/tahun) KB : Persentase peningkatan jumlah penduduk (%/tahun) TKES : Faktor tingkat kesehatan masyarakat ( 1: kesehatan terjamin ) LAJU : Laju peningkatan konsumsi kedelai (%/tahun) RLAJUK: Laju konsumsi kedelai (kg/kapita/tahun) PFUN : Faktor pengembangan pangan fungsional (1 : berkembang) TSKDL : Tingkat swasembada kedelai (> 0 : sudah swasembada) Gambar 3. Diagram model sistem dinamik swasembada kedelai. Besarnya capaian luas areal tanam kedelai sangat bergantung pada laju penambahan areal tanam, LAKDL, yang merupakan fungsi dari program perluasan areal (PPA) dan kebijakan subsidi harga kedelai (KEBHR). Produktivitas kedelai nasional ditentukan oleh laju peningkatan hasil (RYIELD), yang merupakan fungsi dari parameter tingkat ketersedian benih unggul (KTBNH) dan

laju peningkatan hasil kedelai (LAJUY). Jumlah penduduk secara nasional sangat bergantung pada laju penambahan jumlah penduduk, (RTPDK), yang merupakan fungsi dari parameter program pengendalian jumlah penduduk (KB) dan tingkat kesadaran kesehatan masyarakat (TKES). Sementara tingkat konsumsi kedelai nasional sangat ditentukan oleh laju peningkatan konsumsi (RLAJUK), yang merupakan fungsi dari parameter peningkatan laju konsumsi (LAJUK) dan pengembangan pangan fungsional (PFUN). Dari diagram sistem dinamik swasembada kedelai selanjutnya dapat dibuat persamaan matematik dari setiap rate variable yang ada (RAKDL, HSKDL, RTPDK, RLAJUK). Dengan mengintegrasikan persamaan rate variable, nilai LAKDL, HSKDL, JUMPDK dan KONP pada satuan waktu dapat dihitung, demikian juga status swasembada kedelai (TSKDL). Program simulasi ini bersifat interaktif. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan produksi kedelai Jawa Timur hendaknya dilihat dalam perspektif sistem agroindustri berbasis kedelai yang membutuhkan keberlanjutan pasokan bahan baku dalam jumlah cukup dan sesuai standar mutu yang dikehendaki. Beberapa saran upaya peningkatan kinerja sistem produksi kedelai adalah penerapan kebijakan subsidi harga yang adil dan wajar, pengembangan sub sistem jabalsim kedelai, perluasan areal, dan improvisasi inovasi teknologi PTT kedelai dengan teknologi mekanis tepat guna. KESIMPULAN DAN SARAN Strategi peningkatan produksi kedelai menuju swasembada kedelai adalah melalui pemberdayaan semua parameter komponen teknologi produksi secara simultan agar dampak sinergisnya terasa di tingkat subsistem petani sebagai produsen dan subsistem industri kecil pengolahan sebagai konsumen serta masyarakat pengonsumsi konsumen produk olahan kedelai. Untuk menerapkan strategi ini perlu komitmen dan kebijakan sinergis yang tepat dari pemerintah, yaitu mengembalikan fungsi BULOG dalam tata niaga kedelai dan memberikan insentif harga kepada petani/pengrajin olahan kedelai bila terjadi fluktuasi harga, analog dengan negara maju yang melindungi petani kedelainya. Salah satu ciri dari kebijakan yang sinergis tersebut adalah dampak nilai tambahnya terasa di tingkat subsistem petani sebagai produsen dan subsistem industri kecil pengolahan sebagai konsumen serta masyarakat pengonsumsi produk olahan kedelai. Hal ini menjadi kenyataan bila kebijakan pemerintah kembali memfungsikan BULOG dalam tata niaga kedelai nasional dan memberikan insentif harga kepada petani/pengrajin industri pangan bila terjadi fluktuasi harga kedelai, analog dengan negara maju melindungi petani kedelainya. Jaminan harga jual kedelai di tingkat petani diharapkan dapat menarik dan mempertahankan petani untuk tetap menanam kedelai. Langkah selanjutnya, untuk memacu peningkatan produktivitas nasional dan keberlanjutan sistem produksi kedelai, pemerintah diharapkan juga memberikan insentif dalam penyediaan

sarana produksi, misalnya alsintan untuk usahatani kedelai. Hal ini sangat relevan mengingat peningkatan jumlah penduduk tidak berkorelasi dengan peningkatan ketersediaan tenaga kerja pada usahatani kedelai. Pemerintah telah bersedia menyediakan sarana irigasi untuk memantapkan sistem produksi padi nasional, sehingga sudah sepatutnya pula pemerintah mulai secara bertahap menyediakan sentra pelayanan pascapanen kedelai untuk mengoptimalkan sistem penjualan jasa alsintan. Adanya simpul-simpul pelayanan pascapanen berupa bangsal pengering, misalnya, dapat memperbesar pangsa pasar menjual jasa perontokan kedelai, sehingga sebagian keuntungan dari jasa perontokan dapat dipakai untuk menutupi biaya pengeringan kedelai brangkasan.dengan demikian diharapkan dapat lebih memantapkan penyediaan benih kedelai nasional melalui sistem Jabalsim yang sebagian panennya jatuh musim hujan.