BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983).

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TESIS PEMELIHARAAN STATUS TERANESTESI DENGAN KOMBINASI XILASIN-KETAMIN SECARA SUBKUTAN PADA ANJING

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Babi Lokal (Sus domestica) Indonesia

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

Pusat Hiperked dan KK

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

Perubahan Klinik Pada Anjing Lokal Selama Teranestesi Ketamin Dengan Berbagai Dosis Premedikasi Xilazin Secara Subkutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN II DAN III PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT & EFEK SEDATIF.

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. : ISSN : Agustus 2010

ANSIOLITIK/SEDATIVE - HIPNOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

FORMULIR PERMINTAAN PELAYANAN SPIRITUAL BERDASARKAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB III METODE PENELITIAN

Emanuel Ileatan Lewar ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam detak per menit atau beats per minute (bpm). Frekuensi denyut jantung

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang. sistem kesehatan modern. Peningkatan pelayanan di semua bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

PERBANDINGAN PENGARUH ANESTESI KETAMIN- XYLAZIN DAN KETAMIN-ZOLETIL TERHADAP FISIOLOGIS KUCING LOKAL (Felis domestica) SKRIPSI

KETERPILIHAN DAN KEBAKUAN DOSIS ANESTESI KETAMINE DAN PROPOFOL MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRIK PADA ANJING I GUSTI NGURAH SUDISMA

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon stress bagi pasien, dan setiap pasien yang akan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

TINJAUAN PUSTAKA. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari,

P3K Posted by faedil Dec :48

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

Lampiran 1 Klasifikasi status pasien pada prosedur anestesi menurut American Society of Anaesthesiologist (ASA)

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia

TINJAUAN PUSTAKA Anestesi

ABSTRAK. Kata kunci : Ekstrak biji kecubung, tikus putih, analgesia, sedasia, relaksasi

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, 2010). Seiring

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestesi digunakan secara luas dalam bidang kedokteran hewan seperti menghilangkan nyeri dan kesadaran pada tindakan pembedahan, pengendalian hewan (restraint), keperluan penelitian biomedis, pengamanan pemindahan (transportasi) hewan liar, pemotongan hewan yang humanis, dan untuk melakukan ruda paksa (euthanasia). Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dalam tindakan pembedahan, karena tindakan pembedahan belum dapat dilakukan bila anestesi belum diberikan (Mc Kelvey dan Hollingshead 2003; Pretto, 2002; Tranquilli et al. 2007). Anestesi yang baik dan ideal harus menghasilkan tiga efek utama yang dikenal sebagai Trias Anestesi yaitu, analgesi, sedasi dan relaksasi. (Mangku dan Senapathi, 2010). Anestesi yang ideal juga harus memenuhi kriteria menghilangkan kesadaran, aman dan nyaman untuk sistem vital, ekonomis dan mudah diaplikasikan baik di lapangan maupun di ruang operasi. Namun, pemberian anestesi umum secara tunggal untuk menghasilkan anestesi yang ideal belum ditemukan sampai saat ini (Fossum, 1997). Anestesi umum yang dinyatakan cukup aman dan sering digunakan pada anjing adalah anestesi inhalasi, tetapi anestesi inhalasi memerlukan perangkat yang mahal, rumit, dan tidak praktis untuk menangani kasus pembedahan di lapangan. Selain itu anestesi inhalasi mudah menguap karena pada umumnya berupa gas atau cairan yang sangat mudah menguap. Beberapa anestesi inhalasi juga mudah terbakar, baunya menyengat, dapat mengakibatkan keracunan organ dan menyebabkan iritasi pada sistem respirasi. Anestesi inhalasi juga menyebabkan pencemaran lingkungan, dan penipisan lapisan ozon (Amadasun, dan Edomwonyi, 2005) 1

2 Mengatasi kelemahan anestesi inhalasi dan untuk mengatasi permasalahan penggunaan anestesi di lapangan, digunakan anestesi umum injeksi. Anestesi umum injeksi, adalah anestesi yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran hewan. Anestesi umum injeksi merupakan anestesi yang lebih ekonomis dan praktis untuk penanganan hewan di lapangan, tetapi menghasilkan anestesi yang kurang stabil dan sering memerlukan penambahan dosis jika tindakan medis memerlukan waktu yang lebih lama (Sudisma et al., 2012). Untuk dapat memperpanjang durasi anestesi tersebut digunakan injeksi secara subkutan. Metode ini digunakan apabila kita ingin anestesi yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan sehingga menghasilkan durasi lebih panjang (slow and sustained absorption) (Christic et al., 2008). Anestesi injeksi yang sering digunakan pada anjing dan memungkinkan diberikan secara subkutan adalah kombinasi xilasin dan ketamin (xilasinketamin). Ketamin merupakan disosiatif dari golongan non-barbiturat dengan sifat menghilangkan rasa sakit kuat serta reaksi anestesi tidak menyebabkan ngantuk. Ketamin dalam dosis rendah menghasilkan anelgesik yang baik (Sudisma et al, 2012). Kekurangan pemakaian ketamin secara tunggal pada anjing dapat menyebabkan kekejangan otot, hipersalivasi, peningkatan denyut jantung dan masa siuman yang lambat. Mengatasi kerugian penggunaan anestesi ketamin secara tunggal, harus dikombinasikan dengan obat lain sebagai sedatif hipnotik golongan α2-adrenoceptor seperti xilasin, dan golongan benzodiazepin seperti diazepam atau midazolam (Bishop 1996). Menurut Dharmayudha et al. (2012), kombinasi antara ketamin-xilasin memiliki beberapa keuntungan, yaitu ekonomis, mudah pemberiannya, induksinya cepat, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik, serta jarang menimbulkan komplikasi. Namun penggunaan pramedikasi xilasin pada anjing dapat menyebabkan muntah, hipersalivasi dan bradikardi. Pemberian atropin sebagai pramedikasi dapat menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi dari xilasin (Bishop, 1996). Trias anestesi adalah syarat anestesi yang ideal yaitu anelgesi, sedasi, dan relaksasi. Respon analgesi, sedasi, relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan

3 ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing tidak banyak dilaporkan. Dalam rangka mencari kombinasi anestesi yang ideal maka dilakukan penelitian ini, untuk mengetahui respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi. Penelitian ini diharapkan akan memberikan hasil sejauh mana keamanan kombinasi anestesi xilasin dan ketamin yang diinjeksi secara berulang melalui subkutan terhadap respon anelgesi, sedasi, dan relaksasi. Sehingga akan diperoleh kombinasi anestesi yang aman, nyaman, mudah, murah dan praktis digunakan untuk melakukan pembedahan dalam jangka waktu yang lebih lama. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu : 1. Berapa lama hilangnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing? 2. Berapa lama munculnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing? 3. Apakah kombinasi xilasin dan ketamin yang diberikan secara subkutan dapat digunakan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan data waktu hilang respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing

4 2. Mendapatkan data waktu munculnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing 3. Mendapatkan metode anestesi umum yang ideal menggunakan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing 1.4 Manfaat Penelitian Memperoleh informasi tentang data kombinasi anestesi injeksi subkutan yang ideal, praktis, dan efisien serta memperoleh informasi tentang data waktu hilang, dan munculnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi pemeliharaan anestesi pada anjing. 1.5 Kerangka Konsep Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dalam tindakan pembedahan, karena tindakan pembedahan belum dapat dilakukan bila anestesi belum diberikan (Pretto, 2002). Anestesi memiliki resiko yang jauh lebih besar dari prosedur tindakan pembedahan karena nyawa pasien yang dianestesi dapat terancam. Pemilihan anestesi yang ideal dibutuhkan dalam menghasilkan sifat analgesi, sedasi, relaksasi, unconsciousness (hilangnya kesadaran), keamanan dan kenyamanan untuk sistem vital, ekonomis dan mudah dalam aplikasi baik di lapangan ataupun di ruang operasi. Sampai saat ini anestesi yang memenuhi kriteria yang ideal belum ada (Fossum, 1997). Anestesi yang ideal harus memenuhi kriteria anestesi, yaitu sedasi, analgesi, relaksasi, ketidak sadaran, aman untuk sistem vital tubuh, ekonomis, dan mudah diaplikasikan.

5 Anestesi Umum Anestesi Umum Parenteral (suntik) (+) Murah, mudah dan praktis (-) Tidak, stabil, durasi singkat perlu pengulangan Anestesi Umum Inhalasi (+) Aman (-) Alat Mahal, penggunaan rumit, induksi lambat, keracunan, polusi dan penipisan ozon Alternatif 1. Induksi secara intramuskuler 2. Pemeliharaan anestesi secara subkutan (+) lebih murah, praktis, dan stabil untuk pemeliharaan anastesi Ketamin dan Xilasin (-) ketamin : Kekejangan otot, hipersalivasi, waktu anestesi singkat (+) Xilasin : Melemaskan otot, efek sedasi kuat (-) Xilasin : muntah, hipersalivasi, penurunan denyut jantung Atropin + (+) : mengurangi muntah, meningkatkan denyut jantung Anestesi ideal Respon analgesi, sedasi dan rileksasi Anestesi melalui subcutan menggunakan kombinasi Atropin- ketamin-xilasin memperpanjang durasi anestesi Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Berbeda dengan anestesi umum injeksi atau parenteral, anestesi inhalasi memerlukan perangkat yang rumit, mahal, dan mempunyai waktu induksi yang relatif lambat serta tidak praktis untuk penanganan hewan di lapangan. Menurut Sudisma et al. (2012), anestesi inhalasi tidak dapat digunakan untuk penanganan

Kadar obat dalam darah 6 prosedur bronkhoskopi dan laringoskopi. Anestesi umum secara parenteral merupakan anestesi yang lebih ekonomis dan praktis untuk penanganan hewan di lapangan, tetapi menghasilkan anestesi yang kurang stabil dan sering memerlukan injeksi ulangan jika tindakan medis memerlukan waktu yang lebih lama. Pemberian secara subkutan memiliki waktu penyerapan obat yang agak lambat sehingga diharapkan dapat memperpanjang durasi dan dapat digunakan untuk pemeliharaan status anestes Penyuntikan ke-1 Penyuntikan ke-2 Kadar toksisitas Teranestesi Lama Stadium I Stadium II Stadium III Analgesi : - Respon dijepit di Telinga, Ekor, dan interdigiti Sedasi : - Refleks Palpabrae dan pupil mata Relaksasi : -Relaksasi Otot rahang, Lidah, dan sphinter ani Gambar 2. Kerangka Konsep Dosis Namun penyerapannya yang lama dapat mempengaruhi perpindahan antara stadium II (stadium eksitasi) ke stadium III (pembedahan). Stadium II dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan yang teratur

7 yang merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pada stadium ini, hewan tampak mengalami delirium dan eksitasi dengan gerakan di luar kehendak (meronta-ronta). Pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot rangka meningkat, kadang sampai mengalami inkontinesia, dan muntah. Hal ini terjadi karena hambatan pada pusat inhibisi. Pada stadium ini dapat terjadi kematian, maka pada stadium ini harus diusahakan cepat dilalui (Gunawan, et al, 2011). Oleh karena itu untuk mempercepat proses stadium II ini diperlukan induksi yang cepat dari anestesi tersebut. Edwins (2007) melaporkan injeksi ketamin dengan xilasin sebagai pramedikasi secara intramuskler menghasilkan waktu induksi 5 menit setelah injeksi. Sebelum dilakukan injeksi kombinasi ketamin dan xilasin secara subkutan, terlebih dahulu diberikan injeksi kombinasi ketamin dan xilasin secara intramuskuer dengan harapan proses perpindahan stadium II ke stadium III dapat dilalui dengan cepat dan aman. Pemeliharaan status teranestsi stadium III dipelihara dengan pemberian kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan. Selanjutnya untuk mengetahui kombinasi xilasin-ketamin dan metode subkutan diperlukan penelitian respon analgesi, sedasi, dan relaksasi. Untuk menemukan anestesi umum yang mendekati ideal dan sebagai alternatif untuk mengganti pemeliharaan status teranestesi dari inhalasi menggunakan metode penyuntikan xilasin-ketamin secara subkutan memenuhi kriteria anestesi yang ideal yaitu aman, praktis, dan ekonomis, seperti disajikan pada gambar 1.