BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestesi digunakan secara luas dalam bidang kedokteran hewan seperti menghilangkan nyeri dan kesadaran pada tindakan pembedahan, pengendalian hewan (restraint), keperluan penelitian biomedis, pengamanan pemindahan (transportasi) hewan liar, pemotongan hewan yang humanis, dan untuk melakukan ruda paksa (euthanasia). Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dalam tindakan pembedahan, karena tindakan pembedahan belum dapat dilakukan bila anestesi belum diberikan (Mc Kelvey dan Hollingshead 2003; Pretto, 2002; Tranquilli et al. 2007). Anestesi yang baik dan ideal harus menghasilkan tiga efek utama yang dikenal sebagai Trias Anestesi yaitu, analgesi, sedasi dan relaksasi. (Mangku dan Senapathi, 2010). Anestesi yang ideal juga harus memenuhi kriteria menghilangkan kesadaran, aman dan nyaman untuk sistem vital, ekonomis dan mudah diaplikasikan baik di lapangan maupun di ruang operasi. Namun, pemberian anestesi umum secara tunggal untuk menghasilkan anestesi yang ideal belum ditemukan sampai saat ini (Fossum, 1997). Anestesi umum yang dinyatakan cukup aman dan sering digunakan pada anjing adalah anestesi inhalasi, tetapi anestesi inhalasi memerlukan perangkat yang mahal, rumit, dan tidak praktis untuk menangani kasus pembedahan di lapangan. Selain itu anestesi inhalasi mudah menguap karena pada umumnya berupa gas atau cairan yang sangat mudah menguap. Beberapa anestesi inhalasi juga mudah terbakar, baunya menyengat, dapat mengakibatkan keracunan organ dan menyebabkan iritasi pada sistem respirasi. Anestesi inhalasi juga menyebabkan pencemaran lingkungan, dan penipisan lapisan ozon (Amadasun, dan Edomwonyi, 2005) 1
2 Mengatasi kelemahan anestesi inhalasi dan untuk mengatasi permasalahan penggunaan anestesi di lapangan, digunakan anestesi umum injeksi. Anestesi umum injeksi, adalah anestesi yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran hewan. Anestesi umum injeksi merupakan anestesi yang lebih ekonomis dan praktis untuk penanganan hewan di lapangan, tetapi menghasilkan anestesi yang kurang stabil dan sering memerlukan penambahan dosis jika tindakan medis memerlukan waktu yang lebih lama (Sudisma et al., 2012). Untuk dapat memperpanjang durasi anestesi tersebut digunakan injeksi secara subkutan. Metode ini digunakan apabila kita ingin anestesi yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan sehingga menghasilkan durasi lebih panjang (slow and sustained absorption) (Christic et al., 2008). Anestesi injeksi yang sering digunakan pada anjing dan memungkinkan diberikan secara subkutan adalah kombinasi xilasin dan ketamin (xilasinketamin). Ketamin merupakan disosiatif dari golongan non-barbiturat dengan sifat menghilangkan rasa sakit kuat serta reaksi anestesi tidak menyebabkan ngantuk. Ketamin dalam dosis rendah menghasilkan anelgesik yang baik (Sudisma et al, 2012). Kekurangan pemakaian ketamin secara tunggal pada anjing dapat menyebabkan kekejangan otot, hipersalivasi, peningkatan denyut jantung dan masa siuman yang lambat. Mengatasi kerugian penggunaan anestesi ketamin secara tunggal, harus dikombinasikan dengan obat lain sebagai sedatif hipnotik golongan α2-adrenoceptor seperti xilasin, dan golongan benzodiazepin seperti diazepam atau midazolam (Bishop 1996). Menurut Dharmayudha et al. (2012), kombinasi antara ketamin-xilasin memiliki beberapa keuntungan, yaitu ekonomis, mudah pemberiannya, induksinya cepat, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik, serta jarang menimbulkan komplikasi. Namun penggunaan pramedikasi xilasin pada anjing dapat menyebabkan muntah, hipersalivasi dan bradikardi. Pemberian atropin sebagai pramedikasi dapat menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi dari xilasin (Bishop, 1996). Trias anestesi adalah syarat anestesi yang ideal yaitu anelgesi, sedasi, dan relaksasi. Respon analgesi, sedasi, relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan
3 ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing tidak banyak dilaporkan. Dalam rangka mencari kombinasi anestesi yang ideal maka dilakukan penelitian ini, untuk mengetahui respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi. Penelitian ini diharapkan akan memberikan hasil sejauh mana keamanan kombinasi anestesi xilasin dan ketamin yang diinjeksi secara berulang melalui subkutan terhadap respon anelgesi, sedasi, dan relaksasi. Sehingga akan diperoleh kombinasi anestesi yang aman, nyaman, mudah, murah dan praktis digunakan untuk melakukan pembedahan dalam jangka waktu yang lebih lama. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu : 1. Berapa lama hilangnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing? 2. Berapa lama munculnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing? 3. Apakah kombinasi xilasin dan ketamin yang diberikan secara subkutan dapat digunakan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan data waktu hilang respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing
4 2. Mendapatkan data waktu munculnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi penggunaan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing 3. Mendapatkan metode anestesi umum yang ideal menggunakan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan untuk pemeliharaan anestesi pada anjing 1.4 Manfaat Penelitian Memperoleh informasi tentang data kombinasi anestesi injeksi subkutan yang ideal, praktis, dan efisien serta memperoleh informasi tentang data waktu hilang, dan munculnya respon analgesi, sedasi, dan relaksasi pemeliharaan anestesi pada anjing. 1.5 Kerangka Konsep Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dalam tindakan pembedahan, karena tindakan pembedahan belum dapat dilakukan bila anestesi belum diberikan (Pretto, 2002). Anestesi memiliki resiko yang jauh lebih besar dari prosedur tindakan pembedahan karena nyawa pasien yang dianestesi dapat terancam. Pemilihan anestesi yang ideal dibutuhkan dalam menghasilkan sifat analgesi, sedasi, relaksasi, unconsciousness (hilangnya kesadaran), keamanan dan kenyamanan untuk sistem vital, ekonomis dan mudah dalam aplikasi baik di lapangan ataupun di ruang operasi. Sampai saat ini anestesi yang memenuhi kriteria yang ideal belum ada (Fossum, 1997). Anestesi yang ideal harus memenuhi kriteria anestesi, yaitu sedasi, analgesi, relaksasi, ketidak sadaran, aman untuk sistem vital tubuh, ekonomis, dan mudah diaplikasikan.
5 Anestesi Umum Anestesi Umum Parenteral (suntik) (+) Murah, mudah dan praktis (-) Tidak, stabil, durasi singkat perlu pengulangan Anestesi Umum Inhalasi (+) Aman (-) Alat Mahal, penggunaan rumit, induksi lambat, keracunan, polusi dan penipisan ozon Alternatif 1. Induksi secara intramuskuler 2. Pemeliharaan anestesi secara subkutan (+) lebih murah, praktis, dan stabil untuk pemeliharaan anastesi Ketamin dan Xilasin (-) ketamin : Kekejangan otot, hipersalivasi, waktu anestesi singkat (+) Xilasin : Melemaskan otot, efek sedasi kuat (-) Xilasin : muntah, hipersalivasi, penurunan denyut jantung Atropin + (+) : mengurangi muntah, meningkatkan denyut jantung Anestesi ideal Respon analgesi, sedasi dan rileksasi Anestesi melalui subcutan menggunakan kombinasi Atropin- ketamin-xilasin memperpanjang durasi anestesi Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Berbeda dengan anestesi umum injeksi atau parenteral, anestesi inhalasi memerlukan perangkat yang rumit, mahal, dan mempunyai waktu induksi yang relatif lambat serta tidak praktis untuk penanganan hewan di lapangan. Menurut Sudisma et al. (2012), anestesi inhalasi tidak dapat digunakan untuk penanganan
Kadar obat dalam darah 6 prosedur bronkhoskopi dan laringoskopi. Anestesi umum secara parenteral merupakan anestesi yang lebih ekonomis dan praktis untuk penanganan hewan di lapangan, tetapi menghasilkan anestesi yang kurang stabil dan sering memerlukan injeksi ulangan jika tindakan medis memerlukan waktu yang lebih lama. Pemberian secara subkutan memiliki waktu penyerapan obat yang agak lambat sehingga diharapkan dapat memperpanjang durasi dan dapat digunakan untuk pemeliharaan status anestes Penyuntikan ke-1 Penyuntikan ke-2 Kadar toksisitas Teranestesi Lama Stadium I Stadium II Stadium III Analgesi : - Respon dijepit di Telinga, Ekor, dan interdigiti Sedasi : - Refleks Palpabrae dan pupil mata Relaksasi : -Relaksasi Otot rahang, Lidah, dan sphinter ani Gambar 2. Kerangka Konsep Dosis Namun penyerapannya yang lama dapat mempengaruhi perpindahan antara stadium II (stadium eksitasi) ke stadium III (pembedahan). Stadium II dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan yang teratur
7 yang merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pada stadium ini, hewan tampak mengalami delirium dan eksitasi dengan gerakan di luar kehendak (meronta-ronta). Pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot rangka meningkat, kadang sampai mengalami inkontinesia, dan muntah. Hal ini terjadi karena hambatan pada pusat inhibisi. Pada stadium ini dapat terjadi kematian, maka pada stadium ini harus diusahakan cepat dilalui (Gunawan, et al, 2011). Oleh karena itu untuk mempercepat proses stadium II ini diperlukan induksi yang cepat dari anestesi tersebut. Edwins (2007) melaporkan injeksi ketamin dengan xilasin sebagai pramedikasi secara intramuskler menghasilkan waktu induksi 5 menit setelah injeksi. Sebelum dilakukan injeksi kombinasi ketamin dan xilasin secara subkutan, terlebih dahulu diberikan injeksi kombinasi ketamin dan xilasin secara intramuskuer dengan harapan proses perpindahan stadium II ke stadium III dapat dilalui dengan cepat dan aman. Pemeliharaan status teranestsi stadium III dipelihara dengan pemberian kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan. Selanjutnya untuk mengetahui kombinasi xilasin-ketamin dan metode subkutan diperlukan penelitian respon analgesi, sedasi, dan relaksasi. Untuk menemukan anestesi umum yang mendekati ideal dan sebagai alternatif untuk mengganti pemeliharaan status teranestesi dari inhalasi menggunakan metode penyuntikan xilasin-ketamin secara subkutan memenuhi kriteria anestesi yang ideal yaitu aman, praktis, dan ekonomis, seperti disajikan pada gambar 1.