DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

FOKUS AREA : Program kepemimpinan dan koordinasi (PPI 1; 2;

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

PANDUAN PENILAIAN SURVEI

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

BAB 2 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

PROGRAM KERJA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

KOMITE PPI RSUD KABUPATEN BULELENG TAHUN 2018

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Peraturan.:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

TUJUAN? Mengidentifikasi kekuatan & area yang menjadi perhatian dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi Menentukan tindakan yang diperlukan

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

Laporan bulanan PPI Bulan September

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan nikmat-nya

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB V KESIMPULAN. serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan. Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran Gigi di RS

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PONOROGO UTARA. KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS PONOROGO UTARA Nomor :188.4/... / /...

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Bedah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

LAPORAN Identifikasi Resiko Infeksi - ICRA (Infection Control Risk Assessment) Di Ruang Poliklinik, Februari 2014

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

Anna Ngatmira,SPd,MKM ( Jogjakarta, 25 November 2014)

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR D I N A S K E S E H A T A N PUSKESMAS SAKRA. Jln. Sukarno-Hatta Desa Sakra, Kec. Sakra, Kab. Lombok Timur KP.

SASARAN Semua Tenaga Pelayanan Kesehatan, Dokter, Perawat, Bidan. METODE Ceramah, Diskusi, Demonstrasi, Kunjungan lapangan, Praktek

dr. Luwiharsih,MSc Komisi Akreditasi Rumah Sakit

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

ANALISIS INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT DAN STRATEGI PENURUNAN HEALTH-CARE ASSOCIATED INFECTIONS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG

BAB VII KESIMPULAN. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan : dilakukan dalam bentuk in house training oleh tim pencegahan dan

LAPORAN Identifikasi Risiko Infeksi - ICRA (Infection Control Risk Assessment) AKIBAT KONSTRUKSI DAN RENOVASI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKENARIO TELUSUR RS... (..TT) UNTUK SURVEIOR KEPERAWATAN. Survei tanggal.. No. UNIT PELAYANAN OBSERVASI MATERI WAWANCARA DOKUMEN IMPLEMENTASI

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

Ventilator Associated Pneumonia

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALINAU PUSKESMAS MALINAU KOTA

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

Transkripsi:

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxx NOMOR : 012 / SK /.xx / VII / 2012 TENTANG ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk mewujudkan Visi dan Misi Rumah Sakit... dan upaya menghadapi tuntutan akan pelayanan RS yang berkualitas serta mengutamakan keselamatan pasien, maka diperlukan Satu atau lebih individu mengawasi seluruh kegiatan PPI., Individu tersebut kompeten dalam praktek PPI yang diperolehnya melalui pendidikan, pelatihan, pengalaman atau sertifikasi; b. sehubungan dengan itu perlu ditetapkan dalam suatu Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit xxx. Mengingat : 1. Undang - Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang - Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara nomor 42 tahun 1999); 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kesehatan; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit; 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 986 / Menkes / Per / XI / 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS; 7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN : Menetapkan Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxxxxxxx TENTANG PENETAPAN ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), : Menugaskan nama terlampir sebagai ICN/IPCN Kedua : Kriteria petugas yang dimaksud diatas adalah : Perawat dng pendidikan min D 3 & memiliki sertifikasi pelatihan PPI/IPCN Memiliki komitmen di bidang PPI Memiliki pengalaman sebagai Ka ruangan atau setara Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident Bekerja purna waktu Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di XXX PadaTanggal : 02 Juli 2012 RS. XX Direktur Utama dr. XXX

Lampiran : Keputusan Direktur Utama Nomor : 012 / SK / MF / VII / 2012 Tentang : Kebijakan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA I. PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI 1. Tim PPI mengawasi seluruh kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi. 2. Setiap individu berkompeten dalam praktek pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperolehnya melalui pendidikan, pelatihan, pengalaman dan sertifikasi. 3. Tim pencegahan dan pengendalian infeksi melaksanakan mekanisme koordinasi untuk seluruh kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang melibatkan dokter, perawat dan tenaga lainya. 4. Tim PPI menyusun kriteria tentang defenisi infeksi terkait pelayanan kesehatan, membuat metode pengumpulan data (surveilance), 5. Tim PPI menetapkan strategi untuk mengatur pencegahan infeksi dan pengendalian risiko, dan proses pelaporan. 6. Koordinasi termasuk komunikasi dengan seluruh bagian/unit dari rumah sakit yang menjamin bahwa program berkelanjutan dan proaktif. 7. Menyusun program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan ilmu pengetahuan terkini, pedoman praktek yang akseptabel sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku,dan standar sanitasi dan kebersihan. 8. Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi. 9. Ada sistem manajemen informasi untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi. II. FOKUS DARI PROGRAM 1. Rumah sakit menyusun dan menerapkan program yang komprehensif untuk mengurangi risiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien dan tenaga pelayanan kesehatan. 2. Seluruh area pasien, staf dan pengunjung Rumah sakit dimasukan dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi. 3. Rumah sakit menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dalam menentukan fokus dari program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah pencegahan, pengendalian dan pengurangan infeksi terkait pelayanan kesehatan. 4. Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data tempat infeksi yang relevan sebagai berikut : a. Saluran pernafasan, seperti : prosedur dan peralatan terkait dengan intubasi, dukungan ventilasi mekanis, trakeostomy dan lain sebagainya

b. Saluran kencing, seperti : Prosedur invasif dan peralatan terkait dengan indwelling urinary kateter, sistem drainase urin dan lain sebagainya. c. Peralatan intravaskuler invasif, seperti insersi dan pelayanan kateter vena sentral, saluran vena verifer dan lain sebagainya d. Lokasi operasi, seperti pelayanan dan tipe pembalut luka dan prosedur aseptik terkait. e. Penyakit dan organisme yang signifikan secara epidemiologi, multi drug resistent organism, Virulensi infeksi yang tinggi f. Muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) infeksi dimasyarakat. 5. Rumah sakit melakukan asesmen terhadap risiko paling sedikit setiap tahun dan hasil asesmen didokumentasikan 6. Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses terkait dengan risiko terkait dan mengimplementasikan strategi untuk menurunkan risiko infeksi. 7. Rumah sakit menurunkan risiko infeksi dengan menjamin pembersihan peralatan dan sterilisasi yang memadai serta menajemen laundry dan linen yang benar. 8. Rumah sakit membuat program Pencegahan dan Pengendalian infeksi untuk mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung. 9. Adanya pengawasan yang menjamin bahwa semua metode pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi sama di seluruh Rumah Sakit 10. Ditetapkan prosedur untuk mengidentifikasi proses pengolahan perbekalan yang kadaluarsa dan menetapkan kondisi untuk penggunaan ulang (reuse) dari alat sekali pakai (single-use) bila peraturan dan perundangan mengijinkan. 11. Bila alat single-use direuse harus dilaksanakan konsisten dengan peraturan dan perundangan nasional dan standar profesi termasuk identifikasi terhadap : a. Peralatan dan bahan/material yang tidak pernah bisa direuse b. Jumlah maksimum reuse khususnya untuk setiap peralatan dan bahan/material yang direuse. c. Tipe pemakaian dan keretakan, antara lain yang mengidentifikasikan bahwa peralatan tidak bisa di reuse. d. Proses pembersihan untuk setiap peralatan yang dimulai segera sesudah digunakan dan diikuti dengan protokol yang jelas. e. Proses untuk pengumpulan, analisis dan penggunaan dari data pencegahan dan pengendalian infeksi yang terkait dengan peralatan dan material yang direuse. 12. Rumah sakit menurunkan risiko infeksi dengan pembuangan sampah yang tepat 13. Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum 14. Rumah sakit mengurangi risiko infeksi difasilitas yang terkait dengan kegiatan pelayanan makanan dan pengendalian mekanik dan permesinan 15. Rumah sakit mengurangi risiko infeksi difasilitas selama demolisi/pembongkaran, pembangunan dan renovasi, dengan menggunakan kriteria yang mengatur dampak dari renovasi atau pembangunan baru terhadap persyaratan kualitas udara, pencegahan dan pengendalian infeksi, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran, dan prosedur emergensi (kedaruratan ) III. PROSEDUR ISOLASI 1. Rumah sakit menyediakan penghalang untuk mencegah (Barrier Precaution) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi dari infeksi pasien yang immunosuppresed, sehingga rentan terhadap infeksi nosokomial. 2. Staf dididik tentang pengelolaan pasien infeksius IV. TEHNIK PENGAMANAN (BARRIER) DAN HAND HYGIENE

1. Sarung tangan, masker, proteksi mata dan peralatan proteksi lainnya, sabun dan desinfektan tersedia dan digunakan secara benar bila diperlukan. 2. Hand hygiene, tehnik barier dan bahan-bahan desinfeksi merupakan instrumen mendasar bagi pencegahan dan pengendalian infeksi yang benar. 3. Rumah sakit mengidentifikasi situasi dimana masker, perlindungan mata, gaun atau sarung tangan diperlukan dan melakukan pelatihan dan penggunaanya secara tepat dan benar. 4. Sabun, desinfektan dan handuk atau pengering lainnya tersedia dilokasi dimana prosedur cuci tangan, desinfeksi tangan atau desinfeksi permukaan. V. INTEGRASI PROGRAM DENGAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN 1. Pengendalian dan pencegahan infeksi diintegrasikan dengan keseluruhan program rumah sakit dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien. 2. Rumah sakit menelusuri risiko infeksi, infeksi dan kecenderungan infeksi terkait pelayanan kesehatan. 3. Peningkatan mutu termasuk penggunaan indikator/pengukuran yang berhubungan dengan masalah infeksi yang secara epidemiologi penting bagi rumah sakit 4. Rumah sakit menggunakan informasi resiko, angka dan kecenderungan untuk menurunkan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan ke level yang serendah mungkin. 5. Rumah Sakit membandingkan angka kejadian infeksi rumah sakit, dengan rumah sakit lain melalui perbandingan data dasar/data base. 6. Hasil monitoring pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit, secara berkala disampaikan kepada pimpinan dan staf. 7. Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi kepihak luar, kementrian kesehatan atau dinas kesehatan. VI. PENDIDIKAN STAF TENTANG PROGRAM 1. Rumah sakit memberikan pendidikan tentang praktek pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf dokter, pasien dan keluarga serta pemberi layanan lainnya ketika ada indikasi keterlibatan mereka dalam pelayanan 2. Edukasi diberikan sebagai bagian dari orientasi semua staf baru dan dilakukan penyegaran secara berkala, atau sekurang-kurangnya pada saat perubahan dalam kebijakan, prosedur dan praktek- praktek pengendalian infeksi. 3. Edukasi juga meliputi temuan dan kecenderungan yang didapat dari kegiatan pengukuran. Direktur Utama, dr. RPH, Siahaan, MHA