1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di industri atau pabrik adalah pekerjaan mengangkat beban atau sering disebut dengan manual material handling task. Manual material handling (MMH) merupakan kegiatan pengangkatan beban yang dilakukan manusia tanpa menggunakan alat bantu yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa (Ayoub & Dempsey, 1999). Menurut Chaffin dan Andersson (1991) kegiatan manual material handling akan selalu ada di suatu industri karena tidak semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia dapat diotomasi. Manual material handling merupakan kegiatan yang memiliki resiko pada tubuh manusia. Berat beban yang diangkat harus sesuai dan tidak boleh melebihi batas kemampuan manusia agar tidak menyebabkan gangguan pada tubuh. Ketidakmampuan manusia dalam mengangkat beban dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan maupun musculoskeletal diosder. Musculoskeletal diosder adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. (Grandjean, 1993). Selain itu pengaruh berat beban yang diangkat oleh seorang pekerja dapat menyebabkan timbulnya gaya tekan pada tulang belakang bagian sendi L5/S1. Apabila gaya tekan pada sendi L5/S1 melebihi batas yang dapat diterima oleh tubuh maka dapat menyebabkan low back pain (Waters dkk, 1993). Menurut Lahad dkk (1994), cedera tulang atau low back pain adalah salah satu cedera yang paling umum terjadi di Amerika (22% dari semua kecelakaan kerja yang terjadi) dan paling banyak membutuhkan biaya untuk pengobatan hingga mencapai 24 milyar USD pada tahun 1990. Salah satu penyebab dari cedera ini adalah overload yang 1
2 dipikul oleh tulang belakang (>60%) dan 60% dari overload ini disebabkan oleh pekerjaan mengangkat barang, 20% pekerjaan mendorong atau menarik barang dan 20% akibat membawa barang. Di samping itu juga dilaporkan bahwa 25% kecelakaan disebabkan karena aktvitas pengangkatan dan 50-60% cedera pinggang disebabkan karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material (Pulat, 1992). Hal inilah yang mendorong National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) pada tahun 1981 dan 1991 untuk mengembangkan lift equation dengan menggunakan subjek orang Eropa dan Amerika yang merupakan populasi ras Kaukasia (Wu, 1997). Persamaan ini dikembangkan untuk mengetahui batas berat beban (recommended weight limit) yang dapat diangkat oleh seorang pekerja sehingga pekerja tersebut dapat terhindar dari low back pain dan kelelahan kerja ketika melakukan task pengangkatan. Pada pengembangannya NIOSH belum mempertimbangkan perbedaan ras dan antropometri. Padahal lift equation ini digunakan di seluruh dunia tidak hanya di Eropa atau Amerika. Salah satu pengguna lift equation ini adalah Indonesia mengingat Indonesia merupakan negara berkembang di mana kegiatan MMH masih banyak digunakan di industri. Seperti yang dapat dilihat secara kasat mata, terdapat perbedaan postur tubuh yang dimiliki oleh orang Indonesia dan orang Eropa dan Amerika. Salah satu dimensi tubuh yang dapat memperlihatkan perbedaan postur tubuh manusia adalah tinggi dan BMI (Body Mass Index). Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian antropometri tubuh orang Indonesia yang dilakukan oleh Chuan dkk (2010). Pada penelitian tersebut diketahui bahwa rerata tinggi tubuh orang Indonesia adalah 169 cm untuk laki-laki dan 155 cm untuk perempuan dengan rerata BMI untuk laki-laki adalah 22,1 dan 21,7 untuk perempuan. Sedangkan bila dibandingkan dengan hasil penelitian antropometri orang Amerika yang dikeluarkan oleh U.S Department of Health and Human Services (2012) diketahui bahwa tinggi rerata untuk pria sebesar 175,9 cm dan 162,1 cm untuk wanita dengan rerata BMI pria sebesar 28,6 dan wanita sebesar 28,7. Dari perbandingan tersebut dapat dibuktikan bahwa postur tubuh orang Indonesia lebih kecil bila dibandingkan dengan postur tubuh orang Amerika. Perbedaan ras dan antropometri tersebut menjadi latar belakang yang kuat untuk melakukan penilitian ini. Hal ini karena menurut Sinaki dkk (2001)
3 perbedaan antropometri pada tubuh manusia mempengaruhi kekuatan otot seseorang. Fuster dkk (1998) juga menyatakan bahwa ukuran tubuh mempengaruhi kekuatan statis manusia baik untuk jenis kelamin pria maupun wanita. Dan menurut Muslim dkk (2013) perbedaan ras mempengaruhi penerapan NIOSH lift equation. Sehingga dari perbedaan tersebut perlu dilakukan penelitian kesesuaian lift equation dengan subjek orang Indonesia. Lift equation dikembangkan NIOSH dengan mempertimbangkan kriteria biomekanik, fisiologi, dan psikofisik. Dengan menggunakan tiga kriteria tersebut, NIOSH menghasilkan beberapa variabel yang digunakan dalam lift equation. Salah satu variabel yang paling penting dalam menentukan berat beban maksimal yang dapat diangkat pekerja adalah load constant (LC). Batas beban maksimal yang dihasilkan dari lift equation sama dengan nilai LC yaitu 23 kg atau 51 pound pada kondisi pengangkatan optimal (ketika multiplier lain bernilai 1) (Waters dkk, 1993). Permasalahan yang kini muncul adalah apakah nilai LC 23 kg tersebut sesuai dengan berat beban maksimal yang dapat diangkat oleh orang Indonesia. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kesesuaian tersebut. Wirasadha (2015) telah melakukan penelitian mengenai LC pada mahasiswi Indonesia berdasarkan kriteria psikofisik yaitu dengan menentukan nilai maximum acceptable weight of lift (MAWL) berdasarkan persepsi kekuatan responden. Dari nilai MAWL diperoleh nilai LC berdasarkan kriteria psikofisik pada mahasiswi Indonesia sebesar 13 kg. Nilai tersebut diambil dari 75% nilai MAWL yang diperoleh dari 21 mahasiwi Indonesia. Untuk memastikan bahwa nilai LC psikofisik sudah sesuai dengan batas kemampuan fisik dan bukan hanya berdasarkan persepsi kekuatan mahasiswi Indonesia, maka perlu dilakukan validasi nilai LC dengan kriteria lain yang digunakan NIOSH untuk mengembangkan lift equation. Kriteria yang akan digunakan pada penelitian ini adalah fisiologi. NIOSH menggunakan energy expenditure sebagai aspek pada kriteria fisiologi untuk membatasi berat beban kerja pada kegiatan pengangakatan berulang. Batas energy expenditure yang digunakan NIOSH diambil dari kapasitas aerobik maksimal sebesar 9,5 kkal/menit kemudian dilakukan modifikasi untuk kegiatan
4 pengangkatan berulang sehingga diperoleh nilai batas maksimal energy expenditure sebesar 2,2-4,7 kkal/menit. Dalam persamaan RWL, kriteria fisiologi membuat nilai beban yang diangkat lebih rendah dibandingkan dengan batas beban maksimal yang diijinkan (Waters dkk, 1993). Oleh karena itu, topik yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu melakukan validasi nilai LC pada mahasiswi Indonesia berdasarkan kriteria fisiologi. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah melakukan validasi terhadap nilai load constant (LC) NIOSH Lift Equation menggunakan pendekatan fisiologi pada subjek mahasiswi Indonesia. 1.3 Asumsi dan Batasan Penyelesaian masalah pada penlitian ini memiliki asumsi sebagai berikut. a. Nilai horizontal multiplier dianggap bernilai 1 meskipun terdapat perbedaan jarak perpindahan horizontal dari setiap subjek. Hal tersebut karena pada penelitian ini subjek diberi kebebasan posisi mengangkat benda agar merasa nyaman. b. Setelah beristirahat selama 20-30 menit dalam posisi duduk, denyut jantung responden dianggap sudah normal. c. Pengukuran energy expenditure (EE) responden dilakukan menggunakan persamaan Keytel (2005). Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian bersifat eksperimental yang dilakukan di dalam laboratorium. b. Subjek penelitian adalah mahasiswi Indonesia. c. Hasil tingkat aktivitas fisik responden berdasarkan pengisian kuesioner GPAQ hanya digunakan untuk pemilihan responden dan tidak dibahas lebih lanjut.
5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Load Constant (LC) pada mahasiswi Indonesia dengan berdasarkan kriteria fisiologi. 1.4.2 Tujuan Spesifik Adapun tujuan spesifik dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh nilai MAWL krtieria psikofisik mahasiswi Indonesia terhadap denyut jantung dan energy expenditure. 2. Menganalisis pengaruh perubahan frekuensi pengangkatan terhadap denyut jantung dan energy expenditure mahasiswi Indonesia. 3. Melakukan validasi nilai MAWL mahasiswa Indonesia berdasarkan kriteria psikofisik pada penelitian Wirasada (2015) berdasarkan besaran energy expenditure. 4. Melakukan perbandingan nilai MAWL berdasarkan pendekatan psikofisik dan pendekatan fisiologi. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi beban angkat yang ideal untuk pekerja wanita Indonesia sehingga resiko terjadinya kelelahan, low back pain, dan cedera lainnya yang berkaitan dengan aktivitas pengangkatan atau manual material handling pada wanita Indonesia dapat berkurang. Selain itu dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu perancangan sebuah sistem kerja di dalam industri.