BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Komponen Masukan (Input) 1. Tenaga rekam medis jumlahnya sudah mencukupi untuk Rumah Sakit

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah. yang bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya. pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktek

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB 7 PENUTUP. Mochtar Bukittinggi sudah diterapkan semenjak tahun 2014, namun belum. berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan terjadinya

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 dijelaskan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Menurut Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim yang diajukan oleh fasilitas kesehatan terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan yang tujuannya adalah untuk menguji kebenaran administrasi pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan. Menurut BPJS Kesehatan tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim, alur verifikasi dimulai dengan fasilitas kesehatan menyiapkan berkas klaim, kemudian verifikator BPJS Kesehatan melakukan verifikasi administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan, dan verifikasi pelayanan dengan menggunakan software verifikasi. Verifikator wajib memastikan kesesuaian diagnosis dan prosedur pada tagihan dengan kode ICD 10 dan ICD 9 CM (dengan melihat buku ICD 10 dan ICD 9 CM atau softcopy-nya). Setelah itu BPJS Kesehatan akan melakukan persetujuan klaim dan melakukan pembayaran.

2 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/095/I/2010 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan baik jaminan kesehatan nasional, jaminan kesehatan provinsi, maupun jaminan kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit ikut berperan andil sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Peran rumah sakit terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan wajib melayani peserta dengan kendali biaya dan kendali mutu. Kendali biaya dan kendali mutu ini sangat dipengaruhi oleh peran dokter sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai hak dan kewajiban menegakkan dan menentukan diagnosis utama pada pasien serta berkuasa penuh merencanakan dan memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Selain dokter, peran kendali biaya dan mutu ini juga sangat dipengaruhi oleh perekam medis sebagai tenaga keteknisian medis. Perekam medis bertugas menganalisis kelengkapan berkas rekam medis dan kesesuaian penentuan diagnosis utama pada pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien dalam kaitannya dengan penggantian biaya (klaim) oleh badan penyelenggara jaminan kesehatan. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan upaya kendali biaya dan kendali mutu, dokter dan perekam medis harus bekerja sama dalam menentukan kesesuaian penentuan diagnosis utama dan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien.

3 Menurut Permenkes RI No. 27 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA-CBG s), coding sangat menentukan dalam sistem pembiayaan prospektif yang akan menentukan besarnya biaya yang dibayarkan ke rumah sakit. Ketepatan dalam penegakan dan penentuan diagnosis utama sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya penggantian biaya (klaim) dari badan penyelenggara jaminan kesehatan. Ketidaktepatan reseleksi dan pengodean diagnosis utama dapat mengakibatkan kerugian dari pihak rumah sakit dan penyelenggara jaminan kesehatan. Jika diagnosis dan kode diagnosis pasien tidak tepat, rumah sakit akan menerima penggantian biaya yang lebih kecil atau yang lebih besar dari seharusnya. Jumlah biaya kalim yang diterima rumah sakit telah diatur dalam Permenkes RI No.69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Menurut WHO (2010), dokter sebagai salah satu sumber daya yang terlibat dalam proses penentuan diagnosis utama pasien terkadang melakukan kesalahan yaitu salah menentukan diagnosis utama pasien. Jika hal itu terjadi maka sebagai petugas rekam medis yang bertanggung jawab melakukan analisis berkas rekam medis wajib menanyakan kejelasan diagnosis utama pasien kepada dokter yang

4 merawat pasien tersebut. Namun jika dokter yang terkait tidak memungkinkan untuk dimintakan kejelasan tentang diagnosis utama yang dipilih maka petugas rekam medis melakukan reseleksi diagnosis dengan menggunakan pedoman ICD-10. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fatmawati (2014) menunjukkan bahwa dari 107 kasus penyakit dalam pasien Jamkesda di Rumah Sakit Akademik Yogyakarta, terdapat 29 kasus yang tidak tepat dalam penentuan diagnosis utamanya. Hal ini disebabkan oleh faktor sumber daya manusia dan SPO (Standar Prosedur Operasional). Rumah Sakit Hidayah merupakan rumah sakit swasta tipe D dengan jumlah kunjungan pasien rawat inap pertahun sebanyak 6300 pasien. Rumah Sakit Hidayah memiliki petugas rekam medis sebanyak empat orang yang terdiri dari dua orang lulusan D3 Rekam Medis dan dua orang lulusan SMA. Kegiatan pengodean dilakukan oleh petugas dengan lulusan D3 Rekam Medis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Hidayah Boyolali, terdapat 7 kasus dari 20 sampel yang reseleksi diagnosis utama pasien tidak tepat, yaitu tidak sesuai dengan aturan ICD-10. Sehingga dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya biaya klaim yang dibayarkan oleh badan penyelenggara jaminan kesehatan kepada rumah sakit, biaya kalim yang diterima rumah sakit lebih sedikit dari yang seharusnya. Rumah Sakit Hidayah merupakan

5 rumah sakit baru yang sedang berkembang dengan jumlah kunjungan terus meningkat setiap harinya. Dengan semakin meningkatnya kunjungan pasien, pendapatan rumah sakit juga akan ikut meningkat. Namun, dengan adanya ketidaktepatan reseleksi diagnosis utama pasien BPJS menyebabkan pendapatan rumah sakit tidak ikut bertambah secara significant. Oleh karena itu penelitian ini akan mengangkat judul Evaluasi Ketepatan Reseleksi Diagnosis Utama Sebelum dan Setelah Verifikasi pada Kasus Pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana evaluasi ketepatan reseleksi diagnosis utama sebelum dan setelah verifikasi pada kasus pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui ketepatan reseleksi diagnosis utama sebelum dan setelah verifikasi pada kasus pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali.

6 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui proses reseleksi diagnosis utama pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali. b. Mengetahui persentase ketepatan reseleksi dan pengodean diagnosis utama sebelum dan setelah verifikasi pada kasus pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali. c. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktepatan reseleksi dan pengodean diagnosis utama kasus pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Manfaat praktis a. Bagi rumah sakit 1) Sebagai masukan dalam reseleksi dan pengodean diagnosis utama untuk proses pengelolaan rekam medis. 2) Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan bagi rumah sakit. b. Bagi perancang 1) Menambah pengetahuan mengenai reseleksi diagnosis utama.

7 2) Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan. 2. Manfaat teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas disiplin ilmu rekam medis khususnya dalam hal reseleksi diagnosis utama. b. Bagi peneliti lain Dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai acuan/referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya dengan tema yang hampir sama. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan tema Evaluasi Ketepatan Reseleksi Diagnosis Utama Sebelum dan Setelah Verifikasi pada Kasus Pasien BPJS di Rumah Sakit Hidayah Boyolali belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun beberapa penelitian dengan tema yang hampir sama pernah dilakukan, diantaranya: 1. Fatmawati (2014), dengan judul Gambaran Kesesuaian Penentuan Diagnosis Utama Pasien Jamkesda Kasus Penyakit Dalam Rumah Sakit Akademik UGM Berdasarkan ICD-10. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran

8 kesesuaian penentuan diagnosis utama pasien Jamkesda dengan kasus penyakit dalam di Rumah Sakit Akademik UGM dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaiannya. Metode penelitian yang digunakan Fatmawati (2014) adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif serta dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian Fatmawati (2014) adalah terdapat angka ketidaksesuaian penentuan diagnosis utama pasien Jamkesda sebanyak 29 kasus dari 107 kasus penyakit dalam dan faktorfaktor yang menyebabkan ketidaksesuaian itu adalah kurangnya sumber daya manusia (petugas verifikator), kurangnya pengetahuan sumber daya manusia dalam menggunakan ICD-10, belum ada SOP yang mengatur pelaksanaan yang terkait penentuan diagnosis pasien berdasarkan ICD-10 dan belum ada pelatihan terkait penggunaan ICD-10. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan Fatmawati (2014) adalah sama-sama membahas bagaimana mereseleksi diagnosis utama pasien rawat inap. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Fatmawati (2014) adalah pada pokok bahasannya, yaitu pada penelitian Fatmawati (2014) membahas penentuan diagnosis utama pasien kasus penyakit dalam,

9 sedangkan peneliti membahas reseleksi diagnosis utama pada semua pasien sebelum dan setelah dilakukan verifikasi. 2. Lisnawati (20 12), dengan judul Ketepatan Kode Diagnosis Utama dengan ICD-10 pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Ibu, Bayi dan Anak di RSKIA Sadewa Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengodean diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar ibu, bayi dan anak, mengetahui persentase ketepatan kode diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar ibu, bayi dan anak, mengetahui dampak dari ketidaktepatan kode diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar ibu, bayi dan anak, mengetahui upaya yang dilakukan petugas rekam medis dalam mengatasi ketidaktepatan kode diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar ibu, bayi dan anak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif serta dengan rancangan fenomenologis. Hasil dari penelitian tersebut adalah pelaksanaan pengodean dilakukan oleh petugas rekam medis RSKIA Sadewa Yogyakarta. Fasilitas pengodean menggunakan buku pintar dan ICD-10. Proses pengodean dilakukan setelah berkas rekam medis selesai assembling. Tingkat ketepatan pada lembar ringkasan masuk keluar ibu sebesar 41,94%, tingkat ketepatan pada lembar

10 ringkasan masuk keluar bayi sebesar 35,48% dan tingkat ketepatan pada lembar ringkasan masuk keluar anak sebesar 22,58%, jadi, lembar ringkasan masuk keluar yang mencapai tingkat ketepatan paling tinggi yaitu lembar ringkasan masuk keluar ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode diagnosis utama yaitu prosedur tetap yang belum dibuat oleh petugas rekam medis, cara menentukan kode tidak sesuai dengan langkah-langkah pengodean pada ICD-10 volume 2, penulisan dokter yang kurang jelas, serta petugas rekam medis yang kurang terampil. Dampak dari ketidaktepatan kode diagnosis utama yaitu menghasilkan laporan morbiditas pasien rawat inap yang tidak tepat dan dapat menambah kasus baru. Upaya yang dilakukan petugas rekam medis untuk meminimalisir ketidaktepatan dengan cara membuat prosedur tetap, langkahlangkah penentuan kode diagnosis utama sesuai dengan aturan, dokter diberi surat pemberitahuan yang berisi diagnosis utama berdasarkan kasus yang sering muncul dan mengajukan anggaran dana ke direktur untuk mengikuti pelatihan rekam medis khususnya pelatihan ICD-10, tetapi upaya yang dilakukan belum maksimal. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2012) adalah sama-sama menggunakan metode penelitian

11 deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2012) yaitu pokok bahasannya dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2012) meneliti ketepatan pemberian kode diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar ibu, bayi dan anak, sedangkan peneliti melakukan penelitian terhadap ketepatan pengodean diagnosis utama pasien BPJS. 3. Prajawati (2009) dengan judul Gambaran Penulisan Diagnosis Utama pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Sebelum dan Setelah Pemberlakuan Sistem INA-DRG di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tujuan dari penelitian Prajawati (2009) adalah mengetahui gambaran penulisan diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode yang dilakukan oleh Prajawati (2009) adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitiannya yaitu penulisan diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar sebelum sistem INA-DRG masih banyak yang menggunakan singkatan dan kurang sesuai dengan ICD-10, namun masih dapat terbaca. Penulisan diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk keluar setelah sistem INA-DRG sedikit yang menggunakan singkatan dan lebih sesuai dengan ICD-10, serta dapat terbaca. Penulisan diagnosis utama sebelum

12 sistem INA-DRG yang sesuai ICD-10 sebesar 88%, tidak menggunakan singkatan 44% dan terbaca 68%. Penulisan diagnosis utama setelah sistem INA-DRG yang sesuia ICD-10 sebesar 96%, tidak menggunakan singkatan 64% dan terbaca 68%. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prajawati (2009) yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif degan pendekatan kualitatif dan rancangan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prajawati (2009) adalah pokok bahasannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Prajawati (2009) meneliti pelaksanaan penulisan diagnosis utama sebelum dan setelah pemberlakuan sistem INA- DRG, sedangkan peneliti melakukan penelitian terhadap ketepatan pengodean diagnosis utama pasien BPJS sebelum dan setelah dilakukan verifikasi.