ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG ALASAN SESEORANG UNTUK MELAKUKAN COMMUTING (STUDI KASUS DI DESA PANDAK GEDE)

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

PENGARUH VARIABEL SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP KEPUTUSAN PENDUDUK LANJUT USIA MEMILIH UNTUK BEKERJA DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

Judul : Analisis Pilihan Pekerjaan Setengah Penganggur bagi Angkatan Kerja di Kota Denpasar Nama : Putu Diah Arya Purnama Dewi NIM :

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

PENGARUH JUMLAH BEBAN TANGGUNGAN KELUARGA, PENDAPATAN NON KERJA, DAN KEGIATAN ADAT TERHADAP ALOKASI WAKTU PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

KEPUTUSAN MELAKUKAN MOBILITAS PENDUDUK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN MIGRAN DI KOTA DENPASAR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN IBU RUMAH TANGGA DI DESA TAJEN KABUPATEN TABANAN

Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONDISI INDIVIDU DAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI COMMUTER

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

Abstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI MASUK KE KOTA DENPASAR

Jumlah Penduduk Kabupaten Tabanan berdasarkan SP2010 sebanyak ora dengan laju pertumbuhan pendu sebesar 1,12 persen per tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Judul : Pengaruh Partisipasi Pemakai dan Ketidakpastian Tugas pada Kinerja Sistem Informasi Akuntansi dengan Ukuran Organisasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

Transkripsi:

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting) (Studi Kasus Di Desa Pandak Gede) Nama : Dewa Ayu Cintya Nandiswari NIM : 1306105126 ABSTRAK Mobilitas ulang-alik merupakan salah satu bentuk dari mobilitas penduduk dimana mobilitas ulang-alik ini merupakan pergerakan suatu penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan tetapi gerak penduduknya hanya dalam batasan satu hari saja kemudian kembali lagi ke daerah asalnya. Banyak penduduk desa yang melakukan mobilitas ulang-alik, seperti di Desa Pandak Gede. Penduduk Desa Pandak Gede sebagian besar melakukan mobilitas ulang-alik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Sangat penting halnya untuk mengetahui faktor-faktor pendorong alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor yang mendorong alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik seperti tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, serta kegiatan adat. Penelitian ini dilakukan di Desa Pandak Gede, dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, penyebaran kuesioner, serta wawancara tidak terstruktur. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam menentukan sampel yaitu teknik probability sampling khususnya simple random sampling. Hasil perhitungan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 78 orang responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah binary logistic regression karena variabel dependennya bersifat dikotomi yaitu menggunakan variabel dummy. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel tingkat upah tidak berpengaruh, variabel pendidikan dan variabel jarak tempuh berpengaruh positif dan signifikan, variabel umur dan variabel kegiatan adat berpengaruh negatif dan signifikan. Mobilitas ulang-alik (commuting) merupakan sebuah pilihan yang tepat bagi masyarakat Desa Pandak Gede untuk tetap tinggal di daerah asal serta ikut berperan aktif dalam kegiatan adat dan tetap bekerja ke daerah tujuannya, sehingga tenaga kerja produktif tidak berpindah dan menetap di kota. Masyarakat Desa Pandak Gede mampu menjadikan mobilitas ulang-alik (commuting) ini sebagai suatu peluang bisnis, serta mampu menjadikan Desa Pandak Gede sebagai desa destinasi pariwisata. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALISTAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv vi vii x xi xii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 15 1.3 Tujuan Penelitian... 15 1.4 Kegunaan Penelitian... 16 1.5 Sistematika Penulisan... 16 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep... 19 2.1.1 Teori Migrasi Penduduk... 19 2.1.2 Konsep dan Pengertian Mobilitas Penduduk.. 25 2.1.3 Konsep Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 28 2.1.4 Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 31 2.1.5 Tingkat Upah... 33 2.1.6 Hubungan Tingkat Upah Dengan Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 34 2.1.7 Pendidikan... 34 2.1.8 Hubungan Pendidikan Dengan Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 36 2.1.9 Jarak Tempuh... 36

2.1.10 Hubungan Jarak Tempuh Dengan Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 37 2.1.11 Umur... 38 2.1.12 Hubungan Umur Dengan Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 39 2.1.13 Kegiatan Adat... 39 2.1.14 Hubungan Kegiatan Adat Dengan Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 40 2.2 Hipotesis Penelitian... 42 BAB III BAB IV METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 44 3.2 Lokasi Penelitian... 44 3.3 Obyek Penelitian... 44 3.4 Identifikasi Variabel... 44 3.5 Definisi Operasional Variabel... 45 3.6 Jenis Dan Sumber Data... 46 3.6.1 Data Kualitatif... 46 3.6.2 Data Kuantitatif... 47 3.7 Populasi Dan Sampel... 47 3.8 Metode Pengumpulan Data... 51 3.9 Teknik Analisis Data... 51 3.9.1 Analisis Model Binary Logistic Regression... 52 3.9.2 Pengujian Model Fit... 55 3.9.2.1 Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Goodness Of Fit Test)... 55 3.9.2.2 Statistik -2 Log Likelihood... 55 3.9.2.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke s R Square)... 56 3.9.2.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Individual... 56 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Pandak Gede... 64 4.2 Karakteristik Responden... 66

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 66 4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Upah... 68 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 70 4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempuh... 72 4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 74 4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kegiatan Adat... 75 4.3 Analisis Model Regresi Logistik... 77 4.3.1 Persamaan Regresi dan Interprestasi... 77 4.3.2 Pengujian Model Regresi Logistik... 79 4.3.2.1 Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Goodness Of Fit Test)... 79 4.3.2.2 Statistik -2 Log Likelihood... 80 4.3.2.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke s R Square)... 81 4.3.2.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Individual... 82 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 83 4.4.1 Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 83 4.4.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 84 4.4.3 Pengaruh Jarak Tempuh Terhadap Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 86 4.4.4 Pengaruh Umur Terhadap Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 87

4.4.5 Pengaruh Kegiatan Adat Terhadap Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 88 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 90 5.2 Saran... 90 DAFTAR RUJUKAN... 92 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 97

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Tabanan... 11 1.2 Jumlah Penduduk di Desa Pandak Gede... 13 1.3 Jumlah Pelaku Mobilitas Ulang-Alik di Desa Pandak Gede Berdasarkan Banjar Dinas... 14 3.1 Jumlah Pelaku Mobilitas Ulang-Alik di Desa Pandak Gede Berdasarkan Banjar Dinas... 48 3.2 Penarikan Sampel... 50 4.1 Kondisi Demografi di Desa Pandak Gede Berdasarkan Jenis Lapangan Pekerjaan... 65 4.2 Alasan Responden Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting)... 67 4.3 Tingkat Upah Responden... 69 4.4 Pendidikan Responden... 71 4.5 Jarak Tempuh Responden... 73 4.6 Umur Responden... 74 4.7 Kegiatan Adat Responden... 75 4.8 Hasil Analisis Regresi Logistik... 77 4.9 Uji Kelayakan Model Nagelkerke R Square... 80 4.10 Statistik -2 Log Likelihood... 80 4.11 Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)... 81

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 1.1 Grafik Jumlah Penduduk Migran di Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah Tahun 2010... 10 2.1 Faktor-Faktor Determinan Mobilitas Penduduk Menurut Everett S. Lee... 21 2.2 Bentuk-Bentuk Mobilitas Penduduk... 26 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian... 42

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1 Kuesioner Penelitian... 97 2 Tabulasi Data... 104 3 Output Hasil Uji Analisis Regresi Logistik... 108

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas penduduk memiliki kaitan yang sangat erat dengan pembangunan karena mobilitas penduduk merupakan bagian yang sangat mempengaruhi secara keseluruhan dari proses pembangunan, hal tersebut memiliki arti bahwa tidak akan ada pembangunan tanpa adanya mobilitas penduduk, dan begitu pula sebaliknya tidak akan ada mobilitas penduduk tanpa adanya pembangunan. Tinggi rendahnya suatu mobilitas penduduk di suatu daerah akan mempengaruhi strategi pembangunan, sehingga pembangunan yang akan dilaksanakan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk yang mendukung suatu pembangunan tersebut (Sudibia, 2007). Intensitas dari pembangunan di suatu daerah akan berpengaruh terhadap adanya mobilitas penduduk. Arus mobilitas penduduk ke daerah tujuan akan besar apabila intensitas pembangunannya tinggi, begitu juga sebaliknya apabila arus mobilitas penduduk ke daerah tujuan rendah maka intensitas pembangunannya rendah (Sudibia, 2007). Dilihat dari konsep demografi, mobilitas penduduk lebih mengacu pada perpindahan suatu penduduk secara kewilayahan, fisik, ataupun geografi. Mobilitas penduduk sering disebut dengan migrasi, dimana migrasi ini didefinisikan sebagai mobilitas yang melewati batas wilayah administrasi ataupun politik seperti misalnya meliputi antar negara, kota, dan kabupaten. Pembangunan yang tidak merata terutama pada daerah desa kota akan mendorong terjadinya perpindahan penduduk tersebut dengan melewati batas-batas kewilayahan dari desa ke kota 9

dengan alasan pekerjaan, pendidikan, dan perkawinan. Pergerakan penduduk disebabkan karena perpindahan sementara di tempat tujuan untuk beberapa hari kemudian menetap (Sudibia, 2007). Mobilitas penduduk pada dasarnya adalah pergerakan penduduk secara geografis dengan melewati batas wilayah dalam periode waktu tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi ataupun kebutuhan sosialnya. Mobilitas penduduk dimanfaatkan oleh penduduk miskin atau kurang mampu di daerah pedesaan untuk mencari pekerjaan (Ajaero dan Onokala, 2013). Mobilitas penduduk merupakan refleksi perbedaan antara pertumbuhan dengan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara suatu daerah dengan daerah lain. Kondisi yang seperti ini akan mendorong terjadinya mobilitas dari daerah yang memiliki fasilitas pembangunan kurang baik menuju ke daerah yang memiliki fasilitas pembangunan yang lebih baik seperti dari pedesaan ke daerah perkotaan (Maulida, 2013). Menurut Mantra (2004) dalam Hasyasya dan Setiawan (2012) mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi, persebaran yang tidak merata, dan perekonomian yang lebih banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan merupakan hal yang membuat masyarakat semakin terdorong untuk melakukan mobilitas, karena pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan lebih berkembang dengan pesat, sedangkan di daerah pedesaan pertumbuhan ekonomi berkembang dengan lambat, hal tersebut akan mendorong untuk terjadinya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara perkotaan dengan pedesaan. Menurut beberapa ahli seperti Lee (1966), Todaro (1979), dan Titus (1982) dalam Mantra (2000: 186) menyatakan bahwa hal yang membuat seseorang untuk 10

melakukan perpindahan adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi di suatu daerah. Todaro mengemukakan bahwa motif ekonomi tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dengan melakukan mobilitas ke perkotaan terdapat dua harapan yang dimiliki yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan serta harapan memperoleh tingkat upah yang lebih tinggi daripada tingkat upah yang diperoleh di pedesaan, dengan demikian dapat dikatakan mobilitas desa kota mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara desa dan kota. Arah pergerakan penduduk cenderung menuju ke daerah perkotaan yang memiliki kekuatan-kekuatan ekonomi yang lebih besar dari daerah pedesaan dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Migrasi penduduk menyebabkan munculnya permukiman-permukiman kumuh akibat penduduk desa yang bermukim di kota serta menetap di perkotaan (Abbass, 2016). Hasil penelitian Miriam, et.al (2014) menunjukkan bahwa kebanyakan pelaku mobilitas didominasi oleh penduduk laki-laki. Kesenjangan sosial ekonomi merupakan pokok permasalahan dalam mobilitas penduduk, dimana akan muncul permasalahan baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan masalah yang relatif beragam. Salah satu permasalahan yang muncul dalam hal ini adalah banyaknya penduduk yang melakukan mobilitas ulang-alik atau commuting. Seseorang yang melakukan mobilitas ulang-alik memutuskan untuk bekerja ke kota disebabkan kondisi sosial dan ekonomi yang tidak dapat mencukupi biaya hidup sehari-hari. Peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang baik maka akan mendorong seseorang untuk memilih bekerja ke kota dan melakukan mobilitas ulang-alik (Indriani, 2010). 11

Menurut Furqon (1988) dalam Rizal (2006) yang menjelaskan tentang kegiatan perekonomian di Indonesia cenderung terpusat di daerah perkotaan, sehingga mengakibatkan di daerah kota-kota besar yang menjadi daerah tujuan untuk melakukan mobilitas permanen ataupun non permanen yang mengakibatkan terjadinya penghambatan pada daerah sekitar kota tersebut. Permasalahan yang akan muncul dari adanya mobilitas penduduk ini yaitu menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lapangan pekerjaan di perkotaan dan mempengaruhi pasar tenaga kerja, hal tersebut tentunya akan mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang potensial di pedesaan, menghambat pembangunan di pedesaan, dan akan menciptakan permukiman kumuh di perkotaan (Rustariyuni, 2013). Penduduk desa yang bekerja di kota saat ini sangat banyak ditemukan tetapi gerak penduduknya hanya dalam batasan satu hari saja kemudian kembali ke daerah asalnya di desa atau yang disebut dengan mobilitas ulang-alik. Kebanyakan penduduk yang ada di desa memilih untuk bekerja di kota dengan tidak menetap, faktor-faktor yang mempengaruhi alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting) ini sangat banyak dan sangat kompleks. Hal tersebut dikarenakan proses mobilitas menyangkut tentang individual dengan karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan, dan demografi. Tekanan ekonomi, kebutuhan akan pendidikan, serta infrastruktur desa merupakan faktor dominan yang meningkatkan arus mobilitas dari desa ke kota (Sudibia, 2007). Mobilitas yang berasal dari daerah yang kelebihan tenaga kerja serta mempunyai penghasilan yang rendah menuju ke daerah yang kekurangan tenaga kerja dan mempunyai penghasilan yang tinggi, sehingga tingkat upah dapat 12

membantu meningkatkan kesejahteraan penduduk. Perbedaan tingkat upah antara di desa dan di kota mendorong masyarakat melakukan mobilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beragam, karena di daerah perkotaan memberikan penghasilan yang lebih tinggi daripada di daerah pedesaan sehingga penduduk desa akan memilih untuk melakukan mobilitas (Syamsiyah, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shivashankara dan Siddegowda (2010) yang menyatakan bahwa migrasi sangat berhubungan dengan pendapatan serta lingkungan disekitarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasyasya dan Setiawan (2012), Hutomo (2015), Indriani (2010), Ofuoku dan Chukwuji (2012), Purnomo (2009), serta Rustariyuni (2013) menyatakan bahwa variabel tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan seseorang untuk melakukan mobilitas non permanen. Hal tersebut dikarenakan seseorang melakukan mobilitas ingin bekerja dengan pendapatan yang tinggi dibandingkan jika bekerja di daerah asal, dengan adanya selisih pendapatan di desa dengan di kota membuat seseorang terdorong untuk melakukan mobilitas. Pendidikan yang ditamatkan juga berpengaruh terhadap alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting) karena dengan pendidikan yang telah ditamatkan maka seseorang akan mengharapkan upah, pekerjaan, dan fasilitas yang sesuai dengan pendidikannya (Syamsiyah, 2015). Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan seseorang maka kemungkinan besar akan melakukan mobilitas baik itu non permanen ataupun permanen (Hasyasya dan Setiawan, 2012). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Abidin (2013), Agustina dan Yasa (2013), Hasyasya dan Setiawan (2012), Hutomo (2015), Indriani (2010), 13

Rustariyuni (2013), Shidiq dan Nihayah (2016), serta Syamsiyah (2015) menyatakan bahwa variabel pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan seseorang dalam melakukan mobilitas non permanen. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki probabilitas untuk melakukan mobilitas yang lebih besar. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ikramullah, et.al (2011) mengemukakan hasil analisis empirisnya yang menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan positif dan signifikan. Penduduk yang melakukan mobilitas cenderung memilih untuk bekerja ke daerah tujuan dengan jarak yang dekat dan melakukan mobilitas non permanen yaitu mobilitas ulang-alik. Seorang yang melakukan mobilitas ulang-alik lebih memperhitungkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan, seperti biaya untuk tinggal di daerah tujuan. Jarak tempuh yang dekat antara tempat tinggal dengan tempat kerja, fasilitas serta infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan niat seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik (Syamsiyah, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2010) dan Syamsiyah (2015) bahwa variabel jarak tempuh berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan seseorang untuk melakukan mobilitas non permanen. Hal tersebut dikarenakan jarak yang dekat dengan tempat kerja seseorang dapat memudahkan seseorang dalam melakukan mobilitas. Alasan tersebut yang membuat pelaku mobilitas lebih memilih untuk melakukan mobilitas ulang-alik. Umur atau usia seseorang merupakan salah satu penentu dalam alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting). Seorang lansia 14

cenderung tidak melakukan mobilitas karena lansia memikirkan biaya psikis yang dikeluarkan, tetapi berbanding terbalik dengan penduduk yang berusia produktif (Abidin, 2013). Kebanyakan penduduk yang melakukan mobilitas ulang-alik di dominasi oleh penduduk usia produktif (Syamsiyah, 2015). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Abidin (2013), Agustina dan Yasa (2013), Hasyasya dan Setiawan (2012), Indriani (2010), Purnomo (2009), serta Syamsiyah (2015) menyatakan bahwa variabel umur berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan seseorang untuk melakukan mobilitas non permanen. Hal tersebut dikarenakan umur menjadi penentu dalam probabilitas tenaga kerja melakukan mobilitas karena penduduk usia produktif lebih banyak melakukan mobilitas ulang-alik didukung oleh fisik yang masih kuat dan produktivitas dalam bekerja masih sangat baik, semakin bertambahnya umur seseorang maka akan semakin kecil probabilitas untuk melakukan mobilitas khususnya mobilitas ulangalik (Hasyasya dan Setiawan, 2012). Faktor budaya di Bali memiliki pengaruh yang sangat erat dengan mobilitas, salah satunya adalah keikutsertaan masyarakatnya dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desanya. Faktor kegiatan adat merupakan salah satu alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik, selain itu kegiatan adat juga memiliki pengaruh terhadap jam kerja seseorang karena seseorang yang melakukan mobilitas harus membagi waktunya untuk bekerja dan berpartisipasi dalam kegiatan adat di lingkungan tempat tinggalnya agar tidak merasa dikucilkan oleh masyarakat setempat (Mayaswari dan Yasa, 2015). Keterlibatan seseorang dalam bekerja dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarganya, tetapi menyebabkan 15

waktu yang dicurahkan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan adat yang ada di lingkungannya semakin berkurang (Kurniawati dan Sudiana, 2015). Hasil penelitian mengenai variabel kegiatan adat yang telah diteliti oleh Kurniawati dan Sudiana (2015) menyatakan bahwa intensitas adat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga karena waktu yang digunakan untuk bekerja harus terpotong untuk berkontribusi di kegiatan adat sehingga membuat penurunan pendapatan yang didapatkan. Penelitian selanjutnya telah diteliti oleh Marhaeni (1992), Mayaswari dan Yasa (2015), dan Saskara, dkk (2012) menyatakan bahwa variabel kegiatan adat atau faktor budaya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi waktu dalam bekerja serta dalam perekonomiannya. Keterkaitan antara kegiatan adat dengan alokasi waktu seseorang dalam bekerja serta dalam perekonomiannya akan mempengaruhi niatan seseorang dalam melakukan mobilitas dimana masyarakatnya harus memilih untuk tetap tinggal di daerah asal atau meninggalkan daerah asalnya, sehingga dapat dikatakan faktor budaya merupakan faktor pengikat dalam melakukan mobilitas. Terdapat beberapa faktor dalam mobilitas penduduk yang mendorong dan faktor yang menjadi penghambat seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik, faktor-faktor tersebut disebut kekuatan sentripetal dan kekuatan sentrifugal, dimana kekuatan sentripetal merupakan kekuatan yang bersifat mengikat seseorang untuk tetap tinggal di daerah asalnya, sedangkan kekuatan sentrifugal merupakan kekuatan yang bersifat mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya. Kekuatan sentripetal diantaranya yaitu terikat karena tanah warisan, menunggu orang tua sudah lanjut usia, dan juga karena daerah asal. Kekuatan sentrifugal 16

diantaranya yaitu terkait terbatasnya lapangan pekerjaan dan terbatasnya fasilitas pendidikan (Sudibia, 2007). Dampak mobilitas ulang-alik secara umum yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi di dalam keluarga pelaku mobilitas ulang-alik tersebut, karena upah yang di dapatkan seorang pelaku mobilitas ulang-alik ini digunakan untuk memenuhi kebutuhannya di desa, pelaku-pelaku mobilitas ulang-alik menggunakan upah atau tingkat upah yang dimiliki untuk berinvestasi misalnya seperti membeli tanah, membeli hewan ternak, dan juga membangun usaha baru. Penghasilan yang diperoleh pelaku mobilitas ulang-alik ini merupakan dampak yang diharapkan oleh pelaku-pelaku mobilitas ulang-alik, karena akan membawa dampak pada kehidupan sosialnya (Sudibia, 2007). Gerak dari mobilitas ulang-alik merupakan salah satu bentuk adanya keterkaitan antara daerah pedesaan dengan perkotaan yang telah membawa arus informasi ataupun inovasi-inovasi yang ada di daerah perkotaan sehingga mampu mengubah daerah pedesaan untuk lebih maju dan sejahtera. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dapat dilihat jumlah penduduk migran di Provinsi Bali berdasarkan wilayah tahun 2010. Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk Migran di Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah Tahun 2010 17

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2016 Migran 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jembr Taban Badun Gianya Klungk Bangli Karang Bulele Denpa ana an g r ung asem ng sar Migran 33.013 50.71 209.061 60.815 13.514 8.364 12.162 36.317 415.417 Gambar 1.1 terlihat bahwa Kota Denpasar dan Kabupaten Badung merupakan daerah yang paling banyak diminati oleh para pelaku migrasi untuk melakukan mobilitas, dimana jumlah migrasi tertinggi sebesar 415.417 jiwa di Kota Denpasar, sedangkan di Kabupaten Badung sebesar 209.061 jiwa. Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Provinsi Bali dengan pelayanan publik yang lengkap, fasilitas, dan prasarana yang lebih memadai dibandingkan daerah lainnya, sedangkan Kabupaten Badung merupakan daerah pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun internasional disamping itu perkembangan ekonomi di daerah tersebut sudah sangat pesat sehingga banyak masyarakat yang bermigrasi ke daerah tersebut untuk mencari pekerjaan. Urutan ketiga yaitu Kabupaten Gianyar dengan jumlah penduduk migran sebesar 60.815 jiwa hal tersebut karena Kabupaten Gianyar dikenal sebagai kota seni dan ukir, perkembangan ekonomi di Kabupaten Gianyar juga sudah cukup meningkat dilihat dari obyek pariwisatanya di kawasan Ubud yang semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik ataupun internasional. Kabupaten Tabanan berada pada urutan keempat yaitu sebesar 50.710 jiwa penduduk yang melakukan migran hal tersebut dikarenakan mayoritas 18

penduduknya bekerja sebagai petani sehingga Kabupaten Tabanan dikenal dengan sebutan lumbung padi Bali, tetapi pekerjaan sebagai petani membuat pendapatan yang dihasilkan kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan demikian banyak penduduk yang melakukan mobilitas. Berikut ini disajikan tabel mengenai laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Tabanan berdasarkan Kecamatan. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Tabanan (jiwa) Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan 2010 2015 Penduduk (%) Selemadeg 19,27 19,59 0,328 Selemadeg Timur 21,14 21,47 0,308 Selemadeg Barat 18,77 19,27 0,523 Kerambitan 37,68 38,66 0,516 Tabanan 70,54 73,37 0,789 Kediri 84,04 90,67 1,530 Marga 40,18 41,46 0,630 Baturiti 46,33 47,86 0,651 Penebel 44,09 44,59 0,227 Pupuan 38,32 38,96 0,331 Kab. Tabanan 420,37 435,90 0,728 Sumber: BPS Kabupaten Tabanan, 2015 Tabel 1.1 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kediri memiliki angka tertinggi yaitu sebesar 1,530 persen, hal tersebut dikarenakan letak geografis Kecamatan Kediri berdekatan dengan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung sehingga banyak masyarakat yang melakukan mobilitas. Dampak yang akan terjadi dari adanya kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan Kediri yaitu mengakibatkan penduduk yang menganggur dan memunculkan perkumpulan masyarakat yang nantinya akan meresahkan warga di sekitarnya. 19

Desa Pandak Gede terletak di Kabupaten Tabanan Kecamatan Kediri dengan permasalahan yang muncul di Desa Pandak Gede ini yaitu lahan pertanian yang semakin menyempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat serta banyaknya pembangunan yang dilakukan di Desa Pandak Gede menyebabkan menyempitnya lahan pertanian sehingga lapangan pekerjaan di bidang pertanian akan semakin berkurang yang tentunya akan menyebabkan produktivitas sektor pertanian semakin menurun, hal tersebut mengakibatkan sektor pertanian menjadi tidak produktif, sehingga peluang kerja di Desa Pandak Gede semakin sempit dan mendorong penduduknya untuk mencari pekerjaan di sektor lain yang ada di perkotaan. Lapangan pekerjaan yang ada di Desa Pandak Gede juga tidak mampu menampung angkatan kerja yang ada di desa tersebut, kemudian faktor lain yang mendorong penduduk Desa Pandak Gede melakukan mobilitas yaitu faktor ekonomi yang paling dominan serta fasilitas di Desa Pandak Gede yang kurang memadai seperti pada bidang pendidikan. Berdasarkan hasil rekapitulasi jumlah penduduk Desa Pandak Gede pada September 2016 terdapat 8 Banjar Dinas yang diantaranya adalah Banjar Dinas Batan Poh, Banjar Dinas Pangkung, Banjar Dinas Saba, Banjar Dinas Belatung, Banjar Dinas Panti, Banjar Dinas Tamansari, Banjar Dinas Kebon, dan Banjar Dinas Pasti. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai rincian dari hasil rekapitulasi jumlah penduduk di Desa Pandak Gede. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk di Desa Pandak Gede (jiwa) Nama Banjar Dinas Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Banjar Dinas Batan Poh 516 518 1.034 Banjar Dinas Pangkung 329 315 644 20

Banjar Dinas Saba 254 256 510 Banjar Dinas Belatung 260 274 534 Banjar Dinas Panti 334 335 669 Banjar Dinas Tamansari 423 446 869 Banjar Dinas Kebon 622 662 1.284 Banjar Dinas Pasti 196 214 411 Jumlah 2.934 3.019 5.955 Sumber: Kepala Desa Pandak Gede, 2016 Tabel 1.2 terlihat bahwa jumlah penduduk di Desa Pandak Gede sebesar 5.955 jiwa anggota keluarga yang terdiri dari 2.934 jiwa penduduk laki-laki dan 3.019 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk tertinggi ada di Banjar Dinas Kebon sebesar 1.284 jiwa dan jumlah penduduk terendah ada di Banjar Dinas Pasti sebesar 411 jiwa. Hal tersebut dapat disebabkan karena angka harapan hidup di Banjar Dinas Kebon tinggi sehingga menyebabkan jumlah penduduknya tinggi, begitu pula sebaliknya jumlah penduduk di Banjar Dinas Pasti rendah karena disebabkan oleh angka harapan hidup yang rendah. Banyak masyarakat di Desa Pandak Gede yang cenderung melakukan mobilitas ulang-alik, karena kondisi desa ini sangat berperan dalam memotivasi masyarakatnya untuk melakukan mobilitas. Berikut ini adalah data mengenai jumlah penduduk di Desa Pandak Gede yang melakukan mobilitas ulang-alik berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kelian Dinas Desa Pandak Gede. Tabel 1.3 Jumlah Pelaku Mobilitas Ulang-Alik di Desa Pandak Gede Berdasarkan Banjar Dinas (jiwa) Nama Banjar Dinas Jumlah Pelaku Mobilitas Ulang-Alik Banjar Dinas Batan Poh 65 Banjar Dinas Pangkung 53 Banjar Dinas Saba 39 Banjar Dinas Belatung 45 Banjar Dinas Panti 30 Banjar Dinas Tamansari 54 21

Banjar Dinas Kebon 33 Banjar Dinas Pasti 35 Jumlah 354 Sumber: Kelian Dinas Desa Pandak Gede, 2016 Dilihat dari Tabel 1.3 bahwa sebanyak 354 jiwa penduduk adalah pelaku mobilitas ulang-alik, maka dapat dikatakan bahwa banyak penduduk Desa Pandak Gede memilih untuk mencari pekerjaan ke luar daerah asalnya dengan berbagai faktor yang mendorong, adanya fenomena tentang banyaknya penduduk yang melakukan mobilitas terjadi karena adanya keterkaitan antara harapan hidup untuk mendapatkan pekerjaan dengan tingkat upah yang baik semakin meningkat, tetapi dengan semakin sempitnya lahan pertanian dan kesempatan kerja di pedesaan membuat penduduk desa memilih untuk melakukan mobilitas ulang-alik (Indriani, 2010). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting)? 2. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting)? 3. Bagaimana pengaruh jarak tempuh terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting)? 4. Bagaimana pengaruh umur terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting)? 22

5. Bagaimana pengaruh kegiatan adat terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting)? 1.3 Tujuan Penelitian Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat upah terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting). 2. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting). 3. Untuk menganalisis pengaruh jarak tempuh terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting). 4. Untuk menganalisis pengaruh umur terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting). 5. Untuk menganalisis pengaruh kegiatan adat terhadap alasan masyarakat Desa Pandak Gede untuk melakukan mobilitas ulang-alik (commuting). 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, referensi, dan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan mobilitas penduduk terutama faktor-faktor yang mendorong alasan seseorang untuk melakukan mobilitas ulang-alik dengan variabel-variabel yang mempengaruhi sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan. 2. Kegunaan Praktis 23

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penyelesaian masalah mengenai kasus banyaknya penduduk Desa Pandak Gede yang melakukan mobilitas ulang-alik yang didorong oleh faktor ekonomi dan non ekonomi serta mampu mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat dari adanya pembagian waktu untuk bekerja dan berkontribusi dalam kegiatan adat. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan bab secara sistematis, sehingga antara bab yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan hal-hal yang menyangkut pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini membahas teori, konsep, dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, serta kegiatan adat. Bab ini juga akan membahas mengenai konsep mobilitas penduduk, mobilitas ulang-alik, teori-teori migrasi menurut para ahli, hubungan antara variabel bebas dan terikat, dan rumusan hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari rumusan masalah yang sesuai dengan landasan teori. Bab III Metode Penelitian 24

Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian baik dalam mencari data maupun menganalisa data. Bab ini terdiri dari uraian tentang desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang gambaran umum masing-masing variabel dan mendeskripsikan hasil analisis uji binary logistic regression. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat kesimpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dipandang perlu dan relevan atas simpulan yang dikemukakan. 25