BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi yang turut

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berpengaruh pada pola makan dan pemilihan makanan serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berbagai macam variasi, baik warna, bahan baku, maupun flavor. Bahan utama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan gigi

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan yang diperoleh dari kelenjar susu baik dari binatang maupun seorang ibu. Air susu ibu biasa dikenal dengan ASI. Susu hewan seperti sapi, kambing, dan lain-lain atau yang berasal dari tumbuhan seperti kedelai disebut Pengganti Air Susu Ibu (PASI). Pada umumnya susu dalam kehidupan sehari-hari yang dimaksud adalah susu sapi. ASI maupun susu sapi mengandung gula khusus yang disebut laktosa. Jenis gula ini hanya terdapat pada susu. Laktosa dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase di dalam saluran pencernaan (Sediaoetama, 2004). Susu merupakan sumber protein yang sangat baik untuk pertumbuhan. Susu mengandung cairan dengan gizi yang kompleks. Kalsium, fosfat, laktosa, kasein dan lemak dapat melindungi gigi dari karies. Laktosa merupakan tambahan konten dari susu yang berpotensi kariogenik. Sifat kariogenik pada susu tidak dapat muncul menjadi karies 7

8 apabila tidak adanya bottle mouth yang memungkinkan mikroorganisme pada plak terus memfermentasi laktosa (Aimutis, 2015). Unsur-unsur yang terkandung di dalam susu sebagian besar merupakan media yang tepat bagi pertumbuhan bakteri dan mikroba, maka susu sangat mudah mengalami kerusakan sehingga tempat dan suhu penyimpanan merupakan faktor yang penting untuk mempertahankan kondisi susu dan unsur-unsur di dalamnya selama penyimpanan(fithria, Suprijono, & Hariono, 2010). Susu tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari susu bubuk yang dilarutkan, susu cair (UHT) dan susu kental manis yang telah ditambahkan air. Berikut ini merupakan beberapa bentuk sediaan susu yang banyak dijual di pasaran: a. Susu Bubuk Susu bubuk didapat dengan pengeringan susu segar sehingga hanya tertinggal komponen padat dari kandungan susu tersebut. Pada umumnya kandungan susu yang tersisa hanya 14% dari total seluruhnya. Proses pengeringan yang dilakukan akan terjadi perubahan atau kerusakan pada beberapa kandungan gizi pada susu seperti vitamin A dan vitamin B-kompleks. Dalam kemasan susu bubuk yang dijual dipasaran biasanya ditambahkan beberapa zat gizi untuk menutupi kandungan yang rusak tersebut (Sediaoetama, 2004).

9 b. Susu cair (UHT) Susu cair (UHT) berasal dari susu segar yang mengalami proses pasteurisasi yang bertujuan membunuh mikroorganisme (SNI, 1998). Susu cair (UHT) yang dijual dipasaran biasanya disediakan dalam bentuk kemasan kotak yang dapat langsung diminum. Susu jenis ini tersedia dalam berbagai varian rasa seperti cokelat, vanila dan stroberi. Rasa dari susu tersebut ditambahkan dari ekstrak buah esensial. Susu cair ini juga ditambahkan zat pewarna sehingga tampak menarik. Rasa dari susu jenis ini manis karena ada tambahan gula di dalamnya (Sediaoetama, 2004). c. Susu kental manis Susu kental manis berasal dari susu segar yang mengalami pasteurisasi kemudian diuapkan yang bertujuan untuk memekatkan (SNI, 1998). Jenis susu ini biasanya dikemas dalam bentuk kaleng. Susu kental manis didapat dengan menguapkan sebagian air dari susu segar. Susu kental manis dicirikan dengan penambahan gula untuk memelihara rasa manis tetap ada setelah penguapan. Susu jenis ini memiliki rasa yang sangat manis dibandingkan bentuk sediaan susu yang lainnya sehingga kandungan energi dan glukosa yang dimiliki sangat tinggi. Susu ini tidak dianjurkan untuk bayi, namun dapat dikonsumsi oleh anak-anak (Sediaoetama, 2004).

10 2. Gigi Desidui a. Definisi Gigi Desidui Desidui berasal dari bahasa latin decider yang berarti tunggal atau lepas seperti dedaunan pada pohon deciduous. Gigi desidui dapat didefinisikan sebagai gigi yang nantinya akan lepas dan digantikan oleh gigi dewasa atau gigi permanen. Beberapa orang tua kurang memperhatikan kesehatan gigi pada anak mereka dikarenakan menganggap gigi desidui adalah gigi sementara yang nanti akan ada penggantinya (Scheid, 2012). b. Fungsi Gigi Desidui Gigi desidui sangat penting karena merupakan satu-satunya gigi yang dimiliki oleh anak sampai mereka berusia kurang lebih enam tahun. Gigi desidui memiliki peran sebagai penyimpanan ruang untuk erupsi gigi permanen yang dapat memastikan deretan, jarak antar gigi dan oklusi yang tepat (Rusepno, 2005). Gigi desidui berfungsi untuk mastikasi, vonasi, estetika dan pendukung jaringan periodontal. Pertumbuhan dan perawatan yang baik pada gigi desidui merupakan awal yang baik pada pertumbuhan dan perjalanan hidup gigi permanen. Gigi desidui yang tanggal sebelum waktunya dapat berakibat buruk pada keselarasan dan deformitas gigi permanen sehingga terbesit di benak kita untuk selalu menjaga dan mempertahankan gigi desidui dari kerusakan bahkan dari karies sekalipun (Scheid, 2012).

11 c. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui memiliki struktur terluar mulai dari email, dentin, jaringan pulpa dan sementum. Gigi desidui ditandai dengan ukurannya yang kecil dan warnanya yang lebih putih apabila dibandingkan dengan gigi permanen. Email gigi desidui memiliki jaringan yang tipis sehingga lebih permeabel dan lebih mudah terabrasi. Ketebalan email gigi desidui lebih konsisten dan lebih tipis yaitu 0,5 mm sampai 1,00 mm (Van Beek, 1996). Lapisan di bawah email gigi adalah dentin. Dentin mengandung bahan anorganik hidroksiapatit tidak sebanyak email yaitu hanya 47% dan bahan organik yaitu kolagen sebanyak 33%. Dentin juga mengandung komponen air sebanyak 20% (Magalhaes, 2009). d. Pola Erupsi Benih gigi mulai terbentuk pada trimester kedua masa kehamilan. Benih dari tiap gigi akan terus bergerak keluar dari rahang sampai tumbuh sempurna. Gigi desidui regio mandibula pada umumnya muncul lebih awal dari pada gigi desidui regio maxilla dan pada wanita biasanya lebih cepat erupsi dibandingkan laki-laki (Segura, 2009). Mahkota pada benih gigi yang mulai erupsi akan menembus mukosa mulut. Mukosa tersebut akan mengalami peradangan karena robeknya jaringan yang tertembus oleh gigi yang erupsi. Jaringan yang sobek akan meyusun diri sedemikian rupa di sekitar gigi dan akhirnya membentuk gingival (Rusepno, 2005).

12 Tabel 1. Pola erupsi gigi desidui menurut Segura (2009) Gigi Desidui Erupsi Pelepasan Maksila Mandibula Maksila Mandibula Insisivus Sentral 8-12 bulan 6-10 bulan 7-8 tahun 6-7 tahun Insisivus Lateral 9-13 bulan 10-16 bulan 8-9 tahun 7-8 tahun Kaninus 16-22 bulan 17-23 bulan 11-12 tahun 9-11 tahun Molar I 13-19 bulan 14-18 bulan 10-11 tahun 10-12 tahun Molar II 25-33 bulan 23-31 Bulan 10-12 tahun 11-12 ahun 3. Kekerasan Email a. Definisi kekesaran email Gigi terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan keras mengandung bahan anorganik lebih banyak dibandingkan bahan organik. Bahan anorganik terdiri dari kandungan kapur dan mineral dalam bentuk kristal hidroksiapatit dan kalsium fosfat sebanyak 96% (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) dan kandungan organik sebanyak 4%. Hidroksiapatit dapat berbentuk kristal yang disusun dalam prisma email gigi dengan ph > 4,5. Gigi dengan kondisi asam dapat membuat email gigi mengalami perlunakan, bahkan bila berlangsung terus-menerus email tersebut akan larut (Magalhaes, 2009). Kandungan ph yang rendah mengakibatkan penurunan kekerasan email gigi meskipun kandungan kalsium, fosfat, dan fluorida dapat mengurangi proses demineralisasi pada waktu tertentu (Fadhilah, 2012). Kekuatan jaringan keras tubuh seperti email gigi sepenuhnya tergantung pada komposisinya. Kalsium fosfat membuat struktur email menjadi keras karena membentuk kristal-kristal yang menyusun matriks gigi. Proses pembentukan senyawa kalsium fosfat menjadi kristal apatit

13 berlangsung sejak periode prenatal sampai periode anak-anak. Matriks gigi mampu menarik dan mengorganisasi ion-ion kalsium dan fosfat membentuk satu fase mineral yang terstruktur dan stabil. Kekerasan email terbentuk karena interaksi antara proses pembentukan matriks dan proses mineralisasi (Nanci, 2003). Kekerasan merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi tekan. Deformasi ini dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan plastis. Deformasi elastis terjadi pada permukaan yang keras, sedangkan deformasi plastis terjadi pada permukaan yang lunak. Efek dari deformasi tersebut tergantung pada kekerasan permukaan material. (Anusavice, 2003). b. Alat pengukur kekerasan Micro Vickers Hardness Tester merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan mikro. Pengukuran kekerasan email pada permukaan gigi dilakukan sebelum dan sesudah perendaman. Kekerasan material memberikan sebuah indikasi terhadap resistensi pada suatu benda untuk diukur kekerasannya. Nilai kekerasan dapat diukur dari tingkat kekerasannya dan tergantung pada metode yang digunakan. Nilai kekerasan yang tinggi menunjukkan material kuat dan nilai rendah menunjukkan jenis material yang lunak (Powers & Sakaguchi, 2006). Philip dalam Amelia (2008), menyatakan bahwa untuk mengukur kekerasan suatu benda keras dengan ukuran mikron dapat digunakan alat

14 yang disebut Micro Vickers Hardness Tester yang menggunakan metode Vickers dengan satuan Vickers Hardness Number (VHN). Micro Vickers Hardness Tester ini dilengkapi sebuah mata uji berupa intan dalam bentuk square di dasar piramida, bekas yang di timbulkan berupa cekungan trapesium dengan garis diagonal pada cekungan. Cekungan tersebut diperoleh dengan menekankan indentor atau alat penguji kekerasan ke suatu bahan pada besar beban yang diketahui dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Combe, 1992). Nilai kekerasannya dinyatakan dengan VHN yakni perbandingan antara beban tekan P (Kg) dengan luas tapak tekan A(mm 2 ), dengan rumus: VHN = (P/ A) Kg / mm2 A= a 2 dimana a = panjang sisi tapak tekan ( mm) a = 2 sin 680 x d A= (2 sin 680 x d ) 2 dimana d = diagonal tapak tekan Jadi VHN = ((1,854 x P) / d 2 ) kg/mm 2

15 B. Landasan Teori Anak terlahir dalam kondisi benih gigi sudah tumbuh dalam rahang. Benih ini akan terus tumbuh seiring berjalannya waktu sampai erupsi mahkota gigi utuh pada tampak klinis. Gigi pertama yang dimiliki oleh anak-anak biasa disebut dengan gigi sulung atau gigi susu atau gigi desidui. Gigi desidui memiliki email yang cenderung lebih tipis apabila dibandingkan dengan gigi permanen. Email mengandung bahan anorganik yaitu hidroksiapatit yang menyebabkan struktur gigi menjadi kuat dan keras. Email gigi desidui yang tipis menunjukkan bahwa kandungan hidroksiapatit tidak sebanyak pada gigi permanen. Kondisi ini menyebabkan gigi desidui rentan terhadap karies. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi yang pada mulanya menyerang email. Karies gigi disebabkan oleh empat faktor yaitu substrat diet, mikroorganisme, host atau gigi dan waktu. Mikroorganisme yang berperan dalam terjadinya karies gigi adalah Streptococcus mutans dan Laktobacillus. Substrat diet mengandung glukosa, apabila berinteraksi dengan mikroorganisme akan menghasilkan asam yang dalam jangka waktu tertentu email gigi akan mengalami proses demineralisasi. Demineralisasi gigi adalah hilangnya beberapa kandungan bahan anorganik. Deminerasisasi yang terjadi terus-menerus akan mempengaruhi kekerasan email gigi. Proses demineralisasi apabila lebih besar dibandingkan dengan proses remineralisasi akan menyebabkan penurunan tingkat kekerasan

16 gigi. Salah satu penyebab demineralisasi gigi adalah makanan dan minuman yang manis seperti susu. Anak-anak suka mengkonsumsi susu. Susu terdiri dari berbagai bentuk sediaan seperti susu bubuk, susu cair (UHT) dan susu kental manis. Masingmasing bentuk sediaan mengandung kadar glukosa yang berbeda-beda. Jumlah kandungan glukosa pada susu dapat mempengaruhi terjadinya karies pada gigi anak.

17 C. Kerangka Konsep Gigi Desidui Email tipis Mudah terdemineralisasi Melibatkan Mikroorganisme Melibatkan Zat Asam Terjadinya Karies Erosi gigi Host Substrat Diet Waktu Kebiasaan Minum Susu Kebiasaan baby bottle saat tidur Susu Bubuk Susu Cair Susu Kental Manis Mengandung 19g/180ml glukosa Mengandung 27g/225ml glukosa Mengandung 20g/140ml glukosa Mempengaruhi Kekerasan email : Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti Gambar 1. Kerangka Konsep

18 D. Hipotesis Bedasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis pada penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu.