BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar, dan lebih kurang 200 km dari Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letaknya berada dekat dengan Sungai Bah Bolon, sebuah sungai yang berhulu di Simalungun melintasi Pematang Siantar dan bermuara di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. Melalui jalan darat, Kota Perdagangan, terletak kira-kira di pertengahan jalan raya Pematang Siantar Lima Puluh Kabupaten Asahan. Tebentuknya Kota Perdagangan berlangsung melalui proses yang panjang. Dari latar belakang sejarah diketahui bahwa dahulunya Perdagangan merupakan daerah pusat pemerintahan dari salah satu kerajaan yang berdiri yakni Kerajaan Bandar. Sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang baru, maka daerah ini dijadikan 1 Kec. Bandar berada diketinggian 82m di atas permukaan air laut dengan luas wilayah 109.18km, memiliki jumlah penduduk 67.276 jiwa, yang terdiri dari 13 nagori/desa: Pematang Kerasahan, Pematang Kerasahan Rejo,Marihat Bandar, Timbaan, Nagori Bandar, Bandar Rakyat, Bandar Pulo, Bandar Jawa, Bah Lias, Parlanaan, Sidotani, Sugarang Bayu, Nagori Perdagangan II, dan 2 kelurahan: Kelurahan Perdagangan I dan Perdagangan III,Batas wilayah : sebelah utara : Kecamatan Bandar Masilam, sebelah Selatan : Kecamatan Hutabayu Raja, sebelah Timur : Kecamatan Bosar Maligas, sebelah Barat : Kecamatan Pematang Bandar. Badan Pusat Statistik Kab.Simalungun, kordinator Statistik Kec.Bandar, Statistik Kec.Bandar Dalam Angka, 2010. tanpa hal.
sebagai tempat pemukiman penduduk namun seiring dengan kedatangan para pengusaha Barat yang diboncengi oleh pemerintah Hindia Belanda maka daerah ini lama kelamaan menjadi ramai, hingga akhirnya dijadikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Ibukota distrik bandar hal ini erat dengan posisinya yang terletak di tepi Sungai Bah Bolon, tempat penduduk sekitar melakukan aktivitas perdagangan. Sebelum ekspansi onderneming memang sungai merupakan rute lalu lintas utama, termasuk kegiatan perdagangan dan aktivitas ekspor-impor 2. Perkembangan Perdagangan juga dipengaruhi oleh letak Kota Perdagangan yang strategis, khususnya terkait dengan aktivitas ekonomi di sepanjang aliran Sungai Bah Bolon. Ketika jalan raya dan kereta api dibangun, terutama sehubungan dengan perkembangan perkebunan di sekitar awal abad ke-20, peranan Kota Perdagangan sebagai pusat aktivitas penduduk di daerah ini nampaknya tidak berkurang. Perubahan rute lalu lintas utama, dari sungai ke lalu lintas darat, sedikit banyak tentu mempengaruhi peran Sungai Bah Bolon sebagai rute lalu lintas orang dan perdagangan. Pembangunan jalan raya Pematang Siantar Lima Puluh, dan pembangunan stasiun kereta api di Perlanaan, sekitar 20 km arah Timur dari Kota Perdagangan, yang merupakan salah satu stasiun kereta api kecil rute Medan Tebing Tinggi Tanjung Balai dan Rantau Prapat mengakibatkan lalu lintas air berkurang perannya. Meskipun demikian, peran Kota Perdagangan yang terletak di Sungai Bah Bolon dan dilintasi jalan raya Pematang Siantar Lima Puluh, tetap saja penting sebagai pelayan dan penyedia kebutuhan masyarakat, terutama dari 2 Edi Sumarno, Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur pada Periode Kolonial, dalam Historisme No. 22, Agustus 2006.
banyaknya perkebunan yang dibuka di sekitarnya. Kota ini kemudian menjadi pusat (center) yang melingkupi wilayah sekitar (periphery), baik dari penduduk lokal/pribumi, dan terutama bagi perkebunan dan masyarakat perkebunan. Sejak saat itu, hingga kini, peran Kota Perdagangan tetap menjadi pusat aktivitas masyarakat yang ada di sekitarnya 3. Hingga kini, nama Perdagangan digunakan untuk tiga wilayah administratif setingkat desa/kelurahan, yakni Kelurahan Perdagangan I, Nagori Perdagangan II, dan Kelurahan Perdagangan III. Sebelum tahun 1999, nama Perdagangan hanya digunakan di dua wilayah administratif, yakni Kelurahan Perdagangan dan Desa Perdagangan. Kelurahan Perdagangan terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon, sedangkan Desa Perdagangan di sisi Selatan. Kelurahan Perdagangan III sendiri sebenarnya merupakan hasil bentukan pemekaran Kelurahan Perdagangan I di tahun 1999 4. Oleh sebab itu, saat ini Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III terletak di sisi Utara, dan Nagori Perdagangan berada di sisi Selatan Sungai Bah Bolon. Untuk mengidentifikasikan sesungguhnya wilayah mana yang disebut Kota Perdagangan. Bagi penduduk sekitar, penyebutan Kota Perdagangan, berarti meliputi ketiga wilayah administratif, termasuk di dalamnya Nagori atau sebelumnya Desa Perdagangan 5. Hal ini dikarenakan, selain ketiganya menggunakan nama Perdagangan, juga karena sentral aktivitas meliputi ketiga wilayah, meskipun tetap 3 Wawancara, Edward Situmorang, Busro Harahap, Roswardyah, Senin 24 Januari 2011, Di Kantor Kecamatan Bandar. 4 Wawancara, P. Silalahi, Rabu 15 Desember 2010, Di Kantor Kecamatan Bandar 5 Wawancara, T. Situmorang, S. Pasaribu, Choirullah Nasution, S. Manik, 27-28 Januari 2011, Di kota Perdagangan.
saja Kelurahan Perdagangan I menjadi inti Kota Perdagangan. Meskipun demikian, pengertian kota secara sosiologis dan ekonomis ini, mungkin lebih baik diartikan melalui perspektif administratif. Berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni berdasarkan pasal 1 huruf n Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa kota kecamatan harus berbentuk kelurahan, bukan desa. Berdasarkan perspektif ini, maka yang dimaksudkan dengan Kota Perdagangan adalah Kelurahan Perdagangan (periode 1980-1999), yang kemudian dimekarkan di tahun 1999 menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Penelitian ini akan membicarakan permasalahan di sekitar perkembangan Kota Perdagangan, dalam perspektif administratif, yakni Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999, saat kelurahan ini belum dimekarkan. Tentu saja, terdapat berbagai alasan mengapa Kelurahan Perdagangan harus dimekarkan, baik karena alasan yang sifatnya ekologis, ekonomis, sosiologis, maupun administratif. Oleh karena itu, dapat dikatakan, fokus dari penelitian ini berkisar di seputar masalah perkembangan kota, terutama berkaitan dengan pemekaran yang terjadi. Pemilihan tahun 1980 didasarkan pada kenyataan karena saat itulah terjadi perubahan status Desa Perdagangan yang dirubah menjadi Kelurahan Perdagangan yang terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon dan yang di seberangnya tetap menyandang status desa. Sementara itu, tahun 1999, karena saat itulah Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Meskipun demikian, mengingat sejarah adalah proses, maka perkembangan kota perdagangan sebelum tahun 1980 juga dipandang perlu untuk dideskripsikan. Dengan cara itu, terlihat kondisi kota ini untuk masa sebelumnya, sehingga akan nampak
perkembangan di masa sesudahnya. Di sisi lain, mengingat perkembangan sebuah kota sangat dipengaruhi oleh wilayah penyangganya, maka tidak bisa tidak, pembahasan juga akan meluas ke perkembangan wilayah sekitarnya. Dengan cara itu, diharapkan, penjelasan di sekitar perkembangan kota Perdagangan akan menjadi lebih sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan diberi judul, Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun, 1980-1999. 1.2 Rumusan Masalah Kota merupakan suatu kajian yang sangat menarik, karena kompleksitas permasalahan yang dimilikinya. Dalam wilayah kota semua aspek kehidupan manusia muncul dengan ciri utama kehidupan yang non agraris. Hal ini membedakan dengan daerah bukan kota. Kota merupakan daerah pemukiman yang sifatnya sangat dinamis, dilihat dari segi sosial, kultural, ekonomi, maupun politik. Guna membahas masalah perkembangan Kota Perdagangan selama periode 1980-1999, maka pokok permasalahan ini akan dijabarkan dengan rumusan berikut ini : 1. Bagaimana kondisi Kota Perdagangan sebelum tahun 1980? 2. Perkembangan apa saja yang terjadi atas Kota/Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999? 3. Mengapa Kota/Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian, tentunya mempunyai tujuan dan manfaat yang jelas. Setelah mengetahui akar permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman yang diharapkan dapat berguna demi kepentingan-kepentingan sosial dan ilmu pengetahuan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan kondisi Kota Perdagangan sebelum tahun 1980. 2. Menggambarkan perkembangan yang terjadi atas Kota/Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999? 3. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi alasan dimekarkannya Kota/Kelurahan Perdagangan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Menambah wawasan pembaca mengenai kota Perdagangan (1980-1990) 2. Memberikan informasi mengenai perkembangan dan peranan kota Perdagangan. 3. Menambah literatur dalam penulisan sejarah guna mambuka ruang penulisan sejarah lainnya.
1.4 Tinjauan Pustaka Untuk melakukan kegiatan penulisan, perlu dilakukan telaah pustaka dengan menggunakan buku- buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni: Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980-1999). Telaah pustaka dilakukan dalam rangka mencari data yang objektif dan relevan dengan topik yang akan dibahas. Di samping itu, telaah pustaka juga bertujuan untuk mencari kerangka teoritis yang hendak dipergunakan sebagai acuan penulisan. Buku S. Menno dan Mustamin Alwi, Antropologi Perkotaan (1992) yang dikutip dari buku Koentjaraningrat (Masalah- masalah Pembangunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan, 1982), bahwa bermula dari adanya kota-kota istana, kota pusat keagamaan, dan kota-kota pelabuhan. Dalam buku ini, dijelaskan bahwa kota pelabuhan terdiri dari bagian-bagian tempat tinggal para pengusaha, yang terdekat dengan pelabuhan, dan beberapa perkampungan tempat bermukimnya para pedagang asing, yang terpisah-pisah dan disebut kampung menurut nama negeri asal mereka masing- masing. Seperti halnya kota perdagangan, walaupun letaknya bukan berada persis di muara sungai, namun digunakan oleh para pengusaha untuk bermukim dan melakukan interaksi jual-beli 6. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan kota perdagangan yang awalnya tempat bermukim para pengusaha dan para pedagang Cina, hal ini membuat daerah Perdagangan menjadi ramai dan berkembang menjadi sebuah kota. 6 Wawancara, Iskandar Efendi, 26 Januari 2011, Di Kantor Kelurahan Perdagangan I
Dalam buku DRS. N. Daldjoeni,Seluk Beluk Masyarakat Kota (1982: 143-144) kota diciptakan oleh manusia yang sudah menguasai alam kodrat dengan aneka kemungkinan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini masyarakat kota baik yang tinggal di daerah kota maupun yang tinggal di daerah perkotaan secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam pembentukan karakter kota dan perkembangan kota, hal ini tidak terlepas dari hubungan antara manusia dan daerah tempat tinggalnya yang saling mengisi. Dalam situasi awal peradapan taraf demikianlah lahirlah kota. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan peran masyarakat kota Perdagangan yang tidak terlepas dari peran masyarakat yang bermukim di daerah kota dan perkotaan. Buku Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri, kota diartikan sebagai suatu permukaan wilayah di mana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan administrasi pemerintahan. Dalam buku ini juga disebutkan peran dan fungsi kota dalam pembangunan wilayah. Buku ini membantu penulis dalam penulisan dan pengertian dari peran dan fungsi dari kota Perdagangan dalam pembangunan wilayah dan sebagai penyangga ekonomi dari masyarakat kota perdagangan yakni bahwa peran dan fungsi kota bukan hanya sebagai pusat administratif pemerintahan melainkan mempunyai peranan sebagai penyedia lapangan kerja bagi masyarakat di wilayah-wilayah yang berada di sekitar Kecamatan Bandar.
1.5 Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang lebih ilmiah dilakukan suatu penyusunan metode. Tujuannya agar penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta dapat memahami secara ilmiah objek penelitian yang dimaksud. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian histories sebagai rujukan. Untuk merekontruksi masa lampau pada objek yang akan diteliti, dipakai metode sejarah dengan menggunakan sumber sejarah sebagai bahan penelitian.tahapan pertama yang akan dilakukan adalah 1. Heuristik yakni metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data, faktafakta dan sumber. Sumber lisan yakni berupa wawancara yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tertutup/berstruktur dan wawancara terbuka terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung seperti camat Bandar berserta beberapa staf, dengan para tetua adat dari masyarakat Perdagangan, dan mantan kepala nagori yang dianggap penulis mampu memberikan informasi tentang kota Perdagangan. Sumber tertulis yaitu pengumpulan data-data dan fakta-fakta baik berupa Majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, arsip-arsip dari kelurahan, kecamatan, dan kabupaten dan juga laporan-laporan kolonial yang sesuai dengan objek penelitian. 2. Kritik sumber dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah dikumpulkan untuk mecari keaslian sumber tersebut baik dari segi substansi (isi) maupun materialnya agar menjadi sumber terpilih. Kritik yang dilakukan adalah kritik intern maupun kritik ekstern. Hal ini dilakukan untuk mendapakan kebenaran informasi dari sumber atau data-data yang diperoleh.
3. Interpretasi.dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisa sehingga melahirkan suatu pemahaman baru yang sifatnya objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya data dan fakta yang membuat interpretasi menjadi sangat fital. Keakuratan serta analisa yang tajam perlu dilakukan untuk mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain tahap ini dilakukan sebagai penyimpulan kesaksian atau data yang dapat dipercaya dari data-data yang ada. 4. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan, atau dapat dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penulisan yang diperoleh dari fakta-fakta dilakukan dengan sistematis dan kronologis. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya-karya yang ilmiah dan obyektif..