BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah adalah penulisan tentang kejadian-kejadian pada masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TANJUNG LEBAN KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

Gambar 1 Lokasi Proyek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

UU 48/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 48 TAHUN 1999 (48/1999)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar, dan lebih kurang 200 km dari Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letaknya berada dekat dengan Sungai Bah Bolon, sebuah sungai yang berhulu di Simalungun melintasi Pematang Siantar dan bermuara di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. Melalui jalan darat, Kota Perdagangan, terletak kira-kira di pertengahan jalan raya Pematang Siantar Lima Puluh Kabupaten Asahan. Tebentuknya Kota Perdagangan berlangsung melalui proses yang panjang. Dari latar belakang sejarah diketahui bahwa dahulunya Perdagangan merupakan daerah pusat pemerintahan dari salah satu kerajaan yang berdiri yakni Kerajaan Bandar. Sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang baru, maka daerah ini dijadikan 1 Kec. Bandar berada diketinggian 82m di atas permukaan air laut dengan luas wilayah 109.18km, memiliki jumlah penduduk 67.276 jiwa, yang terdiri dari 13 nagori/desa: Pematang Kerasahan, Pematang Kerasahan Rejo,Marihat Bandar, Timbaan, Nagori Bandar, Bandar Rakyat, Bandar Pulo, Bandar Jawa, Bah Lias, Parlanaan, Sidotani, Sugarang Bayu, Nagori Perdagangan II, dan 2 kelurahan: Kelurahan Perdagangan I dan Perdagangan III,Batas wilayah : sebelah utara : Kecamatan Bandar Masilam, sebelah Selatan : Kecamatan Hutabayu Raja, sebelah Timur : Kecamatan Bosar Maligas, sebelah Barat : Kecamatan Pematang Bandar. Badan Pusat Statistik Kab.Simalungun, kordinator Statistik Kec.Bandar, Statistik Kec.Bandar Dalam Angka, 2010. tanpa hal.

sebagai tempat pemukiman penduduk namun seiring dengan kedatangan para pengusaha Barat yang diboncengi oleh pemerintah Hindia Belanda maka daerah ini lama kelamaan menjadi ramai, hingga akhirnya dijadikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Ibukota distrik bandar hal ini erat dengan posisinya yang terletak di tepi Sungai Bah Bolon, tempat penduduk sekitar melakukan aktivitas perdagangan. Sebelum ekspansi onderneming memang sungai merupakan rute lalu lintas utama, termasuk kegiatan perdagangan dan aktivitas ekspor-impor 2. Perkembangan Perdagangan juga dipengaruhi oleh letak Kota Perdagangan yang strategis, khususnya terkait dengan aktivitas ekonomi di sepanjang aliran Sungai Bah Bolon. Ketika jalan raya dan kereta api dibangun, terutama sehubungan dengan perkembangan perkebunan di sekitar awal abad ke-20, peranan Kota Perdagangan sebagai pusat aktivitas penduduk di daerah ini nampaknya tidak berkurang. Perubahan rute lalu lintas utama, dari sungai ke lalu lintas darat, sedikit banyak tentu mempengaruhi peran Sungai Bah Bolon sebagai rute lalu lintas orang dan perdagangan. Pembangunan jalan raya Pematang Siantar Lima Puluh, dan pembangunan stasiun kereta api di Perlanaan, sekitar 20 km arah Timur dari Kota Perdagangan, yang merupakan salah satu stasiun kereta api kecil rute Medan Tebing Tinggi Tanjung Balai dan Rantau Prapat mengakibatkan lalu lintas air berkurang perannya. Meskipun demikian, peran Kota Perdagangan yang terletak di Sungai Bah Bolon dan dilintasi jalan raya Pematang Siantar Lima Puluh, tetap saja penting sebagai pelayan dan penyedia kebutuhan masyarakat, terutama dari 2 Edi Sumarno, Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur pada Periode Kolonial, dalam Historisme No. 22, Agustus 2006.

banyaknya perkebunan yang dibuka di sekitarnya. Kota ini kemudian menjadi pusat (center) yang melingkupi wilayah sekitar (periphery), baik dari penduduk lokal/pribumi, dan terutama bagi perkebunan dan masyarakat perkebunan. Sejak saat itu, hingga kini, peran Kota Perdagangan tetap menjadi pusat aktivitas masyarakat yang ada di sekitarnya 3. Hingga kini, nama Perdagangan digunakan untuk tiga wilayah administratif setingkat desa/kelurahan, yakni Kelurahan Perdagangan I, Nagori Perdagangan II, dan Kelurahan Perdagangan III. Sebelum tahun 1999, nama Perdagangan hanya digunakan di dua wilayah administratif, yakni Kelurahan Perdagangan dan Desa Perdagangan. Kelurahan Perdagangan terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon, sedangkan Desa Perdagangan di sisi Selatan. Kelurahan Perdagangan III sendiri sebenarnya merupakan hasil bentukan pemekaran Kelurahan Perdagangan I di tahun 1999 4. Oleh sebab itu, saat ini Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III terletak di sisi Utara, dan Nagori Perdagangan berada di sisi Selatan Sungai Bah Bolon. Untuk mengidentifikasikan sesungguhnya wilayah mana yang disebut Kota Perdagangan. Bagi penduduk sekitar, penyebutan Kota Perdagangan, berarti meliputi ketiga wilayah administratif, termasuk di dalamnya Nagori atau sebelumnya Desa Perdagangan 5. Hal ini dikarenakan, selain ketiganya menggunakan nama Perdagangan, juga karena sentral aktivitas meliputi ketiga wilayah, meskipun tetap 3 Wawancara, Edward Situmorang, Busro Harahap, Roswardyah, Senin 24 Januari 2011, Di Kantor Kecamatan Bandar. 4 Wawancara, P. Silalahi, Rabu 15 Desember 2010, Di Kantor Kecamatan Bandar 5 Wawancara, T. Situmorang, S. Pasaribu, Choirullah Nasution, S. Manik, 27-28 Januari 2011, Di kota Perdagangan.

saja Kelurahan Perdagangan I menjadi inti Kota Perdagangan. Meskipun demikian, pengertian kota secara sosiologis dan ekonomis ini, mungkin lebih baik diartikan melalui perspektif administratif. Berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni berdasarkan pasal 1 huruf n Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa kota kecamatan harus berbentuk kelurahan, bukan desa. Berdasarkan perspektif ini, maka yang dimaksudkan dengan Kota Perdagangan adalah Kelurahan Perdagangan (periode 1980-1999), yang kemudian dimekarkan di tahun 1999 menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Penelitian ini akan membicarakan permasalahan di sekitar perkembangan Kota Perdagangan, dalam perspektif administratif, yakni Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999, saat kelurahan ini belum dimekarkan. Tentu saja, terdapat berbagai alasan mengapa Kelurahan Perdagangan harus dimekarkan, baik karena alasan yang sifatnya ekologis, ekonomis, sosiologis, maupun administratif. Oleh karena itu, dapat dikatakan, fokus dari penelitian ini berkisar di seputar masalah perkembangan kota, terutama berkaitan dengan pemekaran yang terjadi. Pemilihan tahun 1980 didasarkan pada kenyataan karena saat itulah terjadi perubahan status Desa Perdagangan yang dirubah menjadi Kelurahan Perdagangan yang terletak di sisi Utara Sungai Bah Bolon dan yang di seberangnya tetap menyandang status desa. Sementara itu, tahun 1999, karena saat itulah Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Meskipun demikian, mengingat sejarah adalah proses, maka perkembangan kota perdagangan sebelum tahun 1980 juga dipandang perlu untuk dideskripsikan. Dengan cara itu, terlihat kondisi kota ini untuk masa sebelumnya, sehingga akan nampak

perkembangan di masa sesudahnya. Di sisi lain, mengingat perkembangan sebuah kota sangat dipengaruhi oleh wilayah penyangganya, maka tidak bisa tidak, pembahasan juga akan meluas ke perkembangan wilayah sekitarnya. Dengan cara itu, diharapkan, penjelasan di sekitar perkembangan kota Perdagangan akan menjadi lebih sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan diberi judul, Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun, 1980-1999. 1.2 Rumusan Masalah Kota merupakan suatu kajian yang sangat menarik, karena kompleksitas permasalahan yang dimilikinya. Dalam wilayah kota semua aspek kehidupan manusia muncul dengan ciri utama kehidupan yang non agraris. Hal ini membedakan dengan daerah bukan kota. Kota merupakan daerah pemukiman yang sifatnya sangat dinamis, dilihat dari segi sosial, kultural, ekonomi, maupun politik. Guna membahas masalah perkembangan Kota Perdagangan selama periode 1980-1999, maka pokok permasalahan ini akan dijabarkan dengan rumusan berikut ini : 1. Bagaimana kondisi Kota Perdagangan sebelum tahun 1980? 2. Perkembangan apa saja yang terjadi atas Kota/Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999? 3. Mengapa Kota/Kelurahan Perdagangan dimekarkan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian, tentunya mempunyai tujuan dan manfaat yang jelas. Setelah mengetahui akar permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman yang diharapkan dapat berguna demi kepentingan-kepentingan sosial dan ilmu pengetahuan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan kondisi Kota Perdagangan sebelum tahun 1980. 2. Menggambarkan perkembangan yang terjadi atas Kota/Kelurahan Perdagangan selama periode 1980-1999? 3. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi alasan dimekarkannya Kota/Kelurahan Perdagangan menjadi Kelurahan Perdagangan I dan Kelurahan Perdagangan III. Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Menambah wawasan pembaca mengenai kota Perdagangan (1980-1990) 2. Memberikan informasi mengenai perkembangan dan peranan kota Perdagangan. 3. Menambah literatur dalam penulisan sejarah guna mambuka ruang penulisan sejarah lainnya.

1.4 Tinjauan Pustaka Untuk melakukan kegiatan penulisan, perlu dilakukan telaah pustaka dengan menggunakan buku- buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni: Perkembangan Kota Perdagangan di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980-1999). Telaah pustaka dilakukan dalam rangka mencari data yang objektif dan relevan dengan topik yang akan dibahas. Di samping itu, telaah pustaka juga bertujuan untuk mencari kerangka teoritis yang hendak dipergunakan sebagai acuan penulisan. Buku S. Menno dan Mustamin Alwi, Antropologi Perkotaan (1992) yang dikutip dari buku Koentjaraningrat (Masalah- masalah Pembangunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan, 1982), bahwa bermula dari adanya kota-kota istana, kota pusat keagamaan, dan kota-kota pelabuhan. Dalam buku ini, dijelaskan bahwa kota pelabuhan terdiri dari bagian-bagian tempat tinggal para pengusaha, yang terdekat dengan pelabuhan, dan beberapa perkampungan tempat bermukimnya para pedagang asing, yang terpisah-pisah dan disebut kampung menurut nama negeri asal mereka masing- masing. Seperti halnya kota perdagangan, walaupun letaknya bukan berada persis di muara sungai, namun digunakan oleh para pengusaha untuk bermukim dan melakukan interaksi jual-beli 6. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan kota perdagangan yang awalnya tempat bermukim para pengusaha dan para pedagang Cina, hal ini membuat daerah Perdagangan menjadi ramai dan berkembang menjadi sebuah kota. 6 Wawancara, Iskandar Efendi, 26 Januari 2011, Di Kantor Kelurahan Perdagangan I

Dalam buku DRS. N. Daldjoeni,Seluk Beluk Masyarakat Kota (1982: 143-144) kota diciptakan oleh manusia yang sudah menguasai alam kodrat dengan aneka kemungkinan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini masyarakat kota baik yang tinggal di daerah kota maupun yang tinggal di daerah perkotaan secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam pembentukan karakter kota dan perkembangan kota, hal ini tidak terlepas dari hubungan antara manusia dan daerah tempat tinggalnya yang saling mengisi. Dalam situasi awal peradapan taraf demikianlah lahirlah kota. Buku ini membantu penulis dalam menjelaskan peran masyarakat kota Perdagangan yang tidak terlepas dari peran masyarakat yang bermukim di daerah kota dan perkotaan. Buku Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri, kota diartikan sebagai suatu permukaan wilayah di mana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan administrasi pemerintahan. Dalam buku ini juga disebutkan peran dan fungsi kota dalam pembangunan wilayah. Buku ini membantu penulis dalam penulisan dan pengertian dari peran dan fungsi dari kota Perdagangan dalam pembangunan wilayah dan sebagai penyangga ekonomi dari masyarakat kota perdagangan yakni bahwa peran dan fungsi kota bukan hanya sebagai pusat administratif pemerintahan melainkan mempunyai peranan sebagai penyedia lapangan kerja bagi masyarakat di wilayah-wilayah yang berada di sekitar Kecamatan Bandar.

1.5 Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang lebih ilmiah dilakukan suatu penyusunan metode. Tujuannya agar penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta dapat memahami secara ilmiah objek penelitian yang dimaksud. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian histories sebagai rujukan. Untuk merekontruksi masa lampau pada objek yang akan diteliti, dipakai metode sejarah dengan menggunakan sumber sejarah sebagai bahan penelitian.tahapan pertama yang akan dilakukan adalah 1. Heuristik yakni metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data, faktafakta dan sumber. Sumber lisan yakni berupa wawancara yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tertutup/berstruktur dan wawancara terbuka terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung seperti camat Bandar berserta beberapa staf, dengan para tetua adat dari masyarakat Perdagangan, dan mantan kepala nagori yang dianggap penulis mampu memberikan informasi tentang kota Perdagangan. Sumber tertulis yaitu pengumpulan data-data dan fakta-fakta baik berupa Majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, arsip-arsip dari kelurahan, kecamatan, dan kabupaten dan juga laporan-laporan kolonial yang sesuai dengan objek penelitian. 2. Kritik sumber dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah dikumpulkan untuk mecari keaslian sumber tersebut baik dari segi substansi (isi) maupun materialnya agar menjadi sumber terpilih. Kritik yang dilakukan adalah kritik intern maupun kritik ekstern. Hal ini dilakukan untuk mendapakan kebenaran informasi dari sumber atau data-data yang diperoleh.

3. Interpretasi.dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisa sehingga melahirkan suatu pemahaman baru yang sifatnya objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya data dan fakta yang membuat interpretasi menjadi sangat fital. Keakuratan serta analisa yang tajam perlu dilakukan untuk mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain tahap ini dilakukan sebagai penyimpulan kesaksian atau data yang dapat dipercaya dari data-data yang ada. 4. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan, atau dapat dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penulisan yang diperoleh dari fakta-fakta dilakukan dengan sistematis dan kronologis. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya-karya yang ilmiah dan obyektif..