Dina Merdeka Citraningrum. Pengembangan Bahan Ajar... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN DATAR BERORIENTASI PADA PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 TUGU KABUPATEN TRENGGALEK)

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN DENGAN MEMANFAATKAN UNGKAPAN PROSES KREATIF SASTRAWAN

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS EKSPOSISI BERBASIS STRATEGI PEMODELAN UNTUK SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Pengembangan LKS Berbasis Contextual Teaching and Learning Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333),

III. METODE PENGEMBANGAN. prosedur pengembangan yang terdiri atas (a) studi pendahuluan, (b) desain dan

BAB III METODE PENELITIAN. IPA untuk Meningkatkan Practical skills Siswa SMP. desain penelitian pengembangan (Research and Development).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model materi ajar sintaksis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan dalam penelitian, yang di dalamnya diperlukan metode untuk

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KELAYAKAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA SMPN 1 KAYEN KIDUL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MANDIRI BERBASIS MULTIMEDIA POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS X

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF CERPEN UNTUK SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN. Menurut Borg and Gall (1983) dalam Setyosari (2010), pengertian dari penelitan

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Visual untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development). Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian

BAB III METODE PENGEMBANGAN. experiential learning ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and

PENGEMBANGAN MODUL MEMBACA INTENSIF MATERI CERITA PETUALANGAN BERBASIS SAINTIFIK

BAB III METODE PENELITIAN. sangat pesat, tidak hanya berorientasi pada penelitian dasar (basic research) dan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan yang disampaikan oleh Borg and Gall dalam (Setyosari,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN

I PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

ARTIKEL ILMIAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, Euis Sugiarti : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

JURNAL PENGEMBANGAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2010

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMPRODUKSI TEKS HASIL OBSERVASI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SMP

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

BAB III METODE PENGEMBANGAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN DENGAN KONVERSI TEKS UNTUK SISWA KELAS VII SMP

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII

Jurnal Teknologi Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERPIDATO UNTUK SISWA SMP/MTs. Sriwijayanti *

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

III. METODE PENGEMBANGAN. prosedur pengembangan yang terdiri atas (a) studi pendahuluan, ( b) desain dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN HANDOUT BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI KERUSAKAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA SMP E - JURNAL TESSA MUTIARA. T NIM.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh Ulfah Riza Lina NIM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS MATERI TENAGA ENDOGEN UNTUK SISWA SMP KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMPRODUKSI TEKS HASIL OBSERVASI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SMP

Nurul Afisa 24, Titik Sugiarti 25, Dinawati Trapsilasiwi 26

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELASV IIIA SEMESTER II SMP TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

Transkripsi:

Dina Merdeka Citraningrum. Pengembangan Bahan Ajar... Halaman 130 139 Volume 1, No. 2, September 2016 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENYIMAK-BERBICARA UNTUK SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Dina Merdeka Citraningrum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember email: dinamerdeka@yahoo.com ABSTRAK Efektifitas pendekatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari subjek pelaksana seperti guru dan siswa ataupun lingkungan tempat pembelajaran sedang berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat agar kegiatan belajar siswa dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas. Sehubungan dengan pentingnya pendekatan yang harus digunakan oleh guru dalam bahan ajar menyimak-berbicara maka, penelitian pengembangan bahan ajar ini menggunakan pendekatan kontekstual.pemilihan pendekatan kontekstual diduga cocok dan sesuai dengan siswa SMP kelas VII, karena pendekatan seperti ini merupakan pendekatan yang mampu melibatkan siswa untuk berfikir melalui konteks yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa mudah menyerap materi yang disajikan dalam bahan ajar. Kata kunci: pengembangan bahan ajar, menyimak-berbicara, pendekatan kontekstual ABSTRACT Numbers of factors determine the effectiveness of a teaching approach. These can be from, teachers and students, as well as the environment where the process of teaching and learning occurred. Selecting the appropriate approach will help to determine the success and the quality of learning for the students. This study on the material development of listening comprehension subject of grade VII students of Junior high school considered the contextual approach to be the appropriate approach since this approach allows students to think contextually in regard to their learning environment. This approach is expected to ease the students to have a better comprehension in listening subject. Keywords: material development, listening comprehension, contextual approach 1. PENDAHULUAN Menyimak berbicara merupakan beberapa keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ditegaskan bahwa terdapat standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa yang melingkupi keterampilan dasar berbahasa yaitu: (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis. Pembelajaran menyimak berbicara merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mempertajam kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Dengan mempelajari keterampilan menyimak dan berbicara, siswa akan semakin terampil dalam berkomunikasi dalam konteks sosial kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran menyimakberbicara dalam kurikulum 2006 di SMP merupakan salah satu unsur yang 130

terdapat dalam ranah kebahasaan dan kesastraan. Materi tersebut tertuang secara eksplisit dalam keterampilan ranah kebahasaan dan kesastraan. Pelaksanaan pembelajaran menyimak-berbicara di SMP berdasarkan observasi selama ini, mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut disebabkan karena alokasi jam pelajaran diberikan secara tidak seimbang, sehingga berakibat pada pembatasan materi pelajaran yang akan dikembangkan. Hambatanhambatan tersebut antara lain: kurangnya media dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran; kurangnya sumber bahan ajar atau bahan ajar yang relevan; serta kurangnya minat belajar siswa karena metode atau strategi yang dipilih guru dalam pembelajaran kurang menarik atau menantang. Hambatan-hambatan tersebut bisa terjadi, karena meskipun sudah ada perencanaan mengajar yang disusun oleh guru, namun perencanaan mengajar tersebut masih dianggap kurang memadai bila digunakan di sekolah seperti kondisi sekarang ini. Oleh karena itu, guru harus dapat menyusun perencanaan mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Perencanaan mengajar tersebut bisa berupa, pemilihan metode atau strategi, media, serta langkah-langkah pembelajaran yang diaplikasikan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran. Sehingga materi yang diajarkan guru akan mudah diserap oleh siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka, diperlukan sebuah bahan ajar dan strategi yang menarik dan aplikatif sebagai sumber belajar. Bahan ajar menyimak-berbicara dapat menjadi menarik dan aplikatif apabila dikembangkan dengan mempertimbangkan pendekatan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan sesuai dengan kurikulum. Oleh sebab itu, seorang guru harus dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, dan lebih memberdayakan siswa.hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas. Efektifitas pendekatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari subjek pelaksana seperti guru dan siswa maupun lingkungan di mana pembelajaran sedang berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat agar kegiatan belajar siswa dapat berlangsung dengan baik dan kualitas pembelajaran yang diinginkan dapat terwujud dengan baik. Sehubungan dengan pentingnya pendekatan yang harus digunakan oleh guru dalam bahan ajar menyimak-berbicara, maka penelitian pengembangan bahan ajar ini menggunakan pendekatan kontekstual. 131

Pemilihan pendekatan kontekstual diduga cocok dan sesuai dengan siswa SMP kelas VII, karena pendekatan seperti ini merupakan pendekatan yang mampu melibatkan siswa untuk berfikir melalui konteks yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa mudah menyerap materi yang disajikan dalam bahan ajar. Penelitian yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Menyimak- Berbicara bagi Siswa SMP kelas VII layak untuk dikaji. Produk berupa bahan ajar menyimak-berbicara ini sangat dibutuhkan oleh guru sebagai penunjang pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar menyimak-berbicara dengan pendekatan kontekstual untuk siswa kelas VII SMP semester 1. Bahan ajar yang hasilkan memiliki sistematika dan tampilan yang menarik. Selain itu, bahan ajar ini juga sesuai memuhi kelayakan bahan ajar. 2. METODE Model pengembangan ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar menyimak-berbicara untuk siswa SMP kelas VII. Desain penelitian ini diadaptasi dari model penelitian Borg and Gall. Hal ini sesuai dengan pendapat Puslitjaknov (2008: 8), model prosedural merupakan model yang bersifat deskriptif yaitu menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Tahapan dalam metode penelitian pengembangan ini meliputi (1) tahap pra-pengembangan, (2) tahap pengembangan produk, (3) tahap uji coba, dan (4) tahap revisi akhir. Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tetentu. Mengacu kepada percobaanpercobaan yang telah dilakukan pada Far West Laboratory salah satu dari sepuluh laboratorium sejenis pada Badan Pendidikan Amerika Serikat, secara lengkap menurut Borg and Gall (dalam Sukmadinata, 2013:169) ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) antara lain: (a) penelitian dan pengumpulan data, (b) perencanaan, (c) pengembangan draf produk, (d) uji coba lapangan awal, (e) merevisi hasil uji coba (f) uji coba lapangan, (g) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (h) uji pelaksanaan lapangan, (i) penyempurnaan produk akhir, dan (j) diseminasi dan implementasinya. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi produk (bahan ajar), produk (bahan ajar) yang telah disusun kemudian diuji coba. Bahan ajar dikembangkan mengalami dua kali proses penyempurnaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Produk berupa bahan ajar yang dihasilkan selama proses penyempurnaan disebut dengan praproduk. Praproduk bahan ajar 132

diujicobakan pada konsultan ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hasil konsultasi ahli pembelajaran kemudian direvisi. Hasil revisi disebut dengan produk semi jadi I. Produk semi jadi I kemudian diujicobakan pada praktisi. Hasil uji coba praktisi kemudian direvisi. Dari hasil revisi dihasilkan produk semi jadi II. Hasil uji coba di lapangan kemudian direvisi dan menghasilkan produk jadi yang akan digunakan di lapangan. Sebelum melakukan uji produk semi jadi, mula-mula dilakukan kegiatan menentukan butir-butir pengamatan bagi subjek uji coba. Butir-butir pengamatan itu kemudian dituangkan secara jelas dalam bentuk tabel-tabel. Adapun butir-butir isi dari panduan observasi produk semi jadi adalah berupa panduan pengamatan terhadap rencana pembelajaran yang akan digunakan sebagai bagian dalam penyusunan bahan ajar. Panduan observasi tersebut meliputi: (1) kesesuaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator, (2) pengembangan materi, (3) metode pembelajaran, dan (4) langkah-langkah pembelajaran, (5) media dan sumber belajar, dan (6) penilaian. Uji pra produk dilaksanakan pada tiga kelompok uji yang berbeda yaitu: (a) uji ahli, (b) uji praktisi, dan (c) uji lapangan/kelompok kecil siswa. Setelah praproduk semi jadi mendapatkan masukan dari masingmasing subjek di atas, masukan yang didapatkan kemudian dijadikan pertimbangan untuk melakukan revisi terhadap produk. Produk akhir yang telah mengalami uji coba sedemikian rupa disebut produk jadi. Revisi produk adalah proses membenahi dan menyempurnakan produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan, sehingga produk tersebut menjadi lebih sempurna. Kegiatan membenahi dan menyempurnakan itu dalam realisasinya didasarkan pada hasil uji coba yang telah dilakukan. Revisi produk sebenarnya telah dilakukan sejak awal, ketika produk mulai digunakan dalam uji ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian, revisi produk merupakan proses panjang dan tidak hanya dilakukan satu kali, tetapi setiap kali selesai uji coba langsung dilakukan revisi. Desain uji coba menggunakan desain uji coba deskriptif untuk memperoleh data kualitatif yang akan digunakan sebagai masukan dalam penyempurnaan produk pengembangan. Uji coba produk dilakukan melalui: (a) tahap konsultasi, (b) tahap tanggapan dan penilaian, serta (c) tahap uji coba kelompok kecil. Uji coba produk dilakukan di beberapa tempat. Uji ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilakukan di Universitas Muhammadiyah Jember. Uji coba praktisi/guru dan uji siswa dilakukan di di SMP Kosgoro Sragi. Uji coba ahli pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dilakukan pada hari Senin tanggal 23 Maret 2016. Uji 133

coba praktisi pada hari sabtu tanggal 28 Maret 2016. Uji coba lapangan bahan ajar menyimak-berbicara dilakukan pada hari senin tanggal 30 Maret 2016 dan pada hari selasa tanggal 1 April 2016. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini kemudian diuji coba pada tiga kelompok uji untuk mendapatkan masukan. Masukan-masukan yang didapatkan dari kelompok-kelompok uji itu kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan revisi. Tiga kelompok uji itu yaitu kelompok uji ahli, uji praktisi, dan kelompok uji lapangan. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data verbal dan numerik. Data verbal adalah data yang dikumpulkan dengan instrumen penelitian di sekolah secara sistematis, melalui informasi lisan dari ahli, guru, dan siswa berupa komentar, saran, kritik yang dihimpun selama waktu uji coba, sedangkan data numerik adalah skor penilaian yang dituliskan oleh sumber data pada lembar observasi. Data bahan ajar dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Data pertama berupa data verbal yang merupakan informasi lisan dari ahli, guru, dan siswa berupa komentar, saran, dan kritik yang dihimpun selama waktu uji coba. Data lainnya yaitu skor penilaian yang dituliskan oleh sumber data pada lembar observasi bahan ajar. Untuk mengumpulkan data dari masing-masing subjek uji coba digunakan instrumen berupa panduan observasi dan penilaian.panduan ini berisi poin-poin pengamatan dan penilaian atas bahan ajar yang diujicobakan. Panduan observasi bahan ajar yang diberikan pada praktisi/guru memiliki isi yang sama dengan ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan siswa. Analisis bahan ajar dilakukan dengan cara (1) mengumpulkan data yang diperoleh dari lembar observasi dan data verbal yang dicatat secara sistematis dalam tabel komentar, saran, dan kritik; (2) menghimpun, menyeleksi dan mengklasifikasi data berdasarkan kriteria penilaian; dan (3) menganalisis data dan merumuskan simpulan hasil analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap produk bahan ajar. 3. PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produk berupa buku teks menyimakberbicara dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMP kelas VII. Pemilihan pendekatan kontekstual dapat dikatakan cocok dan sesuai dengan siswa SMP kelas VII, karena pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang sederhana dan dapat terintegrasi dalam materi pembelajaran menyimak-berbicara. Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2009:23) bahwa pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor 134

kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Pendekatan kontekstual menurut (Ningrum, 2009:3) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupannya, siswa berperan sebagai: anggota keluarga, siswa, dan warga masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual menekankan pada dua kemampuan, yaitu: (1) kemampuan menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata, (2) kemampuan aplikatif dalam kehidupan siswa (Ningrum, 2009:3). Melalui pendekatan yang tertuang dalam materi buku ajar ini siswa dilatih untuk menyimak-berbicara sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari yang terdekat dalam lingkungannya. Siswa dilatih untuk memahami apa makna menyimak-berbicara, apa manfaat menyimak-berbicara yang dapat diperoleh bagi mereka, dan bagaimana dapat mencapai kemampuan menyimak-berbicara yang efektif. Dengan demikian, siswa dapat menyadari bahwa kegiatan pembelajaran yang diperoleh melalui materi yang terdapat dalam buku ajar ini dapat berguna bagi kehidupannya. A. Proses Penyusunan Bahan Ajar Bahan ajar Bahasa Indonesia ini telah melalui tiga tahap uji coba. Uji coba pertama dilakukan kepada ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia (VA1). Setelah melalui uji coba pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, produk ini diujicobakan pada ahli praktisi atau guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Kosgoro Sragi (VA2). Pada tahap ketiga, uji coba produk dilanjutkan kepada uji kelompok kecil siswa (VA3), dimana setiap kelompok terdiri atas 5-6 orang siswa/siswi yang dijadikan subjek uji coba terhadap bahan ajar Bahasa Indonesia berjudul Bahan Ajar Menyimak-Berbicara untuk Siswa SMP Kelas VII Semester I: Aplikatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Uji coba kepada: (a) ahli (VA1), (b) guru (VA2), dan (c) siswa yang dibentuk dalam kelompok kecil (VA3), bertujuan untuk mendapatkan produk yang layak untuk diimplementasikan pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dalam setiap uji coba, produk yang telah dihasilkan selanjutnya direvisi. Revisi produk merupakan proses menyempurnakan produk, baik menambah atau mengurangi bagian atau uraian yang sesuai dengan kebutuhan. Revisi produk dilakukan agar memenuhi kriteria penyusunan bahan ajar yang baik. Menurut Basuki (2013:1) kriteria bahan ajar yang baik, meliputi: (a) berdasarkan kurikulum/ silabus, (b) mengandung informasi keilmuan, (c) urutannya logis, 135

sistematis, (d) penyajian sederhana, (e) sesuai dengan kemampuan pembaca, (f) pedagogis: petunjuk, tujuan, materi, latihan, tindak lanjut. Revisi produk dimulai sejak selesai: (a) uji coba ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; (b) uji praktisi; dan (c) uji siswa/siswi dalam kelompok kecil. Berdasarkan hal tersebut, revisi produk berupa bahan ajar dilakukan secara terus-menerus selama uji coba, sehingga menghasilkan produk jadi yang efektif dan efisien yang dapat dilihat dalam: (1) wujud sistematika, (2) tampilan buku, dan (2) kelayakan bahan ajar. Hasil analisis data uji coba oleh ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, menunjukkan bahwa produk berupa bahan ajar dengan judul Bahan Ajar Menyimak Berbicara untuk Siswa SMP Kelas VII Semester I: Aplikatif Kreatif dan Menyenangkan. masih perlu disempurnakan atau dilengkapi (bukan direvisi).penyempurnaan tersebut berkaitan dengan aspek: (a) sistematika, (b) tampilan, dan (c) kelayakan bahan ajar. Penyempurnaan pada bagian sistematika berkaitan dengan penyusunan sampul yang kurang atraktif untuk siswa siswi SMP Kelas VII, daftar isi terdapat spasi dan perlu diperbaiki, peta konsep perlu ditambah tujuan, petunjuk penggunaan bahan ajar kurang tergambar, daftar rujukan perlu direvisi, serta perlu ditambahkan foto dalam riwayat hidup penulis. Pada bagian tampilan bahan ajar perlu direvisi penggunaan ilustrasi warna. Hal ini sejalan seperti yang dijelaskan oleh Pannen (2001:26) bahwa ilustrasi dipergunakan untuk menjelaskan pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu, seperti dikemukakan sebelumnya, ilustrasi juga dimaksudkan untuk memberi variasi pada bahan ajar sehingga menjadi lebih menarik dan memotivasi, komunikatif, dan lebih memudahkan pembaca untuk memahami pesan. Ilustrasi juga dapat membantu retensi, yaitu memudahkan pembaca untuk mengingat konsep atau gagasan yang disampaikan melalui ilustrasi. Sedangkan pada bagian kelayakan, kelengkapan, kedalaman, dan keakuratan materi tidak perlu direvisi hanya perlu dikaji ulang. Hasil analisis data uji coba oleh ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, menunjukkan bahwa produk berupa bahan ajar Bahan Ajar Menyimak Berbicara untuk Siswa SMP Kelas VII Semester I: Aplikatif Kreatif dan Menyenangkan. masih perlu disempurnakan. Penyempurnaan tersebut tidak berkaitan dengan aspek penilaian yang terdapat dalam lembar observasi, namun penyempurnaan tersebut berkaitan dengan komentar, kritik, dan saran oleh ahli praktisi atau guru yang dicatat secara sistematis oleh peneliti dalam tabel komentar, kritik dan saran. Pada wujud (a) sistematika, dan (b) tampilan, diperoleh data yang menunjukkan 136

bahwa bahan ajar terdapat beberapa bagian yang perlu direvisi, sedangkan pada bagian (c) kelayakan bahan ajar tidak ada bagian perlu direvisi, hanya dapat disempurnakan. Pada bagian sistematika, halaman sampul perlu direvisi karena penting untuk memikat pembaca, daftar rujukan juga perlu direvisi karena belum ditulis secara sempurna. Pada bagian tampilan, warna perlu disempurnakan, misalnya perlu ditambah lagi untuk memikat pembaca. Hasil analisis data uji coba siswa dalam kelompok kecil, menunjukkan bahwa produk bahan ajar masih perlu adanya revisi.hal ini dikarenakan dalam setiap kelompok memiliki versi menilai dan memberikan komentar, kritik, dan saran yang bervariasi atau bisa dikatakan sangat objektif dan kritis. Hal ini dapat dijadikan suatu masukan bagi penyempurnaan produk yang lebih baik dari segi sistematika, tampilan dan kelayakan bahan ajar. Namun pada umumnya secara keseluruhan setelah dilakukan kalkulasi atau penghitungan secara keseluruhan, bahan ajar Bahan Ajar Menyimak Berbicara untuk Siswa SMP Kelas VII Semester I: Aplikatif Kreatif dan Menyenangkan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Melalui revisi yang serius, produk ini layak dan sesuai dengan harapan. B. Kelayakan Bahan Ajar Pada tahap uji coba produk, baik dari para ahli dan siswa/siswi dalam kelompok kecil ditemukan adanya revisi dan penyempurnaan terhadap bahan ajar ini. Revisi dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih baik terhadap produk. Revisi dilakukan apabila apabila dari uji melalui angket yang diberikan kepada penguji masih ditemukan nilai yang kurang dari 60%, maka produk tersebut masih perlu direvisi. Produk dikatakan layak dan implementasi, apabila mendapatkan nilai 60% - 70% dari pedoman observasi yang ditetapkan. Produk dikatakan sangat layak dan implementasi apabila nilainya mencapai 80%-100% dari pedoman observasi yang ditetapkan. 1) Hasil uji coba VA1 Hasil angket yang didapat dari uji coba ahli pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia (VA1) menunjukkan bahwa semua aspek yang terdapat pada angket uji coba, ada dua di bagian sistematika yang mendapat nilai 2 (dibawah 60%) artinya cukup layak, namun harus mengalami revisi, dan sisanya pada bagian tampilan dan kelayakan mendapat penilaian 3 dan 4 (di atas 60%), ini artinya produk tersebut sudah layak dan implementasi, namun juga perlu dilengkapi agar lebih baik dan layak. Secara garis besarperhitungan dalam hasil uji VA1 baik dari segi: (a) sistematika, (b) tampilan, dan (c) kelayakan, diperoleh persentase kelayakan bahan ajar sebesar 90,7%. 137

2) Hasil uji coba VA2 Setelah melalui uji ahli, tahap selanjutnya yaitu, uji praktisi atau guru bahasa dan sastra Indonesia (VA2). Pada tahap uji praktisi, hasil yang didapat yaitu pada sistematika bahan ajar yaitu halaman sampul mendapat skor 2 artinya (50%-59%) cukup layak atau sampul perlu diperbaiki agar pembaca dapat tertarik terhadap bahan bacaan. Selain itu daftar rujukan perlu direvisi karena mendapat skor (<50%). Dapat disimpulkan bahwa setelah melalui uji ahli, produk ini bisa dikatakan lebih layak. Hasil yang didapat hampir semua aspek baik dari sistematika, tampilan, dan kelayakan dalam angket tersebut mendapat nilai di atas 3 (60%-79%). Nilai tersebut menunjukkan kelayakan produk. Namun, harus direvisi kata pengantar, penggunaan warna dalam ilustrasi. Perhitungan secara keseluruhan baik dari segi: (a) sistematika, (b) tampilan, dan (c) kelayakandalam hasil uji VA2 diperoleh persentase kelayakan bahan ajar sebesar 90,7%. 3) Hilai hasil uji coba VA3 Uji coba ketiga pada bahan ajar ini dilakukan terhadap uji kelompok kecil siswa/siswi, dimana setiap kelompok terdiri atas 5-6 siswa/siswi. Pada kelas VII SMP Kosgoro Sragi yang terdiri atas 26 siswa/siswi. Berdasarkan hal tersebut peneliti membagi siswa/siswi dalam satu kelas menjadi 5 kelompok. Hal ini akan menghasilkan data yang valid, karena lebih banyak subjek uji coba data yang didapat akan lebih bervariasi dan ini akan memberikan sebuah kritik dan saran yang bisa dijadikan masukan untuk menghasilkan produk lebih baik dan layak. Pada aspek wujud bahan ajar (sistematika dan tampilan) dari hasil uji melalui angket penilaian didapatkan hasil di atas 80% semua, artinya bahan ajar ini layak digunakan. Uji coba terhadap 5 kelompok, terdapat satu aspek yang semua kelompok memberikan nilai 4 (100%) pada angket penilaian. Pada aspek penilaian kelayakan bahan ajar, pada bagian efektivitas dan efisiensi materi bahan ajar memenuhi kebutuhan siswa/siswi SMP Kelas VII dalam belajar menyimakberbicara dalam berbahasa Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa materi yang terdapat dalam bahan ajar sangat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh siswa/siswi SMP kelas VII dalam belajar menyimak-berbicara. Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti pada uji VA3, baik dari segi: (a) sistematika, (b) tampilan, dan (c) kelayakan hasilnya sangat memuaskan. Persentase kelayakan bahan secara keseluruhan sebesar 90,7%. Berdasarkan penilaian tersebut, bahan ajar ini memenuhi syarat untuk digunakan di SMP kelas VII. 4. SIMPULAN Produk dari penelitian pengembangan ini yaitu Bahan Ajar Menyimak-Berbicara untuk Siswa SMP Kelas VII Semester I: Aplikatif, Kreatif, 138

dan Menyenangkan sudah dilakukan sesuai dengan proses penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan tersebut memenuhi syarat kelayakan bahan ajar, sehingga bisa digunakan sebagai buku pengayaan. DAFTAR RUJUKAN Basuki, Agus. 2013. Pengembangan Bahan Ajar dan Penyusunan SOP Kurikulum (ADDIE. Materi Workshop tidak diterbitkan) Ningrum, Epon. 2009. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Makalah disampaikan pada kegiatan pelatihan dan Workshop Model- Model Pembelajaran dalam Persiapan RSBI di Kabupaten Karawang 23 September 2009. Nurhadi, dan Senduk, Agus Gerrad. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: Jepe Press Media Utama. Pannen, Paulina, dan Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas. Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Sukmadinata, Syaodih Nana. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 139