BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. la besar tentu terdapat resiko kecelakaan kerja yang cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

K3 MIGAS (Workshop) EA SOLUTION MANFAAT TRAINING MATERI TRAINING. TRAINER HES Consultant Chevron Pasific Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

GATOT SOEDARTO KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. orang. Secara nasional hingga November 2007, jumlah kecelakaan kerja di

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PT MDM DASAR DASAR K3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Agar mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya adalah

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

Transkripsi:

PENDAHULUAN BAB I A. Latar Belakang Berkembangnya sektor pertambangan tidak bisa lepas dari peran Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten di bidangnya. Proses ekplorasi dan produksi dari sumber daya alam dengan ska la besar tentu terdapat resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi bagi karyawan. Resiko kecelakaan kerja dapat berasal dari lingkungan kerja maupun perilaku kerja para karyawan. Merupakan masalah yang besar ketika dalam suatu perusahaan terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan tidak diharapkan karena mengakibatkan kerugian baik material, fisik maupun psikologis bagi korbannya. Kerugian langsung tampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah bia kecelakaan, sedangkan biaya tak langsung adalah kerusakan alat ya pengobatan dan kompensasi -alat produksi, penghentian waktu produksi, hilangnya waktu kerja, kerugian materi yang cukup besar dan lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa (Patria, 2007). Menurut Undang -undang Nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, pada pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa: keselamatan kerja yang diatur adalah k kerja, baik di darat, di tanah, di permukan air, di dalam air maupun di uda ra, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Keselamatan kerja sendiri merupakan faktor penting yang wajib dimengerti oleh seluruh pekerja dan pengusaha guna meningkatan kesejahteraan dan menigkatkan produksi, tenaga kerja merupakan asset yang harus diberi perlindungan terhadap aspek keselamatan kerja (K3) mengingat ancaman bahaya yang berhubungan dengan kerja. Ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja juga diatur dalam pasal 86 UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: 1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : 1

2 a. Keselamatan dan kesehatan kerja. b. Moral dan kesusilaan. c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai -nilai agama. 2. Untuk melindungi kesel amatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Perlindungan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Menur ut undang undang tersebut dapat diartikan jaminan keselamatan dan kesehatan bagi karyawan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi perusahaan agar dapat menjalankan proses bisnis dengan baik. Sumber daya manusia merupakan kunci terpenting bagi keberlang sungan dan berkembangnya suatu perusahaan. Berkembang atau tidaknya suatu perusahaan tergantung dari kualitas sumb er daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, pihak perusahaan senantiasa memberikan timbal balik yang sesuai agar SDM berkualitas dapat ber tahan dan semakin berkembang. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan secara optimal, perlu diperhitungkan bahaya dan resiko yang dapat muncul terkait kondisi lingkungan kerja yang dihadapi. Perusahaan dengan tingkat resiko kecelakaan tinggi memiliki kewajiban meminimalisir kecelakaan kerja dan terus berusaha mencapai nol kecelakaan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada dasarnya merupakan bagian penting dari dunia usaha dan dunia industri, bagi pekerja K3 merupakan hak dan kewajiban sebagai individu y ang dilindungi saat bekerja, di sisi lain perusahaan memerlukan kreativitas dan produktivitas yang tinggi dari karyawan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya dan hal tersebut akan terpenuhi apabila kesehatan dan keselamatan kerja dilaksanak an dengan baik.

3 Menurut data dari PT. Jamsostek, angka kecelakaan kerja dari tahun 2008 hingga 2012 tercatat bahwa di tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 terdapat 99.491 kasus dan di tahun 2012 terdapat 103.074 kasus. Pada tahun 2012 setiap hari ada sembilan peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, dengan total kecelakaan kerja pada mencapai 103.074 kasus, dimana 91,21% korban kecelakaan kembali sembuh, 3,8% mengalami cacat fungsi, 2,61% mengalami cacat sebagian, 27 kasus mengalami cacat total dan sisanya meninggal dunia (2.419 kasus) dengan rata -rata terjadi 282 kasus kecelakaan kerja setiap harinya ( sumber: http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=3955 ). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia. Tingginya angka kecelakaan kerja diakibatkan masih terjadinya pengabaian atas Keselamat an dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan perusahaan. Kesadaran perusahaan di Indonesia untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan masih perlu untuk ditingkatkan. Pada dasarnya dengan menerapkan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerj a (K3) yang sesuai akan menjadikan perusahaan tidak merugi akibat kerusakaan alat maupun biaya pengobatan saat terjadinya kecelakaan kerja. Di sisi lain, terdapat tantangan yaitu masih rendahnya kesadaran keselamatan sebagian besar pekerja di Indonesia. B anyak pekerja yang belum menyadari pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja. Pendekatan yang dilakukan masih bersifat reaktif, yaitu ketika telah terjadi kecelakaan baru menyadari pentingnya mengantis ipasi adanya kecelakaan kerja. Berk urangnya sumber daya manusia akibat kecelakaan kerja merupakan kerugian besar bagi perusahaan, hal itu dikarenakan sumber daya manusia merupakan penggerak utama jalannya organisasi dan tidak dapat digantikan dengan teknologi lain. Sehingga, perusahaan haru s mengeluarkan biaya untuk mencari sumber daya manusia lain dengan kompetensi yang sesuai.

4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Setiap melaksanakan pekerjaan, para karyawan wajib mem atuhi sistem keselamatan yang telah diterapkan. Perkembangan pembangunan menjadikan intensitas kerja meningkat dan mengakibatkan meningkat pula resiko kecelakaan kerja. Menurut piramida kecelakaan kerja terdapat beberapa tingkatan dimana suatu peluang kece lakaan fatal dapat terjadi. Uraiannya sebagai berikut: Gambar 1. Piramida kecelakaan (sumber: Han, 2013) P iramida tersebut terbagi menjadi 5 kategori insiden yaitu : Unsafe Condition / Unsafe Act, near -miss/ first aid, Recordable injuries, Majo r dan Fatal. Dapat dijelaskan bahwa setiap ada 30.000 hazard terkait Unsafe Condition / Unsafe Act maka akan menyebabkan 3000 Near -miss / First Aid dan seterusnya, sehingga dengan kata lain bahwa hazard terkait Unsafe Condition / Unsafe Act maka 10% nya ak an terjadi near -miss / first aid dan kemudian menyumbang 10% di tingkat berikutnya dan terus naik hingga menyebabkan kecelakaan Major dan kecelakaan Major akan memicu terjadinya Fatality. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk mengurangi rangkaian terjadi nya fatality. Salah satunya adalah dengan memutus faktor awal bagaimana suatu insiden dapat terjadi. Langkah utama yang harus dilakukan yaitu melalui jalan preventif. Pencegahan yang paling utama adalah melakukan suatu upaya untuk mengurangi Unsafe Act/Uns afe Behavior (perilaku tidak aman) dan Unsafe Condition (kondisi tidak aman) dikarenakan kedua hal tersebut merupakan penyebab mendasar terjadinya kecelakaan kerja.

5 Teori Bird (dalam Ningsih & Ardyanto, 2013) menjelaskan bahwa nyaris celaka/ near -miss yang berulang secara terus menerus sebagian besar disebabkan oleh unsafe act atau unsafe behavior yang dapat meningkatkan resiko kecelakaan kerja yang lebih serius. Hal ini sesuai dengan penelitian DuPont (2005) yang menghasilkan fakta bahwa kecelakaan kerja ya ng selama ini terjadi diakibatkan unsafe act sebesar 96% dan unsafe condition sebesar 4%. National Safety Council (NSC) (2011) dalam penelitiannya juga menghasilkan fakta penyebab kecelakaan kerja yaitu 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Unsafe behavior merupakan perilaku kelalaian oleh manusia yang sering kali mengakibatkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja (Cooper, 2009) Wiegman (dalam Syaaf, 2008), mengklasifikasikan tindakan tidak aman (unsafe act ) menjadi kesalahan ( errors ) dan pelanggaran ( violations ). Kesalahan adalah representasi dari suatu aktivitas mental dan fisik seseorang yang gagal mencapai sesuatu yang diinginkan. Di sisi lain, kegagalan mengacu pada niat untuk mengabaikan pe tunjuk yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kesalahan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu kesalahan dalam memutuskan ( decision error ), kesalahan persepsi ( perceptual error ) dan kesalahan disebabkan kemampuan ( skil -based error ). P elanggaran terbagi menjadi routine violations dan exceptional violation. A da beberapa metode yang umum dilakukan perusahaan untuk mereduksi adanya unsafe act dan unsafe condition. Pada intinya semua metode yang digunakan adalah guna menyadarkan karyawan terkait pentingnya perilaku a man berbasis K3 saat bekerja. Bentuk pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan tentunya dengan berbagai cara, antara lain training, penetapan SOP kerja, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Salah satu metode untuk menguran gi unsafe act dan meningkatkan safety behavior yaitu dengan safety talk. Safety talk merupakan pertemuan antara

6 pekerja/karyawan dengan atasan/ supervisor yang dilakukan sebelum memulai suatu pekerjaan guna memahami resiko dan juga memahami kembali terkait alat pelindung diri serta perilaku aman dalam melaksanakan pekerjaan. Safety talk dapat dilaksanakan dalam rentang waktu harian, mingguan maupun bulanan disesuaikan dengan kebutuhan masing - masing departemen. Tujuan utama dari safety talk adalah menciptakan perilaku karyawan berbasis K3/ safety behavior. Di PT Adaro Indonesia, k ebijakan dan prosedur disusun ke dalam suatu sistem manajemen terpadu sesuai dengan standar internasional seperti ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001. Safety talk menjadi salah satu m etode yang telah ada dalam sistem keselamatan dengan standar internasional yang merupakan implementasi dari standar OHSAS 18001 tahun 2007 klausul 4.3.3 yaitu perihal komunikasi, partisipasi dan konsultasi. Di PT Adaro Indonesia diadakan safety talk dalam rentang waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan) setiap memulai pekerjaan. Pada area kerja Kelanis, safety talk dilaksanakan setiap hari (awal shift ) sebelum memulai pekerjaan. Beberapa informasi yang sering disampaikan dalam safety talk antara lain; da sar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), investigasi kecelakaan, Alat Pelindung Diri (APD), Job Safety Analysis (JSA), Standard Operating Procedure (SOP), jenis kebakaran dan cara pemadaman api, temuan / finding inspeksi dan observasi, sharing accident, hasil pengukuran / monitoring, lifting and rigging, mechanical safety, chemical safety, dsb. Safety talk merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperkuat peran manajemen perusahaan dalam upaya mengurangi angka kecelakaan kerja. Metode tersebut tidak lepas dari usaha manajemen untuk meningkatkan safety behavior dan menyadarkan karyawan pentingnya mematuhi K3 saat melakukan suatu pekerjaan. Ketika karyawan sadar pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan muncul motivasi internal dari masing -masing karyawan untuk berperilaku aman saat bekerja.

7 Safety talk berperan sebagai pemberi informasi serta pengingat bagi para karyawan terkait keselamatan kerja sehingga dapat terus mengingat dan memahami pentingnya safety behavior dan mencegah adanya u nsafe act yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Melalui metode safety talk, peran manajemen sebagai pihak yang bertanggung jawab terkait keselamatan dan kesehatan karyawan dapat dirasakan langsung oleh para karyawan. Hal tersebut karena dengan pelaksanaan safety talk, karyawan akan bertemu secara langsung dengan pihak manajemen sehingga mereka merasakan perhatian dan dukungan secara langsung untuk mentaati peraturan dan menjalankan perilaku keselamatan. Informasi perihal keselamatan dan k esehatan kerja secara spesifik dan relevan sangat diperlukan bagi karyawan dengan resiko kerja tinggi. Bentuknya antara lain metode pelaksanaan tugas kerja, SOP, alat pelindung diri, regulasi dan sebagainya. Melalui cara tersebut, angka resiko kecelakaan a kan terus berkurang. Pengetahuan mengenai tugas kerja akan meningkatkan safety behavior pada karyawan saat melaksanakan suatu tugas kerja. Oleh karena itu, safety talk terus dilaksanakan dan terus ditingkatkan kualitas serta efektivitasnya karena memberika n manfaat yang sangat positif baik kepada karyawan maupun bagi pihak perusahaan dalam menumbuhkan safety behavior. Safety behavior sendiri merupakan suatu bentuk perilaku karyawan yang secara sadar menjalankan pekerjaan berdasarkan K3 guna menghindari kec elakaan kerja. Griffin and Neal (2000) membedakan safety behavior menjadi dua jenis yaitu kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan. Kepatuhan keselamatan menunjukkan perilaku mendasar yang dilakukan oleh karyawan untuk memastikan keselamatan prib adi di lokasi kerja yang melibatkan mengikuti prosedur keselamatan dan melakukan pekerjaan dengan cara yang aman. Kepatuhan keselamatan dapat dilakukan dengan cara mematuhi Standard Operating

8 Procedure (SOP), tidak melanggar peraturan keselamatan, mengguna kan alat pelindung diri sesuai kondisi dan lingkungan kerja. Partisipasi keselamatan mengacu pada perilaku yang membantu mengembangkan dan mendukung lingkungan keselamatan, tidak hanya menjamin keselamatan pribadi tetapi juga keselamatan bersama. Membantu rekan kerja, mempromosikan program keselamatan dan menjadi relawan untuk semua kegiatan keselamatan dianggap sebagai beberapa bentuk perilaku partisipasi keselamatan. Partisipasi keselamatan berkaitan dengan perilaku keselamatan proaktif yang berkontribus i keseluruh keselamatan organisasi melalui pembahasan perilaku tersebut kepada orang lain, pekerjaan dan lingkungan kerja. Safety behavior menjadi output yang sangat diharapkan oleh semua pihak baik karyawan maupun manajemen perusahaan. Hal tersebut dikare nakan dengan munculnya safety behavior akan tercipta kondisi yang aman dan nyaman di lingkungan kerja. Safety behavior merupakan perilaku yang menguntungkan pihak karyawan dan manajemen perusahaan karena diharapkan tidak ada kecelakaan kerja yang dapat men gakibatkan cidera, fatality, kehilangan jam kerja d an juga kerugian secara materi. Safety behavior dapat muncul dan ditingkatkan dengan cara menumbuhkan self awareness terkait keselamatan kerja pada karyawan. Salah satu cara menumbuhkan self awareness sel ain dari internal individu juga dapat berasal dari dukungan pihak manajemen. Dukungan manajemen berbentuk komunikasi antara manajemen dengan karyawan dilakukan dengan metode safety talk. Adanya safety talk menjadi media yang diharapkan pihak perusahaan se bagai metode pemberi informasi, pengingat serta mengarahkan karyawan dalam menjalankan suatu tugas kerja yang efektif dan efisien yang pada akhirnya bertujuan untuk bagaimana para karyawan dapat menerapkan safety behavior di lingkungan kerja. Pihak manaje men PT Adaro Indonesia melalui berbagai metode dalam sistem manajemen keselamatan

9 senantiasa berusaha agar tercapai zero accident di setiap proses berjalannya perusahaan. Safety talk yang dilaksanakan setiap hari (awal shift ) diharapkan dapat mempertahanka n dan meningkatkan safety behavior pada karyawan dalam melaksanak an pekerjaan. Selain itu, safety talk erat kaitannya dengan masa kerja. Secara rasional, apabila seseorang yang memiliki masa kerja lebih lama tentunya akan semakin banyak mengikuti safety ta lk. Hal tersebut menarik untuk diungkap apakah safety talk dan masa kerja sejalan dalam mempengaruhi karyawan dalam mempertahankan dan meningkatkan safety behavior nya. Bersadarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masih tingginya angka kecelakaan kerj a di Indonesia. Selain karena lokasi kerja dengan resiko yang relatif tinggi, faktor utama penyebab tingginya kecelakaan kerja yaitu unsafe act/ unsafe behavior para karyawan saat melakukan pekerjaan. Safety talk digunakan manajemen perusahaan sebagai sala h satu usaha pencegahan terjadinya kecelakaan yang berkaitan erat dengan tujuan terciptanya safety behavior. Oleh karena itu, perlu ditinjau lebih lanjut terkait hubungan antara persepsi karyawan terhadap safety talk yang didukung dengan masa kerja karyawa n dengan safety behavior sehingga dapat ditemukan metode yang tepat untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi para karyawan. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap safety talk dengan safety behavior pada karyawan di PT Adaro Indonesia. C. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis.

10 1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat memperkaya hasil -hasil penelitian di bidang keilmuan Psikologi yang berkaitan dengan safety talk dan safety behavior sebagai penunjang program Keselamatan dan Kese hatan Kerja (K3) di perusahaan. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan atau ma sukan bagi pihak manajemen perusahaan, khususnya oleh bidang Quality, Health and Safety Environment (QHSE), serta penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana hubungan antara persepsi terhadap safety talk yang didukung masa kerja dengan safety behav ior pada pekerja perusahaan yang mempunyai risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Hasil penelitian juga dapat menjadi informasi bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.