PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh laktosa dan povidon dalam formula tablet ekstrak Kaempferia galanga L. secara granulasi basah

Pengaruh bahan pengisi pada tablet ibuprofen dengan metode cetak langsung

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

PENGARUH CARA PENGENDAPAN KEMBALI KRISTAL PARASETAMOL DENGAN PELARUT ETANOL SELAMA PROSES FABRIKASI TERRADAP SIFAT FISIK TABLET

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

Optimasi Formula Tablet Teofilin Menggunakan Co-Processed Excipients Campuran Laktosa dan Avicel

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM GARUT (Maranta arundinaceae Linn) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Dwi Rahayuningsih, Agus Siswanto, Suparman

1. Mesin cetak tablet

Optimasi formula sediaan tablet lepas lambat teofilin dengan bahan matrik HPMC, Na CMC, dan xanthan gum

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGERINGAN GRANUL TABLET KUNYAH BEE POLLEN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

Optimasi formula sediaan tablet piroksikam menggunakan bahan flowlac, avicel dan compritol secara Simplex Lattice Design

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

PENGARUH KANDUNGAN PATI SINGKONG TERPREGELATINASI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TABLET LEPAS TERKONTROL TEOFILIN

PENGARUH MAGNESIUM STEARAT, TALK ATAU KOMBINASINYA TERHADAP WAKTU HANCUR DAN DISOLUSI TABLET PREDNISON PADA CAMPURAN INTERAKTIFNYA

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

PENGGUNAAN AMILUM SAGU Metroxylon rumphii (Willd.) Mart. SEBAGAI BAHAN PELICIN DALAM PEMBUATAN TABLET

Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M., Sri, A., Eka, I.S.)

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN Heni Sumanti, Iskandar Sudirman, Indri Hapsari

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PENGARUH VARIASI KADAR GETAH SAGU (Metroxylon sagus Rottb) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN TABLET DEXAMETHASON

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM BIJI DURIAN

PENGARUH KADAR ALKOHOL SEBAGAI PELARUT POVIDONE TERHADAP SIFAT FISIK GRANUL DAN TABLET PARASETAMOL EFFERVESCENT

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFFECT OF TRAGACANTH AS BINDING AGENTS TO GINGER (Zingiber officinale Roxb.) lozenges

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN PENGARUH MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI YANG DIVARIASIKAN TERHADAP SIFAT FISIK TABLET ANTASIDA.

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PREPARASI DAN EVALUASI EKSIPIEN KO-PROSES PATI SINGKONG-KITOSAN YANG DIBUAT SECARA SPRAY DRYING*

Pengembangan pati singkong-avicel PH 101 menjadi bahan pengisi co-process tablet cetak langsung

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

UJI STABILITAS FISIK DAN ANTISEPTIK TERHADAP TABLET HISAP EKSTRAK KERING DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata Pers.)

BAB 5 SIMPULAN 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET KUNYAH KALSIUM LAKTAT DENGAN VARIASI KONSENTRASI HPMC SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIKNYA

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

STUDI KEMAMPUAN PATI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR PADA TABLET PARACETAMOL KEMPA LANGSUNG

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN OPTIMASI PENGGUNAAN SPRAY DRIED LACTOSE DAN AVICEL PH 102 SEBAGAI FILLER- BINDERS TABLET ASPIRIN

STUDI KEMAMPUAN PATI BIJI DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DALAM TABLET KETOPROFEN SECARA GRANULASI BASAH

(Submitted: 06 Agustus 2017, Accepted: 25 September 2017) Sri Rahayu, Nezar Azhari, Ina Ruslinawati

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. UJI AMILUM BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA TABLET KLORFENIRAMIN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

NIZAR ABDUSSALAM KORELASI ANTARA UKURAN GRANUL ASETAMINOFEN HASIL FLUIDIZED BED DRYER DENGAN VARIASI BOBOT TABLET PADA TABLETASI

THE EFFECT OF ASPARTAME AND SUCROSE AS SWEETENER AND DURIAN SEED S STARCH AS A BINDING AGENT IN ETHANOL EXTRACT 95% BETLE LEAF LOZENGES

ANAK AGUNG BAGUS MARADI WISWA DAMANA

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

OPTIMASI FORMULA TABLET PARASETAMOL DENGAN KOMBINASI Ac-Di-Sol DAN PVP K-30 MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi.

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

UJI FISIK FORMULASI TABLET FLOATING TEOFILIN DENGAN MATRIK HPMC

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

FORMULASI TABLET ANTALGIN DENGAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TUGAS AKHIR

NASKAH PUBLIKASI FORMULASI TABLET KUNYAH ATTAPULGIT DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGIKAT GELATIN MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

BAB III METODE PENELITIAN

Sapri, Dedi Setiawan, Rizki Khairunnisa Akademi Farmasi Samarinda ABSTRACT

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE GRANULASI KERING

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

PERBANDINGAN LAMA PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL TUGAS AKHIR

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

FORMULASI TABLET KUNYAH SERBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc) Yetti O.K, Sri Handayani, Surban

*Corresponding Author

Octalya Mutiara, Ari Widayanti, Pramulani Mulya Lestari Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta ABSTRACT

Terhadap Sifat Fisik dan Waktu Hancur Orally Disintegrating Tablets (ODTs) Piroksikam

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

BEBY YUNITA

IFNA ANGGAR KUSUMA K

OPTIMASI FORMULA TABLET EKSTRAK ETANOL SALAM-SAMBILOTO MENGGUNAKAN PVP K-30 SEBAGAI PENGIKAT DAN CROSPOVIDONE SEBAGAI PENGHANCUR

Transkripsi:

Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 166171, 21 PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 15 SEBAGAI BAHAN PENGISIPENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG THE EFFECT OF REPEATED COMPACTION ON STARCH 15 AS A FILLER BINDER OF DIRECT COMPRESSION TABLET Sri Sulihtyowati Soebagyo dan Muliyadi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Starch 15 sebagai bahan pengisipengikat tablet kempa langsung, mempunyai kelemahan yaitu sifat alirnya kurang baik. Untuk memperbaiki sifat alirnya bisa dengan jalan membesarkan ukuran partikelnya secara granulasi melalui pengempaan. Pengempaan sekali menghasilkan granul Starch 15 yang lebih baik sifat alir, kompresibilitas dan kompaktibilitasnya dibandingkan dengan serbuk Starch 15 aslinya. Granul tersebut bila ditablet mengha silkan tablet yang lebih keras, kurang rapuh dan waktu hancur yang lebih lama daripada tablet serbuk Starch 15 aslinya. Namun granul hasil pengempaan ulang (2 kali pengulangan), walaupun sifat alirnya lebih baik lagi tetapi kompresibilitas dan kompaktibilitasnya cenderung menurun. Dan granul tersebut jika ditablet menghasilkan tablet yang cenderung kekerasannya turun, kerapuhannya naik tetapi waktu hancurnya naik secara bermakna. Kata kunci : Starch 15, serbuk, granul, sifat alir, kompresibilitas, sifat tablet ABSTRACT Poor flowability is the weakness of Starch 15 as a fillerbinder of direct compression tablet. Granulation by compaction is one of the ways to improve the flow ability as it produced larger granules. Compaction of Starch 15 (once) produced granules having flowability, compressibility and compactibility better than the original Starch 15 powder. These granules, eventually, yielded tablets having higher hardness, less friable and longer disintegration time than that of the original Starch 15. On twice compaction of Starch 15, however, produced more fluid granules than previous method but the compressibility and compactibility tended to decrease. These type of granules yielded tablets having lower hardness and friability but higher disintegration time, significantly. Key words: Starch 15, granule, flowability, compressibility, tablet properties PENDAHULUAN Starch 15 merupakan bahan pengisipengikat tablet kempa langsung yang mempunyai kelemahan yaitu sifat alirnya jelek. Untuk memperbaiki sifat alir dapat dilakukan dengan jalan memperbesar ukuran partikelnya lewat granulasi (Bolhuis dan Chowhan, 1996). Granulasi dapat dilakukan secara pengempaan dengan tekanan yang relatif besar. Hasil pengempaan dihancurkan kembali menjadi granul dengan ukuran sesuai yang diinginkan (Rudnic dan Kottke, 1996). Pada waktu hasil kempaan dihancurkan selain granul dengan ukuran seperti yang diinginkan juga didapatkan partikelpartikel yang relatif lebih kecil ukurannya. Partikelpartikel ini tentunya dapat dikempa lagi untuk memperbesar ukurannya. Permasalahan yang timbul, bagaimana pengaruh pengempaan maupun pengempaan ulang dengan tekanan kempa yang relatif besar terhadap sifat fisik serbuk Starch 15 aslinya dan kaitannya dengan sifat Majalah Farmasi Indonesia, 12(4),21

Pengaruh Pengempaan Ulang pada tablet yang dihasilkan? Oleh karena itu perlu diteliti pengaruh pengempaan ulang pada serbuk Starch 15 terhadap sifat fisiknya dan kaitannya dengan sifat tablet yang dihasilkan. METODOLOGI Alat. Mesin tablet single punch (Rickermann Korsch Berlin), Hardness tester (Stokes, Hoshinos Tube), Abrasive tester (Erweka GmbH Type Tap), Disintegration tester (Erweka GmbH Type Z.T2), Sieving machine (Erweka AR 4) dan alat uji daya serap air (buatan Lab.Teknologi Farmasi, Fak. Farmasi Universitas Gadjah Mada) Bahan. Serbuk Starch 15 (Colorcon) Jalannya Penelitian Pengujian sifat alir serbuk Starch 15 secara langsung dengan corong. Pengujian bulk density serbuk Starch 15. Serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 5 ml sampai batas tanpa dilakukan penghentakan. Serbuk lalu ditimbang dan ditentukan bulk densitynya. Bulk density = Berat serbuk (gram)/volume serbuk (ml) (1) Pengujian kandungan air Starch 15 Ditimbang 5 gram serbuk lalu dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah dibobot tetapkan, kemudian dipanaskan pada suhu 6 C sampai diperoleh berat konstan. Berat serbuk awal berat serbuk konstan Kandungan air = x 1% (2) Berat serbuk awal Pengujian kompaktibilitas serbuk Sejumlah serbuk dimasukkan ke die. Serbuk dikempa menjadi tablet dengan tekanan mulai dari yang rendah (penurunan punch atas 1 mm, 2 mm dan seterusnya) sampai tekanan yang tinggi (penurunan punch atas 7 mm). Diamati kekerasan tabletnya. Pengempaan serbuk Starch 15 dengan tekanan tinggi Sejumlah serbuk dikempa dengan tekanan tinggi (penurunan punch atas 6.5 mm). Tablet dihancurkan kembali sampai mendapatkan granul dengan ukuran 16/35 mesh. Pengempaan ulang granul Starch 15 dengan tekanan tinggi Sejumlah granul 16/35 mesh dikempa dengan tekanan tinggi (penurunan punch atas 6,5 mm). Tablet dihancurkan kembali sampai mendapatkan granul dengan ukuran 16/35 mesh. Pengempaan ulang dilakukan 2 kali. Pengujian sifat fisik granul Starch 15 16/35 mesh Granul yang didapatkan diuji daya serap air, densitas, sifat alir dan kompaktibilitasnya seperti pada uji serbuknya. Granul juga diuji kerapuhannya dengan metoda pengayakan. Pembuatan tablet Starch 15 Baik serbuk maupun granul Starch 15 hasil pengempaan pertama maupun pengempaan ulang dengan volume yang sama dikempa menjadi tablet dengan tekanan kompresi yang sama. Pengujian sifat fisik tablet Tablet yang dihasilkan diuji kekerasannya dengan alat hardness tester, kerapuhannya dengan alat abrasive tester, daya serap air, dan waktu hancurnya dengan alat disintegration tester. Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 21 167

Sri Sulihtyowati.S. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisik serbuk dan granul Starch 15 Kandungan air, densitas, sifat alir serbuk maupun granul juga kerapuhan granul dapat dilihat pada tabel berikut Parameter Kandungan air (%) Bulk density Waktu alir (detik) Kerapuhan(% fines di pan) Tabel I. Sifat fisik serbuk dan granul Starch 15 Serbuk 1,7+4,7,47+,8 Tidak mengalir Granul I II III 17,7+,5 19,1+,3 19,1+,1,49+,5,53+,6,56+,5 8,8 +,12 7,7 +,12 7,5 +,15 6,7+9,41 42,9+13,2 31,2 + 8,32 Keterangan : I = hasil pengempaan 1 kali, II= hasil pengempaan 2 kali, III= hasil pengempaan 3 kali, = tidak dievaluasi Kandungan air Data dalam Tabel I menunjukkan bahwa kandungan air granul Starch 15 relatif lebih besar daripada serbuknya. Menurut Bolhuis dan Chowhan (1996), kandungan air dalam amilum terjadi dalam tingkatan yang berbeda. Awalnya, molekul air terikat erat dengan unitunit anhidroglukosa yang secara stoichiometric dalam perbandingan air:unit anhidroglukosa = 1:1 menghasilkan kandungan air sebanyak 11,1%. Jika secara stoichiometric perbandingannya antara 1:1 dan 1:2 maka ikatan molekul airnya kurang kuat dibanding yang sudah terikat di unitunit anhidroglukosa. Keadaan ini diperlukan untuk memberikan plastisitas amilum. Sedangkan absorpsi air yang melebihi perbandingan 2:1, maka kandungan airnya merupakan bulk air yang mengakibatkan menurunnya kemampuan untuk membentuk ikatan antar partikel amilum yang kemungkinan disebabkan oleh terbentuknya lapisan air. Sedangkan perbandingan dibawah 1:1 mengurangi kompaktibilitas amilum. Kenaikan kandungan air pada Starch 15 yang mengalami pengempaan berulang, kemungkinan besar disebabkan pada waktu pengempaan dengan tekanan yang besar menghasilkan granul Starch 15 yang relatif lebih kering (karena tekanan bisa menimbulkan panas), sehingga relatif lebih efektif mengabsorpsi air. Bulk density Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan bulk density (Tabel I). Adanya pengempaan mengakibatkan terjadinya pemampatan partikel sehingga porositas massa akan berkurang, sehingga pada volume massa yang sama akan memberikan berat yang lebih besar. Selain itu juga disebabkan oleh kandungan air yang relatif lebih banyak. Waktu alir Data pada Tabel I memperlihatkan bahwa serbuk Starch 15 pada waktu pengujian tidak dapat mengalir. Dengan adanya pengempaan menghasilkan granul yang dapat memperbaiki sifat alirnya, dan adanya pengempaan ulang sifat alir granulnya relatif lebih baik lagi. Sifat alir diantaranya dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk partikel, dan densitas. Serbuk Starch 15 sifat alirnya jelek disebabkan ukuran partikelnya yang relatif kecil. Makin kecil ukuran partikel, makin tinggi kohesivitasnya dan ini akan mengurangi kecepatan alirnya. Sedangkan diantara granul I, II dan III yang diasumsikan bentuk dan ukurannya sama (16/35 mesh), maka waktu alirnya lebih ditentukan oleh densitasnya. Makin tinggi densitas makin berat pula sehingga makin mudah mengalir. Hal ini sesuai dengan data. Kerapuhan granul Kerapuhan granul didasarkan atas banyaknya fines yang terjadi setelah uji kerapuhan secara pengayakan. Data dalam Tabel I menunjukkan bahwa Starch 15 yang mengalami pengempaan berulang Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 21 168

Pengaruh Pengempaan Ulang pada akan memberikan massa yang makin tidak rapuh, berarti makin sering dikempa memberikan ikatan antar partikel yang semakin kuat. Hal ini ditunjang oleh data kandungan air yang relatif lebih banyak yang kemungkinan dalam jumlah yang cukup memberikan plastisitas Starch 15 (Bolhuis dan Chowhan, 1996). Kompaktibilitas serbuk maupun granul Starch 15 terlihat dalam Tabel II. Kompaktibilitas massa ditunjukkan oleh kekerasan tabletnya. Bahan yang bersifat kompaktibel adalah bahan yang dengan tekanan kecil sudah dapat membentuk tablet dengan kekerasan tertentu. Kompaktibilitas bahan sangat berpengaruh terhadap kekerasan tablet yang dihasilkan. Sehingga untuk mengetahui kompaktibilitas bahan dievaluasi dengan mengukur kekerasan tabletnya pada berbagai tekanan kompresi. Tekanan kompresi digambarkan oleh kedalaman punch atas ketika turun ke ruang die. Tabel II. Kompaktibilitas serbuk dan granul Starch 15 Penurunan punch atas (mm) Kekerasan tablet (kg) S Granul Starch 15 I II III 1 2 3 4 5 6 7,7 1,3 5,3 * 1,25 1,6 2,15 6,9 14,15,8 1,5 4,7 13,45,7,8 1,35 4,52 15,25 Keterangan : S = Serbuk Starch 15 yang belum mengalami pengempaan, I = Pengempaan 1 kali, II = Pengempaan 2 kali, III = Pengempaan 3 kali, = Belum terbentuk tablet, * = Mesin macet, = mulai terbentuk tablet tapi rapuh sekali Data Tabel II memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan granulnya, kompaktibilitas serbuk Starch 15 relatif paling kecill (tablet baru terbentuk pada tekanan kompresi yang relatif lebih besar dan kekerasannya,7 kg). Hal ini disebabkan oleh ukuran serbuknya, dibawah 125 m partikel Starch 15 merupakan partikel yang relatif permukaannya halus (Bolhuis dan Chowhan, 1996). Dengan demikian ikatan antar partikelnya relatif lebih lemah dibandingkan granulnya yang mempunyai permukaan yang lebih kasar. Sedang diantara granul Starch 15, yaitu granul I yang didapatkan dari hasil pengempaan 1 kali, granul II hasil pengempaan 2 kali dan granul III hasil pengempaan 3 kali, kompaktibilitasnya cenderung menurun. Keadaan ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Selama proses pengempaan, Starch 15 mengalami deformasi plastik dan selama pengempaan pada kecepatan tekanan yang tinggi sebagian besar deformasi yang ada adalah deformasi elastik (Bolhuis dan Chowhan, 1996). Dengan demikian adanya pengempaan berulang dengan tekanan tinggi yang dapat diasumsikan sebagai adanya kecepatan tekanan yang tinggi, kompaktibilitas granulnya cenderung menurun karena terjadinya deformasi elastik. Selain itu granul II dan III relatif kurang rapuh dibanding granul I (lihat Tabel I). Sehingga pada waktu pengempaan granul I lebih mudah pecah, terbentuklah fines dan fines ini akan mengisi ronggarongga antar partikel sehingga memberikan massa yang lebih kompak. Hasil pengamatan sifat fisik tablet digambarkan dalam Tabel III Bobot rerata tablet Pada Tabel III terlihat bahwa bobot rerata tablet naik secara berurutan mulai dari serbuk Starch 15, granul I, granul II dan granul III. Pada penelitian ini volume massa tablet dibuat sama, sehingga berat tablet yang dihasilkan tergantung pada densitas massanya (bulk density). Makin besar bulk density akan makin besar berat tabletnya. Sesuai dengan bulk density massa tablet (lihat Tabel I), bulk density naik secara Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 21 169

Sri Sulihtyowati.S. berurutan mulai dari serbuk Starch 15, granul I, granul II dan granul III, maka bobot rerata tabletnya juga naik secara berurutan seperti itu. Sifat Bobot rerata (mg) CV bobot tablet (%) Kekerasan tablet (kg) Kerapuhan tablet (%) Ketebalan tablet (mm) Penyerapan air (% bobot tablet menit 13) Waktu hancur tablet (menit) Tabel III. Sifat fisik tablet Tablet S I II III 589 + 8 63 + 7 1,36 1,11 6,29 +,16 4,73 +,44,26 +,1,31 +,2 4,1 +,1 4,42 +,1 24,43 +,12 23,44 +,89 571 + 11 1,93 5,3 +,57,6 +,6 4,37 +,2 27,9 + 1,13 639 + 7 1,1 4,52 +,23,42 +,3 4,49 +,5 21,3 + 4,84 8,13 +,92 15,27 +,19 19,83 +,96 25,38 + 1,13 Keterangan : S = Serbuk Starch 15 yang belum mengalami pengempaan, I = Granul Starch 15 hasil pengempaan 1 kali, II = Granul Starch 15 hasil mengempaan 2 kali, III = Granul Starch 15 hasil pengempaan 3 kali CV bobot tablet CV bobot tablet menggambarkan tingkat keseragaman bobot tablet. CV bobot tablet cenderung menurun dengan adanya pengempaan ulang (Tabel III). Menurunnya harga CV bobot tablet mengisyaratkan membaiknya sifat alir massa tabletnya. Hal ini sesuai dengan waktu alir massa tablet (Tabel I) Kekerasan tablet Kekerasan tablet dalam penelitian ini lebih disebabkan karena kompaktibilitas massanya, sebab volume dan tekanan kompresi dikendalikan sama. Data dalam Tabel III menunjukkan bahwa kekerasan tablet granul I lebih keras daripada tablet serbuk Starch 15. Tetapi kekerasan tablet granul II dan granul III cenderung berkurang juga terhadap tablet serbuk Starch 15. Ini mengisyaratkan bahwa kompaktibilitas granul I lebih besar dari serbuk Starch 15, dan cenderung menurun pada granul II dan III. Hal ini sesuai dengan hasil uji kompaktibilitasnya (Tabel II). Kerapuhan tablet Antara kerapuhan dan kekerasan tablet ada hubungannya, semakin tinggi kekerasan tablet, semakin rendah kerapuhannya. Hal ini terbukti pada data (Tabel III ), kecuali pada tablet serbuk Starch 15. Namun secara keseluruhan, perbedaan kerapuhan tablet tersebut tidak bermakna. Ketebalan tablet Menurut Alderborn dan Nystrom (1996), ketebalan tablet berhubungan dengan kompresibilitas massa tablet, sebab kompresibilitas diartikan sebagai kemampuan massa tablet untuk dimampatkan dengan adanya tekanan. Artinya, pada volume massa yang sama jika dikempa pada tekanan yang sama, makin tipis ketebalan tablet yang dihasilkan makin baik kompresibilitas massa tabletnya. Data ketebalan tablet (Tabel III) terlihat bahwa kompresibilitas serbuk Starch 15 diperbaiki dengan adanya pengempaan satu kali, adanya pengempaan berulang berakibat menurunkan kompresibilitas. Kompresibilitas massa tergantung dari sifat alir, porositas dan distribusi ukuran partikel. Serbuk Starch 15 dibandingkan dengan granul hasil pengempaan satu kali hampir sama porositasnya, sebab densitasnya hampir sama tetapi sifat alirnya lebih jelek (Tabel I). Akibatnya pada waktu dikempa menjadi tablet serbuk Starch 15 kurang mampu menata diri untuk menempati ronggarongga antar partikel sehingga massa kurang mampat dan tablet relatif lebih tebal. Sedangkan antara granul hasil pengempaan satu, dua dan tiga kali, walaupun sifat alirnya cenderung lebih baik, tetapi porositasnya menurun sebab densitas massanya naik (Tabel I). Dengan demikian kemampatannya menurun, akibatnya tebal tabletnya naik. Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 21 17

Pengaruh Pengempaan Ulang pada Penyerapan air dan waktu hancur tablet Dari data Tabel III terlihat bahwa adanya pengempaan menaikkan waktu hancur tablet. Waktu hancur tablet diantaranya ditentukan oleh kemampuan penyerapan air yang salah satunya ditentukan oleh porositas. Adanya pengempaan dan pengempaan ulang jelas akan memperkecil porositas. Makin kecil porositas relatif makin lama air yang terserap sehingga makin lama waktu hancur tabletnya. KESIMPULAN Pengempaan berulang pada serbuk Starch 15 dapat memperbaiki sifat alir, meningkatkan densitas namun menurunkan kemampuan penyerapan air. Pengempaan satu kali akan memperbaiki kompaktibilitas dan kompresibilitas serbuk Starch 15, tetapi pengempaan berulang cenderung menurunkan kompaktibilitas dan kompresibilitasnya. Starch 15 sebagai bahan pengisipengikat tablet kempa langsung, setelah mengalami pengempaan satu kali menghasilkan tablet yang lebih keras, kurang rapuh dengan waktu hancur yang lebih lama. Setelah mengalami pengempaan ulang menghasilkan tablet yang kekerasannya cenderung turun, kerapuhannya cenderung naik tetapi waktu hancurnya naik secara bermakna. DAFTAR PUSTAKA Alderborn, G. dan Nystrom, C., (Ed.), 1996, Pharmaceutical Powder Compaction Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, viiviii. Bolhuis, G.K. and Chowhan, Z.T., 1996, Material for Direct Compaction in Alderborn, G. and Nystrom, C. (Ed.), Pharmaceutical Powder Compaction Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, 419 447. Rudnic, E.M. and Kottke, M.K., 1996, Tablet Dosage Forms in Banker, G.S. and Rhodes, C.T. (Ed.), Modern Pharmaceutics, 3 rd Ed., Marcel Dekker, Inc., New YorkBaselHongkong, 33339. Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 21 171