DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN. sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara (BPS Aceh 2012). penduduk. Areal tanaman kelapa di Provinsi Aceh pada tahun 2004 seluas

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

LESTARI BRIEF MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

DAFTAR ISI. Halaman. xiii. xiv

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

I. PENDAHULUAN. cukup luas sangat menunjang untuk kegiatan pertanian. Sebagai negara agraris yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

STRATEGI KEBIJAKAN PEREMAJAAN KELAPA RAKYAT 1)

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat

ALIH FUNGSI LAHAN TEBU MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN TANDEM SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Transkripsi:

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 8 1.4.1 Manfaat teoritis... 8 1.4.2 Manfaat praktis... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkebunan Kelapa di Indonesia... 10 2.2 Manfaat Kelapa Dalam... 12 2.3 Nilai Ekonomi Total... 18 2.3.1 Nilai Potensi Kayu... 18 2.3.2 Nilai Ekonomi Total... 20 xii

2.4 Penelitian Terdahulu... 22 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir... 33 3.2 Kerangka Konsep... 35 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian... 39 4.2 Lokasi dan waktu penelitian... 39 4.3 Ruang Lingkup Penelitian... 40 4.4 Jenis dan Sumber Data... 40 4.4.1 Jenis data... 40 4.4.2 Sumber data... 41 4.5 Penentuan Sumber Data... 42 4.6 Variabel Penelitian... 42 4.6.1 Identifikasi variabel penelitian... 42 4.6.2 Definisi operasional variabel... 45 4.7 Analisis Data... 48 4.7.1 Nilai Potensi Kayu Kelapa Dalam... 48 4.7.2 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa... 50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 53 5.1.1 Profil Desa Selumbung... 53 5.1.2 Keadaan Wilayah Desa Selumbung... 55 5.1.3 Struktur Organisasi Desa Selumbung... 56 5.2 Identitas Responden... 61 5.3 Nilai Potensi Kayu Kelapa... 61 5.4 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa... 65 5.4.1 Nilai Manfaat Langsung Perkebunan Kelapa... 65 5.4.2 Nilai Manfaat Tidak Langsung Perkebunan Kelapa... 67 5.4.3 Nilai Manfaat Pilihan Perkebunan Kelapa... 68 xiii

5.4.4 Nilai Manfaat Keberadaan Perkebunan Kelapa... 72 5.4.5 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa... 73 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 75 6.2 Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

DAFTAR TABEL Halaman 1.1 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Dalam di Bali Tahun 2015... 3 1.2 Harga Buah Kelapa Dalam di Provinsi Bali Tahun 2015... 4 1.3 Hasil Analisis Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa Murni di Desa Selumbung Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Tahun 2006... 5 2.1 Perhitungan Nilai Potensi Kayu... 19 4.1 Variabel Penelitian dan Pengukuran Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung... 43 4.2 Notasi Nilai Potensi Kayu Kelapa Dalam Di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem... 48 5.1 Nilai Potensi Kayu Kelapa Dalam Di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem... 63 5.2 Nilai Manfaat Langsung Perkebunan Kelapa (Rp/ha/tahun)... 65 5.3 Nilai Manfaat Tidak Langsung Perkebunan Kelapa (Rp/ha/tahun)... 68 5.4 Nilai Manfaat Pilihan Perkebunan Kelapa (Rp/ha/tahun)... 69 5.5 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung... 73 xv

DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Kerangka Berpikir... 35 5.2 Struktur Organisasi Desa Selumbung... 56 xvi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Identitas Responden... 80 2. Nilai Manfaat Langsung Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung, Kabupaten Karangasem (Rp/tahun)... 81 3. Kegiatan: Reboisasi Penanaman Intentif Satuan : Rp/Ha (Penanaman Intensif 1.100 batang/ha)... 84 4. Nilai Manfaat Pilihan Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung, Kabupaten Karangasem (Rp/tahun)... 87 5. Nilai Manfaat keberadaan Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung, Kabupaten Karangasem (Rp/tahun)... 95 6. Dokumnetasi... 96 7. Kuisioner Penelitian Tesisnilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa Di Desa Selumbung Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.. 99 xvii

ABSTRAK Ni Luh Made Indah Murdyani Dewi. Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Komisi Pembimbing Dr. I Wayan Budiasa, SP., MP dan Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM. Nilai ekonomi total (NET) pada perkebunan kelapa merupakan nilai keseluruhan yang di dapat dari nilai manfaat langsung, tidak langsung, pilihan, dan keberadaan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung potensi kayu kelapa yang dijadikan kayu balok dan menghitung nilai ekonomi total perkebunan kelapa di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif berdasarkan analisis NET. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survei terhadap 30 sampel petani dengan pengumpulan data berupa manfaat langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan. Data sekunder diperoleh dengan studi pustaka yaitu pengumpulan data berupa manfaat tidak langsung. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa nilai potensi kayu kelapa dalam sebesar Rp 470.435.250,00 per tahun dari total luas 330,13 ha dengan umur pohon kelapa dapat dijadikan kayu balok adalah 100 tahun. Selanjutnya, NET perkebunan kelapa sebesar Rp 11.975.383.877,76terdiri atas nilai manfaat langsung sebesar Rp 5.140.940.181,36 (42,93%), nilai manfaat tidak langsung sebesar Rp 3.458.111.750,00 (28,88%), nilai manfaat pilihan sebesar Rp 3.136.108.890,34 (26,19%), dan nilai manfaat keberadaan sebesar Rp 240.223.056,06 (2,00%). NET sekitar 25,5 kali lebih besar dibandingkan dengan potensi nilai kayu hasil penebangan. Oleh karena itu, perkebunan kelapa tersebut harus tetap bertahan dan terpelihara serta dilakukannya pemupukan terhadap tanaman kelapa sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih optimal Kata Kunci : manfaat langsung, tidak langsung, pilihan, keberadaan, kelapa xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki pertanaman kelapa terluas di dunia dengan pangsa 31% dari total luas areal kelapa dunia. Peringkat kedua diduduki Filipina (pangsa 25,8%), disusul India (pangsa 16,0%), Sri Langka (pangsa 3,7%), dan Thailand (pangsa 3,1%). Namun demikian, dari segi produksi ternyata Indonesia hanya menduduki posisi ke dua setelah Filipina. Ragam produk dan devisa yang dihasilkan Indonesia juga di bawah India dan Sri Lanka. Perolehan devisa dari produk kelapa mencapai 229 juta US$ atau 11% dari ekspor produk kelapa dunia pada tahun 2003 (BPPMD, 2009). Sebagai tanaman tropis, kelapa telah lama dikenal masyarakat Indonesia, hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20 juta ha (32,90%), Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%), Bali, NTB, dan NTT 0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta ha (7,50%). Selama 34 tahun, luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada tahun 1969 menjadi 3,89 juta hektar pada tahun 2005. Meskipun luas areal meningkat, namun produksi pertanaman cenderung semakin menurun pada tahun 2001 rata-rata 1,3 ton/ha dan tahun 2005 rata-rata 0,7 ton/ha (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2008). xix 1

2 Produksi kelapa Indonesia masih rendah dibandingkan dengan Filipina, tetapi masih di atas India dan Srilangka. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi pertanaman kelapa selama ini adalah komposisi tanaman tua yang makin meningkat (Allorerung, 1999). Tanaman kelapa yang semakin tua, pohonnya akan bertambah tinggi dan buahnya makin berkurang. Allorerung (1990) mengemukakan bahwa produksi tanaman kelapa setelah umur 50 tahun akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Disamping itu biaya panen meningkat dengan bertambah tingginya pohon sehingga tidak ekonomis lagi, oleh sebab itu kelapa yang telah tua terutama kelapa dalam (tall variety) perlu diremajakan. Peremajaan berarti mengganti tanaman yang ada dengan tanaman baru, dengan cara menebang dan tidak menebang semua kelapa tua pada saat penanaman tanaman pengganti. Sebaiknya peremajaan dilakukan pada kelapa berumur lebih dari 50 tahun, karena pendapatan yang diperoleh tidak efisien lagi. Kondisi tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi secara sungguhsungguh. Untuk itu pemberdayaan petani kelapa, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan sekaligus mengentaskan kemiskinan merupakan upaya yang strategis (Supadi dan Nurmanaf, 2006). Perkebunan kelapa rakyat dicirikan memiliki lahan yang sempit, pemeliharaan seadanya atau tidak sama sekali dan tidak pada skala komersial. Permintaan produk-produk berbasis kelapa masih terus meningkat baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri (Roadmap, 2009). xx

3 Tanaman kelapa ditanam hampir di seluruh wilayah Bali, sentra produksi terletak di Kabupaten Jembrana, Karangasem, dan Tabanan. Dari seluruh total luas areal perkebunan kelapa di Bali, kurang lebih 98,7% adalah merupakan perkebunan rakyat dimana tidak kurang dari 200.000 KK menggantungkan hidupnya di sektor perkebunan kelapa ini. Berikut adalah Tabel 1.1 mengenai luas areal dan produksi kelapa dalam di Provinsi Bali. Tabel 1.1 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Dalam Di Bali Tahun 2015 No. Kabupaten Luas Areal (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kg/Ha/Th) TBM TM TTM Jumlah I PERKEBUNAN RAKYAT 1 Jembrana 1.012,55 14.789,25 1.272,95 17.074,75 17.445,11 1.179,58 2 Tabanan 1.381,45 13.393,71 323,34 15.098,50 18.376,86 1.372,05 3 Badung 220,38 2.103,00 142,83 2.466,21 2.399,68 1.141,07 4 Gianyar 112,00 3.902,89 43,12 4.058,01 3.808,03 975,69 5 Bangli 279,00 2.530,00 9,00 2.818,00 2.941,23 1.162,54 6 Klungkung 1.224,00 2.114,00 25,00 3.363,00 2.232,80 1.056,20 7 Karangasem 3.320,38 14.084,55 581,45 17.986,38 14.673,44 1.041,81 8 Buleleng 1.140,88 7.401,21 456,60 8.998,69 9.024,88 1.219,38 9 Kota Denpasar 20,00 82,00 19,00 121,00 42,60 519,45 Jumlah Perk.Rakyat 8.710,64 60.400,61 2.873,29 71.984,54 70.944,62 9.667,78 II PERKEBUNAN BESAR 1 Pulukan - 34,82 102,99 137,81 27,65 793,99 2 Sangiang - 77,28 1,32 78,60 97,65 1.263,62 3 Sendang - - - - - - 4 Tajun - - - - - - Jumlah Perk. Besar - 112,10 104,31 216,41 125,30 2.057,60 Total Bali 2015 8.710,64 60.512,71 2.977,60 72.200,95 71.069,92 11.725,38 Sumber : Disbun Bali (2016) Keterangan: TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TTM : Tanaman Tidak Menghasilkan xxi

4 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, telihat bahwa luas lahan kebun kelapa dalam di Kabupaten Karangasem memiliki potensi untuk terus dikembangkan sehingga nantinya petani yang berada di Kabupaten Karangasem ini dapat memanfaatkan kebun kelapanya untuk terus dilakukan suatu pengembangan. Selain memiliki luas kebun kelapa yang cukup tinggi, produksi kelapa di Kabupaten Karangasem rendah dibandingkan dengan Kabupaten Jembrana dan Tabanan, sehingga perlu adanya peningkatan pemeliharaan untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Kabupaten Karangasem merupakan salah satu penghasil kelapa yang memiliki nilai jual tinggi di Provinsi Bali. Harga buah kelapa (Rp/butir) di Provinsi Bali terlihat pada Tabel 1.2 di bawah ini. No Komoditi Tabel 1.2 Harga Buah Kelapa Dalam di Provinsi Bali Tahun 2015 Jembr ana Taba nan Badu ng Bangli Kabupaten Giany ar Klungk ung Karang asem Bulel eng 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Kelapa butiran (Rp/butir) Sumber: Disbun Bali (2015) ratarata Prov. Bali 3.200 3.250 4.000 3.500 3.500 3.500 4.000 4.000 3.408 Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa harga kelapa butiran di Kabupaten Karangasem merupakan salah satu harga tertinggi di Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kelapa di Karangasem juga merupakan kualitas terbaik sehingga para pengepul berani mengambil dengan harga yang tinggi. Desa Selumbung merupakan salah satu desa penghasil tanaman kelapa di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. Kualitas minyak kelapa di desa ini xxii

5 tergolong cukup baik terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh BPTP Bali. Berikut adalah hasil analisa tersebut. Tabel 1.3 Hasil Analisis Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa Murni di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Tahun 2006 No Analisa Kimia Produk Petani (%) Standar (%) 1 Asam Kaproat 0,46 0,4-0,6 2 Asam Kaprilat 8,22 5,0-10,0 3 Asam Kaprat 6,89 4,5-8,0 4 Asam Laurat 52,11 43,0-53,0 5 Asam Miristat 17,47 16,0-21,0 6 Asam Palmitat 6,96 7,5-10,0 7 Asam Linoleat 0,79 2,0-4,0 8 Asam Oleat 4,86 1,0-2,5 9 Asam Stearat 2,22 < 0,5 10 Asam Lemak Bebas 0,12 0,5 11 Bilangan Peroksida 0,56 3 Sumber: BPTP Bali (2006) Berdasarkan data penelitian dari BPTP Bali di atas, terlihat bahwa mutu minyak kelapa murni yang dihasilkan petani di Desa Selumbung ini telah memnuhi syarat dengan melihat standar yang diterbitkan oleh APCC khusus untuk minyak VCO. Kandungan minyak VCO yang terpenting adalah Asam Laurat yang menurut hasil penelitian secara ilmiah membuktikan bahwa asam laurat dlaam tubuh manusia diubah menjadi monolaurin yang berperan dalam membunuh virus, bakteri, cendawan, dna protozoa (anonim, 2006). Tanaman kelapa memiliki peran sosial, budaya dan ekonomis dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan khususnya di Bali tanaman kelapa sangat dibutuhkan sebagai sarana upakara untuk kegiatan upacara keagamaan seperti buah dan janurnya. Manfaat tanaman Kelapa tidak saja terletak pada daging xxiii

6 buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra dan minyak kelapa tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang sangat besar. Dengan adanya peningkatan produktivitas dengan menggunakan bibit unggul dalam usaha peremajaan kelapa, pendapatan dari usahatani kelapa monokultur tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain oleh (a) nilai tukar kelapa butiran atau kopra relatif rendah, (b) semakin menyempitnya areal pemilikan petani, dan (c) terbatasnya kemampuan petani memelihara tanaman kelapanya (Mahmud dan Allorerung, 1997). Desa Selumbung memiliki perkebunan kelapa seluas 330,13 ha dengan Tanaman Menghasilkan (TM) 300 ha dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 30,13 ha. Jumlah produksi kelapa di Desa Selumbung adalah 295,5 ton kopra, sedangkan produktivitasnya sebesar 985 kg/ha/th kopra. Pada satu kg kopra dihasilkan 2,5 butir kelapa, jadi jumlah buah dalam satu ha perkebunan kelapa sebanyak 2462,5 butir (UPTD, 2015). Perkebunan rakyat kelapa dalam selain memiliki nilai tangible (berwujud) yang secara nyata dapat menghasilkan devisa bagi negara, juga memiliki nilainilai intangible (tidak berwujud) yang belum dihitung secara ekonomi. Sebagai contoh manfaat tanaman kelapa sebagai penyangga bukit-bukit agar tidak terjadi longsor dan nilai-nilai kehidupan yang ada di sekitar perkebunan kelapa dalam serta nilai keberadaan dari penggunaan pupuk organik. Sifatnya yang non market tersebut menyebabkan banyak manfaat sumber daya kebun kelapa belum dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi (Iqbal, 2014). xxiv

7 Perkebunan kelapa dalam sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai tanaman yang bernilai ekonomi, namun pola pemanfaatan kebun ini masih sangat rendah, dan masyarakat sekitar belum optimal dalam memanfaatkan dan memelihara kebun kelapa yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkebunan kelapa dalam, untuk memberikan informasi mengenai nilai manfaat perkebunan kelapa dalam secara keseluruhan pada Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang ingin diujikan adalah sebagai berikut. 1. Seberapa besar nilai potensi kayu kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem jika ditebang secara keseluruhan? 2. Seberapa besar nilai ekonomi total perkebunan kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut 1. Besarnya nilai potensi kayu kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem jika ditebang secara keseluruhan. xxv

8 2. Besarnya nilai ekonomi total perkebunan kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. 1.4 Manfaat Penelitian Setiap pennulisan karya ilmiah atau penelitian memiliki manfaat atau guna yang ingin dicapai berupa hasil yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan saat ini maupun yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Secara rinci manfaat penelitian secara teoritis maupun praktis dapat dijabarkan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah wawasan bagi peneliti tentang nilai ekonomi total perkebunan kelapa di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat member bantuan positif bagi pengembangan perekonomian masyarakat, khususnya perekonomian para petani. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Petani di Desa Selumbung Sebagai tambahan informasi bagi petani agar selalu memelihara kebun kelapa karena kelapa tersebut memiliki nilai yang sangat bermanfaat bagi petani. 2. Bagi Peneliti Lainnya xxvi

9 Sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa atau peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menambah pengetahuan dan referensi tentang nilai total ekonomi perkebunan kelapa. 3. Bagi Pemerintah Sebagai refrensi dalam melaksanakan pembinaan usaha dan akses permodalan ke pihak bank. xxvii