AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

7 KAPASITAS FASILITAS

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

BAB III DESKRIPSI AREA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6 PRAKIRAAN DAMPAK PEMINDAHAN PPI PANGANDARAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1 Perhitungan bobot faktor internal pengembangan PPI Pangandaran di lokasi baru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

5 KONDISI AKTUAL PPI DI PANGANDARAN

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

KEBERADAAN FASILITAS MENURUT AKTIVITAS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO, BANDA ACEH

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan dan penanganan hasil tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

5. FASILITAS DAN AKTIVITAS PPI MUARA BATU

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PETA LOKASI PENELITIAN 105

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Pancing Tonda

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

Transkripsi:

AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Fahmi Fahrizal C44070050

ABSTRAK FAHMI FAHRIZAL, C44070050. Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE dan DINARWAN. Aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis didukung dengan adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di 5 kecamatan. Aktivitas kepelabuhanan perikanan yang terdapat di PPI tersebut diantaranya adalah aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan. Kedua aktivitas tersebut memerlukan fasilitas yang memadai dan penanganan yang cermat karena ikan merupakan komoditas perishable. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual kepelabuhanan perikanan serta aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis saat ini masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi tersebut masih sangat minim. Semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis memanfaatkan tepi pantai atau muara sungai sebagai tempat pendaratan alami. PPI Batu Karas merupakan PPI dengan jumlah pendaratan dan volume pendaratan hasil tangkapan paling banyak dibandingkan dengan PPI lainnya. Hasil tangkapan yang didaratkan di hampir semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dipasarkan melalui aktivitas pelelangan ikan kecuali di PPI Pangandaran. Hasil tangkapan tersebut dipasarkan untuk konsumsi masyarakat lokal di sekitar PPI, Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis. Jenis ikan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan. Rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi yang diperoleh PPI Kalipucang pada tahun 2010 lebih besar dari PPI lainnya. Hal ini disebabkan karena hasil tangkapan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI ini bersifat homogen, yaitu hanya terdiri dari udang lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Kata Kunci: hasil tangkapan, Kabupaten Ciamis, pemasaran, pendaratan, PPI

ABSTRACT FAHMI FAHRIZAL, C44070050. The Activity of Landing and Marketing of Fish Catches in Fishing Landing Bases at Ciamis Regency. Supervised by ANWAR BEY PANE and DINARWAN. Marine fisheries activities at Ciamis Regency is supported by the fishing landing bases (PPI) spread out over 5 sub-district. Some of the activities in these PPI are landing and marketing of fish catches. Both of these activities require adequate facilities and careful handling because fish is a perishable commodity. The purpose of this research are to know the actual condition of the fishing ports, the activity of landing and marketing of fish catches in 5 locations of PPI at Ciamis Regency. This research used the survey method and descriptive data analysis. The results showed that fishing port facilities in 5 locations of PPI at Ciamis Regency is still very lacking. All of PPI at Ciamis Regency uses beach and estuary of the river as a place for landing of the fish catches. PPI Batu Karas has the most of number and volume of landing fish catches than the others. The fishes landed on all of PPI at Ciamis Regency are marketed through the fish-trading activity, except at PPI Pangandaran. The fishes are marketed for consumption of local communities around the PPI, inside and outside of the Ciamis Regency. Some types of fish that has high economic value such as shrimp, lobster and hairtails are exported to Japan, China and South Korea. NP/P ratio and relative value of production index gained PPI Kalipucang in 2010 is bigger than the others. This is because the fish were landed at this PPI are homogeneous, consisting only of lobster that has high economic value. Keywords : Ciamis Regency, fish catches, fishing landing base (PPI), landing, marketing

Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Judul Skripsi : Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis Nama NRP : Fahmi Fahrizal : C44070050 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Ketua, Disetujui Komisi Pembimbing Anggota, Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA Dr. Ir. Dinarwan, MS. NIP : 19541014 198003 1 003 NIP : 19630823 198803 1 002 Diketahui Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc NIP : 19621223 198703 1 001 Tanggal ujian : 12 Juni 2012 Tanggal lulus :

PRAKATA Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA dan Dr. Ir. Dinarwan, MS. sebagai dosen pembimbing atas arahan dan saran yang telah diberikan; 2. Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA sebagai dosen penguji tamu; 3. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan; 4. Kepala dan seluruh staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, UPTD PPI Pangandaran, UPTD PPI Parigi, KUD Minapari PPI Parigi, dan KUD Minarasa PPI Batu Karas atas bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian; 5. Ayah, ibu (alm), kakak, serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, dukungan dan motivasi yang telah diberikan; 6. Teman-teman PSP angkatan 44, serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu disempurnakan, sehingga diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2012 Fahmi Fahrizal

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 26 Februari 1989 dari pasangan Bapak Cucu Sukiman dan Ibu Totoh Nurhayati (alm). Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tasikmalaya pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Teater Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor dan pada tahun 2008 menjadi juara 2 lomba teater dalam acara Art Tetranology 2008 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM FATETA), Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Metodologi Penelitian dan Analisis Hasil Tangkapan Dasar pada tahun ajaran 2010 2011. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1.2 Permasalahan... 1.3 Tujuan... 1.4 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan... 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan... 2.1.2 Fasilitas pelabuhan perikanan... 2.2 Aktivitas Pendaratan Hasil Tangkapan... 2.3 Aktivitas Pemasaran Hasil Tangkapan... 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat... 3.2 Alat dan Bahan... 3.3 Metode Penelitian... 3.4 Analisis Data... 4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah... 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim... 4.1.2 Kependudukan, pendidikan dan ketenagakerjaan... 4.1.3 Sarana dan prasarana umum... 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap... 4.2.1 Musim dan daerah penangkapan ikan... 4.2.2 Volume dan nilai produksi... 4.2.3 Unit penangkapan ikan... 5 KONDISI KEPELABUHANAN PERIKANAN DI KABUPATEN CIAMIS 5.1 PPI Pangandaran... 5.1.1 Volume dan nilai produksi... 5.1.2 Unit penangkapan ikan... 5.1.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan... 5.2 PPI Parigi... 5.2.1 Volume dan nilai produksi... 5.2.2 Unit penangkapan ikan... Halaman x xii xiv xviii 1 2 3 3 4 4 8 10 11 14 14 14 17 20 20 21 23 26 26 27 30 35 35 38 43 48 48 51 x

5.2.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan... 5.3 PPI Batu Karas... 5.3.1 Volume dan nilai produksi... 5.3.2 Unit penangkapan ikan... 5.3.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan... 5.4 PPI Cimerak... 5.4.1 Volume dan nilai produksi... 5.4.2 Unit penangkapan ikan... 5.4.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan... 5.5 PPI Kalipucang... 5.5.1 Volume dan nilai produksi... 5.5.2 Unit penangkapan ikan... 5.5.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan... 5.6 Kajian Kondisi Kapelabuhanan Perikanan di Kabupaten Ciamis... 5.6.1 Volume dan nilai produksi... 5.6.2 Unit penangkapan ikan... 5.6.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan... 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran... 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan... 6.1.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan... 6.2 PPI Parigi... 6.2.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan... 6.2.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan... 6.3 PPI Batu Karas... 6.3.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan... 6.3.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan... 6.4 PPI Cimerak... 6.4.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan... 6.4.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan... 6.5 PPI Kalipucang... 6.5.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan... 6.5.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan... 6.6 Kajian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Kabupaten Ciamis... 6.6.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan... 6.6.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan... 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 7.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 55 60 60 64 68 71 71 73 78 79 79 81 85 86 86 89 95 99 99 102 104 104 105 108 108 109 111 111 112 113 113 114 115 115 118 124 125 126 129 xi

DAFTAR TABEL Halaman 1 Rincian jumlah responden pada setiap PPI sampel di Kabupaten Ciamis tahun 2011... 16 2 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 28 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 30 4 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 32 5 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 33 6 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 35 7 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Pangandaran tahun 2010... 38 8 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 39 9 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 10 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 11 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 12 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Parigi tahun 2010... 13 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 14 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 15 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 16 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 17 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Batu Karas tahun 2010... 18 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 40 42 48 50 51 52 54 61 63 64 xii

19 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 20 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 21 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 22 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Cimerak tahun 2010... 23 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 24 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 25 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 26 Perkembangan volume dan nilai produksi di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 27 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 28 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 29 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 30 Perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010... 31 Keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang tersedia di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2011... 32 Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010... 66 67 71 73 74 75 77 79 82 83 84 92 96 120 xiii

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peta lokasi penelitian pangkalan-pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2011... 14 2 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 29 3 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 29 4 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 5 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 6 Kurva perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 7 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 8 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 9 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 10 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 11 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010... 12 Turap di PPI Pangandaran tahun 2011... 13 Lampu mercusuar di PPI Pangandaran tahun 2011... 14 Gedung TPI PPI Pangandaran tahun 2011... 15 Gedung kantor PPI Pangandaran tahun 2011... 16 Gedung kantor KUD Minasari tahun 2011... 17 Gedung kantor syahbandar PPI Pangandaran tahun 2011... 18 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 19 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 20 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 31 32 34 36 37 39 41 42 43 44 45 46 47 47 49 49 52 xiv

21 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 22 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 2010... 23 Kolam pelabuhan di PPI Parigi tahun 2011... 24 Turap di PPI Parigi tahun 2011... 25 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi tahun 2011... 26 Fasilitas air bersih di PPI Parigi tahun 2011... 27 Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap di PPI Parigi tahun 2011... 28 Gedung kantor PPI Parigi tahun 2011... 29 Gedung kantor syahbandar PPI Parigi tahun 2011... 30 Gedung kantor KUD Minapari, waserda, dan sekretariat rukun nelayan PPI Parigi tahun 2011... 31 Kios penjualan ikan di PPI Parigi tahun 2011... 32 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 33 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 34 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 35 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 36 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010... 37 Gedung TPI dan fasilitas air bersih di PPI Batu Karas tahun 2011... 38 Gedung sekretariat rukun nelayan PPI Batu Karas tahun 2011... 39 Fasilitas MCK di PPI Batu Karas tahun 2011... 40 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 41 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 42 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 43 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 53 54 55 55 56 57 57 58 59 59 60 61 62 65 66 67 69 70 70 72 72 74 76 xv

44 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak tahun 2001 2010... 45 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 46 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 47 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 48 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 49 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010... 50 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 51 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 52 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 53 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 54 Kurva perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010... 55 Kurva perkembangan jumlah nelayan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010... 56 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 57 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Pangandaran tahun 2011... 58 Pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011... 59 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011... 60 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran Tahun 2011... 61 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Parigi tahun 2011... 62 Peletakan ikan di atas lantai TPI di PPI Parigi tahun 2011... 63 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011... 64 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi Tahun 2011... 77 80 81 82 84 85 87 88 90 91 93 94 99 100 101 103 104 105 106 107 108 xvi

65 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Batu Karas tahun 2011... 66 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas tahun 2011... 67 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2011... 68 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2011... 69 Kurva perkembangan rasio NP/P di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010... 70 Kurva perkembangan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010... 108 110 113 114 121 122 xvii

DAFTAR LAMPIRAN 1 Contoh perhitungan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI Kabupaten Ciamis tahun 2010... 130 2 Contoh perhitungan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi (I) di 5 lokasi PPI Kabupaten Ciamis tahun 2010... 132 xviii

1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Camis merupakan salah satu kabupaten yang terletak di selatan Jawa Barat, memiliki wilayah pesisir dan laut dengan panjang garis pantai sepanjang 91 km dengan luas laut mencapai 67.340 ha yang meliputi 6 kecamatan. Sejumlah alat tangkap seperti gillnet, trammel net, pukat pantai, jaring dogol, pancing rawai dan bagan beroperasi di perairan Kabupaten Ciamis (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis didukung dengan adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di 5 kecamatan, yaitu Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak dan Kalipucang. Selain itu, terdapat restoran seafood, hotel dan industri pengolahan ikan yang memanfaatkan produksi hasil tangkapan ikan di Kabupaten Ciamis. Aktivitas yang terdapat di suatu Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) diantaranya adalah aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan. Kedua aktivitas tersebut memerlukan fasilitas yang memadai dan penanganan yang tepat karena ikan merupakan komoditas perishable atau mudah membusuk. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang terkait dengan aktivitas pendaratan hasil tangkapan di beberapa lokasi PPI di Kabupaten Ciamis masih sangat minim. Sebagai contoh di PPI Pangandaran Kecamatan Pangandaran dan PPI Batu Karas Kecamatan Cijulang, nelayan menggunakan tepi pantai sebagai tempat untuk berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapan karena tidak adanya kolam pelabuhan dan dermaga. Selain itu, proses penanganan hasil tangkapan di PPI tersebut masih sangat kurang. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan merupakan suatu proses yang pertama kali dilakukan setelah kapal kembali dari operasi penangkapan ikan dan bertambat di dermaga pendaratan di suatu pelabuhan perikanan. Dalam proses pendaratan hasil tangkapan, diperlukan pembongkaran cepat dan penanganan yang tepat agar kualitas hasil tangkapan dapat terjaga. Penyeleksian hasil tangkapan juga harus dilakukan secara cermat agar terseleksi dengan baik menurut spesies, ukuran dan

2 kualitas ikan tersebut. Hal ini disebabkan harga jual akan berbeda menurut spesies, ukuran dan atau kualitas. Ikan yang telah didaratkan selanjutnya dipasarkan dan sebaiknya melalui pelelangan ikan. Lubis (2012) menjelaskan, pelabuhan perikanan sebagai pusat ekonomi perikanan merupakan satu komponen penting dalam sistem perikanan tangkap yang perlu dimanfaatkan, diorganisir dan dikelola sebaik-baiknya. Pemasaran hasil tangkapan melalui aktivitas pelelangan merupakan salah satu aktivitas terpenting di suatu pelabuhan perikanan, sehingga perlu dikelola secara optimal. Aktivitas lelang ini berpengaruh terhadap harga ikan yang dijual sehingga akan menentukan berapa besaran pendapatan nelayan (nelayan pemilik dan nelayan buruh). Pelelangan ikan merupakan satu-satunya mekanisme pemasaran ikan yang bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan dan pedagang. Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tidak melalui aktivitas pelelangan ikan. Hal-hal diatas mengindikasikan bahwa di PPI-PPI Kabupaten Ciamis masih memiliki permasalahan-permasalahan terkait dengan pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan. Oleh karena itu, penelitian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis penting untuk dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak yang terkait dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang terdapat di Kabupaten Ciamis. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah : 1) Belum diketahuinya kondisi aktual kepelabuhanan perikanan mengenai jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit penangkapan ikan serta keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. 2) Belum diketahuinya kondisi aktual aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.

3 1.3 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1) Mengetahui kondisi aktual kepelabuhanan perikanan mengenai jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit penangkapan ikan serta keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. 2) Mengetahui kondisi aktual aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1) Memberikan informasi mengenai kondisi aktual kepelabuhanan perikanan mengenai jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit penangkapan ikan serta keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. 2) Memberikan informasi mengenai aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. 3) Memberikan informasi kepada nelayan, pedagang dan semua pihak yang terkait dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis mengenai proses penanganan ikan selama ikan didaratkan sampai dengan ikan didistribusikan atau dipasarkan ke konsumen.

4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2012). Selanjutnya Lubis menjelaskan, pelabuhan perikanan di Indonesia diklasifikasikan secara administratif menjadi 4 tipe berdasarkan pada jenis perikanan yang beroperasi (tradisional, semi industri atau industri). Tipe perikanan ini akan mencirikan ukuran kapal, daerah penangkapan, jumlah hasil tangkapan dan daerah distribusinya. Selain itu, pengklasifikasian pelabuhan perikanan juga didasarkan pada daya tampung kolam pelabuhan, produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan daerah tujuan pemasarannya. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2006 tentang perikanan, maka pelabuhan perikanan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS/Tipe A), dengan kriteria : (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan laut lepas. (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT. (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m. (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus. (5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor. (6) Terdapat industri perikanan. 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN/Tipe B), dengan kriteria : (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

5 (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT. (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m. (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus. (5) Terdapat industri perikanan. 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP/Tipe C), dengan kriteria : (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan kedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial. (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan sekurangkurangnya 10 GT. (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m. (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI/Tipe D), dengan kriteria : (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan. (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT. (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m. (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus. Lubis menyatakan, bila ditinjau dari fungsinya, pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang berbeda dengan jenis pelabuhan lainnya karena pelabuhan perikanan dikhususkan untuk aktivitas di bidang perikanan tangkap. Terdapat 2 jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan, ditinjau dari

6 pendekatan kepentingan dan aktivitasnya. Namun kedua jenis kelompok tersebut pada dasarnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah sebagai berikut : 1) Fungsi maritim Pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat kemaritiman. Pelabuhan menjadi suatu kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya. Dengan adanya fungsi ini maka dapat diberikan contoh bahwa pada tipe pelabuhan perikanan besar atau samudera, dicirikan kemaritimannya melalui penyediaan fasilitas-fasilitas antara lain berupa kolam pelabuhan yang besar dan cukup dalam agar kapal besar dapat bergerak leluasa, dermaga yang cukup panjang agar kapal-kapal dapat bersandar tanpa antrean sehingga kapal dapat membongkar ikannya dengan cepat, serta adanya rambu-rambu navigasi agar kapal-kapal aman untuk masuk dan keluar pelabuhan. 2) Fungsi pemasaran Fungsi pemasaran timbul karena pelabuhan perikanan menjadi tempat awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan. Proses pemasaran ini berawal dari ikan-ikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya. Setelah itu, ikan disortir dan diletakkan pada keranjang atau basket plastik, selanjutnya dilaksanakan pelelangan dan dicatat transaksinya. 3) Fungsi jasa Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi : (1) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain : penyediaan alatalat pengangkut ikan, keranjang-keranjang dan buruh untuk membongkar ikan. (2) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkapan ikan, antara lain : penyediaan bahan bakar, air bersih dan es. (3) Jasa-jasa yang melayani mutu ikan, antara lain : fasilitas cold storage, cool room, pabrik es dan penyediaan air bersih. (4) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain : jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan,

7 syahbandar dan douane/beacukai yang masing-masing berfungsi untuk memeriksa surat-surat kapal, jumlah serta jenis barang yang dibawa. (5) Jasa-jasa pemeliharaan kapal, antara lain : fasilitas docking, slipways dan bengkel untuk memelihara kondisi badan kapal, mesin serta peralatannya agar tetap dalam kondisi baik sehingga siap kembali melaut. Selain fungsi pelabuhan berdasarkan kepentingannya, terdapat juga fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya, yaitu sebagai pusat kegiatan perikanan baik ditijau dari aspek pendaratan atau pembongkaran, pengolahan dan pemasaran ikan, maupun pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Fungsi-fungsi tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Lubis, 2012) : 1) Fungsi pendaratan dan pembongkaran Pelabuhan perikanan merupakan tempat pemusatan armada penangkap ikan untuk mendaratkan hasil tangkapan, tempat berlabuh yang aman, menjamin kelancaran pembongkaran ikan dan penyediaan bahan perbekalan. 2) Fungsi pengolahan Pelabuhan perikanan juga sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian pascatangkap. Fungsi pengolahan ini merupakan salah satu fungsi yang penting terutama pada saat musim ikan, yaitu untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk segar atau untuk memenuhi fungsi industri di pelabuhan melalui pengembangan industri pengolahan ikan. 3) Fungsi pemasaran ikan Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan, baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi nelayan. 4) Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan Fungsi ini menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk di sekitarnya dan sebagai tempat

8 pembinaan masyarakat perikanan seperti nelayan, pedagang, pengolah dan buruh agar mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Melalui pembinaan ini, para pelaku atau pengguna di pelabuhan tersebut diharapkan dapat menguasai kegiatannya lebih baik lagi sehingga masing-masing pengguna memperoleh manfaat dan keuntungan yang optimal. 2.1.2 Fasilitas pelabuhan perikanan Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Kapasitas dan jenis fasilitas yang ada umumnya akan menentukan skala atau tipe dari suatu pelabuhan perikanan yang berkaitan pula dengan skala usaha perikanannya. Fasilitas-fasilitas tersebut selanjutnya akan berkembang sesuai dengan kemajuan usaha perikanan. Berkembangnya fasilitas tersebut dapat diartikan bertambahnya fasilitas baru dan atau bertambahnya kapasitas dari fasilitas yang telah ada. Dengan kata lain, jenis dan kapasitas fasilitas yang ada bertambah sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, fasilitas pelabuhan perikanan dikelompokkan menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang (Lubis, 2012). 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal, baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut terdiri dari : (1) Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan, serta tempat mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. (2) Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapalkapal yang akan bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi menjadi dua, yaitu alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga (navigational channels); dan kolam putar, yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal (turning basin).

9 (3) Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi untuk memberikan peringatan atau tanda-tanda bahaya terhadap bahaya yang tersembunyi misalnya batu karang di suatu perairan; memberikan petunjuk agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya; dan memberikan petunjuk pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar. (4) Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional yang dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas pelabuhan perikanan. Fasilitas-fasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain untuk : (1) Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu : - Tempat Pelelangan Ikan (TPI); - Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan, seperti tempat penjemuran ikan dan gedung pengolahan; - Pabrik es dan gudang es; - Refrigerasi/fasilitas pendingin, seperti cool room dan cold storage; dan - Gedung-gedung pemasaran. (2) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkapan ikan, yaitu : - Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan; - Ruangan mesin; - Tempat penjemuran alat penangkapan ikan; - Bengkel : fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal; - Slipways : tempat untuk memperbaiki bagian lunas kapal; - Gudang jaring : tempat untuk penyimpanan jaring; dan - Vessel lift : fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan kapal.

10 (3) Fasilitas perbekalan : tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar. (4) Fasilitas komunikasi : stasiun jaringan telepon, radio SSB 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung akan meningkatkan peranan pelabuhan sehingga para pengguna mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas penunjang di suatu pelabuhan perikanan terdiri dari : (1) Fasilitas kesejahteraan : fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), poliklinik, tempat tinggal (perumahan nelayan), kantin/warung, mushola. (2) Fasilitas administrasi : kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor beacukai. 2.2 Aktivitas Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan ikan merupakan suatu proses yang pertama kali dilakukan setelah kapal bertambat di dermaga pelabuhan dan setelah menyelesaikan perizinan bongkar (Nurjanah, 2000 vide Handani, 2008). Menurut Pane (2009), aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi : 1). Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek; 2). Penurunan hasil tangkapan dari dek ke dermaga; dan 3). Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI. Pembongkaran hasil tangkapan merupakan proses mengeluarkan hasil tangkapan dengan menggunakan alat bantu atau tanpa menggunakan alat bantu dari dalam palkah kapal ke atas dek kapal yang selanjutnya dilakukan penyortiran kemudian diangkut menuju tempat lain (dermaga, TPI dan atau konsumen). Cara pembongkaran ikan dalam palkah dilakukan bermacam-macam, ada yang menggunakan alat bantu berupa peti, kantong-kantong yang terbuat dari jaring, sekop atau ganco (Ilyas, 1983 vide Ginting, 2011). Pane (2009) menjelaskan bahwa pada tahap ini, ikan belum mengalami penyeleksian (penyortiran) berdasarkan mutu, berat, ukuran dan jenis ikan. Ikan yang dikeluarkan dari palkah ke dek masih bercampur satu sama lainnya. Namun ikan yang ada di dalam palkah biasanya telah mendapat perlakuan yaitu dengan pemberian es. Bahkan ada yang sengaja menambahkan es dengan jumlah tertentu

11 ke dalam palkah sebelum melakukan bongkar. Tujuannya adalah agar suhu ikan dibuat serendah mungkin pada saat pembongkaran hasil tangkapan. Selanjutnya Pane mengungkapkan bahwa setelah ikan berada di atas dek, ikan mulai mengalami penyortiran. Nelayan melakukan penyortiran terhadap ikan hasil tangkapan yang ada di dek berupa pemisahan mutu, panjang dan jenis ikan. Belum ada pemisahan (penyortiran) berdasarkan berat ikan. Setelah semua ikan selesai dibongkar dan dipisahkan dalam keranjang-keranjang (basket) atau wadah lainnya, maka mulai dilakukan pemindahan hasil tangkapan dari dek ke dermaga. Ikan yang akan dipindah dari dek ke darmaga biasanya telah mengalami penyeleksian terlebih dahulu seperti penyeleksian menurut jenis, berat dan mutu; walaupun seleksi ukuran, berat dan mutu masih bersifat relatif berat kira-kira dan mutu kira-kira. Ikan yang akan diturunkan atau dipindahkan dari dek ke dermaga biasanya selain telah mengalami penyeleksian, juga telah mengalami penanganan berupa pemberian es pada permukaan ikan. Pemberian es ini bertujuan untuk tetap menjaga suhu ikan agar tetap berada pada suhu rendah (Pane, 2009). Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI. Menurut Djulaeti (1994) vide Ginting (2011), alat bantu yang digunakan dalam pengangkutan hasil tangkapan adalah dapat berupa gerobak dorong, tong plastik (blong), keranjang plastik (basket / traise). Menurut Fauzi (2009), PPI Pangandaran sampai saat ini belum mempunyai kolam khusus pelabuhan. Nelayan masih memanfaatkan daerah alami, yaitu Teluk Pananjung sebagai tempat untuk mendaratkan hasil tangkapannya, baik itu nelayan pantai timur maupun nelayan pantai barat. Nelayan Pangandaran mendaratkan perahunya dengan cara mengikatkan tali tambang yang ujungnya diikatkan pada tiang. 2.3 Aktivitas Pemasaran Hasil Tangkapan Ditinjau dari fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan aktivitasnya, salah satu fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan, baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur (Lubis, 2012).

12 Lubis menjelaskan, pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi nelayan. Di TPI tersebut terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan). Letak dan pembagian ruang di gedung pelelangan harus direncanakan supaya aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat. Hal ini yang mempertimbangkan bahwa produk perikanan merupakan produk yang secara cepat mengalami penurunan mutu apabila penanganannya tidak baik dan terganggunya aliran produk ini. Ruangan yang ada pada gedung pelelangan adalah sebagai berikut : 1) Ruang sortir adalah tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan ikan basah ke dalam peti, keranjang atau wadah lainnya. 2) Ruang pelelangan adalah tempat menimbang, memperagakan dan melelang ikan. 3) Ruang pengepakan adalah tempat untuk memasukkan ikan ke dalam wadah pengiriman, diberi es, garam dan lain-lain kemudian selanjutnya ikan basah siap untuk dikirim. 4) Ruang administrasi pelelangan adalah ruang yang terdiri dari loket pembayaran, ruang pencatatan dan pengolahan data, serta gudang peralatan lelang. Pada saat proses pelelangan, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja di atas lantai, dilangkahi atau diinjak. Ikan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan diberi es. Selain itu, memindahkan wadah yang berisi ikan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai. Bangunan TPI harus memenuhi persyaratan kebersihan karena kebersihan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan. Lantai TPI harus memiliki kemiringan yang cukup agar air tidak menggenang dan dapat mengalir keluar (Indrianto, 2006). Ikan yang telah dilelang kemudian diangkut untuk selanjutnya didistribusikan hingga sampai ke konsumen. Indrianto (2006) menjelaskan, selama proses pendistribusian dilakukan, suhu ikan dipertahankan dengan cara memberinya es selama di perjalanan. Sebelum pendistribusian, ikan dimasukkan ke dalam styrofoam tertutup untuk mempertahankan suhunya agar tetap dingin.

13 Transportasi jarak jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga kualitas ikan. Sistem pemasaran rantai dingin (cold chain system) meliputi penggunaan metode pengesan, pendinginan, dan pembekuan pada hasil perikanan selama proses pengangkutan, penyimpanan dan penjualan sehingga mutunya dapat dipertahankan. Menurut Rahardiansyah (2003), pemasaran hasil tangkapan di Kawasan Teluk Parigi Kabupaten Ciamis sudah cukup baik. Sarana pendukung utama utama bagi proses pemasaran hasil tangkapan adalah TPI yang terdapat di PPI Pangandaran, PPI Parigi dan PPI Batu Karas. Ketiga TPI tersebut telah melakukan kegiatannya dengan cukup baik, apalagi setelah keluarnya PERDA yang mengharuskan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui TPI. Pada hari-hari tertentu seperti hari libur dan hari-hari besar nasional, harga ikan di TPI PPI Pangandaran lebih tinggi dibandingkan dengan harga ikan di TPI PPI lainnya. Hal ini disebabkan karena TPI PPI Pangandaran berada di kawasan pariwisata pantai Pangandaran.

14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September 2011 bertempat di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, yaitu PPI Pangandaran, PPI Parigi, PPI Batu Karas, PPI Cimerak dan PPI Kalipucang. Gambar 1 Peta lokasi penelitian pangkalan-pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2011 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa kuisioner, sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil kuisioner, data pengamatan lapangan dan data sekunder dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kebupaten Ciamis. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei. Pada penelitian ini diteliti mengenai kondisi kepelabuhanan perikanan, aktivitas

15 pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang tersebar di Kabupaten Ciamis, meliputi : 1) Kondisi kepelabuhanan perikanan Objek yang diteliti pada kondisi kepelabuhanan perikanan meliputi : (1) Jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di masingmasing PPI. (2) Jumlah unit penangkapan ikan di masing-masing PPI. (3) Fasilitas kepelabuhanan perikanan di masing-masing PPI terkait keberadaan fasilitas (ada/tidak), kondisi fasilitas (baik/rusak), pemanfaatan fasilitas (dimanfaatkan/tidak dimanfaatkan). 2) Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Objek yang diteliti pada aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi : (1) Tahapan/proses pendaratan hasil tangkapan di masing-masing PPI. (2) Pelaku dan tugas masing-masing pelaku dalam proses pendaratan hasil tangkapan. (3) Fasilitas atau alat yang digunakan dalam proses pendaratan hasil tangkapan. (4) Penanganan hasil tangkapan pada proses pendaratan hasil tangkapan. (5) Banyaknya pendaratan per hari dan volume hasil tangkapan yang didaratkan. (6) Jenis hasil tangkapan yang didaratkan. 3) Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Objek yang diteliti pada aktivitas pemasaran hasil tangkapan meliputi : (1) Daerah pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI. (2) Rantai pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI. (3) Jenis ikan yang dipasarkan di masing-masing PPI. (4) Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan. (5) Proses penanganan yang dilakukan dalam pemasaran hasil tangkapan. Untuk itu dilakukan identifikasi dan pengumpulan data melalui : 1) Pengamatan di lapangan terkait fasilitas kepelabuhanan perikanan, aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Pada penelitian ini, pengamatan lapangan hanya

16 dilakukan di 3 lokasi PPI saja, yaitu PPI Pangandaran, PPI Parigi dan PPI Batu Karas. Hal ini disebabkan karena kendala yang dialami peneliti selama berada di lapangan yaitu lokasi PPI yang jauh, kondisi jalan yang rusak dan sulitnya mendapatkan alat transportasi untuk menjangkau 2 lokasi PPI lainnya serta keterbatasan dana dalam melakukan penelitian. Data terkait fasilitas kepelabuhanan perikanan, aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di PPI Cimerak dan PPI Kalipucang diperoleh dari hasil wawancara terhadap pengelola Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) PPI Parigi yang membawahi PPI Cimerak dan UPTD PPI Pangandaran yang membawahi PPI Kalipucang serta data sekunder dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. 2) Wawancara dilakukan terhadap responden yang terkait dengan aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, pengelola TPI, nelayan dan pedagang ikan. Pengambilan responden dilakukan dengan cara purposive sampling. Rincian jumlah responden yang diambil pada penelitian di masing-masing PPI dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rincian jumlah responden yang diambil pada penelitian pada setiap PPI sampel di Kabupaten Ciamis tahun 2011 Jenis Responden Jumlah (orang) 1. Pihak PPI 3 2. Nelayan 5 3. Pedagang ikan 5 Jumlah 13 3) Pengumpulan data sekunder berupa data Ciamis dalam angka dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, laporan tahunan statistik perikanan tangkap Kabupaten Ciamis dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data utama dan data tambahan :

17 1) Data utama, yaitu : (1) Kondisi aktual kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, mengenai jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit penangkapan ikan dan fasilitas kepelabuhanan perikanan. (2) Kondisi aktual aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, meliputi proses/tahapan pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan, pelaku yang terlibat dan tugas dari masing pelaku, fasilitas/alat yang digunakan, penanganan ikan pada proses pendaratan hasil tangkapan dan jenis hasil tangkapan yang didaratkan. (3) Kondisi aktual aktivitas pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, meliputi daerah pemasaran hasil tangkapan, rantai pemasaran hasil tangkapan, jenis ikan yang dipasarkan, alat transportasi yang digunakan dan penanganan yang dilakukan dalam pemasaran hasil tangkapan. 2) Data tambahan, yaitu : (1) Keadaan umum Kabupaten Ciamis, meliputi letak geografis, jenis topografi, iklim, kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, sarana dan prasarana umum seperti transportasi, listrik, air bersih dan telekomunikasi. (2) Keadaan umum perikanan tangkap Kabupaten Ciamis, meliputi musim dan daerah penangkapan ikan, produksi dan nilai produksi serta unit penangkapan ikan. 3.4 Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif melalui tabulasi, penghitungan rata-rata dan analisis grafik untuk mengetahui kondisi kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis yaitu perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan serta perkembangan jumlah unit penangkapan ikan.

18 Analisis kondisi aktual fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan melihat keberadaan fasilitas (ada/tidak), kondisi fasilitas (baik/rusak) dan pemanfaatan fasilitas (dimanfaatkan/tidak dimanfaatkan). Analisis deskriptif kualitatif juga dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, meliputi : 1) Aktivitas pendaratan hasil tangkapan : (1) Tahapan/proses pendaratan hasil tangkapan di masing-masing PPI. (2) Pelaku dan tugas masing-masing pelaku dalam proses pendaratan hasil tangkapan. (3) Fasilitas atau alat yang digunakan dalam proses pendaratan hasil tangkapan. (4) Penanganan hasil tangkapan pada proses pendaratan hasil tangkapan. (5) Banyaknya pendaratan per hari dan volume hasil tangkapan yang didaratkan. (6) Jenis hasil tangkapan yang didaratkan. 2) Aktivitas pemasaran hasil tangkapan : (1) Daerah pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI. (2) Rantai pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI. (3) Jenis ikan yang dipasarkan di masing-masing PPI. (4) Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan. (5) Proses penanganan yang dilakukan dalam pemasaran hasil tangkapan. Untuk mengetahui harga jual ikan serta kualitas pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 digunakan pendekatan dengan menggunakan rasio nilai produksi/produksi (NP/P) dan indeks relatif nilai produksi. Menurut Pane (2010) vide Ginting (2011), rasio NP/P adalah perbandingan nilai produksi terhadap jumlah produksi pada waktu tertentu rasio ini merupakan suatu indikator bagi harga jual ikan hasil tangkapan yang didaratkan di suatu pelabuhan perikanan pada waktu tertentu dan bukan merupakan harga riil ikan yang dijual pada saat transaksi antara penjual dan pembeli.

19 Indeks relatif nilai produksi (I) adalah indeks yang menggambarkan kualitas pemasaran hasil tangkapan. Indeks relatif nilai produksi dapat dicari dengan rumus (Lubis, 2003 vide Indrianto, 2006) : Keterangan : I : Indeks relatif nilai produksi; Np : Nilai produksi di PP/PPI (Rp) Nt : Nilai produksi di tingkat kabupaten (Rp) Qp : Volume produksi di PP/PPI (ton) Qt : Volume produksi di tingkat kabupaten (ton) Jika nilai I = 1 : maka nilai relatif produksi ikan di PP/PPI sama dengan nilai relatif produksi ikan di tingkat kabupaten, yang berarti bahwa kualitas pemasaran ikan di PP/PPI sama dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat kabupaten; I > 1 : maka nilai relatif produksi ikan di PP/PPI lebih besar daripada nilai relatif produksi ikan di tingkat kabupaten, yang berarti bahwa kualitas pemasaran ikan di PP/PPI lebih baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat kabupaten; I < 1 : maka nilai relatif produksi ikan di PP/PPI lebih kecil daripada nilai relatif produksi ikan di tingkat kabupaten, yang berarti bahwa kualitas pemasaran ikan di PP/PPI kurang baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat kabupaten.

20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o 40 20 sampai dengan 7 o 41 20 Lintang Selatan (LS). Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah serta sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 244.479 ha (BPS Kabupaten Ciamis, 2010). Selanjutnya BPS Kabupaten Ciamis (2010) menyatakan bahwa wilayah Kabupaten Ciamis memiliki bentuk topografi yang terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu : 1) Wilayah Utara merupakan pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian antara 500 1.100 m di atas permukaan laut yang di dalamnya banyak terdapat sumber mata air. 2) Wilayah Tengah merupakan persawahan dan daratan dengan ketinggian antara 25 500 m di atas permukaan laut yang di dalamnya selain banyak terdapat persawahan juga terdapat perkampungan penduduk. 3) Wilayah Selatan merupakan daerah pantai dengan ketinggian antara 0 25 m di atas permukaan laut. Wilayah selatan Kabupaten Ciamis berbatasan langsung dengan Semudera Indonesia yang berada di 6 kecamatan dengan garis pantai mencapai 91 km yang terbentang dari Kecamatan Kalipucang sampai dengan Kecamatan Cimerak. Dengan adanya garis pantai tersebut maka Kabupaten Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 ha (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Letak geografis Kabupaten Ciamis yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia dan bentuk topografi berupa pantai, wilayah Selatan Kabupaten Ciamis sangat potensial untuk pengembangan perikanan tangkap. Hal ini didukung dengan sebagian besar penduduknya yang bekerja sebagai nelayan

21 dan beroperasinya berbagai jenis alat penangkapan ikan di wilayah selatan Kabupaten Ciamis. Dengan letak geografis yang dimilikinya, Kabupaten Ciamis secara umum beriklim tropis yang terdiri dari 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan kelembaban udara antara 60 % - 90 %. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Maret bersamaan dengan bertiupnya angin barat atau barat laut, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan September selama periode angin tenggara. Keadaan curah hujan sebagian wilayah Kabupaten Ciamis menurut klasifikasi Schmidt Ferguson umumnya beriklim tipe C (agak basah), beberapa wilayah memiliki tipe iklim B, D, dan E. Keadaan suhu udara berkisar antara 20 o C - 30 o C dengan kelembaban udara antara 80 % - 90 %. Curah hujan rata-rata sebesar 114 ml per bulan dan curah hujan tertinggi mencapai 227 ml per bulan dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 31 hari/tahun sampai dengan 175 hari/tahun (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Di wilayah Selatan keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi laut, hal ini disebabkan karena letak wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Pada saat musim barat angin bertiup dari arah laut dengan kekuatan yang cukup besar dan menimbulkan gelombang laut yang cukup besar. Pada saat musim timur angin bertiup dari arah tenggara dengan kekuatan sedang dan tidak menimbulkan gelombang laut yang cukup besar (BPS Kabupaten Ciamis, 2010). Kondisi iklim wilayah Kabupaten Ciamis yang beriklim tropis mengakibatkan matahari dapat menyinari wilayah ini hampir sepanjang tahun sehingga sangat mendukung aktivitas penduduk, salah satunya adalah kegiatan perikanan tangkap yang didukung oleh letak geografis wilayah selatan Kabupaten Ciamis sebagaimana telah dikemukakan di atas. Nelayan di Kabupaten Ciamis dapat melakukan kegiatan perikanan tangkap terutama pada musim timur saat gelombang laut dan angin tidak terlalu besar. 4.1.2 Kependudukan, pendidikan dan ketenagakerjaan Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 berjumlah 1.616.778 orang dengan sex ratio 98%, artinya setiap 100 orang penduduk berjenis kelamin

22 perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 mengalami peningkatan sejumlah 5,04% (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Pendidikan dan lapangan pekerjaan merupakan aspek penting untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Di Kabupaten Ciamis terdapat Sekolah Dasar (SD) sederajat sebanyak 1.264 unit dengan jumlah guru sebanyak 10.246 orang dan murid sebanyak 173.507 orang. Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat sebanyak 254 unit dengan jumlah guru sebanyak 3.665 orang dan murid sebanyak 76.515 orang. Sekolah Menangah Atas (SMA) sederajat sebanyak 126 unit dengan jumlah guru sebanyak 2.692 orang dan murid sebanyak 3.440 orang. Perguruan Tinggi sebanyak 5 unit dengan jumlah dosen sebanyak 496 orang dan mahasiswa sebanyak 11.175 orang (BPS Kabupaten Ciamis, 2010). Tidak terdapat informasi adanya sekolah kejuruan atau perguruan tinggi bidang perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. Adanya sekolah kejuruan atau perguruan tinggi bidang perikanan tangkap akan sangat mendukung pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. Selanjutnya BPS Kabupaten Ciamis (2010) manyatakan bahwa jumlah penduduk usia kerja (usia 15 64 tahun) di Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 1.163.945 orang. Pasar tenaga kerja Kabupaten Ciamis ditandai dengan tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai 94,1% dan dengan tingkat pengangguran sebesar 5,9%. Berdasarkan perbandingan menurut 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor manufaktur. Sektor pertanian yang termasuk di dalamnya subsektor perikanan mempunyai jumlah pekerja paling banyak yaitu sebesar 42,9%, sektor jasa sebesar 38,8% dan sektor manufaktur sebesar 18,3%. Subsektor perikanan di Kabupaten Ciamis memiliki jumlah tenaga aktif sebanyak 97.224 orang atau sekitar 8,4% dari seluruh penduduk usia kerja, yang terdiri dari (DKP Kabupaten Ciamis, 2011) : 1) Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis berjumlah 93 orang yang terdiri dari 56 orang tenaga struktural dan 37 orang tenaga honorer. 2) Jumlah Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan berjumlah 97.131 orang yang terdiri dari 89.436 orang pembudidaya ikan kolam air tenang, 65 orang

23 pembudidaya ikan kolam air deras, 1.562 orang pembudidaya ikan mina padi, 156 orang pembudidaya tambak, 35 orang pembudidaya jaring apung, 1.952 orang nelayan di perairan umum, 3.826 orang nelayan di laut, 62 orang pedagang ikan (bakul) dan 37 orang pengolah. Berdasarkan pengamatan peneliti, keadaan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis belum begitu berkembang. Hal ini diindikasikan oleh armada penangkapan ikan yang didominasi oleh perahu motor tempel (subsubbab 4.2.3). Kurang berkembangnya perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis diduga kurangnya dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas. Hal ini diindikasikan dengan tidak terdapatnya sarana pendidikan atau pelatihan bidang perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. Hal ini juga diduga menyebabkan berbagai jabatan struktural di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis belum mempunyai basis pendidikan perikanan, khususnya perikanan tangkap. Selain itu, tidak terdapatnya pelatihan keterampilan bidang perikanan tangkap diduga menyebabkan keahlian yang dimiliki oleh nelayan terbatas dan pada umumnya diperoleh secara turun-temurun. 4.1.3 Sarana dan prasarana umum 1) Transportasi Transportasi yang digunakan masyarakat di Kabupaten Ciamis meliputi transportasi darat, air (sungai) dan udara. Jalan sebagai prasarana transportasi memiliki peran penting khususnya dalam transportasi darat. Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis adalah sepanjang 4.809,54 km dengan rincian yaitu Jalan Nasional sepanjang 106,58 km (2,2%), Jalan Provinsi sepanjang 109,99 km (2,3%), Jalan Kabupaten sepanjang 772,30 km (16,1%) dan Jalan Desa sepanjang 3.820,67 km (79,4%). Menurut kondisinya, jalan yang ada di Kabupetan Ciamis secara umum dalam kondisi baik kecuali di lokasi tertentu. Kondisi jalan di Kabupaten Ciamis secara rinci terdiri dari jalan dengan kondisi baik sepanjang 4.324,11 km (89,9%), kondisi sedang sepanjang 130,95 km (2,7%), kondisi rusak sepanjang 197,39 km (4,1%) dan kondisi rusak berat sepanjang 157,09 km (3,3%) (BPS Kabupaten Ciamis, 2010).

24 Prasarana transportasi jalan yang baik di atas perlu didukung oleh sarana transportasi atau kendaraan bermotor yang memadai agar aktivitas perekonomian masyarakat dapat berkembang, termasuk aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. BPS Kabupaten Ciamis (2010) menjelaskan bahwa jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di Kepolisian Resort Kabupaten Ciamis pada tahun 2009 berjumlah 238.716 unit yang terdiri dari mobil penumpang sebanyak 12.251 unit (5,2%), mobil barang sebanyak 13.943 unit (5,8%), bus sebanyak 3.621 unit (1,5%) dan sepeda motor sebanyak 208.901 unit (87,5%). Pada tahun 2010 jumlah kendaraan di Kabupaten Ciamis diperkirakan bertambah sebesar 32,3% menjadi 315.829 unit dengan rincian mobil penumpang sebanyak 14.741 unit (4,7%), mobil barang sebanyak 20.451 unit (6,5%), bus sebanyak 7.031 unit (2,2%) dan sepeda motor 273.606 unit (86,6%). Keberadaan prasarana dan sarana transportasi di Kabupaten Ciamis di atas sangat mendukung untuk kegiatan perikanan tangkap di daerah ini, khususnya dalam distribusi dan pemasaran hasil tangkapan ikan. Hal ini dapat dilihat dari lebih banyaknya kondisi jalan dengan kondisi baik dan jumlah kendaraan yang terdapat di Kabupaten Ciamis. 2) Listrik Kebutuhan listrik di Kabupaten Ciamis dilayani oleh PT. PLN (Persero). Pada tahun 2009, jumlah listrik yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) adalah sebesar 380.424.775 kwh sedangkan jumlah listrik yang terjual sebesar 331.974.165 kwh (87,3%), dan pada tahun 2010 jumlah listrik yang dikelola diperkirakan meningkat 6,6% menjadi 405.428.229 kwh dan jumlah listrik yang terjual meningkat 8,1% menjadi 358.863.751 kwh (88,5%) (Anonymous, 2010). Selanjutnya BPS Kabupaten Ciamis (2010) menjelaskan jumlah penggunaan listrik tertinggi adalah pelanggan rumah tangga sebesar 279.899.625 kwh (84,4%), sedangkan jumlah penggunaan listrik terendah adalah instansi pemerintah sebesar 2.021.556 kwh (0,6%). Jumlah penggunaan listrik menurut kategori pelanggan lainnya adalah perhotelan sebesar 29.276.818 kwh (8,8%), pelanggan sosial sebesar 11.352.283 kwh (3,4%), industri sebesar 4.012.875 kwh (1,2%) dan penerangan jalan umum sebesar 5.411.008 kwh (1,6%).

25 Menurut pengamatan peneliti, listrik di Kabupaten Ciamis telah mencapai wilayah pantai selatan Kabupaten Ciamis. Hal ini diindikasikan oleh banyaknya rumah tangga dan hotel di wilayah pantai yang telah menggunakan listrik. Keberadaan listrik di wilayah pantai sangat penting untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap seperti untuk mendukung penerangan dan berbagai aktivitas di pelabuhan perikanan seperti industri pengolahan ikan, pembuatan es, ramburambu navigasi dan penerangan jalan. 3) Air bersih Kebutuhan air bersih di Kabupaten Ciamis sebagian besar menggunakan sumur yang terdapat di rumah tangga dengan menggunakan bantuan pompa air. Namun ada juga yang memanfaatkan fasilitas air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten Ciamis masih terbatas, diperkirakan baru sekitar 3,8% dari seluruh jumlah keluarga di Kabupaten Ciamis. Pelanggan PDAM di Kabupaten Ciamis setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2009 jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 19.434 pelanggan dengan jumlah konsumsi air sebanyak 3.627.607 m 3. Jumlah ini diperkirakan meningkat 5,2% pada tahun 2010 dengan jumlah pelanggan sebanyak 20.444 pelanggan dengan jumlah konsumsi air meningkat 2,7% menjadi 3.725.691 m 3 (BPS Kabupaten Ciamis, 2010). Menurut pengamatan peneliti, sebagian besar masyarakat pesisir Kabupaten Ciamis menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Kualitas sumur di wilayah pantai ini cukup baik sehingga dapat digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci, memasak dan kebutuhan lainnya. Keberadaan air bersih di wilayah pantai sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di daerah ini seperti penggunaan air bersih untuk berbagai aktivitas di pelabuhan perikanan, penyediaan air untuk kebutuhan nelayan dalam melaut, pencucian hasil tangkapan, industri pengolahan ikan, bahan baku industri pembuatan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan ikan dan lain-lain.

26 4) Telekomunikasi Sarana telekomunikasi yang dapat diakses oleh masyarakat Kabupaten Ciamis adalah telepon yang disediakan oleh PT. Telkom. Pada tahun 2009 jumlah pelanggan jasa telekomunikasi PT. Telkom adalah sebanyak 24.340 pelanggan, jumlah ini diperkirakan menurun -6,4% pada tahun 2010 dengan jumlah pelanggan sebanyak 22.774 pelanggan (Anonymous, 2010). Diduga penurunan jumlah pelanggan PT. Telkom dikarenakan oleh semakin banyaknya penggunaan handphone oleh masyarakat di Kabupaten Ciamis. Hal ini diakibatkan semakin terjangkaunya harga handphone. BPS Kabupaten Ciamis (2010) menjelaskan selain menggunakan jasa telekomunikasi yang disediakan oleh PT. Telkom, masyarakat Kabupaten Ciamis menggunakan jasa pos yang disediakan oleh PT. Pos Indonesia untuk kebutuhan surat-menyurat, mengirim barang dan mengirim uang (wesel pos). Pada tahun 2009 jumlah surat yang dikirim oleh PT. Pos Indonesia Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 71.919 buah, jumlah ini diperkirakan menurun -20,3% pada tahun 2010 dengan jumlah surat yang dikirim sebanyak 57.336 buah. Keberadaan sarana telekomunikasi di Kabupaten Ciamis sangat penting untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap diantaranya komunikasi antar pelaku usaha perikanan tangkap dan kemudahan mengakses informasi terkait perikanan tangkap bagi Dinas Kelautan dan Perikanan. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.2.1 Musim dan daerah penangkapan ikan Musim penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh 2 (dua) musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada bulan Mei Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November April (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis yang didominasi oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan

27 sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut. Kondisi serupa seperti yang dialami oleh nelayan di Kabupaten Ciamis di atas juga dialami oleh nelayan yang menggunakan perahu motor tempel di Pandansimo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga berbatasan dengan Samudera Indonesia. Pane et al (2002) menjelaskan, pada waktu-waktu tertentu di musim barat, nelayan tidak melakukan aktivitas melaut atau menangkap ikan. Bahkan selama 3 4 bulan dalam setahun terutama pada saat musim barat nelayan sama sekali tidak melaut. Pada periode waktu tersebut, nelayan beralih profesi manjadi pengumpul dan penjual pasir di muara sungai Kulon Progo. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), nelayan di Kabupaten Ciamis biasa menangkap ikan di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak, Nusakambangan dan Cilacap. Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke fishing ground berkisar antara 1 5 mil dengan waktu tempuh antara 40 60 menit. Nelayan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman, kebiasaan nelayan, tanda-tanda yang terdapat di alam serta informasi dari nelayan lainnya. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Ciamis sangat beragam seperti udang jerbung, lobster, manyung, bawal hitam, bawal putih, kakap merah, kakap putih, kembung, tongkol, tenggiri, layur, cucut, pari dan lainlain (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). 4.2.2 Volume dan nilai produksi Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah sebesar 441,77 ton dengan nilai produksi senilai Rp 24.036.717.614,00. Perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 2.

28 Tabel 2 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Tahun Volume (ton) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 2001 2.529,80 24.036.717.614,00 - - 9.501,43 2002 2.168,20 20.398.056.640,00-14,3-15,1 9.407,83 2003 2.599,61 21.590.704.390,00 19,9 5,8 8.305,36 2004 1.871,04 18.749.273.800,00-28,0-13,2 10.020,78 2005 1.205,68 11.933.037.000,00-35,6-36,4 9.897,35 2006 1.605,62 16.664.982.880,00 33,2 39,7 10.379,16 2007 1.665,52 21.508.369.145,00 3,7 29,1 12.913,91 2008 1.997,11 29.455.193.290,00 19,9 36,9 14.748,91 2009 1.231,88 19.125.676.043,00-38,3-35,1 15.525,60 2010 441,77* 7.415.710.065,00-64,1-61,2 16.786,36 Rata-rata -11,5-5,5 - Kisaran -64,1 33,2-61,2 39,7 - Keterangan : * = Angka sementara Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan kurva volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 2010 cenderung menurun (Gambar 2). Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 33,2%, sedangkan pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -64,1%. Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 2010 adalah -11,5% dengan kisaran -64,1% 33,2%. Pertumbuhan volume produksi terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di atas mengindikasikan bahwa bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006 di wilayah selatan Kabupaten Ciamis tidak membuat pertumbuhan produksi hasil tangkapan menurun. Padahal pada tahun 2005 terjadi pertumbuhan yang negatif (-35,6%). Dengan demikian berdasarkan data di atas, pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan pada tahun 2006 seharusnya jauh lebih besar dari 33,2%. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis cenderung menurun, hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang dan angin sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan (subsubbab 4.2.1). Pada tahun 2010 jumlah trip nelayan di Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 379.146 trip atau mengalami penurunan sebesar -15,7% dibandingkan jumlah trip pada

29 tahun 2009 (449.928 trip; DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Selain itu, banyaknya pendaratan hasil tangkapan yang tidak tercatat di PPI Pangandaran (subsubbab 5.1.1) mengakibatkan jumlah volume produksi hasil tangkapan yang tercatat di Kabupaten Ciamis tahun 2010 menurun sebesar -64,1%. Volume Produksi (ton) 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 2 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 3). Rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis pada periode tersebut adalah sebesar -5,5% dengan kisaran -61,2% 39,7%. Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 39,7%, sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -61,2%. Nilai Produksi (Rp x 10 9 ) 30 25 20 15 10 5 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 3 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010

30 4.2.3 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis armada penangkapan ikan yang terdapat di Kabupaten Ciamis terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.897 unit, yang terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 33 unit (1,7%), perahu motor tempel sebanyak 1.863 unit (98,2%) dan kapal motor sebanyak 1 unit (0,1%). Perahu motor tempel merupakan jenis armada yang dominan digunakan oleh nelayan, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis masih tradisional. Tabel 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Tahun Jenis Armada (unit) KM PMT PTM Jumlah (unit) Pertumbuhan (%) 2001 4 1.142 38 1.184-2002 4 1.244 38 1.286 8,6 2003 4 1.510 30 1.544 20,1 2004 4 1.548 122 1.674 8,4 2005 4 1.548 122 1.674 0,0 2006 4 962 114 1.080-35,5 2007 4 2.071 114 2.189 102,7 2008 4 1.863 33 1.900-13,2 2009 4 1.863 33 1.900 0,0 2010 1 1.863 33 1.897-0,2 Rata-rata 10,1 Kisaran -35,5 102,7 Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu Tanpa Motor Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan kurva jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis pada kurun waktu tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif dengan ratarata pertumbuhan per tahun sebesar 10,1% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -35,5% 102,7% (Tabel 3 dan Gambar 4). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -35,5%, hal ini disebabkan oleh bencana tsunami yang terjadi di wilayah Selatan Kabupaten Ciamis khususnya di Kecamatan Pangandaran sehingga menyebabkan rusaknya

31 armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 102,7%, hal ini disebabkan oleh adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT sebanyak 1.000 unit ke wilayah Kabupaten Ciamis dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami tahun 2006. Penurunan jumlah armada penangkapan ikan juga terjadi pada tahun 2010 yaitu berkurangnya kapal motor sebanyak -75%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini disebabkan biaya operasional yang tinggi sehingga nelayan memilih untuk menjual kapal motornya ke nelayan Cilacap. 2500 2000 Jumlah (unit) 1500 1000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 4 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 2) Alat penangkapan ikan Jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah sebanyak 3.415 unit yang didominasi oleh alat tangkap gillnet (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 2.395 unit (70,1%). Alat tangkap lain yang terdapat di Kabupaten Ciamis adalah pancing rawai sebanyak 469 unit (13,7%), trammel net sebanyak 303 unit (8,9%), dogol sebanyak 201 unit (5,9%), pukat pantai sebanyak 27 unit (0,8%) dan bagan sebanyak 20 unit (0,6%) (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).

32 Tabel 4 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Tahun Pancing Rawai Pukat Pantai Jenis Alat Tangkap (unit) Gillnet Dogol Trammel net Bagan Jumlah (unit) Pertumbuhan (%) 2001 551 31 1.686 195 661-3.124-2002 551 31 1.686 195 661 13 3.137 0,4 2003 253 53 1.309 141 203 36 1.995-36,4 2004 242 22 1.359 160 219 36 2.038 2,2 2005 242 22 1.359 160 219 36 2.038 0,0 2006 153 32 926 97 144 16 1.368-32,9 2007 205 43 2.806 110 276 20 3.460 152,9 2008 469 27 2.395 201 303 20 3.415-1,3 2009 469 27 2.395 201 303 20 3.415 0,0 2010 469 27 2.395 201 303 20 3.415 0,0 Rata-rata 9,4 Kisaran -36,4 152,9 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 cenderung meningkat setelah mengalami penurunan pada tahun 2001 2003. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar 9,4% dengan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -36,4% 152,9% (Tabel 4 dan Gambar 5). 4000 3000 Jumlah (unit) 2000 1000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 5 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010

33 Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -36,4%. Penurunan jumlah alat tangkap juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -32,9%, hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang terjadi di wilayah Selatan Kabupaten Ciamis sehingga mengakibatkan banyaknya alat tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 152,9%. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk menstabilkan kembali kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis dengan memberikan bantuan berupa alat tangkap gillnet kepada nelayan. 3) Nelayan Jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah sebanyak 3.826 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Rata-rata pertumbuhan per tahun jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 2010 adalah 1,4% dengan kisaran -21,3% 18,6% (Tabel 5). Tabel 5 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%) 2001 3.531-2002 3.876 9,8 2003 4.598 18,6 2004 4.709 2,4 2005 4.709 0,0 2006 4.619-1,9 2007 4.619 0,0 2008 4.860 5,2 2009 4.860 0,0 2010 3.826-21,3 Rata-rata 1,4 Kisaran -21,3 18,6 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Pada periode tahun 2001 2004, perkembangan jumlah nelayan cenderung meningkat dengan nilai peningkatan yang relatif tidak terlalu besar (Gambar 6). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 18,6%. Namun pada periode tahun 2004 2010 pertumbuhan jumlah nelayan

34 cenderung mengalami penurunan dengan nilai yang relatif tidak terlalu besar. Pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -21,3%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, bertambah atau berkurangnya jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis disebabkan karena banyaknya nelayan yang beralih profesi seperti menjadi pedagang, pemandu wisata dan tukang ojek. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun atau pada saat nelayan tidak mempunyai modal melaut, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya. 5.000 4.000 Jumlah (orang) 3.000 2.000 1.000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 6 Kurva perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Hampir seluruh nelayan yang terdapat di Kabupaten Ciamis merupakan nelayan asli yang bersifat menetap. Jika ditinjau dari klasifikasi nelayan berdasarkan waktu yang digunakan untuk menangkap ikan, sebagian besar nelayan di Kabupaten Ciamis merupakan nelayan penuh. Disamping nelayan penuh juga terdapat nelayan sambilan utama, hal ini dapat dilihat pada saat produksi hasil tangkapan sedang menurun atau pada saat nelayan tidak mempunyai modal untuk melaut, nelayan beralih profesi menjadi pedagang, tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya.

35 5 KONDISI KEPELABUHANAN PERIKANAN DI KABUPATEN CIAMIS 5.1 PPI Pangandaran 5.1.1 Volume dan nilai produksi Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebesar 42,63 ton dengan nilai produksi senilai Rp 954.503.800,00. Perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi dapat dilihat Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 Tahun Volume Pertumbuhan (%) Rasio NP/P Nilai (Rp) (ton) Volume Nilai (Rp per kg) 2001 1.209,63 9.614.172.120,00 - - 7.948,03 2002 975,69 9.179.125.488,00-19,3-4,5 9.407,83 2003 782,80 6.749.074.985,00-19,8-26,5 8.621,71 2004 875,00 8.607.356.000,00 11,8 27,5 9.836,98 2005 577,60 5.158.743.600,00-34,0-40,1 8.931,34 2006 471,50 5.661.834.900,00-18,4 9,8 12.008,13 2007 547,42 7.731.140.820,00 16,1 36,5 14.122,87 2008 590,80 10.759.627.380,00 7,9 39,2 18.211,96 2009 215,50 4.831.965.944,00-63,5-55,1 22.422,12 2010 42,63* 934.503.800,00-80,2-80,7 21.921,27 Rata-rata -22,2-10,4 - Kisaran -80,2 16,1-80,7 39,2 - Keterangan : * = Angka sementara Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan kurva jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun 2001 2010 cenderung mengalami penurunan (Gambar 7). Penurunan volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran telah terjadi sebelum bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006, hal ini diduga disebabkan karena terus berkurangnya jumlah alat tangkap pada periode tahun 2001 2006. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -80,2%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang

36 dan angin sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan. Selain itu, menurunnya volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 disebabkan karena banyaknya pendaratan yang tidak tercatat oleh petugas karena tidak beroprasinya tempat pelelangan ikan sejak tahun 2009 dan pengurus KUD Minasari yang di non-aktifkan karena terlibat kasus korupsi dalam pengadaan bantuan perahu motor tempel pasca tsunami. Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 16,1%, kenaikan jumlah volume produksi ini diduga karena adanya bantuan dari Departemen Kelautan dan Perikanan berupa perahu motor tempel, alat tangkap dan rumpon sebagai upaya pemulihan setelah bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun 2001 2010 adalah sebesar -22,2% dengan kisaran -80,2% 16,1% (Tabel 6). 1.400 1.200 1.000 Produksi (ton) 800 600 400 200 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 7 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 8). Rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar -10,4% dengan kisaran -80,7% 39,2%. Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 39,2%, sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu

37 sebesar -80,7%. Tidak beroperasinya tempat pelelangan ikan menyebabkan nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada pedagang ikan (bakul) dengan harga yang lebih rendah jika dibandingkan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, yaitu lebih murah Rp 3.000,00 Rp 7.000,00 per kg. Nelayan mengungkapkan bahwa dengan tidak adanya pelelangan ikan, mereka tidak memperoleh informasi yang benar mengenai harga ikan yang dimilikinya. 12 10 Nilai Produksi (Rp x 10 9 ) 8 6 4 2 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 8 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut volume di PPI Pangandaran pada tahun 2010 antara lain layur sebesar 9,74 ton (22,85%), bawal hitam sebesar 5,57 ton (13,07%), tenggiri sebesar 4,04 ton (9,48%) dan ikan rucah sebesar 5,76 ton (13,51%). Jenis ikan dominan menurut harga (nilai produksi) antara lain udang lobster senilai Rp 206.473.750,00 (22,09%), bawal hitam senilai Rp 186.096.350,00 (19,91%), layur senilai Rp 145.818.500,00 (15,60%) dan tenggiri senilai Rp 127.706.850,00 (13,67%). Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 7.

38 Tabel 7 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Pangandaran tahun 2010 Jenis Ikan Volume (ton) Nilai (Rp) Persentase (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 1. Udang Jerbung 0,02 1.488.000,00 0,05 0,16 74.400,00 2. Udang Lobster 1,36 206.473.750,00 3,19 22,09 151.818,93 3. Manyung 2,11 22.704.600,00 4,95 2,43 10.760,47 4. Selar 0,68 3.400.000,00 1,60 0,36 5.000,00 5. Ikan Kuwe 2,68 29.578.900,00 6,29 3,17 11.036,90 6. Tetengek 0,10 1.446.850,00 0,23 0,15 14.468,50 7. Bawal Hitam 5,57 186.096.350,00 13,07 19,91 33.410,48 8. Bawal Putih 0,04 1.593.000,00 0,09 0,17 39.825,00 9. Kakap Putih 0,77 13.517.250,00 1,81 1,45 17.554,87 10. Ikan Terbang 0,18 2.611.800,00 0,42 0,28 14.510,00 11. Peperek/Petek 2,53 51.600.500,00 5,93 5,52 20.395,45 12. Kakap Merah 2,97 54.398.300,00 6,97 5,82 18.315,93 13. Kembung 1,80 14.960.700,00 4,22 1,60 8.311,50 14. Tenggiri 4,04 127.706.850,00 9,48 13,67 31.610,61 15. Kerapu 0,96 30.554.100,00 2,25 3,27 31.827,19 16. Layur 9,74 145.818.500,00 22,85 15,60 14.971,10 17. Cucut 0,36 5.315.000,00 0,84 0,57 14.763,89 18. Pari 0,96 6.472.200,00 2,25 0,69 6.741,88 19. Ikan Rucah 5,76 28.767.150,00 13,51 3,08 4.994,30 Jumlah 42,63 934.503.800,00 100,00 100,00 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 5.1.2 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.089 unit, yang terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 22 unit (2,0%), perahu motor tempel sebanyak 1.066 unit (97,9%), dan kapal motor sebanyak 1 unit (0,1%) (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan kurva jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 9) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 12,5% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -43,7% 136,3% (Tabel 8). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah

39 terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -43,7%, hal ini disebabkan oleh bencana tsunami menyebabkan rusaknya armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 136,3%, hal ini diakibatkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Tabel 8 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 Tahun Jenis Armada (unit) KM PMT PTM Jumlah (unit) Pertumbuhan (%) 2001 4 694-698 - 2002 4 756-760 8,9 2003 4 946-950 25,0 2004 4 946-950 0,0 2005 4 946-950 0,0 2006 4 531-535 -43,7 2007 4 1.260-1.264 136,3 2008 4 1.066 22 1.092-13,6 2009 4 1.066 22 1.092 0,0 2010 1 1.066 22 1.089-0,3 Rata-rata 12,5 Kisaran -43,7 136,3 Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu Tanpa Motor Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Jumlah (unit) 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 9 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010

40 2) Alat penangkapan ikan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.797 unit yang terdiri dari gillnet (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 1.221 unit (67,9%), pancing rawai sebanyak 201 unit (11,2%), dogol sebanyak 198 unit (10,7%), trammel net sebanyak 147 unit (8,2%), bagan sebanyak 20 unit (1,1%) dan pukat pantai sebanyak 15 unit (0,8%). Tabel 9 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 Tahun Pancing Rawai Pukat Pantai Jenis Alat Tangkap (unit) Gillnet Dogol Trammel net Bagan Jumlah (unit) Pertumbuhan (%) 2001 183 22 1.086 195 270-1.756-2002 183 22 1.086 195 270 13 1.769 0,7% 2003 84 37 843 141 83 36 1.224-30,8% 2004 85 12 737 158 94 36 1.122-8,3% 2005 85 12 737 158 94 36 1.122 0,0% 2006 50 14 475 97 52 16 704-37,3% 2007 85 14 1.648 97 52 20 1.916 172,2% 2008 201 15 1.221 193 147 20 1.797-6,2% 2009 201 15 1.221 193 147 20 1.797 0,0% 2010 201 15 1.221 193 147 20 1.797 0,0% Rata-rata 10,0% Kisaran -37,3 172,2 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran pada periode tahun 2001 2010 cenderung meningkat setelah mengalami penurunan pada tahun 2001 2006 (Gambar 10). Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -37,3%, hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 172,2%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Ratarata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar 10,0% dengan kisaran -37,3% 172,2% (Tabel 9).

41 2.500 2.000 Jumlah (unit) 1.500 1.000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 10 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 3) Nelayan Jumlah nelayan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.935 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Rata-rata pertumbuhan per tahun jumlah nelayan di PPI Pangandaran pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar -0,2% dengan kisaran -27,4% 19,7% (Tabel 10). Pada tahun 2001 2004, pertumbuhan jumlah nelayan cenderung meningkat dengan nilai peningkatan yang relatif tidak terlalu besar (Gambar 11). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 19,7%. Namun pada tahun 2004 2010 pertumbuhan jumlah nelayan cenderung mengalami penurunan dengan nilai yang relatif tidak terlalu besar. Pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -27,4%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, bertambah atau berkurangnya jumlah nelayan di PPI Pangandaran disebabkan karena nelayan yang beralih profesi seperti menjadi pedagang, pemandu wisata dan tukang ojek ataupun sebaliknya. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih

42 profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya. Tabel 10 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010 Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%) 2001 2.116-2002 2.304 8,9 2003 2.757 19,7 2004 2.833 2,8 2005 2.833 0,0 2006 2.769-2,3 2007 2.769 0,0 2008 2.665-3,8 2009 2.665 0,0 2010 1.935-27,4 Rata-rata -0,2 Kisaran -27,4 19,7 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 3.000 2.500 Jumlah (orang) 2.000 1.500 1.000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 11 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2001 2010

43 5.1.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas utama yang diperlukan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok berfungsi untuk menjamin kelancaran kapal atau perahu ketika berlayar, keluar masuk maupun tambat labuh di area pelabuhan perikanan (Lubis, 2012). Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas pokok yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari : (1) Turap Turap adalah bangunan yang berfungsi sebagai dinding penahan tergerusnya tanah di pinggir pantai akibat abrasi. Turap di PPI Pangandaran dibuat dari tumpukan batu dan susunan beton berbentuk silinder; memiliki panjang 1 km atau sepanjang pantai timur Pangandaran. Selain turap terdapat tumpukan batu yang berfungsi sebagai groin untuk pemutar arus (Gambar 11). PPI Pangandaran tidak memiliki dermaga dan kolam pelabuhan sebagai tempat untuk tambat labuh perahu atau kapal penangkap ikan. Nelayan menggunakan pantai barat dan pantai timur sebagai tempat tambat labuh perahu dengan cara mengaitkan tali tambang ke tumpukan batu groin. Gambar 12 Turap di PPI Pangandaran tahun 2011 (2) Lampu mercusuar Mercusuar adalah bangunan berbentuk menara yang mempunyai lampu di puncak menara sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan melaut pada malam

44 hari. Menara mercusuar di PPI Pangandaran terdapat di pantai barat dan pantai timur Pangandaran dengan tinggi 13 m. Mercusuar tersebut dalam kondisi baik dan dimanfaatkan. Gambar 13 Lampu mercusuar di PPI Pangandaran tahun 2011 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari pelabuhan perikanan sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan perikanan tersebut (Lubis, 2012). Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari : (1) Tempat pelelangan ikan Gedung TPI Pangandaran didirikan pada tahun 1973 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis yang bertujuan untuk mengembangkan pemasaran hasil tangkapan dari aktivitas perikanan tangkap di Pangandaran khususnya dalam pengaturan tataniaga. Gedung TPI PPI Pangandaran memiliki luas 299 m 2. Pengelolaan TPI Pangandaran diserahkan kepada Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan ikan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis sebagai penanggung jawabnya (UPTD PPI Pangandaran, 2005). Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Pangandaran berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005

45 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran mempunyai 2 TPI, yaitu TPI lama dan TPI baru. TPI lama terletak di pantai timur Pangandaran yang letaknya berdekatan dengan tempat pendaratan ikan, sedangkan TPI baru terletak di PPI Pangandaran baru yang berjarak 3 km dari tempat pendaratan ikan. Tidak ada aktivitas pelelangan ikan di kedua TPI tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan penduduk sekitar PPI Pangandaran, hal ini disebabkan karena dinon-aktifkannya pengurus KUD Minasari karena terlibat dalam kasus korupsi dalam pengadaan bantuan perahu motor tempel pasca tsunami. a. Gedung TPI lama b. Gedung TPI baru Gambar 14 Gedung TPI PPI Pangandaran tahun 2011 (2) Fasilitas air bersih Kebutuhan air bersih di PPI Pangandaran disediakan oleh KUD Minasari. Fasilitas air bersih ini terletak di belakang gedung TPI lama dengan menggunakan sumur pompa dan bak air berukuran 3 x 0,5 x 1 m. (3) Fasilitas perbaikan alat tangkap dan mesin Fasilitas perbaikan alat tangkap dan mesin PPI Pangandaran terletak di pantai timur yang berdekatan dengan tempat pendaratan ikan. Fasilitas ini berupa bangunan berukuran 3 x 3 m. Nelayan menggunakan fasilitas ini untuk memperbaiki maupun untuk menyimpan alat tangkap dan mesin perahu.

46 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang atau fasilitas tambahan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan perikanan dan menberikan kenyamanan kepada para pelaku dalam menjalankan aktivitas di pelabuhan perikanan (Lubis, 2012). Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari : (1) Gedung kantor pelabuhan Gedung kantor PPI Pangandaran terletak di PPI Pangandaran baru yang berjarak 3 km dari tempat pendaratan ikan. Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pangkalan Pendaratan Ikan wilayah Kabupaten Ciamis di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. UPTD PPI Pangandaran ini juga membawahi PPI Kalipucang. Gambar 15 Gedung kantor PPI Pangandaran tahun 2011 (2) KUD Minasari Gedung KUD Minasari terletak di depan gedung TPI lama yang terletak di pantai timur Pangandaran. KUD Minasari didirikan pada tanggal 2 Januari 1962 dengan nama KPL (Koperasi Perikanan Laut). Dalam perkembangannya, KUD Minasari telah mengalami tiga kali perubahan nama. Dalam pelaksanaannya, KUD Minasari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara

47 pelelangan ikan, KUD Minasari juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha simpan pinjam (UPTD PPI Pangandaran, 2005). Gambar 16 Gedung kantor KUD Minasari tahun 2011 (3) Syahbandar Gedung kantor syahbandar PPI Pangandaran terletak di samping gedung TPI lama. Syahbandar ini bertugas dalam pendataan jumlah kapal atau perahu yang ada di PPI Pangandaran. Gambar 17 Gedung kantor Syahbandar PPI Pangandaran tahun 2011 (4) Waserda Waserda terletak di pantai timur Pangandaran menyediakan bahan dan alat perikanan seperti bahan bakar minyak (BBM), pelumas, suku cadang mesin, jaring dan kebutuhan melaut lainnya. Waserda ini dikelola secara perorangan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar PPI Pangandaran.

48 5.2 PPI Parigi 5.2.1 Volume dan nilai produksi Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah sebesar 135,14 ton dengan nilai produksi senilai Rp 2.517.299.040,00. Perkembangan volume produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 11. Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 18). Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 82,5%. Bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 tidak membuat volume produksi hasil tangkapan menurun, hal ini disebabkan karena kerusakan yang terjadi di PPI Parigi tidak terlalu parah seperti yang terjadi di PPI Pangandaran. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -65,2%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang dan angin sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan. Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun 2001 2010 adalah sebesar -3,7% dengan kisaran -65,2% 82,5% (Tabel 11). Tabel 11 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2001 2010 Tahun Volume (ton) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 2001 556,56 4.997.984.860,00 - - 8980,20 2002 515,28 4.468.740.302,00-7,4-10,6 8672,41 2003 778,27 6.097.214.919,00 51,0 36,4 7834,36 2004 411,63 3.937.347.498,00-47,1-35,4 9565,29 2005 251,38 2.597.822.154,00-38,9-34,0 10334,07 2006 458,89 4.402.888.476,00 82,5 69,5 9594,73 2007 409,45 5.144.453.070,00-10,8 16,8 12564,30 2008 528,04 7.404.997.950,00 29,0 43,9 14023,55 2009 388,45 5.779.556.724,00-26,4-22,0 14878,51 2010 135,14 2.517.299.040,00-65,2-56,4 18627,34 Rata-rata -3,7 0,9 - Kisaran -65,2 82,5-56,4 69,5 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

49 900 750 Produksi (ton) 600 450 300 150 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 18 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2001 2010 Perkembangan kurva nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 19). Rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada periode tersebut adalah sebesar -0,9% dengan kisaran -54,6% 69,5%. Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 69,5%, sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -54,6%. Nilai Produksi (Rp x 10 9 ) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 19 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2001 2010

50 Tabel 12 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Parigi tahun 2010 Jenis Ikan Volume (ton) Nilai (Rp) Persentase (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 1. Udang Dogol 0,01 134.300,00 0,01 0,01 13.430,00 2. Udang Jerbung 2,48 152.481.300,00 1,84 6,06 61.484,40 3. Udang Krosok 0,10 1.961.000,00 0,07 0,08 19.610,00 4. Udang Lobster 2,22 534.438.170,00 1,64 21,23 240.737,91 5. Udang Lainnya 0,49 10.257.530,00 0,36 0,41 20.933,73 6. Manyung 2,06 19.338.370,00 1,52 0,77 9.387,56 7. Tetengek 2,90 51.226.960,00 2,15 2,03 17.664,47 8. Bawal Hitam 0,35 9.421.350,00 0,26 0,37 26.918,14 9. Bawal Putih 1,55 108.183.300,00 1,15 4,30 69.795,68 10. Kakap Putih 0,78 10.706.100,00 0,58 0,43 13.725,77 11. Ikan Terbang 1,92 22.497.900,00 1,42 0,89 11.717,66 12. Peperek/Petek 1,75 40.188.120,00 1,29 1,60 22.964,64 13. Kakap Merah 2,43 64.255.580,00 1,80 2,55 26.442,63 14. Belanak 0,28 3.813.100,00 0,21 0,15 13.618,21 15. Kurau 0,16 3.215.600,00 0,12 0,13 20.097,50 16. Gulamah 32,66 285.787.470,00 24,17 11,35 8.750,38 17. Kembung 5,96 89.427.650,00 4,41 3,55 15.004,64 18. Tenggiri 15,55 452.247.910,00 11,51 17,97 29.083,47 19. Tongkol 5,24 102.021.810,00 3,88 4,05 19.469,81 20. Kerapu 1,58 49.922.580,00 1,17 1,98 31.596,57 21. Layur 25,77 345.016.770,00 19,07 13,71 13.388,31 22. Cucut 1,51 19.030.330,00 1,12 0,76 12.602,87 23. Pari 2,23 16.714.430,00 1,65 0,66 7.495,26 24. Rajungan 0,82 16.547.910,00 0,61 0,66 20.180,38 25. Ikan Rucah 24,34 108.463.500,00 18,01 4,31 4.456,18 Jumlah 135,14 2.517.299.040,00 100,00 100,00 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut volume di PPI Parigi pada tahun 2010 antara lain gulamah sebesar 32,66 ton (24,17%), layur sebesar 25,77 ton (19,07%), tenggiri sebesar 15,55 ton (11,51%) dan ikan rucah sebesar 24,34 ton (18,01%). Jenis ikan dominan menurut harga (nilai produksi) antara lain udang lobster senilai Rp 534.438.170,00 (21,23%), tenggiri senilai Rp 452.247.910,00 (17,97%), layur senilai Rp 345.016.770,00 (13,71%) dan gulamah senilai Rp 285.787.470,00 (11,35%) (Tabel 12)

51 5.2.2 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Parigi terdiri dari perahu tanpa motor dan perahu motor tempel. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 281 unit, yang terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 11 unit (3,9%) dan perahu motor tempel sebanyak 270 unit (96,1%). Tabel 13 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010 Tahun Jenis Armada (unit) Jumlah KM PMT PTM (unit) Pertumbuhan (%) 2001-182 38 220-2002 - 198 38 236 7,3 2003-240 30 270 14,4 2004-270 - 270 0,0 2005-270 - 270 0,0 2006-204 - 204-24,4 2007-288 - 288 41,2 2008-270 11 281-2,4 2009-270 11 281 0,0 2010-270 11 281 0,0 Rata-rata 4,0 Kisaran -24,4 41,2 Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu Tanpa Motor Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 20) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 4,0% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -24,4% 41,2% (Tabel 13). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -24,4%, hal ini disebabkan oleh bencana tsunami menyebabkan rusaknya armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 41,2%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006.

52 Jumlah (unit) 350 300 250 200 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 20 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010 2) Alat penangkapan ikan Jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah sebanyak 519 unit yang terdiri dari gillnet (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 380 unit (73,2%), trammel net sebanyak 121 unit (23,3%), pancing rawai sebanyak 9 unit (1,7%), dogol sebanyak 8 unit (1,5%), dan pukat pantai sebanyak 1 unit (0,2%) (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Tabel 14 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010 Jenis Alat Tangkap (unit) Jumlah Pertumbuhan Tahun Pancing Pukat Trammel Gillnet Dogol (unit) (%) Rawai Pantai net 2001 17 2 231-378 628-2002 17 2 231-378 628 0,0 2003 8 12 179-116 315-49,8 2004 18 2 218-120 358 13,7 2005 18 2 218 2 120 360 0,6 2006 15-153 - 87 255-29,2 2007 18 7 407 12 166 610 139,2 2008 9 1 380 8 121 519-14,9 2009 9 1 380 8 121 519 0,0 2010 9 1 380 8 121 519 0,0 Rata-rata 6,6 Kisaran -49,8 139,2 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

53 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi pada periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 21). Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -49,8%. Penurunan jumlah alat tangkap juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -29,2%, hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 139,2%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar 6,6% dengan kisaran -49,8% 139,2% (Tabel 14). Jumlah (unit) 700 600 500 400 300 200 100 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 21 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi tahun 2001 2010 3) Nelayan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah nelayan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah sebanyak 690 orang. Perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 22) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 2,0% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar - 24,1% 18,2% (Tabel 15). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 18,2%. Pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi

54 pada tahun 2008 sebesar yaitu -24,1%. Berdasarkan hasil wawancara, bertambah ataupun berkurangnya jumlah nelayan di PPI Parigi pada umumnya disebabkan karena banyaknya nelayan yang beralih profesi seperti menjadi pedagang dan tukang ojek. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek atau pekerjaan lainnya. Tabel 15 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 2010 Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%) 2001 615-2002 677 10,1 2003 800 18,2 2004 818 2,3 2005 818 0,0 2006 804-1,7 2007 804 0,0 2008 610-24,1 2009 610 0,0 2010 690 13,1 Rata-rata 2,0 Kisaran -24,1 18,2 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 900 750 Jumlah (orang) 600 450 300 150 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 22 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001-2010

55 5.2.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Parigi terdiri dari (DKP Kabupaten Ciamis, 2011) : (1) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan yang terdapat di PPI Parigi merupakan kolam pelabuhan alami dengan memanfaatkan Sungai Cialit sebagai tempat untuk tambat labuh perahu nelayan. Kedalaman kolam pelabuhan ini adalah 50 100 cm karena telah mengalami pendangkalan akibat lumpur yang terbawa oleh aliran sungai. Gambar 23 Kolam pelabuhan di PPI Parigi tahun 2011 (2) Turap Turap di PPI Parigi berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak terjadi abrasi yang dapat menyebabkan pendangkalan kolam pelabuhan. Turap tersebut terbuat dari beton, memiliki panjang 650 m dan tinggi 1 m. Gambar 24 Turap di PPI Parigi tahun 2011

56 (3) Lampu mercusuar Lampu mercusuar di PPI Parigi terletak di muara Sungai Cialit. Lampu mercusuar ini memiliki tinggi 10 m dengan kondisi baik dan dimanfaatkan sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan pada malam hari. 2) Fasilitas fungsional Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Parigi terdiri dari : (1) Tempat pelelangan ikan Gedung TPI PPI Parigi mempunyai luas 216 m 2 dan terletak berseberangan dengan gedung kantor KUD Minapari yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan ikan. Kondisi gedung TPI ini masih cukup baik. Aktivitas pelelangan ikan dilakukan setiap hari, kecuali hari Jum at karena pada hari tersebut nelayan tidak melakukan aktivitas menangkap ikan. Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Parigi berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan. Gambar 25 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi tahun 2011

57 (2) Fasilitas air bersih Sumber air bersih di PPI Parigi berasal dari sumur yang terletak berseberangan dengan gedung TPI. Kondisi air sumur ini cukup bersih. Sumur ini menggunakan pompa listrik dan ditampung dalam tangki (torn) plastik dengan kapasitas 1000 liter yang disambungkan dengan pipa dan kran sehingga memudahkan ketika digunakan untuk berbagai aktivitas di PPI Parigi. Gambar 26 Fasilitas air bersih di PPI Parigi tahun 2011 (3) Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap di PPI Parigi terdiri dari 14 ruang penyimpanan dan terletak bersebelahan dengan gedung sekretariat rukun nelayan PPI Parigi. Ruang penyimpanan ini selain digunakan oleh nelayan asli yang tinggal di sekitar PPI Parigi juga sering digunakan oleh nelayan dari luar daerah yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Parigi. Gambar 27 Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap di PPI Parigi tahun 2011

58 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Parigi terdiri dari (DKP Kabupaten Ciamis, 2011) : (1) Gedung kantor pelabuhan Gedung kantor PPI Parigi terletak bersebelahan dengan gedung kantor KUD Minapari. Pangkalan Pendaratan Ikan Parigi saat ini menjadi UPTD Pangkalan Pendaratan Ikan wilayah Kabupaten Ciamis di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. UPTD PPI Parigi ini juga membawahi PPI Batu Karas dan PPI Cimerak. Gambar 28 Gedung kantor PPI Parigi tahun 2011 (2) KUD Minapari Koperasi Unit Desa (KUD) Minapari merupakan lembaga yang bertindak sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi. Dalam pelaksanaannya, KUD Minapari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Minapari juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha simpan pinjam. (3) Syahbandar Gedung kantor syahbandar PPI Parigi terletak beseberangan dengan gedung TPI PPI Parigi. Syahbandar ini bertugas dalam pendataan jumlah kapal atau perahu yang ada di PPI Parigi.

59 Gambar 29 Gedung kantor Syahbandar PPI Parigi tahun 2011 (4) Sekretariat rukun nelayan Sekretariat rukun nelayan merupakan tempat untuk berkumpulnya nelayan untuk melakukan musyawarah dan digunakan untuk menyampaikan informasi maupun penyuluhan yang berkaitan dengan kegiatan nelayan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis maupun petugas PPI Parigi. Gedung ini terletak bersebelahan dengan kantor KUD Minapari dan waserda. Gambar 30 Gedung kantor KUD Minapari, waserda, dan sekretariat rukun nelayan PPI Parigi tahun 2011 (5) Waserda Waserda PPI Parigi merupakan salah satu unit usaha perniagaan KUD Minapari yang menyediakan berbagai keperluan melaut seperti bahan bakar minyak (BBM), pelumas, suku cadang mesin, jaring dan kebutuhan melaut lainnya. Waserda ini terletak bersebelahan dengan gedung kantor KUD Minapari.

60 (6) Perumahan nelayan Jumlah rumah yang terdapat di kompleks perumahan nelayan PPI Parigi adalah sebanyak 105 unit dan berukuran 5 x 7 m. Perumahan nelayan ini mayoritas dihuni oleh nelayan asli Parigi. (7) Kios penjualan ikan Kios penjualan ikan PPI Parigi terletak bersebelahan dengan gedung TPI PPI Parigi. Kios ini menjual berbagai jenis macam ikan segar maupun olahan. Konsumen dapat membeli ikan segar dan meminta ikan tersebut untuk diolah seperti digoreng atau dibakar. Kios ini biasanya ramai terutama pada akhir pekan atau hari libur karena banyak wisatawan yang datang untuk mengkonsumsi ikan segar. a. Kios ikan segar b. Kios ikan olahan Gambar 31 Kios penjualan ikan di PPI Parigi tahun 2011 (8) MCK Letak MCK ini berseberangan dengan gedung TPI PPI Parigi. Air yang digunakan berasal dari sumur dengan kondisi air yang cukup baik. Kondisi MCK ini masih cukup baik. MCK ini tidak memiliki lampu sebagai penerangan ketika digunakan pada malam hari. 5.3 PPI Batu Karas 5.3.1 Volume dan nilai produksi Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 221,73 ton dengan

61 nilai produksi senilai Rp 2.978.944.030,00. Perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 Tahun Volume (ton) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 2001 631,19 7.261.803.815,00 - - 11.504,94 2002 563,73 5.099.514.160,00-10,7-29,8 9.045,99 2003 838,63 6.354.144.301,00 48,8 24,6 7.576,78 2004 486,47 4.687.318.450,00-42,0-26,2 9.635,36 2005 326,50 2.869.895.398,00-32,9-38,8 8.789,93 2006 539,81 4.622.958.239,00 65,3 61,1 8.564,06 2007 618,19 6.080.167.945,00 14,5 31,5 9.835,44 2008 741,77 7.764.470.065,00 20,0 27,7 10.467,48 2009 539,87 5.936.922.547,00-27,2-23,5 10.996,95 2010 221,73 2.978.944.030,00-58,9-49,8 13.435,01 Rata-rata -2,6-2,6 - Kisaran -58,9 65,3-49,8 61,1 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 900 750 Produksi (ton) 600 450 300 150 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 32 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 32). Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada periode tahun tersebut adalah sebesar -2,6% dengan kisaran -58,9% 65,3%.

62 Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 65,3%. Bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 tidak membuat volume produksi hasil tangkapan menurun, hal ini disebabkan karena kerusakan yang terjadi di PPI Batu Karas tidak terlalu parah dan tidak memakan banyak korban jiwa seperti yang terjadi di PPI Pangandaran. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -58,9%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang dan angin sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan. Nilai Produksi (Rp x 10 9 ) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 33 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 Perkembangan kurva nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 33). Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 61,1%, sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -49,8%. Rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun 2001 2010 adalah sebesar -2,6% dengan kisaran -49,8% 61,1%. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut volume di PPI Batu Karas pada tahun 2010 antara lain tongkol sebesar 50,25 ton (22,66%), kembung sebesar 22,72 ton (10,25%), manyung sebesar 20,03 ton (9,03%) dan ikan rucah sebesar 42,29 ton (19,07%). Jenis ikan dominan menurut harga (nilai produksi) antara lain tongkol senilai Rp 517.458.700,00 (17,37%),

63 kembung senilai Rp 236.361.670,00 (7,93%), manyung senilai Rp 230.881.420,00 (7,75%), bawal putih senilai Rp 221.060.105,00 (7,42%) dan ikan rucah senilai Rp 297.277.595,00 (9,98%). Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Batu Karas tahun 2010 Jenis Ikan Volume (ton) Nilai (Rp) Persentase (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 1. Udang Dogol 0,13 5.740.400,00 0,06 0,19 44.156,92 2. Udang Jerbung 0,16 11.133.150,00 0,07 0,37 69.582,19 3. Udang Lobster 0,48 87.894.515,00 0,22 2,95 183.113,57 4. Manyung 20,03 230.881.420,00 9,03 7,75 11.526,78 5. Ekor Kuning 9,35 146.873.585,00 4,22 4,93 15.708,40 6. Selar 9,17 28.246.520,00 4,14 0,95 3.080,32 7. Ikan Kuwe 0,31 6.862.490,00 0,14 0,23 22.137,06 8. Layang 1,16 3.539.850,00 0,52 0,12 3.051,59 9. Tetengek 2,47 29.084.865,00 1,11 0,98 11.775,25 10. Bawal Hitam 0,48 14.004.260,00 0,22 0,47 29.175,54 11. Bawal Putih 3,22 221.060.105,00 1,45 7,42 68.652,21 12. Kakap Putih 5,35 109.821.750,00 2,41 3,69 20.527,43 13. Julung-Julung 0,82 8.582.480,00 0,37 0,29 10.466,44 14. Ikan Terbang 1,28 16.057.070,00 0,58 0,54 12.544,59 15. Peperek/Petek 5,75 122.754.215,00 2,59 4,12 21.348,56 16. Kakap Merah 8,56 204.350.900,00 3,86 6,86 23.872,77 17. Belanak 0,39 5.468.010,00 0,18 0,18 14.020,54 18. Gulamah 0,82 13.935.100,00 0,37 0,47 16.994,02 19. Cakalang 0,06 753.880,00 0,03 0,03 12.564,67 20. Kembung 22,72 236.361.670,00 10,25 7,93 10.403,24 21. Tenggiri 6,59 204.289.920,00 2,97 6,86 30.999,99 22. Tongkol 50,25 517.458.700,00 22,66 17,37 10.297,69 23. Kerapu 5,51 194.747.360,00 2,49 6,54 35.344,35 24. Layur 6,60 80.656.800,00 2,98 2,71 12.220,73 25. Cucut 2,00 20.518.310,00 0,90 0,69 10.259,16 26. Pari 10,30 46.614.025,00 4,65 1,56 4.525,63 27. Rajungan 5,27 108.321.290,00 2,38 3,64 20.554,32 28. Cumi-Cumi 0,21 5.653.795,00 0,09 0,19 26.922,83 29. Ikan Rucah 42,29 297.277.595,00 19,07 9,98 7.029,50 Jumlah 221,73 2.978.944.030,00 100,00 100,00 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

64 5.3.2 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Batu Karas hanya terdiri dari perahu motor tempel. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 281 unit. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 34) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 9,0% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar - 37,5% 96,6% (Tabel 18). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -37,5%, hal ini disebabkan oleh bencana tsunami menyebabkan rusaknya armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 96,6%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Tabel 18 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 Tahun Jenis Armada (unit) Jumlah Pertumbuhan KM PMT PTM (unit) (%) 2001-193 - 193-2002 - 210-210 8,8 2003-255 - 255 21,4 2004-255 30 285 11,8 2005-255 30 285 0,0 2006-148 30 178-37,5 2007-320 30 350 96,6 2008-281 - 281-19,7 2009-281 - 281 0,0 2010-281 - 281 0,0 Rata-rata 9,0 Kisaran -37,5 96,6 Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu Tanpa Motor Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

65 400 350 300 Jumlah (unit) 250 200 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 34 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 2) Alat penangkapan ikan Jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebanyak 522 unit yang terdiri dari gillnet (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 380 unit (72,8%), pancing rawai sebanyak 96 unit (18,4%), trammel net sebanyak 35 unit (6,7%), dan pukat pantai sebanyak 11 unit (2,1%) (Anonymous, 2011). Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 35). Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -36,6%. Penurunan jumlah alat tangkap juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -32,1%, hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 187,4%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun adalah sebesar 12,3% dengan kisaran -36,6% 187,4% (Tabel 19).

66 Tabel 19 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 Jenis Alat Tangkap (unit) Jumlah Pertumbuhan Tahun Pancing Pukat Trammel Gillnet Dogol (unit) (%) Rawai Pantai net 2001 203 7 254 - - 464-2002 203 7 254 - - 464 0,0 2003 93 4 197 - - 294-36,6 2004 77 18 220 - - 315 7,1 2005 77 18 220 - - 315 0,0 2006 54 18 142 - - 214-32,1 2007 61 22 482 1 49 615 187,4 2008 96 11 380-35 522-15,1 2009 96 11 380-35 522 0,0 2010 96 11 380-35 522 0,0 Rata-rata 12,3 Kisaran -36,6 187,4 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 700 600 500 Jumlah (unit) 400 300 200 100 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 35 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 3) Nelayan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah nelayan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebanyak 554 orang. Perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas pada tahun 2001-2010 cenderung menurun (Gambar 36) dengan

67 rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,4% dan kisaran -26,3% 16,2% (Tabel 20). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 16,2%, sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar yaitu -26,3%. Berdasarkan hasil wawancara, pertumbuhan jumlah nelayan di PPI Batu Karas disebabkan karena penduduk yang tadinya berprofesi sebagai pedagang dan tukang ojek beralih profesi menjadi nelayan ataupun sebaliknya. Tabel 20 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010 Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%) 2001 523-2002 586 12,0 2003 681 16,2 2004 694 1,9 2005 694 0,0 2006 684-1,4 2007 684 0,0 2008 752 9,9 2009 752 0,0 2010 554-26,3 Rata-rata 1,4 Kisaran -26,3 16,2 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 800 700 600 Jumlah (orang) 500 400 300 200 100 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 36 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun 2001 2010

68 5.3.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan 1) Fasilitas pokok Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas pokok yang terdapat di PPI Batu Karas hanya berupa lampu mercusuar yang berfungsi sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan melaut pada malam hari. Mercusuar di PPI Batu Karas memiliki tinggi 13 m. Mercusuar tersebut dalam kondisi baik dan dimanfaatkan. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Karas tidak memiliki dermaga dan kolam pelabuhan sebagai tempat pendaratan ikan maupun tambat labuh perahu nelayan. Nelayan di PPI Batu Karas menggunakan tepi pantai sebagai tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan serta tambat labuh perahu atau kapal penangkap ikan. 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Batu Karas terdiri dari (DKP Kabupaten Ciamis, 2011) : (1) Tempat pelelangan ikan Gedung TPI PPI Batu Karas mempunyai luas 206 m 2 dan terletak bersebelahan dengan gedung kantor KUD Minarasa yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan ikan di PPI Batu Karas. Kondisi gedung TPI PPI Batu Karas saat ini masih cukup baik. Aktivitas pelelangan ikan dilakukan setiap hari, kecuali hari Jum at karena pada hari tersebut nelayan tidak melakukan aktivitas menangkap ikan. Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Batu Karas berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan. (2) Fasilitas air bersih Sumber air bersih di PPI Batu Karas berasal dari sumur yang terletak di belakang gedung TPI. Kondisi air sumur ini cukup bersih. Sumur ini menggunakan pompa listrik sehingga dapat disalurkan ke kran yang terdapat di

69 gedung TPI dan MCK. Air bersih tersebut digunakan untuk mencuci hasil tangkapan, membersihkan lantai TPI, dan MCK. a. Gedung TPI b. Fasilitas air bersih Gambar 37 Gedung TPI dan fasilitas air bersih di PPI Batu Karas tahun 2011 3) Fasilitas penunjang Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Batu Karas terdiri dari : (1) KUD Minarasa Koperasi Unit Desa (KUD) Minarasa merupakan lembaga yang bertindak sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas. Dalam pelaksanaannya, KUD Minapari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Minarasa juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha simpan pinjam. Gedung kantor KUD Minarasa terdiri dari ruang administrasi dan ruang rapat. Ruang administrasi berada satu gedung dengan TPI, sedangkan ruang rapat terletak bersebelahan dengan TPI. Kondisi ruang rapat di PPI Batu Karas sudah mulai rusak terutama pada bagian pintu dan jendela. (2) Sekretariat rukun nelayan Sekretariat rukun nelayan merupakan tempat untuk berkumpulnya nelayan untuk melakukan musyawarah dan digunakan untuk menyampaikan informasi maupun penyuluhan yang berkaitan dengan kegiatan nelayan oleh Dinas Kelautan

70 dan Perikanan Kabupaten Ciamis. Gedung ini terletak bersebelahan dengan mushola, kondisinya saat ini masih cukup baik dan dimanfaatkan. Gambar 38 Gedung sekretariat rukun nelayan PPI Batu Karas tahun 2011 (3) Mushola Mushola PPI Batu Karas terletak bersebelahan dengan gedung sekretariat rukun nelayan. Mushola ini berukuran 3 x 3 m dan memiliki kondisi yang cukup baik. Saat ini mushola tersebut jarang digunakan karena nelayan, pedagang ikan, dan pengurus KUD Minarasa sebagian besar memilih untuk menggunakan mesjid yang letaknya tidak jauh dari PPI Batu Karas. (4) MCK Fasilitas MCK di PPI Batu Karas terletak di belakang gedung TPI. Air yang digunakan berasal dari sumur dengan kondisi air yang cukup baik. Kondisi MCK ini masih cukup baik dan bersih. Terdapat 2 buah MCK yang memiliki ukuran 2 x 1,5 m. Gambar 39 Fasilitas MCK di PPI Batu Karas tahun 2011

71 5.4 PPI Cimerak 5.4.1 Volume dan nilai produksi Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebesar 42,63 ton dengan nilai produksi senilai Rp 934.503.800,00. Perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2001 2010 Tahun Volume (ton) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 2001 117,25 1.783.167.543,00 - - 15.208,87 2002 99,49 1.538.288.350,00-15,1-13,7 15.462,26 2003 183,01 2.232.658.041,00 84,0 45,1 12.199,48 2004 86,71 1.404.756.209,00-52,6-37,1 16.199,77 2005 42,12 1.213.498.158,00-51,4-13,6 28.810,83 2006 126,36 1.891.475.556,00 200,0 55,9 14.968,67 2007 81,06 2.441.837.860,00-35,9 29,1 30.123,83 2008 99,29 3.040.134.500,00 22,5 24,5 30.618,74 2009 85,65 2.499.151.209,00-13,7-17,8 29.178,65 2010 42,08 969.681.595,00-50,9-61,2 23.043,76 Rata-rata 9,6 1,2 - Kisaran -52,6 200,0-61,2 55,9 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan kurva volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 40). Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 200,0%. Bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 tidak membuat volume produksi hasil tangkapan menurun, hal ini disebabkan karena kerusakan yang terjadi di PPI Cimerak tidak terlalu parah dan tidak memakan banyak korban jiwa seperti yang terjadi di PPI Pangandaran. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar -52,6%. Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada tahun 2001 2010 adalah sebesar 9,6% dengan kisaran -52,6% 200,0%.

72 200 160 Produksi (ton) 120 80 40 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 40 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2001 2010 Nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 41) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,2% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -61,2% 55,9%. Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 55,9%, sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -61,2%. 4 Nilai Produksi (Rp x 10 9 ) 3 2 1 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 41 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2001 2010

73 Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut volume di PPI Cimerak pada tahun 2010 antara lain tongkol (27,90%), kakap putih (13,07%), kuwe (6,37%) dan ikan rucah (29,13%). Jenis ikan dominan menurut harga (nilai produksi) antara lain lobster (27,05%), tongkol (23,17%), kakap putih (9,17%), dan ikan rucah (16,37%). Volume dan nilai produksi menurut jenis ikan di PPI Cimerak pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Cimerak tahun 2010 Jenis Ikan Volume Persentase (%) Rasio NP/P Nilai (Rp) (ton) Volume Nilai (Rp per kg) 1. Udang Lobster 1,05 259.582.900,00 2,50 27,05 247.221,81 2. Manyung 2,32 25.024.720,00 5,51 2,61 10.786,52 3. Ekor Kuning 0,06 885.200,00 0,14 0,09 14.753,33 4. Selar 0,29 809.990,00 0,69 0,08 2.793,07 5. Ikan Kuwe 2,68 44.931.010,00 6,37 4,68 16.765,30 6. Bawal Hitam 0,74 41.546.140,00 1,76 4,33 56.143,43 7. Kakap Putih 4,05 87.971.390,00 9,62 9,17 21.721,33 8. Julung-Julung 0,65 7.026.280,00 1,54 0,73 10.809,66 9. Peperek/Petek 2,32 46.883.970,00 5,51 4,89 20.208,61 10. Kakap Merah 0,65 14.263.870,00 1,54 1,49 21.944,42 11. Kurau 0,04 600.460,00 0,10 0,06 15.011,50 12. Cakalang 0,01 321.500,00 0,02 0,03 32.150,00 13. Kembung 0,48 5.435.120,00 1,14 0,57 11.323,17 14. Tenggiri 0,22 7.911.170,00 0,52 0,82 35.959,86 15. Tongkol 11,74 222.351.550,00 27,90 23,17 18.939,66 16. Kerapu 0,63 19.345.395,00 1,50 2,02 30.706,98 17. Layur 0,37 3.853.760,00 0,88 0,40 10.415,57 18. Cucut 0,36 7.238.900,00 0,86 0,75 20.108,06 19. Pari 1,16 6.560.370,00 2,76 0,68 5.655,49 20. Ikan Rucah 12,26 157.137.900,00 29,13 16,37 12.817,12 Jumlah 42,08 959.681.595,00 100,00 100,00 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 5.4.2 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Cimerak hanya terdiri dari perahu motor tempel. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah

74 sebanyak 109 unit (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010 Tahun Jenis Armada (unit) KM PMT PTM Jumlah (unit) Pertumbuhan (%) 2001-33 - 33-2002 - 35-35 6,1 2003-43 - 43 22,9 2004-53 92 145 237,2 2005-53 92 145 0,0 2006-26 84 110-24,1 2007-126 84 210 90,9 2008-109 - 109-48,1 2009-109 - 109 0,0 2010-109 - 109 0,0 Rata-rata 31,6 Kisaran -48,1 237,2 Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu Tanpa Motor Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 250 200 Jumlah (unit) 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 42 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010

75 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 42) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 31,6% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -48,1% 237,2% (Tabel 23). Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 237,2%. Hal ini disebabkan karena beroperasinya armada perahu tanpa motor di PPI Cimerak. Pertumbuhan armada penangkapan terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar -48,1%. Hal ini diduga karena banyak nelayan yang menjual armada perahu tanpa motor miliknya. Hal ini diindikasikan dengan menurunnya jumlah armada jenis perahu tanpa motor pada tahun tersebut. 2) Alat penangkapan ikan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebanyak 321 unit yang terdiri dari gillnet (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 218 unit (67,9%) dan pancing rawai sebanyak 103 unit (32,1%). Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010 Tahun Jenis Alat Tangkap (unit) Jumlah Pertumbuhan Pancing Rawai Gillnet Trammel net (unit) (%) 2001 102 48-150 - 2002 102 48-150 0,0 2003 47 37-84 -44,0 2004 48 131-179 113,1 2005 48 131-179 0,0 2006 24 106-130 -27,4 2007 31 131 4 166 27,7 2008 103 218-321 93,4 2009 103 218-321 0,0 2010 103 218-321 0,0 Rata-rata 18,1 Kisaran -44,0 113,1 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak pada periode tahun 2001 2010 cenderung meningkat (Gambar 43). Pertumbuhan jumlah alat

76 tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -44,0%, hal ini disebabkan karena berkurangnya jenis alat tangkap pancing rawai. Pertumbuhan jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 113,1%, hal ini disebabkan kerana bertambahnya jumlah alat tangkap gillnet di PPI ini. Pada tahun 2003 2004 ini terjadi perubahan jenis alat tangkap yang paling banyak digunakan di PPI Cimerak. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan karena pada periode tersebut hasil tangkapan alat tangkap gillnet lebih baik dari hasil tangkapan pancing rawai. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar 18,1% dengan kisaran -44,0% 113,1% (Tabel 24). 400 350 300 Jumlah (unit) 250 200 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 43 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun 2001 2010 3) Nelayan Perkembangan kurva jumlah nelayan yang terdapat di PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebanyak 279 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak pada tahun 2001-2010 cenderung fluktuatif (Gambar 44) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 11,5% dengan kisaran -39,2% 114,5% (Tabel 25).

77 Tabel 25 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak Tahun 2001 2010 Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%) 2001 164-2002 186 13,4 2003 213 14,5 2004 215 0,9 2005 215 0,0 2006 214-0,5 2007 214 0,0 2008 459 114,5 2009 459 0,0 2010 279-39,2 Rata-rata 11,5 Kisaran -39,2 114,5 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 114,5%, sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar yaitu -39,2%. Sama seperti di PPI lainnya, bertambah atau berkurangnya jumlah nelayan di PPI Cimerak disebabkan karena penduduk yang tadinya berprofesi sebagai pedagang dan tukang ojek beralih profesi menjadi nelayan, maupun sebaliknya. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek atau pekerjaan lainnya. Jumlah (orang) 500 400 300 200 100 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 44 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak tahun 2001-2010

78 5.4.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Cimerak hanya berupa lampu mercusuar (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Lampus mercusuar di PPI Cimerak tersebut memiliki tinggi 13 m dan dalam kondisi baik serta dimanfaatkan oleh para nelayan. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cimerak tidak memiliki dermaga dan kolam pelabuhan sebagai tempat pendaratan ikan maupun tambat labuh perahu nelayan. Nelayan di PPI Cimerak menggunakan tepi pantai sebagai tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan serta tambat labuh perahu atau kapal penangkap ikan. 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Cimerak terdiri dari (DKP Kabupaten Ciamis, 2011) : (1) Tempat pelelangan ikan Gedung TPI PPI Cimerak dibangun di atas tanah seluas 1.400 m 2. Aktivitas pelelangan ikan di PPI Cimerak dikelola oleh KUD Mina Bahari dan dilakukan setiap hari kecuali hari Jum at karena pada hari tersebut nelayan tidak melakukan aktivitas menangkap ikan. Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Cimerak berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan. (2) Fasilitas air bersih Sumber air bersih di PPI Cimerak berasal dari sumur dan menggunakan pompa listrik sehingga dapat disalurkan ke kran yang terdapat di gedung TPI dan MCK. Air tersebut digunakan untuk mencuci hasil tangkapan, membersihkan lantai TPI dan MCK.

79 3) Fasilitas penunjang Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Cimerak hanya terdiri dari gedung kantor KUD Mina Bahari. KUD Mina Bahari merupakan lembaga yang bertindak sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Cimerak. Dalam pelaksanaannya, KUD Mina Bahari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Mina Bahari juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha simpan pinjam. 5.5 PPI Kalipucang 5.5.1 Volume dan nilai produksi Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada tahun 2010 adalah sebesar 0,19 ton dengan nilai produksi senilai Rp 25.281.600,00. Perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 Tahun Volume (ton) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) Volume Nilai Rasio NP/P (Rp per kg) 2001 15,18 142.799.567,00 - - 9.407,83 2002 14,01 112.388.339,00-7,7-21,3 8.022,47 2003 16,90 157.612.142,00 20,6 40,2 9.327,56 2004 11,23 112.495.642,00-33,6-28,6 10.020,78 2005 8,08 93.077.688,00-28,0-17,3 11.522,29 2006 9,06 85.825.706,00 12,2-7,8 9.471,02 2007 9,40 110.769.450,00 3,7 29,1 11.783,98 2008 37,21 485.963.395,00 295,9 338,7 13.060,02 2009 2,42 78.079.620,00-93,5-83,9 32.264,31 2010 0,19 25.281.600,00-92,1-67,6 133.061,05 Rata-rata 8,6 20,2 - Kisaran -93,5 295,9-83,9 338,7 - Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Perkembangan jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada periode tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 45). Rata-rata

80 pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada periode tersebut adalah sebesar 8,6% dengan kisaran -93,5% 295,9%. Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 295,9%. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan karena nelayan memperluas jangkauan fishing ground sampai ke lokasi rumpon yang dipasang oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Ciamis sebagai salah satu upaya untuk memulihkan kegiatan perikanan tangkap setelah bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -93,5%. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan karena besarnya biaya operasional untuk sampai ke lokasi rumpon sehingga nelayan menangkap ikan di lokasi yang lebih dekat dengan fishing base. Pada tahun 2010, jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang kembali menurun sebesar -92,1%. Hal ini disebabkan karena jenis ikan yang didaratkan pada tahun tersebut hanya terdiri dari udang lobster. Salah satu penyebab menurunnya jumlah volume produksi hasil tangkapan ini disebabkan karena tidak beroperasinya alat tangkap pancing rawai karena nelayan tidak mempunyai modal untuk melaut. 40 35 30 Produksi (ton) 25 20 15 10 5 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 45 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 46). Pertumbuhan nilai produksi

81 tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 338,7%, sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -83,9,6%. Rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada tahun 2001 2010 adalah sebesar 20,2% dengan kisaran -83,9% 338,7%. 500 Nilai Produksi (Rp x 10 6 ) 400 300 200 100 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 46 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 5.5.2 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Kalipucang hanya terdiri dari perahu motor tempel. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 137 unit (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan kurva jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang pada periode tahun 2001 2010 cenderung meningkat (Gambar 47). Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar 16,8% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -1,9% 77,9% (Tabel 27). Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 77,9%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -1,9%.

82 Tabel 27 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 Tahun Jenis Armada (unit) Jumlah Pertumbuhan KM PMT PTM (unit) (%) 2001-41 - 41-2002 - 44-44 7,3 2003-54 - 54 22,7 2004-54 - 54 0,0 2005-54 - 54 0,0 2006-53 - 53-1,9 2007-77 - 77 45,3 2008-137 - 137 77,9 2009-137 - 137 0,0 2010-137 - 137 0,0 Rata-rata 16,8 Kisaran -1,9 77,9 Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu Tanpa Motor Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali 150 120 Jumlah (unit) 90 60 30 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 47 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 2) Alat penangkapan ikan Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang pada tahun 2010 adalah sebanyak 256 unit yang terdiri dari gillnet

83 (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 196 unit (76,6%) dan pancing rawai sebanyak 60 unit (23,4%). Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang pada periode tahun 2001 2010 cenderung meningkat (Gambar 48). Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -38,6%. Penurunan jumlah alat juga terjadi pada tahun 2006 yang disebabkan bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis, hanya saja penurunan jumlah alat tangkap tersebut tidak terlalu besar, yaitu sebesar -6,9%. Pertumbuhan jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 128,4%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 2010 adalah sebesar 15,8% dan kisaran sebesar -36,8% 128,4% (Tabel 28). Tabel 28 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 Jenis Alat Tangkap (unit) Tahun Pancing Trammel Jumlah (unit) Pertumbuhan (%) Gillnet Rawai net 2001 46 68 13 127-2002 46 68 13 127 0,0 2003 21 53 4 78-38,6 2004 14 53 5 72-7,7 2005 14 53 5 72 0,0 2006 10 52 5 67-6,9 2007 10 138 5 153 128,4 2008 60 196-256 67,3 2009 60 196-256 0,0 2010 60 196-256 0,0 Rata-rata 15,8 Kisaran -38,6 128,4 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

84 300 250 Jumlah (unit) 200 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 48 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 3) Nelayan Jumlah nelayan yang terdapat di PPI Kalipucang pada tahun 2010 adalah sebanyak 368 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan jumlah nelayan di PPI pada tahun 2001-2010 cenderung meningkat (Gambar 49) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 20,0% dan kisaran -1,6% 152,7% (Tabel 29). Tabel 29 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%) 2001 113-2002 123 8,8 2003 147 19,5 2004 149 1,4 2005 149 0,0 2006 148-0,7 2007 148 0,0 2008 374 152,7 2009 374 0,0 2010 368-1,6 Rata-rata 20,0 Kisaran -1,6 152,7 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali

85 400 350 300 Jumlah (orang) 250 200 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 49 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun 2001 2010 Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 152,7%, sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar yaitu -1,6%. Berdasarkan hasil wawancara, bertambah atau berkurangnya jumlah nelayan di PPI Kalipucang disebabkan karena penduduk yang tadinya berprofesi sebagai pedagang dan tukang ojek beralih profesi menjadi nelayan, maupun sebaliknya. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek atau pekerjaan lainnya. 5.5.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Kalipucang sebagaimana juga di PPI Batu Karas dan PPI Cimerak hanya berupa dari lampu mercusuar. Mercusuar di PPI Kalipucang memiliki tinggi 10 m (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). PPI Kalipucang tidak memiliki dermaga dan kolam pelabuhan sebagai tempat pendaratan ikan maupun tambat labuh perahu nelayan. Nelayan menggunakan tepi Sungai Citanduy sebagai tempat untuk mendaratkan maupun tempat tambat labuh perahu mereka.

86 2) Fasilitas fungsional Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Kalipucang hanya terdiri dari gedung TPI yang memiliki ukuran 96 m 2. Aktivitas pelelangan ikan di PPI Kalipucang dikelola oleh KUD Mina Galuh. Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Kalipucang berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan. 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Kalipucang hanya terdiri dari gedung kantor KUD Mina Galuh yang merupakan lembaga yang bertindak sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Kalipucang. Dalam pelaksanaannya, KUD Mina Galuh diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Mina Galuh juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha simpan pinjam (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). 5.6 Kajian Kondisi Kepelabuhanan Perikanan di Kabupaten Ciamis 5.6.1 Volume dan nilai produksi Jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 didominasi oleh PPI Batu Karas yaitu sebesar 221,73 ton (50,19%) dan PPI Parigi sebesar 135,14 ton (30,59%). Jumlah volume produksi hasil tangkapan paling rendah terdapat di PPI Kalipucang yaitu sebesar 0,19 ton (0,04%). Perkembangan volume produksi hasil tangkapan selama periode tahun 2001 2010 di Kabupaten Ciamis memperlihatkan bahwa PPI Pangandaran mendominasi sejak tahun 2001 hingga tahun 2005 (Gambar 50). Setelah bencana tsunami yang terjadi tahun 2006, volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran belum pulih sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari volume produksi hasil tangkapan pada periode tahun 2007 2010 di PPI ini yang terus menurun

87 (Gambar 6 subsubbab 5.1.1). Pada periode yang sama yaitu tahun 2007 2010, jumlah volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis didominasi oleh PPI Batu Karas. Bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 tidak membuat volume produksi hasil tangkapan di PPI-PPI yang ada di Kabupaten ini menurun. Penurunan volume produksi hasil tangkapan atau pertumbuhan negatif pada tahun 2006 hanya terjadi di PPI Pangandaran. Hal ini disebabkan karena PPI Pangandaran mengalami kerusakan yang paling parah jika dibandingkan dengan PPI lainnya. Produksi (ton) 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 50 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Untuk mengatasi volume produksi hasil tangkapan yang terus menurun khususnya di PPI Pangandaran, pada akhir tahun 2006 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis atas bantuan pemerintah Provinsi Jawa Barat memasang rumpon sebanyak 30 unit. Akan tetapi keberadaan rumpon tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga belum mampu meningkatkan jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, khususnya PPI Pangandaran. Fauzi (2009) menjelaskan, permasalahan pemanfaatan rumpon di PPI Pangandaran ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap di

88 sekitar rumpon sehingga menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak karena tersangkut di rumpon. Akibatnya, nelayan yang marah dan merasa dirugikan karena alat tangkapnya yang rusak karena tersangkut rumpon kemudian merusak rumpon tersebut. Pemasangan rumpon di perairan Kabupaten Ciamis seharusnya dapat meningkatkan jumlah volume produksi hasil tangkapan nelayan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Menurut Martasuganda (2008) vide Jungjunan (2009), tujuan pemasangan rumpon di suatu perairan adalah untuk memikat ikan yang beruaya agar tertarik untuk mendatangi, berkumpul atau terkonsentrasi di sekitar rumpon sehingga mempermudah nelayan untuk menangkapnya dan daerah sekitar rumpon menjadi daerah penangkapan ikan (fishing ground) bagi nelayan. 12 Nilai Produksi (Rp x 10 9 ) 10 8 6 4 2 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 51 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan selama periode tahun 2001 2010 memperlihatkan bahwa PPI Pangandaran mendominasi dari tahun 2001 hingga tahun 2008 (Gambar 51). Diduga letaknya yang strategis dan dekat dengan lokasi wisata bahari mengakibatkan harga ikan di PPI Pangandaran lebih tinggi dibandingkan dengan PPI lainnya. Pada periode tahun 2009 2010, nilai produksi hasil tangkapan PPI Pangandaran berada di bawah PPI Parigi dan PPI Batu Karas. Hal ini selain disebabkan oleh menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan di

89 PPI Pangandaran, juga disebabkan karena tidak beroperasinya tempat pelelangan ikan sehingga nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada bakul atau tengkulak dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan. Tidak adanya aktivitas pelelangan ikan menyebabkan nelayan tidak mengetahui secara pasti berapa harga ikan yang dimilikinya. Kondisi serupa seperti yang terjadi di PPI Pangandaran juga terjadi di PPN Palabuhanratu dimana tidak terdapatnya aktivitas pelelangan ikan di PPN ini. Hamzah (2010) menjelaskan, akibat tidak berjalannya pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu menyebabkan pemasaran hasil tangkapan terpusat di bakul (pedagang ikan) dengan sistem ijon. Sistem ijon merupakan sistem yang sangat merugikan nelayan. Biasanya bakul atau tengkulak memberikan pinjaman terlebih dahulu kepada nelayan sebagai modal melaut. Setelah mendapatkan ikan, maka bakul atau tengkulak tersebut yang berhak menjual ikan dan yang menentukan harga beli dari nelayan adalah bakul atau tengkulak tersebut. Dalam sistem ini nelayan tidak mengetahui secara pasti harga ikan yang dimilikinya. 5.6.2 Unit penangkapan ikan 1) Armada penangkapan ikan Jenis armada penangkapan ikan yang terdapat di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis didominasi oleh perahu motor tempel dengan jumlah armada terbanyak berada di PPI Pangandaran (Gambar 52). Dengan jenis armada tersebut membuat jangkauan lokasi fishing ground menjadi lebih terbatas bila dibandingkan dengan kapal motor, hal ini dapat mempengaruhi jumlah produksi hasil tangkapan di 5 lokasi PPI tersebut. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di hampir seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif, hanya PPI Kalipucang saja yang perkembangan jumlah armada penangkapan ikan pada periode tersebut cenderung meningkat. Hampir di seluruh PPI pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yang disebabkan karena bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis. Kerusakan terparah terjadi di PPI Pangandaran sehingga menyebabkan

90 jumlah armada penangkapan ikan menurun sebesar -43,7% pada tahun tersebut. Kerusakan yang terjadi di 4 lokasi PPI lainnya tidak terlalu parah sehingga aktivitas penangkapan ikan tetap berjalan seperti biasanya. Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terbesar terjadi pada tahun 2007, hal ini disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT sebanyak 1.000 unit ke wilayah Kabupaten Ciamis dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami tahun 2006. Jumlah (unit) 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 52 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Untuk mengatasi keterbatasan dalam menjangkau fishing ground yang lebih jauh, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis berupaya untuk mengganti armada jenis perahu motor tempel dengan kapal motor. Akan tetapi usaha tersebut belum berhasil karena nelayan belum siap untuk melakukan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan kapal motor karena masih kurangnya keterampilan dan pengalaman nelayan dalam mengoperasikan kapal motor. Selain itu, nelayan masih menganggap bahwa dengan menggunakan kapal motor akan menghabiskan banyak biaya dan belum tentu mendapatkan hasil yang lebih baik (Azam, 2009). Pendapat nelayan di atas tidak sepenuhnya benar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh baik usaha perikanan tuna yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta maupun jenis usaha perikanan tangkap lainnya yang terdapat di PPN Palabuhanratu, PPI Muara Angke dan PP/PPI lainnya yang menggunakan armada

91 penangkapan ikan jenis kapal motor sampai saat ini masih beroperasi dengan baik. Untuk mengatasi anggapan sebagian nelayan Kabupaten Ciamis diatas diperlukan sosialisasi dan pelatihan dalam mengoperasikan kapal motor termasuk penggunaan alat bantu penangkapan seperti fish finder dan GPS. Penggunaan kapal motor yang diiringi dengan penggunaan alat bantu seperti fish finder dan GPS diharapkan dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan nelayan. 2) Alat penangkapan ikan Jenis alat penangkapan ikan yang terdapat di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis didominasi oleh alat tangkap gillnet, pancing rawai dan trammel net dengan jumlah alat tangkap terbanyak berada di PPI Pangandaran (Gambar 53). PPI Pangandaran merupakan satu-satunya PPI yang memiliki alat tangkap bagan. Alat tangkap bagan di PPI Pangandaran ini berupa bagan tancap sehingga bersifat menetap. Selain digunakan untuk menangkap ikan, pemilik bagan menyewakan bagan miliknya kepada wisatawan Pangandaran yang ingin memancing. 2.000 1.600 Jumlah (unit) 1.200 800 400 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 53 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi dan PPI Batu Karas pada tahun 2001 2010 cenderung fluktuatif, sedangkan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran, PPI Cimerak dan PPI Kalipucang pada periode tersebut cenderung

92 meningkat. Pertumbuhan terendah di PPI Pangandaran terjadi pada tahun 2006, hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan terendah di 4 lokasi PPI lainnya terjadi pada tahun 2003. Pertumbuhan tertinggi jumlah alat tangkap di PPI Cimerak terjadi pada tahun 2004, sedangkan pertumbuhan tertinggi alat tangkap di 4 lokasi PPI lainnya terjadi pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Pertumbuhan jumlah alat tangkap di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada tahun 2008 2010 cenderung stagnan. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pendataan di 5 PPI tersebut masih sangat kurang. Tabel 30 Perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010 Produktivitas Alat Penangkapan Ikan (ton/unit) Tahun PPI PPI PPI PPI Parigi PPI Cimerak Pangandaran Batu Karas Kalipucang 2006 0,670 1,800 2,522 0,972 0,135 2007 0,286 0,671 1,005 0,488 0,061 2008 0,329 1,017 1,421 0,309 0,145 2009 0,120 0,748 1,034 0,267 0,009 2010 0,024 0,260 0,425 0,131 0,001 Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011), diolah kembali Pada Tabel 30 dan Gambar 54 dapat dilihat bahwa produktivitas alat penangkapan ikan di seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis cenderung menurun. Produktivitas alat penangkapan ikan tertinggi terdapat di PPI Batu Karas. Hal ini disebabkan walaupun PPI Batu Karas memiliki jumlah alat penangkapan ikan yang tidak terlalu banyak (Tabel 19 subsubbab 5.3.2), namun PPI ini mempunyai jumlah volume produksi hasil tangkapan paling banyak dibandingkan PPI lainnya. Kondisi tersebut sangat bertolak dengan PPI Pangandaran yang memiliki jumlah alat penangkapan ikan terbanyak dibandingkan PPI lainnya, tetapi produktivitas alat penangkapan ikan di PPI ini lebih rendah dibandingkan PPI lainnya. Dengan jumlah alat penangkapan ikan

93 yang dimilikinya, seharusnya jumlah volume produksi hasil tangkapan PPI Pangandaran adalah terbesar dibandingkan PPI lainnya. Produktivitas Alat Penangkapan Ikan (ton/unit) 2,60 1,95 1,30 0,65 0,00 2006 2007 2008 Tahun 2009 2010 PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011), diolah kembali Gambar 54 Kurva perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 2010 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jenis alat tangkap dominan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupeten Ciamis adalah gillnet, pancing rawai dan trammel net. Bantuan rumpon yang diberikan pemerintah Kabupaten Ciamis untuk meningkatkan jumlah produksi hasil tangkapan belum maksimal yang disebabkan karena jaring milik nelayan yang tersangkut rumpon. Menurut Baskoro dan Imron (2006) vide Fauzi (2009), alat tangkap yang efektif untuk dioperasikan di sekitar rumpon adalah pancing ulur (hand line), huhate (pole and line) dan mini purse seine. Hal ini menunjukkan terjadi ketidaksesuaian antara rumpon dengan alat tangkap yang dioperasikan di sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penyuluhan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis kepada nelayan tentang fungsi, manfaat serta pelatihan dalam mengoperasikan alat tangkap yang efektif untuk digunakan di sekitar rumpon. 3) Nelayan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran merupakan PPI di Kabupaten Ciamis yang memiliki jumlah nelayan terbanyak dibandingkan dengan PPI

94 lainnya (Gambar 55). Perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran dan PPI Batu Karas pada tahun 2001 2010 cenderung menurun, PPI Parigi dan PPI Cimerak cenderung fluktuatif, sedangkan PPI Kalipucang perkembangan jumlah nelayan pada periode tersebut cenderung meningkat. 3.000 2.500 Jumlah (orang) 2.000 1.500 1.000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun PPI Pangandaran PPI Parigi PPI Batu Karas PPI Cimerak PPI Kalipucang Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali Gambar 55 Kurva perkembangan jumlah nelayan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 2010 Bertambah atau berkurangnya jumlah nelayan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada umumnya disebabkan oleh penduduk yang beralih profesi. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek, pemandu wisata ataupun pekerjaan lainnya. Menurut Pane et al. (2005), nelayan seharusnya memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai. Sebagai contoh di pelabuhan-pelabuhan perikanan yang ada di Prancis, nelayan harus memiliki sertifikat untuk bisa menjadi nelayan atau bekerja di bidang lainnya yang berkaitan dengan perikanan tangkap. Hampir seluruh nelayan yang terdapat di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis merupakan nelayan asli yang bersifat menetap. Jika ditinjau dari klasifikasi nelayan berdasarkan waktu yang digunakan untuk menangkap ikan, sebagian besar nelayan di Kabupaten Ciamis merupakan nelayan penuh. Disamping nelayan penuh juga terdapat nelayan sambilan utama, hal ini dapat

95 dilihat pada saat produksi hasil tangkapan sedang menurun atau pada saat nelayan tidak mempunyai modal untuk melaut, nelayan beralih profesi menjadi pedagang, tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya. 5.6.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan Fasilitas kepelabuhanan perikanan yang ada di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis saat ini masih belum lengkap. Fasilitas kepelabuhanan perikanan yang terdapat di Kabupaten Ciamis antara lain kolam pelabuhan, alur pelayaran, turap, alat bantu navigasi, TPI, air bersih, bengkel, gudang, kantor pelabuhan, kantor KUD, syahbandar, perumahan nelayan, sekretariat rukun nelayan, waserda, kios penjualan ikan, mushola dan MCK. Fasilitas kepelabuhanan perikanan yang belum ada antara lain dermaga, breakwater, pabrik es dan tempat pengolahan ikan. Kelengkapan fasilitas yang terdapat di masingmasing PPI dapat dilihat pada Tabel 31. Dermaga dan breakwater merupakan fasilitas pokok yang tidak dimiliki oleh seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Aktivitas tambat labuh perahu yang dilakukan di tepi pantai dan muara sungai sebagai dermaga alami diduga menyebabkan kedua fasilitas ini tidak begitu diperlukan. Fasilitas pendaratan seperti kolam pelabuhan dan dermaga merupakan fasilitas yang sangat penting yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan untuk memudahkan proses pendaratan hasil tangkapan. Namun fasilitas tersebut tidak dimiliki oleh sebagian besar PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Proses pendaratan ikan yang dilakukan di tepi pantai atau muara sungai menyebabkan aktivitas tersebut hanya dapat dilakukan oleh armada jenis perahu motor tempel maupun perahu tanpa motor, sedangkan untuk kapal motor proses pendaratan dilakukan di tengah laut kemudian hasil tangkapan diangkut dengan perahu motor tempel untuk dibawa ke daratan. Hal ini tentu sangat menyulitkan dan memakan waktu lebih banyak jika dibandingkan proses pendaratan ikan yang dilakukan di kolam pelabuhan dan dermaga. Fasilitas pokok yang dimiliki oleh seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis adalah lampu mercusuar, keberadaan lampu mercusuar sangat penting sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan menangkap ikan pada malam hari.

96 Tabel 31 Keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang tersedia di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2011 Jenis Fasilitas PPI * 1 2 3 4 5 1. Fasilitas Pokok a. Breakwater - - - - - b. Turap v v - - - c. Kolam Pelabuhan - v - - - d. Dermaga - - - - - e. Alat Bantu Navigasi v v v v v 2. Fasilitas Fungsional a. TPI v v v v v b. Air Bersih v v v v - c. Pabrik Es - - - - - d. SPBU / SPDN - - - - - e. Perbaikan Alat Tangkap v - - - - f. Gudang - v - - - 3. Fasilitas Penunjang a. Kantor Pelabuhan v v - - - b. Kantor KUD v v v v v c. Syahbandar v v - - - d. Perumahan Nelayan - v - - - e. Sekretariat HNSI - v v - - f. Waserda v v - - - g. Kios Penjualan Ikan - v - - - h. Mushola - - v - - i. MCK - v v - - Keterangan * : 1. PPI Pangandaran 3. PPI Batu Karas 5. PPI Kalipucang 2. PPI Parigi 4. PPI Cimerak V = fasilitas tersedia - = fasilitas tidak tersedia Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011) dan hasil pengamatan; diolah kembali Tempat pelelangan ikan merupakan tempat terjadinya interaksi antara penjual (nelayan) dan pembeli (pedagang ikan). Semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis mempunyai gedung TPI masing-masing sebagai tempat untuk menjual atau melelang hasil tangkapan nelayan. Menurut Ginting (2011), salah satu tujuan dibangunnya TPI adalah untuk mengupayakan stabilitas dan peningkatan harga ikan melalui aktivitas pelelangan ikan yang dapat menciptakan keseimbangan harga jual bagi nelayan dan bakul.

97 Tempat pelelangan ikan sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemasaran hasil tangkapan karena kegiatan pelelangan ikan merupakan awal dari pemasaran hasil tangkapan, oleh karena itu masalah sanitasi harus menjadi perhatian khusus karena akan mempengaruhi kualitas hasil tangkapan. Gedung TPI yang baik harus memenuhi persyaratan seperti mempunyai persediaan air bersih, mempunyai wadah atau keranjang atau basket serta tidak terdapat genangan air di lantai TPI (Rahardiansyah, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi TPI di semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis belum memperhatikan masalah sanitasi. Hal ini dapat dilihat dari kotornya lantai TPI dan terdapat genangan air, selain itu keranjang atau basket yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan tidak terjaga kebersihannya. Instalasi air bersih merupakan salah satu fasilitas yang terkait dengan produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Keberadaan fasilitas ini sangat vital selain digunakan untuk kebutuhan hidup orang banyak, air bersih juga dibutuhkan untuk membersihkan hasil tangkapan, baik yang akan maupun yang telah dilelang agar tidak terkontaminasi dengan darah ikan lainnya maupun kotoran sehingga mutu ikan tersebut tetap terjaga (Ginting, 2011). Fasilitas air bersih ini terdapat di hampir seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, hanya PPI Kalipucang saja yang tidak memiliki fasilitas tersebut. Kebutuhan air bersih di semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis berasal dari sumur yang terdapat di masing-masing lokasi PPI. Sumur tersebut menggunakan pompa listrik sehingga memudahkan untuk disalurkan dan digunakan untuk berbagai aktivitas di masing-masing PPI. Keberadaan pabrik es sangat diperlukan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan, baik ketika masih dalam palkah maupun dalam pemasaran hasil tangkapan. Semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis tidak memiliki pabrik es sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan es, masing-masing PPI hanya mengandalkan waserda dan kios-kios yang terdapat di sekitar lokasi PPI. Kebutuhan es tersebut disediakan oleh CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran. Selain menjual es, waserda dan kios-kios tersebut juga menjual kebutuhan BBM karena tidak terdapatnya SPBU/SPDN di masing-masing PPI. Pangkalan Pendaratan Ikan Parigi merupakan PPI yang memiliki fasilitas paling lengkap dibandingkan dengan PPI lainnya di Kabupaten Ciamis. Menurut

98 Rahardiansyah (2003), PPI Parigi mempunyai kemungkinan paling besar untuk dikembangkan karena didukung oleh SK Bupati Nomor 523.42/Sk-20b-Huk/1995 tentang penetapan PPI Parigi sebagai UPTD Pangkalan Pendaratan Ikan wilayah Kabupaten Ciamis. Selain itu, pengembangan PPI Parigi tidak dipermasahkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis karena berdiri di luar kawasan wisata bahari. Di sisi lain, PPI Pangandaran memiliki unit penangkapan ikan yang lebih banyak dibandingkan PPI lainnya dan PPI Batu Karas memiliki jumlah produksi hasil tangkapan paling tinggi dibandingkan PPI lainnya. Namun pengembangan kedua PPI ini dipermasahkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis karena berdiri di dalam kawasan wisata bahari. Untuk mengatasi masalah perbedaan kepentingan antara sektor perikanan tangkap dan pariwisata di Pangandaran, pada tahun 2004 Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis memutuskan untuk membangun PPI baru yang jaraknya sekitar 3 km dari lokasi PPI lama. Namun karena keterbatasan dana, pembangunan PPI baru tersebut belum selesai sampai saat ini. Keputusan untuk memindahkan lokasi PPI Pangandaran ke lokasi yang baru sangat disayangkan karena telah terjadi keterkaitan antara aktivitas kepelabuhanan perikanan dan wisata bahari berupa hasil tangkapan yang didaratkan dan dijual di PPI Pangandaran selanjutnya didistribusikan ke restoran dan hotel (Hermawan, 2009). Menurut Pane (1996) vide Hidayati (1997), aktivitas perikanan di kawasan pariwisata Pangandaran bisa menjadi atraksi wisata yang dapat membantu untuk mengembangkan pariwisata di kawasan tersebut. Aktivitas perikanan seperti operasi penangkapan ikan dengan menggunakan pukat pantai dan aktivitas pelelangan ikan dapat menarik perhatian wisatawan. Operasi penangkapan ikan dengan menggunakan pukat pantai bila dikemas sedemikian rupa bisa menjadi tontonan wisatawan karena selain operasinya dilakukan di pinggir pantai, wisatawan bisa langsung mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, tempat pelelangan ikan dikunjungi oleh wisatawan yang bermaksud untuk melihat atau bahkan membeli berbagai jenis ikan yang dilelang disana.

99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan dalam subbab 2.2, aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek, penurunan hasil tangkapan dari dek ke dermaga dan pengangkutan dari dermaga ke TPI. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada umumnya hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek hanya dilakukan oleh armada jenis kapal motor. Ikan hasil tangkapan nelayan disimpan di dalam blong plastik, ember plastik atau keranjang bambu dan telah disortir berdasarkan jenis ikan ketika nelayan masih berada di laut. Gambar 56 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran dilakukan di 2 tempat, yaitu di pantai timur dan pantai barat Pangandaran (Gambar 56). Aktivitas pendaratan hasil tangkapan dilakukan pada pukul 04.00 10.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Pangandaran berjumlah sekitar 20 40 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 100 200 kg per hari pada

100 musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 80 100 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 1,5 2 ton per hari. Proses pendaratan hasil tangkapan armada perahu motor tempel di PPI Pangandaran dimulai ketika perahu nelayan merapat ke pinggir pantai. Proses pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh 2 3 orang nelayan. Wadah ikan berupa tong (blong) plastik, ember plastik atau keranjang bambu diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang berjumlah 6 9 orang dengan cara meminta bantuan kapada nelayan lain yang berada di sekitar pantai, sedangkan di pantai timur perahu nelayan tetap dibiarkan berada di dalam air dan diikatkan ke batu groin agar tidak terbawa arus gelombang (Gambar 57). Armada penangkapan ikan jenis kapal motor mendaratkan hasil tangkapannya di pantai timur Pangandaran. Karena kapal motor tidak dapat merapat ke pantai, pembongkaran hasil tangkapan dilakukan di tengah laut. Pengangkutan hasil tangkapan ke pantai dilakukan dengan menggunakan bantuan berupa 1 2 unit perahu motor tempel. Selanjutnya proses pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan sama dengan armada jenis perahu motor tempel. (a) Pantai Barat Pangandaran (b) Pantai Timur Pangandaran Gambar 57 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Pangandaran tahun 2011 Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di pantai barat mengangkut hasil tangkapannya ke pantai timur yang berjarak sekitar 300 m dengan

101 menggunakan blong plastik, keranjang plastik atau keranjang bambu. Untuk memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan gerobak dorong atau bambu berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di pantai timur tetap membiarkan hasil tangkapannya di tepi pantai sambil menunggu pedagang ikan atau bakul yang datang untuk membeli ikan. Gambar 58 Pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Berdasarkan pengamatan peneliti, proses penurunan dan pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Menurut Clucas dan Ward (1996) vide Lubis et al. (2010), prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI atau ke hinterland adalah pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin, penanganan dilakukan dengan cepat, memperkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan, menghindari sengatan langsung sinar matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan. Berbagai jenis ikan didaratkan di PPI Pangandaran, beberapa diantaranya adalah jenis ikan ekonomis penting yaitu udang lobster, bawal, kakap, tenggiri, kerapu dan layur. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebesar 25,46 ton atau 59,72% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun tersebut.

102 6.1.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Aktivitas pemasaran ikan di PPI Pangandaran dimulai ketika nelayan telah selesai mendaratkan hasil tangkapannya. Transaksi antara nelayan dengan bakul (pedagang ikan), pengumpul dan atau tengkulak bertempat di tepi pantai timur PPI Pangandaran, hal ini disebabkan karena tidak beroperasinya TPI sebagai tempat pemasaran ikan. Hasil tangkapan nelayan ditimbang terlebih dahulu oleh bakul. Timbangan tersebut dibawa sendiri oleh bakul yang akan membeli ikan. Namun tidak sedikit bakul yang tidak membawa timbangan sehingga berat ikan tersebut hanya berdasarkan pada perkiraan (taksiran). Jika terdapat lebih dari satu orang bakul yang akan membeli ikan pada nelayan yang sama, maka terjadi tawar menawar antara bakul dan nelayan, bakul yang menawar dengan harga tertinggi berhak untuk membeli ikan tersebut. Selain menjual hasil tangkapannya kepada bakul, nelayan menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak. Hal ini disebabkan karena tengkulak tersebut telah memberikan pinjaman modal melaut kepada nelayan sehingga nelayan tersebut harus menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak untuk melunasi utangnya. Tidak beroperasinya TPI di PPI Pangandaran dinilai sangat merugikan nelayan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada bakul dan tengkulak dengan harga yang lebih rendah jika dibandingkan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, yaitu lebih murah Rp 3.000,00 Rp 7.000,00 per kg. Hal ini disebabkan karena nelayan tidak mengetahui secara pasti berapa harga ikan yang dimilikinya. Selain itu, keberadaan tengkulak menyebabkan nelayan semakin terjerat dengan utang kepada tengkulak karena harus membayar utang dengan bunganya. Tengkulak, dalam memberikan pinjaman kepada nelayan, bisa aktif menawarkan pinjaman dan atau sebaliknya nelayan yang aktif mencari pinjaman kepada tengkulak. Dengan memberikan pinjaman, tengkulak berharap dapat mengikat peminjam sehingga selanjutnya peminjam akan selalu bergantung dan meminjam uang kepadanya, khususnya peminjam yang memiliki usaha produksi seperti nelayan pemilik unit penangkapan ikan. Bila nelayan pemilik sudah terikat, selanjutnya nelayan pemilik yang aktif mencari pinjaman kepada

103 tengkulak. Dengan demikian, penawaran pinjaman dari pihak tengkulak merupakan langkah awal dalam mengikat nelayan pemilik. Pinjaman yang diberikan tengkulak kepada nelayan pemilik umumnya tanpa membutuhkan jaminan. Kemudahan tanpa jaminan ini yang menjadi salah satu daya tarik utama bagi nelayan untuk meminjam uang kepada tengkulak daripada ke bank (Lubis et al, 2011). Selanjutnya Lubis et al menjelaskan, uang ijon yang yang dipinjamkan kepada nelayan pemilik diberikan sebelum nelayan melaut sebenarnya merupakan uang muka operasional melaut atau uang pengikat nelayan. Bila nelayan pemilik telah terikat pengijon (tengkulak) dan tidak mampu mengembalikan pinjamanpinjamannya, maka nelayan pemilik diwajibkan menyerahkan hasil tangkapannya kepada pengijon. Pengijon selanjutnya menjual hasil tangkapan tersebut kepada pedagang ikan lainnya. Eksportir Nelayan Pengumpul Luar Negeri Pengolah Luar Daerah/Kota Bakul/ Tengkulak Pasar Ikan Pengecer Konsumen Hotel/Restoran Keterangan : = Alur pemasaran ikan basah = Alur pemasaran ikan olahan Gambar 59 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Gambar 59 di atas memperlihatkan alur pemasaran di PPI Pangandaran. Hasil tangkapan nelayan di PPI Pangandaran sebagian besar dipasarkan untuk konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Pangandaran seperti pasar ikan, industri pengolahan ikan, restoran seafood dan hotel. Selain dikonsumsi oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar, Tasikmalaya dan

104 Bandung. Jenis ikan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma. Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Pangandaran, bakul ataupun pedagang ikan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor (Gambar 60.a dan 60.b). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Berdasarkan pengamatan peneliti, tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan tersebut dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up terbuka (Gambar 60.c). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es. a) Sepeda b) Sepeda motor c) Mobil pick up Gambar 60 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 6.2 PPI Parigi 6.2.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi dimulai ketika perahu nelayan merapat ke pinggir sungai. Proses pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan di PPI Parigi hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi sungai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi sungai ke TPI. Proses pendaratan ini dilakukan oleh 2 3 orang nelayan dan berlangsung selama 20 30 menit. Blong, ember atau keranjang plastik yang berisi ikan hasil tangkapan nelayan diangkut dari perahu ke daratan oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke daratan. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diikat dengan

105 menggunakan tali yang telah diikatkan pada batu atau besi pemberat yang berfungsi sebagai jangkar. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian diangkut ke TPI yang berjarak 200 m oleh 2 orang dengan menggunakan bambu berukuran 1,5 m atau gerobak dorong. Gambar 61 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Parigi tahun 2011 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi dilakukan pada pukul 06.00 11.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Parigi berjumlah sekitar 30 50 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebesar 150 300 kg pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 70 90 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 2 3 ton per hari. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah sebesar 52,70 ton atau 39% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun tersebut. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi belum memperhatikan aspek kebersihan. Berdasarkan pengamatan peneliti, wadah ikan seperti blong, ember maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. 6.2.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian

106 menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses pelelangan ikan di PPI Parigi dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat dan juru timbang. Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi dilakukan tanpa menggunakan pengeras suara. Juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan. Harga penawaran awal disesuaikan dengan harga lelang pada pelelangan terakhir atau hari sebelumnya. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang. Menurut Pane (2010), harga jual ikan yang disajikan dalam pelelangan ikan di TPI adalah harga yang bersaing karena sifatnya yang terbuka dihadapan para pembeli dan penjual. Oleh karenanya, adanya pelelangan ikan di TPI akan menguntungkan bagi pihak pedagang/pengolah/pembeli. Selain itu, sistem pelelangan juga akan meningkatkan daya saing transaksi antara penjual dan pembeli dan antara sesama pembeli. Gambar 62 Peletakan ikan di atas lantai TPI di PPI Parigi tahun 2011 Berdasarkan pengamatan di lapangan, aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi tidak memperhatikan aspek kebersihan. Ikan yang dilelang diletakan di atas lantai tanpa alas (Gambar 62). Peletakan ikan di atas lantai TPI dapat mengakibatkan timbulnya genangan darah dan lendir ikan serta ceceran air sisa

107 pencucian ikan tidak hanya mencemari lantai TPI namun juga ikan yang diletakan di atas lantai tersebut sehingga mempercepat penurunan kualitas ikan. Selain itu keranjang maupun ember plastik yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. TPI Eksportir Nelayan Pelelangan Ikan Pengumpul Luar Negeri Pengolah Luar Daerah/Kota Pasar Ikan Pengecer Konsumen Bakul/ Pedagang Hotel/Restoran Keterangan : = Alur pemasaran ikan basah = Alur pemasaran ikan olahan Gambar 63 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011 Gambar 63 diatas memperlihatkan alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi. Sebagian besar ikan hasil tangkapan nelayan di PPI Parigi dipasarkan melalui pasar ikan dan industri pengolahan ikan untuk konsumsi masyarakat lokal di sekitar PPI Parigi; dan dipasarkan ke Kecamatan Pangandaran untuk memenuhi permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan hotel. Selain untuk dikonsumsi oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Tasikmalaya dan Bandung. Berbagai jenis hasil tangkapan ekonomis yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran. Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Parigi adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor (Gambar 64.a dan 64.b). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up

108 (Gambar 64.c). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es. a) Sepeda b) Sepeda motor c) Mobil pick up Gambar 64 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011 6.3 PPI Batu Karas 6.3.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas dilakukan pada pukul 04.00 11.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Batu Karas berjumlah sekitar 40 60 pendaratan per hari dengan volume ikan yang didaratkan sebanyak 200 300 kg per hari pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 90 120 pendaratan per hari dengan volume ikan yang didaratkan sebanyak 2 4 ton per hari. Gambar 65 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Batu Karas tahun 2011 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas dilakukan di pinggir pantai. Aktivitas pendaratan ini dilakukan oleh 2 3 orang nelayan dan berlangsung selama 30 40 menit. Wadah berisi ikan seperti blong plastik atau

109 keranjang plastik diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang berjumlah 6 8 orang dengan cara meminta bantuan kapada nelayan lain yang berada di sekitar pantai. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian diangkut ke TPI yang berjarak sekitar 100 300 m dengan menggunakan blong plastik, keranjang plastik atau keranjang rotan. Untuk memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan gerobak dorong atau bambu berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Menurut Poernomo vide Nikijuluw (2007) vide Lubis et al. (2010), satusatunya cara untuk mempertahankan kesegaran mutu hasil tangkapan adalah dengan menurunkan suhu serendah mungkin, biasanya mendekati suhu cair es yaitu 0 o C. Dengan demikian mendinginkan ikan mendekati titik beku air atau sekitar 0 o C segera setelah ikan ditangkap atau dipanen merupakan tahap pertama penanganan hasil tangkapan yang tidak dapat diabaikan. Suhu ini harus dipertahankan selama hasil tangkapan dalam rantai distribusi, pengolahan dan konsumsi. Berbagai jenis ikan didaratkan di PPI Batu Karas, beberapa diantaranya adalah jenis ikan dengan nilai ekonomis penting yaitu udang lobster, bawal, kakap, tenggiri, kerapu dan layur. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 36,96 ton atau 16,67% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun tersebut. 6.3.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Batu Karas dipasarkan melalui aktivitas pelelangan ikan di TPI. Nelayan yang telah mendaratkan hasil

110 tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses pelelangan ikan di PPI Batu Karas dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat dan juru timbang yang berasal dari KUD Minarasa. Ikan yang akan dilelang diletakkan di atas lantai tanpa alas, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas belum memperhatikan aspek kebersihan, hal ini dapat dilihat dari ikan yang dilelang diletakkan begitu saja di atas lantai tanpa alas. Selain itu masih terdapat banyak genangan air, potongan ikan, lendir maupun darah ikan di lantai TPI. Selain mencemari lantai TPI, hal ini dapat mengakibatkan penurunan pada kualitas ikan. Gambar 66 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas tahun 2011 Pada saat aktivitas pelelangan ikan berlangsung, juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan, harga penawaran awal tersebut merupakan harga lelang pada pelelangan terakhir atau hari sebelumnya. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang. Hasil tangkapan nelayan di PPI Batu Karas sebagian besar dipasarkan untuk konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Batu Karas melalui pasar ikan, industri pengolahan ikan, restoran seafood dan hotel. Selain untuk dikonsumsi