BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Glodok masa kini yang dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik dan salah

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

No perlakuan pengamanan secara khusus dari Pemerintah Republik Indonesia selama berkunjung secara kenegaraan, resmi, kerja, atau pribadi ke ne

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. a. Wewenang Pemegang Hak Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

Komunisme dan Pan-Islamisme

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

GUBERNUR PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG HARI ULANG TAHUN PROVINSI GORONTALO

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 T E N T A N G

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

BAB V PENUTUP. Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mekkah mempunyai pas jalan haji, harus menunjukkan dan

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai

BAB V PENUTUP. Penyeragaman pada tingkat atau jenjang pendidikan dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

NASIONALISME ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA, Oleh: Ririn Darini 1

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

SEJARAH HUKUM INDONESIA

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. seseorang (Sugiyanto dalam Cahyani,2013). Sugiyanto juga menjelaskan bahwa prestasi

BAB IV SIMPULAN. "Dasar Cina lu." "Eh Cina lu! Cina lu!" "Woi Cina ngapain disini?"

Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional: dari Budi Utomo Samapai Proklamasi , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Kav , Jakarta. Dan penulis melakukan wawancara kepada Bapak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tanah untuk tempat berpijak, membangun tempat tinggal, dan

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan penelitian yang terdapat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan tersebut didasarkan pada temuan fakta-fakta dan analisis yang telah dikaji dan dipaparkan oleh peneliti. Berikut terdapat beberapa hal pokok yang telah peneliti simpulkan berdasarkan permasalahan yang telah dibahas. Pertama, etnis Cina merupakan penduduk pertama yang mendiami Batavia yang baru dibangun oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen. Etnis Cina pertama yang ada di Batavia didatangkan oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen dari daerah Banten yang memang merupakan daerah koloni Belanda. Mereka didatangkan berserta pemimpin mereka yakni Souw Beng Kong. Etnis Cina memiliki sifat-sifat yang baik dalam kehidupan mereka seperti sifat ulet, rajin dan giat dalam melakukan pekerjaan mereka sehingga menjadikan mereka sebagai pengusaha-pengusaha ataupun pedagang yang sukses. Dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh mereka membuat pemerintah Hindia Belanda merasa tertarik untuk menjadikan mereka sebagai mitra dalam bidang perekonomian terutama bidang perdagangan. Dengan demikian mereka oleh pemerintah dijadikan pedagang perantara yang menghubungkan antara pemerintah Hindia Belanda dengan para petani pribumi. Etnis Cina yang ada di Hindia Belanda khususnya yang berada di daerah Batavia mendapatkan berbagai keistimewaan yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Selain menjadikan mereka sebagai pedagang perantara, mereka pun diberikan beberapa hak istimewa yang diantaranya adalah hak untuk membeli berbagai trayek pajak yang diperjual-belikan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada setiap etnis Cina kaya. Dengan kekayaan yang dimiliki oleh mereka selain dapat mendapatkan berbagai trayek pajak, mereka juga dapat menempatkan dirinya dalam struktur pemerintahan Hindia Belanda sebagai wakil dari

104 kelompoknya. Kekayaan yang banyak, perlakuan istimewa yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda dan juga didukung oleh kesuksesan yang diperoleh oleh mereka membuat mereka merasa superior dan memandang rendah penduduk pribumi. Sikap angkuh dan superior yang memandang rendah penduduk pribumi membuat proses asimilasi diantara keduanya susah untuk dilakukan dan berlangsung alot. Mereka cenderung untuk bergaul dan berkomunikasi dengan kelompoknya sendiri dan lebih memilih untuk tinggal di daerah yang sudah disediakan oleh pemerintah Hindia Belanda khusus untuk etnis Cina yakni daerah Pecinan. Dengan begitu mereka hanya melakukan komunikasi dengan kelompoknya sendiri tanpa berusaha untuk melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi. Sikap superior yang dimiliki oleh mereka serta keengganan mereka untuk melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi, menimbulkan sikap anti Cina dalam diri penduduk pribumi. Sikap anti Cina yang ada pada diri penduduk pribumi diperkuat dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang bersifat diskriminasi. Kedua, Pemerintah Hindia Belanda dalam menjalakan pemerintahannya di Batavia, mengeluarkan berbagai kebijakan terhadap penduduknya terutama etnis Cina. Pemerintah Hindia Belanda sangat membatasi gerak etnis Cina dalam duna perdagangan, hal ini karena pemerintah Hindia Belanda melihat kesuksesan yang diperoleh oleh etnis Cina akan mengancam sistem monopoli yang dijalan oleh pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu pemerinta Hindia Belanda merasa perlu untuk mengeluarkan serta menerapkan berbagai kebijakan terhadap mereka. Kebijakan yang pertama dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah dengan menerapkan kebijakan Wijkenstelsel yang mewajibkan setiap etnis Cina yang ada di Batavia untuk tinggal di tempat tertentu yang telah disediakan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dikenal dengan Pecinan. Kebijakan kedua dengan mengeluarkan kebikajan Passenstelsel (Surat Pas) yang mewajibkan setiap etnis Cina yang akan melakukan perjalanan baik untuk kegiatan perdagangan ataupun kegiatan lainnya wajib membuat serta membawa surat pas yang diurus oleh seorang kapiten Cina. Kedua kebijakan ini diberlakukan untuk

105 dapat mempermudah pemerintah Hindia Belanda dalam mengawasi kehidupan serta gerak-gerik etnis Cina. Kebijakan selanjutnya yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dalam bidang kependudukan adalah dengan menggolongkan penduduk Hindia Belanda ke dalam tiga golongan penduduk. Golongan pertama adalah golongan Eropa atau Belanda (Europeanen) yang merupakan golongan penduduk paling tinggi kedudukannya, golongan kedua adalah golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) yang terdiri dari orang Arab, India Cina dan orang Timur Asing lainnya yang menempati kedudukan kedua dalam struktur masyarakat Hindia Belanda dan golongan ketiga adalah golongan pribumi (Inlanders) yang menempati struktur masyarakat ketiga atau paling rendah. Dalam pelaksanaan kebijakan ini setiap tingkatan golongan dibedakan dalam masalah hukum dan kependudukannya dan kebijakan ini semakin menggambarkan adanya diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Hindi Belanda dalam menjalankan pemerintahannya terutama untuk penduduk pribumi. Kebijakan dalam kependudukan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah dengan mengeluarkan konsep Nederlandscap (Kebangsaan Belanda). Konsep ini mengakui bahwa setiap orang yang lahir di Hindia Belanda baik itu orang Eropa, keturunan Belanda, pribumi serta penduduk Timur Asing adalah berkebangsaan Belanda. Kebijakan ini tidak memberikan manfaat apapun terhadap penduduknya kecuali memberikan perlindungan hukum dan keamanan dari pemerintah Belanda apabila keluar dari wilayah Hindia Belanda. Kebijakan ini menyetarakan status hukum antara penduduk pribumi dan etnis Cina, dan hal ini dipandang sebagai tindakan yang semena-mena oleh etnis Cina karena mereka menganggap derajat mereka lebih tinggi dibanding penduduk pribumi. Kebijakan lainnya adalah dengan menerapkan kebijakan Kawula Belanda (Wet op Het Nederlandsch Onderdaanschap), kebijakan ini menyatakan bahwa setiap orang yang lahir di wilayah koloni Belanda merupakan Kawula Belanda dan harus tunduk kepada Undang-Undang Kerajaan Belanda. Kebijakan ini mewajibkan setiap penduduknya atau setiap Kawula Belanda untuk melakukan wajib militer, kewajiban militer ini wajib dilakukan oleh setiap Kawula Belanda

106 untuk memperkuat pertahanan pemerintah Hindia Belanda. Kegiatan wajib militer ini bagi etnis Cina merupakan kebijakan yang bersifat memaksa dan bersifat sewenang-wenang. Penduduk etnis Cina sendiri menentang dengan kebijakan ini karena mereka menganggap diri mereka bukan merupakan dari Kawula Belanda dan lebih mendukung nasionalisme Tiongkok yang dirasa apabila mereka mendukung nasionalisme meraka akan mendapatkan kekuatan dan bantuan dari pemerintah Kerajaan Tiongkok. Ketiga, untuk mempermudah pengawasan serta pengatur masalah-masalah etnis Cina pemerintah Hindia Belanda akhirnya mengangkat seorang pemimpin dari etnis Cina sendiri yang kemudian dikenal dengan nama opsir Cina. Lembaga opsir Cina resmi didirikan dengan pengangkatan serta pelantikan kapiten Cina pertama yakni Souw Beng Kong. Lembaga opsir Cina terdiri dari mayor Cina, kapiten Cina dan letnan Cina. Mayor Cina merupakan kedudukan tertinggi dalam struktur organisasi lembaga opsir Cina yang tugasnya adalah mengawasi wilayah atau distrik yang lebih luas dibanding seorang kapiten ataupun letnan Cina. Seorang mayor Cina dalam menjalan tugasnya ia bertanggung jawab langsung kepada kepala distrik dan pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan seorang kapiten Cina dalam menjalan tugasnya dibantu oleh seorang letnan Cina dan bertanggung jawab langsung tehadap mayor Cina, mereka lebih mengurusi mengenai administrasi penduduk etnis Cina seperti pernikahan, kematian, perceraian dan administrasi lainnya. Keempat, para opsir Cina dalam menjalankan tugasnya tidak mengatur ataupun mengawasi kehidupan etnis Cina saja akan tetapi mereka juga bertugas sebagai pegawai penarik pajak kepada penduduk. Walaupun trayek penarikan pajak dilakukan secara lelang oleh pemerintah Hindia Belanda, seorang pejabat opsir Cina mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan trayek tersebut karena mereka mempunyai kekayaan yang banyak serta memiliki kedekatan dengan pemerintah Hindia Belanda. Mengemban tugas sebagai penarik pajak, seorang pejabat opsir Cina mempunyai kesempatan untuk tetap mempertahanakan kedudukannya secara turun temurun seperti halnya kekayaan yang mereka miliki. Kedudukan lembaga

107 opsir Cina secara perlahan mulai dihapuskan terutama di daerah Jawa dan Madura kecuali daerah Batavia karena penduduk etnis Cina menganggap bahwa mereka tidak lagi mewakili aspirasi dan hanya mementingakan kepentingan mereka dengan memperkaya diri sendiri. Untuk daerah Batavia posisi opsir Cina masih tetap dipertahankan sampai pergantian pemerintahan ke tangan Jepang, hal ini karena memang pemerintah Hindia Belanda masih membutuhkan jasa mereka untuk mengurusi urusan administrasi etnis Cina. Pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan pengawasan semua urusan administrasi da kependudukan masyarakat etnis Cina menyerahkan tugas tersebut sepenuhnya kepada wakil mereka dalam pemerintahan yakni seorang Opsir Cina. Opsir Cina ini selain melakukan pengawasan terhadap masyarakat yang dipimpinnya ia juga harus menjaga nama baik kelompoknya serta menjaga hubungan baik antara masyarakat etnis Cina dengan masyarakat Batavia lainnya. Seorang opsir Cina selain itu juga menjadi wakil masyarakat etnis Cina dalam pemerintahan, ia harus mendengarkan dan menyampaikan semua aspirasi masyarakat yang diwakilinya kepada pemerintah Hindia Belanda. Rekomendasi Untuk pemerintah yang terkait, dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat lebih mengerti serta memahami peran etnis Cina dalam pembangunan bangsa ini sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda terutama peran mereka dalam dunia perdagangan. Selain itu lebih bisa menghargai peranan etnis Cina sendiri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan sebaiknya pemerintah tidak lagi mengeluarkan peraturan ataupun perlakuan yang bersikap dikriminatif terhadap kepentingan-kepentingan etnis Cina. Karena dengan adanya sikap dan kebijakan yang bersifat diskriminasi menumbuhkan sifat-sifat antipati dan sikap anti Cina yang sering terjadi di negara ini sejak pemerintahan Kompeni Belanda. Sebaiknya pemerintah lebih bisa memberikan kesempatan terhadap etnis Cina untuk bisa mengabdikan diri terhadap bangsa ini. Untuk masyarakat dan kaum akademisi, dengan adanya skripisi ini diharapkan bisa memberikan pemahaman mengenai kehidupan etnis Cina pada

108 masa pemerintahan Hindia Belanda dan sebaiknya kita bisa bersikap terbuka dan mau membuka diri terdapat etnis Cina serta kita lebih memahami sikap serta sifat yang diwarisi oleh mereka dan tidak membeda-bedakan seseorang hanya karena perbedaan Ras, Agama daan Suku. Kita adalah satu, satu warga negara yaitu Indonesia yang multikultural. Untuk penelitian selanjutnya penulis menyadari keterbatasan informasi serta keterbatasan sumber dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai opsir Cina yang ada di Hindia Belanda terutama yang ada di Batavia dengan menggunakan sumber yang lebih banyak dan lebih diperkaya dengan sumber arsip. Serta dalam penelitian ini belum dibahas lebih mendalam mengenai hubungan yang lebih mendalam antara pemerintah Hindia Belanda dengan pemerintahan Kekaisaran Cina yang dapat menentukan kehidupan etnis Cina di Batavia. Adapun untuk pembelajaran Sejarah di sekolah terutama untuk siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA), skripsi ini diharapkan bisa memberikan pemahaman terhadap siswa mengenai bahwa dari awal pemerintahan Hindia Belanda sampai pergantian pemerintahan dari pemerintah Hindia Belanda kepada Jepang, etnis Cina memiliki kontribusi dalam pembangunan bangsa Indonesia terutama bagi Ibu Kota Negara Indonesia yakni Batavia yang sekarang sudah berubah nama menjadi Jakarta dalam bidang perekonomian terutama perdagangan. Etnis Cina juga merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari kontribusi mereka terhadap kemerdekaan, serta memberikan pemahaman kepada siswa bahwa lembaga opsir Cina merupakan bagian dari struktur pemerintahan Hindia Belanda dan juga merupakan perwakilan dari golongannya dalam dunia politik Hindia Belanda. Sesuai dengan SK 2 : menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang, dengan KD 2.1: Menganalisis perkembangan pengaruh Barat dan perubahan Ekonomi, demografi, dan kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia pada masa kolonial. Terutama materi mengenai Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Masa Kolonial.