ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JAGUNG PIPIL DITINGKAT PRODUSEN SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA Apriyani Barus *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

1 Universitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

ELASTISITAS PERMINTAAN PRODUK PAKAN DARI KEDELAI DI INDONESIA 1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PERNYATAAN ORISINALITAS...

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

ELASTISITAS HARGA DAN PENGARUH IMPOR KEDELAI TERHADAP PRODUKSI DALAM NEGERI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GANDUM INDONESIA. Factors that Affect the Indonesian Wheat Imports

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

ABSTRACT. Keywords: Import Duty Income, Inflation, Exchange Rate. vii. Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

ANALISIS PERMINTAAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA. Luthfi Ansyari*), Mozart B. Darus**), Lily Fauzia**) ABSTRAK

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

Transkripsi:

SEPA : Vol. 12 No.1 September 2015 : 42 47 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA Septi Rostika Anjani, Dwidjono Hadi Darwanto dan Jangkung Handoyo Mulyo Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Email : septirostika@gmail.com Abstract : This study aims to analyze the factors that influence the demand of soybean in Indonesia. The research method uses descriptive analysis of secondary data which includes the price of imported soybeans, the price of chicken, per capita income, the rate of inflation and import tariff policy year period 1980-2013 which sourced from FAO and other sources. Estimation of demand function using multiple linear regression analysis were transformed in the form of natural logarithm. Regression analysis showed that soybean demand in Indonesia was influenced partially by prices of chicken, per capita income, and the rate of inflation. The price elasticity of demand of soybean in Indonesia is inelastic, that is equal 0,22. While the income elasticity of demand for soybeans is positive which means that soy is a staple item for the Indonesian people. Keywords: demand analysis, elasticity,soybean Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif dari data sekunder yang meliputi harga kedelai impor, harga ayam, pendapatan per kapita, tingkat inflasi dan impor kebijakan tarif periode tahun 1980-2013 yang bersumber dari FAO dan sumber-sumber lain. Estimasi fungsi permintaan menggunakan analisis regresi linier berganda diubah dalam bentuk logaritma natural. Analisis regresi menunjukkan bahwa permintaan kedelai di Indonesia dipengaruhi sebagian oleh harga dari ayam, pendapatan per kapita, dan tingkat inflasi. Elastisitas harga permintaan kedelai di Indonesia adalah inelastis, yaitu sebesar 0,22. Sementara elastisitas pendapatan dari permintaan untuk kedelai adalah positif yang berarti bahwa kedelai adalah barang pokok bagi masyarakat Indonesia. Kata kunci: analisis permintaan, elastisitas, kedelai PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar yang memiliki kekayaan alam dimana salah satu diantaranya adalah sektor pertanian. Sejak awal, pengembangan sektor pertanian dianggap strategis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah daratan Indonesia yang sangat luas dan ditunjang oleh struktur geografis yang beriklim tropis sehingga sangat mendukung untuk pembudidayaan berbagai komoditi pertanian, salah satunya adalah kedelai.di sisi lain, keadaan ini menuntut kebijakan pemerintah pada sektor pertanian disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi dilapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa. Sejak perdagangan kedelai lepas dari kontrol BULOG pada tahun 1991, impor kedelai meningkat sangat pesat (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Produksi kedelai dalamnegeri saat ini hanya mampu memenuhi sekitar 30% konsumsi domestik, sedangkan sisanya harus diperoleh melalui impor. Impor kedelai diperkirakan akan makin besar pada tahun-tahun mendatang karena adanya kemudahan tataniaga impor sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa dihapusnya monopoli BULOG sebagai importir tunggal serta dibebaskannya bea masuk dan pajak pertambahan nilai (PPN) kedelai. Disamping 42

itu, negara eksportir kedelai terbesar dunia, seperti Amerika Serikat, juga menyediakan subsidi ekspor sehingga merangsang importir kedelai di Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas itu.permintaan kedelai menunjukkan kenaikan yang cukup besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Namun, disisi lain kemampuan produksi kedelai didalam negeri belum mampu mencukupi kenaikan permintaan tersebut (Manurung,2002). Melihat semakin besarnya permintaan dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri menuntut pemerintah untuk mengambil langkah impor guna menstabilkan keadaan pasar. Peningkatan jumlah impor dapat dilihat pada tabel 1 yang menggambarkan keadaan impor pada 5 (lima) tahun terakhir. Besarnya permintaan dalam negeri membuat fluktuasi impor yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Fluktuasi peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 dan 2013 yang mana jumlah impor meningkat lebih dari 15% tahun sebelumnya sebesar 1,7 juta ton atau senilai US$ 1.244.307 menjadi sebesar 2 juta ton dengan nilai US$ 1.244.307.Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara importir kedelai terbesar di Asia Tenggara. Ketidakmampuan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai didalam negeri menyebabkan pasokan kedelai didalam negeri bergantung pada impor kedelai.ketergantungan yang semakin besar pada impor tentu saja merugikan industri pengolahan kedelai terutama jika harga pangan dunia menjadi sangat mahal akibat stok menurun.hal ini terjadi karena harga yang berlaku pada kedelai impor mengikuti harga yang berlaku pada harga kedelai internasional (Y.Rante, 2013). Besarnya ketergantungan terhadap kedelai impor tersebut menyebabkan harga kedelai di pasar cenderung fluktuatif dan sulit untuk dikendalikan oleh instansi terkait. Pada hakikatnya, impor tidak hanya tergantung pada jumlah produksi atau pun pendapatan. Ada faktor lain yang juga mempengaruhi seperti selera dan preferensi konsumen, daya saing produksi dalam negeri, dan sebagainya. Adanya perubahan faktor-faktor tersebut akan menggeser fungsi impor. Seperti inflasi yang terjadi di dalam negeri akan menyebabkan daya saing menurun, maka impor akan cenderung naik dan kurva impor bergeser ke atas (Nopirin, 2009). Pada tahun 2012, Kementrian Pertanian telah meluncurkan Gerakan Tanam Kedelai Nasional dalam upaya mempercepat peningkatan produksi kedelai nasional. Kegiatan dan kebijakan yang terkait dengan kegiatan tersebut antara lain adalah peningkatan produksi, perluasan areal tanam, percepatan penyediaan benih dan stabilisasi harga (Direktorat Pangan dan Pertanian, BAPENNAS, 2013). Dewasa ini, penanganan program kedelai masih relatif rendah bila dibandingkan dengan usaha peningkatan produksi bahan pangan pokok lainnya seperti padi dan jagung. Keterpaduan antara penyediaan sarana produksi, penyuluhan dan teknologi yang sesuai atau teknologi tepat guna, serta partisipasi petani dalam peningkatan produksi masih lemah.semakin meningkatnya industri pengguna bahan baku kedelai semakin turut pula mendorong tanaman ini menjadi komoditas strategis karena konsumen kedelai terdiri dari lapisan masyarakat terbesar. Mulai tahun 1970-an konsumen tahu dan tempe meluas tidak hanya di pulau Jawa, tetapi ke seluruh pelosok Indonesia. Tabel 1. Perkembangan Impor Kedelai Indonesia Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah (ton) Nilai (US$) 2009 1.314.759 621.397 2010 1.742.759 841.234 2011 2.088.618 1.244.307 2012 1.921.207 1.078.020 2013 2.086.692 1.200.919 Sumber: FAO (2012) dan Deptan (2015), diolah 43

Perpindahan penduduk dari pedesaan ke kotakota besar di seluruh Indonesia juga mendorong berkembang pesatnya industri tahu tempe di kota untuk penyediaan lauk yang merupakan sumber protein dengan harga yang sangat terjangkau bagi masyarakat kota termasuk bagi yang berpenghasilan rendah. Perkembangan industri peternakan dan pakan yang menggunakan bungkil kedelai sebagai sumber utama protein juga mendorong laju peningkatan permintaan kedelai.tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisisfaktorfaktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk menganalisis permintaan kedelai di Indonesia maka variabel dalam penelitian ini dibatasi hanya pada variabel harga kedelai impor, harga daging ayam, pendapatan perkapita, tingkat inflasi dan kebijakan tarif impor sebagai variabel independen dan variabel permintaan kedelai sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan selama 34 tahun yaitu periode tahun 1980-2013. Data sekunder diperoleh dari lembaga serta instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Food and Agriculture Organization, hasil penelitian, jurnal, literatur serta instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Model Analisis Data Model analisis untuk menguji pengaruh faktorfaktor permintaan kedelai di Indonesia menggunakan analisis regresi linier berganda yang telah ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural dengan persamaan sebagai berikut: Dimana: : Permintaan kedelai : Konstanta atau intersep : Koefisien regresi variabel harga kedelai impor : Koefisien regresi variabel harga daging ayam : Koefisien regresi variabel pendapatan perkapita : Koefisien regresi variabel tingkat inflasi : Koefisien regresi variabel dummy : Variabel harga kedelai impor : Variabel harga daging ayam : Variabel pendapatan perkapita : Variabel tingkat inflasi D : Variabel dummy (kebijakan tarif impor) 1 : Diberlakukan tarif impor 0 : Tidak diberlakukan tarif impor e : Tingkat kesalahan Persamaan diatas diestimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pengujian statistic melalui Uji t dan Uji F serta memperhatikan kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis permintaan kedelai Hasil analisis regresi pada tabel 2 menunjukkan bahwa variabel independen (harga kedelai impor, harga daging ayam, pendapatan perkapita, tingkat inflasi, dan kebijakan tarif impor) berpengaruh terhadap variabel dependen (permintaan kedelai). Hasil analisis pada tabel.1 diperoleh nilai F-hitung sebesar 8,406 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai F-tabel (2,460). Hal ini berarti bahwa variabel independen secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap permintaan kedelai pada tingkat kepercayaan 95%. Pada hasil regresi diperoleh nilai R² sebesar 0,664. Hal ini berarti bahwa 66,4% variasi variabel dependen (permintaan kedelai di Indonesia) dapat dijelaskan secara bersamasama oleh variabel independen yang diteliti, sedangkan sisanya sebesar 33,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti selera, jumlah penduduk, distribusi pendapatan dan lain-lain. Harga kedelai impor Variabel harga kedelai impor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap permintaan kedelai di Indonesia. 44

Tabel.2 Hasil Analisis Regresi Permintaan Kedelai di Indonesia Variabel independen Koefisien regresi T-hitung Signifikan DW Konstanta 1,001 0,372 1,998 Harga kedelai impor 0,223-1,358 Harga daging ayam 0,257-2,159 0,040** Pendapatan perkapita 1,415 4,440 0,000*** Tingkat inflasi -0,217-2,347 0,026** Kebijakan tarif impor (dummy) -0,132-1,086 Koefisien determinasi (R²) 0,664 F hitung 10,115** Keterangan: *signifikan pada taraf kepercayaan 90% ** signifikan pada taraf kepercayaan 95% *** signifikan pada taraf kepercayaan 99% ns tidak signifikan Adanya ketergantungan terhadap impor kedelai menjadi salah satu faktor tidak berpengaruhnya harga kedelai impor terhadap jumlah permintaan kedelai.kuantitas kedelai impor yang melebihi kuantitas kedelai lokal membuat harga kedelai impor memiliki pangsa yang cukup besar sehingga jumlah permintaan kedelai tidak terpengaruh oleh harga kedelai itu sendiri.dalam jangka pendek, solusi yang paling efektif untuk memenuhi kekurangan kedelai dalam negeri adalah mengimpor kedelai. Jadi berapapun harga kedelai impor yang berlaku, pemerintah akan tetap membeli kedelai impor. Hal tersebut dilakukan demi menjamin ketersediaan kedelai bagi rumah tangga untuk dikonsumsi secara langsung dan juga bagi industri yang digunakan sebagai bahan baku untuk menciptakan produk turunan.oleh karena itu, tinggi atau rendahnya harga kedelai impor yang berlaku tidak memiliki pengaruh terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Harga daging ayam Variabel harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yakni sebesar -2,159 signifikan pada tingkat 95%. Nilai koefisien regresi sebesar -0,257 mengartikan bahwa apabila harga daging ayam meningkat 1% maka akan diikuti dengan penurunan permintaan kedelai sebesar 0,257%. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga daging ayam yang mengalami penurunanakan berpengaruh nyata secara statistik terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Pendapatan perkapita Variabel pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan kedelai di Indonesia.Nilai koefisien regresi variabel pendapatan perkapita sebesar 1,415. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pendapatan perkapita meningkat sebesar 1%, maka permintaan kedelai akan meningkat sebesar 1,415%. Nilai elastisitas dari variabel pendapatan perkapita adalah sebesar 1,415 yang berarti kedelai di Indonesia termasuk barang superior yang merupakan kebutuhan pokok.salah satu faktor penentu dalam permintaan suatu barang adalah pendapatan. Untuk barang normal berlaku hukum apabila pendapatan meningkat maka masyarakat akan meningkatkan jumlah permintaannya namun dengan persen yang lebih rendah dibandingkan dengan barang mewah atau superior (efek pendapatan positif). Sedangkan untuk barang inferior, apabila pendapatan meningkat maka masyarakat akan menurunkan jumlah permintaannya (efek pendapatan negatif). Hasil analisis regresi pada tabel 2 menunjukkan bahwa pendapatan perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah permintaan kedelai di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. Tingkat inflasi Koefisien variabel tingkat inflasi menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar -0,217 mengartikan bahwa apabila inflasi meningkat 1% maka permintaaan kedelai akan menurun sebesar 0,217% dengan faktor lain dianggap tetap. 45

Kebijakan tarif impor (variabel dummy) Variabel dummy kebijakan tarif impor tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap jumlah permintaan kedelai di Indonesia. Dalam upaya menjaga stabilitas harga kedelai lokal, dengan tetap memperhatikan kepentingan petani dan konsumen, pada tahun 2013 pemerintah memberlakukan tarif impor (bea masuk) sebesar 0%. Ketetapan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.011/2013 yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan pada 3 Oktober 2013. Ketentuan tersebut sekaligus mengubah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.011/2011 yang memberikan bea masuk sebesar 5 persen atas impor kedelai. Adanya penetapan tarif impor seharusnya mampu menjaga keseimbangan antara pasokan impor dan produksi dalam negeri.namun adanya pemberlakuan kebijakan tarif impor belum efektif dan efisien untuk menanggulangi permasalahan permintaan kedelai.hal ini disebabkan ketergantungan pemerintah terhadap kedelai impor. Ketergantungan ini diakibatkan oleh kenyamanan pemerintah untuk terus mengimpor kedelai disaat produksi kedelai masih dapat dikembangkan.besarnya ketergantungan terhadap impor berdampak pada tidak adanya upaya peningkatan produksi dan daya saing kedelai.hal ini menyiratkan bahwa kebijakan tarif impor hanya menguntungkan pihak tertentu. Selain itu, terdapat banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap permintaan kedelai seperti harga barang lain yang terkait, faktor selera dan lain-lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Permintaan kedelai di Indonesia dipengaruhi secara positif oleh harga daging ayam dan pendapatan perkapita, serta dipengaruhi secara negatif oleh tingkat inflasi. Sedangkan harga kedelai impor dan kebijakan tarif impor tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kedelai di Indonesia. 2. Elastisitas harga terhadap permintaan kedelai di Indonesia bersifat inelastis, sedangkan elastisitas harga silang dari kedelai yaitu daging ayam bernilai positif yang berarti bahwa komoditi daging ayam bersifat substitusi bagi komoditi kedelai. Sementara elastisitas pendapatan terhadap komodoti kedelai bernilai positif yang mengartikan bahwa kedelai merupakan barang pokok bagi masyarakat Indonesia. Saran Dari kesimpulan atas hasil analisis penelitian ini, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Pemenuhan atas kebutuhan permintaan kedelai yang terus meningkat tidak seharusnya selalu didominasi oleh kedelai impor, sebab dampak jangka panjangnya bagi Indonesia khususnya petani lokal akan merugi secara ekonomi dan melemahkan daya saing kedelai lokal itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah selaku pengampu kebijakan perlu mempertimbangkan berbagai aspek dan dimensi secara komprehensif agar dapat menguntungkan seluruh pihak terkait, terutama petani dan konsumen demi terwujudnya stabilitas perekonomian jangka panjang. 2. Dominasi kedelai impor di dalam negeri perlu diatasi tidak hanya dengan kebijakan tarif impor namun juga perlu campur tangan langsung dari para petani lokal selaku produsen. Oleh karenanya, petani kedelai agar dapat meningkatkan keterampilannya dalam pengelolaan kedelai dengan menerapkan teknologi, metode ataupun bibit unggul yang dapat meningkatkan produksi serta produktivitasnya sehingga dapat memiliki daya saing yang tinggi terhadap kedelai impor yang telah mendominasi tersebut. 3. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, oleh karenanya perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran terutama mengenai variabelvariabel yang terkait secara langsung seperti proporsi demand dari aspek industri serta jumlah industri yang menghasilkan produk turunan dari komoditi kedelai. 46

DAFTAR PUSTAKA Food and Agriculture Organization.2012. Indonesia Soybean Import Quantity.http://faostat.fao.org. diakses pada 15 April 2015 Departemen Pertanian. 2015. Perkembangan Impor Kedelai Indonesia. http://database.pertanian.go.id. diakses pada 15 Mei 2015 Direktorat Pangan dan Pertanian. (2013). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. BAPENNAS. Jakarta. Manurung, R.M.H. 2002.Tantangan dan peluang pengembangan tanaman kacangkacangan dan umbi-umbian.hlm.19-40. Risalah Seminar Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian Mendukung Ketahanan Pangan. Malang, 25-26 Juni 2003.Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Nopirin. 2009. Ekonomi Internasional. Edisi ketiga. BPFE. Yogyakarta. Rante, Y., 2013. Strategi Pengembangan Tanaman Kedelai Untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Jurnal Manajemen Keuangan, Vol.15. hlm.75-88. Siregar, M. 2003. Kebijakan Perdagangan dan Daya Saing Komoditas Kedelai. PSE Balitbang Pertanian, Deptan RI. Bogor. Sudaryanto, T.& Swastika, D. K. S. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam; Sumarno, Suyamto, Widjono, A., Hermanto, K, H., (Eds). Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Bogor. 47