PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA DI KOTA PADANG

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju ke sesuatu yang lebih baik (Ghianovan, 2014). Sama halnya

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah


BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian pra-experimental menggunakan one graup pre testpost

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

BAB III METODE PENELITIAN

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen, dengan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN

TAHUN. Disusun Oleh: HEPI KAWURI A FAKULTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi

Rahayu Budi Utami dan Noer Istichomah STIKes Satria Bhakti Nganjuk

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DENGAN PERKEMBANGANANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH AKTIVITAS AKUATIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS ATAS DI SLB N PEMBINA YOGYAKARTA E-JOURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB III. penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. hendak dicapai dan merupakan jalan bagi keberhasilan arah penelitian. Untuk itu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy experiment yang dilakukan. Rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITLAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen tanpa pembanding atau

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. berarti cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, untuk mengatasi suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif, karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

Abdul Rokhman Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

Transkripsi:

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN Ika Indrawati *) Abstrak Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra-eksperimen yaitu tipe one group pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik non probability sampling dengan jenis total sampling yang berjumlah 20 anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah DDST (Denver Development Screening Test) dengan menggunakan lembar Denver II. Berdasarkan uji statistic Wilcoxon diperoleh nilai ρ statistik = 0,001 < 0,05 dengan ρ value = 0,05 yang berarti Ho di tolak atau ada pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler. Kata kunci : Aktivitas Bermain Bola, Motorik Kasar, Toddler. A. PENDAHULUAN Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita, yaitu diawali dengan kemampuan berjalan, lari, lompat, kemudian melempar. Pada usia 1-3 tahun, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, pada umumnya menyukai main bola. Permainan ini banyak memberikan manfaat. Oleh karena itu, sangat disayangkan bila keinginan anak bermain bola tidak ditanggapi secara positif (Hasan, 2009:102). Akan tetapi banyak orang berpikir bahwa masa bermain pada anak tidak penting sehingga anak tidak mendapatkan perhatian secara khusus dan banyak sekali orang tua yang membiarkan anak tanpa memberikan pendidikan terhadap permainan yang dimiliki anak (Hidayat, 2009:55). Hasil penelitian oleh Gilbert tahun 2008 menunjukkan bahwa kemampuan fisik dan bermain anak menunjukkan bahwa Indonesia menduduki urutan terendah dari negara-negara di ASIA dalam memfasilitasi bermain anak usia 0-6 tahun, mereka menganggap bahwa bermain tidak ada gunanya, lebih baik waktu digunakan untuk belajar. Di Jawa Timur kurangnya terapi bermain kelompok mencapai 80% dari jumlah anak pada tahun 2009 (Nasya, 2009). Hasil studi oleh Windiarti (2007) di beberapa PAUD yang berada di Kecamatan Pasuruan pada 214 anak usia 1 3 tahun didapatkan bahwa 124 anak (58%) mempunyai perkembangan motorik kasar yang normal, sedang 90 anak (42%) anak mempunyai perkembangan motorik kasar dilayed (Windiarti, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan pada tanggal 4 April 2011dengan 20 anak yang diberikan aktivitas bermain bola didapatkan 8 anak sering terjatuh saat berlari mengejar bola, 6 anak tidak bisa menangkap bola dan tidak dapat melempar tepat kedepan, dan 4 anak lainya bisa menangkap bola dan 2 anak lainya memiliki perkembangan motorik kasar yang baik. Faktor yang mempengaruhi bermain pada anak meliputi kesehatan, perkembangan motorik, intelegensi, jenis kelamin, lingkungan, status sosial ekonomi, jumlah waktu bebas dan peralatan bermain (Hurlock, 2005:327). Dampak dari kurangnya stimulasi terapi bermain biasanya anak akan mengalami keterlambatan fisik motorik kasar seperti sering terjatuh, tidak bisa menangkap bola, bahkan terkadang cenderung minder untuk bermain bersama teman yang lain (Maramis, 2010:1). Oleh karena itu, orang tua atau pengasuh harus mengetahui tahap-tahap perkembangan per usia anak. Cara ini juga sangat efektif untuk mendeteksi gangguan pada anak (Hasan, 2009:96). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Aktivitas Bermain Bola Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Toddler di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. *) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 15

B. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008:77). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian eksperimen yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan memberikan intervensi atau perlakuan. Jenis penelitian yang digunakan pra eksperimental tipe the one group pretest-posttest design. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pretest dengan posttest (Nursalam, 2008:85). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Toddler (2-3 tahun) di Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Dilakukan pre-test Memberikan perlakuan : Aktivitas bermain bola Dilakukan post-test Mengukur perkembangan motorik kasar toddler sebelum diberikan aktivitas bermain bola. Mengukur perkembangan motorik kasar toddler sesudah diberikan aktivitas bermain bola. Menganalisis pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler sebelum dan sesudah dilakukan aktivitas bermain bola. Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler. Pada penelitian ini hipotesis penelitian adalah H1 : Ada pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler. Pada penelitian ini populasinya adalah semua anak usia 24-36 bulan sebanyak 20 anak. Sampel dalam penelitian sebanyak 20 anak. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non Probability sampling dengan jenis total sampling yaitu pengambilan sampel pada seluruh anggota populasi (Sugiyono, 2008:64). Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data yang didapat agar lebih mudah dibaca dan lebih ringkas. Setelah menyusun data, data kembali dianalisa menggunakan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 16 dengan uji wilcoxon. Instrumen Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian adalah DDST. Penelitian ini dilakukan di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan pada tanggal 6 Juni - 11 Juni 2011. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing, Coding, Skoring, dan Tabulating (Nazir, 2005:252). Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data seperti : a. Editing bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut b. Coding yaitu Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka. Kode penilaian P : Pass / Lulus, F : Fail / gagal. 16

c. Scoring digunakan untuk menentukan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Pada penelitian ini peneliti memberikan skor: 4 : advanced. 3 : normal. 2 : caution. 1 : delayed. d. Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler (2-3 tahun) di uji dengan menggunakan uji wilcoxon yang akan diolah atau di hitung dengan menggunakan komputerisasi program SPSS 16 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Jika α < 0,05 maka H1 diterima maka yang artinya ada pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler. C. HASIL PENELITIAN PAUD Tunas Cendekia merupakan salah satu PAUD yang ada di Pasuruan yang berdiri sejak tahun 2007, yang beralamat di Gang Inul Melian RT. 09 RW. 03 Kejapanan Gempol Pasuruan. Tenaga pengajar yang ada sebanyak 8 orang yang terdiri dari kepala sekolah serta 7 guru pengajar. Rata-rata siswa setiap tahunnya sebanyak 20 siswa. Sistem pembelajaran yang dipakai yaitu sistem pembelajaran 5 sentra yaitu sentra persiapan, sentra balok, sentra musik & seni, sentra peran dan sentra alam. Alat bermain yang ada yaitu bola plastik kecil, bola plastik besar, puzzle, boneka tangan, congklak, tali, manik-manik, balok bermacam-macam bentuk, alat musik dan lain-lain. 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Diagram 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 responden (60%). Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 responden (40%). 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak Diagram 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berumur 3 tahun yaitu sebanyak 13 responden (65%). Sedangkan yang berumur 2 tahun yaitu 7 responden (35%). 17

3) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Diagram 3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berumur 26-30 tahun yaitu sebanyak 9 responden (45%). Sedangkan usia 20-25 tahun yaitu sebanyak 3 responden (15%) dan usia > 30 tahun yaitu sebanyak 8 responden (40%). 4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Diagram 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan akademi/pt yaitu sebanyak 10 responden (50%). Sedangkan responden yang berpendidikan SMA/sederajat yaitu sebanyak 8 responden (40%) dan berpendidikan SMP yaitu sebanyak 2 responden (10%). 5) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Diagram 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 9 responden (45%). Sedangkan responden yang bekerja swasta yaitu sebanyak 5 responden (25%), wiraswasta yaitu sebanyak 1 responden (5%), dan PNS yaitu sebanyak 5 responden (25%). 18

6) Karakteristik Responden Berdasarkan Motorik Kasar Sebelum Bermain Bola. Diagram 6 Distribusi Responden Berdasarkan Motorik Kasar Sebelum Bermain Bola di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar motorik kasar sebelum bermain bola adalah delayed sebanyak 8 responden (40%). Sedangkan normal yaitu sebanyak 5 responden (25%), dan caution yaitu sebanyak 7 responden (35%). 7) Karakteristik Responden Berdasarkan Motorik Kasar Sesudah Bermain Bola. Diagram 7 Distribusi Responden Berdasarkan Motorik Kasar Sesudah Bermain Bola di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Diagram pie diatas menggambarkan bahwa sebagian besar motorik kasar sesudah bermain bola adalah normal sebanyak 12 responden (60%). Sedangkan advanced yaitu sebanyak 5 responden (25%) dan caution yaitu sebanyak 3 responden (15%). 8) Tabulasi Pengaruh Aktivitas Bermain Bola Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Toddler Tabel 8 Tabulasi Pengaruh Aktivitas Bermain Bola Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Toddler Di Paud Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Kriteria Perkembangan Motorik Advanced Normal Caution Delayed Kasar f % f % F % f % Sebelum Bermain Bola - - 5 25 7 35 8 40 Sesudah Bermain Bola 5 25 12 60 3 15 - - Jumlah 5 25 27 85 10 50 8 40 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa perkembangan motorik kasar pada anak sebelum bermain bola yaitu 5 responden (25%) mempunyai perkembangan motorik kasar normal, 7 responden (35%) mempunyai perkembangan motorik kasar caution, dan 8 responden (40%) mempunyai perkembangan motorik kasar delayed. Data hasil uji statistik yang peneliti lakukan untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler pada tanggal 22 Juni 2011yang dianalisa menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 16 dengan uji wilcoxon diperoleh nilai ρ = 0,001 < 0,05 dengan standarisasi ρ = 0,05. Dengan demikian H1 19

diterima atau H0 ditolak yang artinya ada pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Perkembangan Motorik Kasar Sebelum Bermain Bola Pada Toddler Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan tanggal 4 April 2011 terhadap masing-masing responden (20 responden) dengan tes skrining perkembangan motorik kasar atau DDST (Denver Developmental Screening Test) sebelum bermain bola diperoleh hasil sebagai berikut : tidak ada responden yang advanced, 5 responden (25%) normal, 7 responden (35%) caution, dan 8 responden (40%) delayed. Dari hasil studi pendahuluan ini telah menggambarkan bahwa terdapat 8 responden (40%) dengan perkembangan motorik kasar delayed dan 7 responden (35%) dengan perkembangan motorik kasar caution. Dari hasil studi pendahuluan juga terdapat 5 responden (25%) dengan perkembangan motorik kasar normal. Menurut Supartini (2004) bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain antara lain tahap perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, alat dan jenis permainan yang cocok. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya. Menurut Hidayat (2009), banyak orang berpikir bahwa masa bermain pada anak tidak penting sehingga anak tidak mendapatkan perhatian secara khusus dan banyak sekali orang tua yang membiarkan anak tanpa memberikan pendidikan terhadap permainan yang dimiliki anak. Supartini (2004) mengemukakan bahwa orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Dengan demikian diharapkan pada setiap orangtua untuk memahami akan pentingnya kebutuhan bermain pada anak dan mengetahui tahap-tahap perkembangan sesuai usia anak. Orangtua harus pandai dalam memberikan serta memilihkan permainan anak yang aman dan yang dapat memberikan manfaat untuk perkembangan anak itu sendiri, serta memberikan peluang kepada anak untuk bergerak mengembangkan kreatifitasnya. Misalnya bermain bola, permainan ini memberikan beberapa manfaat untuk anak seperti memperkuat otot tangan dan kaki, melatih konsentrasi, membantu anak untuk bersosialisasi, dan melatih koordinasi antara mata, tangan dan kaki. 2. Perkembangan Motorik Kasar Sesudah Bermain Bola Pada Toddler. Hasil penelitian yang dilakukan di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan mulai tanggal 6-11 Juni 2011 terhadap masing-masing responden (20 responden) dengan tes skrining perkembangan motorik kasar atau DDST sesudah bermain bola diperoleh hasil sebagai berikut : 5 responden (25%) advanced, 12 responden (60%) normal, 3 responden (15%) caution, dan tidak ada responden yang delayed. Dari hasil penelitian ini telah menggambarkan bahwa terdapat 12 responden (60%) mempunyai perkembangan motorik kasar normal setelah diberikan permainan bola dan 5 responden (25%) mempunyai perkembangan motorik kasar advanced. Disini orang tua memahami apa yang dibutuhkan anak, seperti bermain. Dengan memberikan permainan pada anak saat dirumah, orang tua telah membantu dalam perkembangan anak. Dari hasil penelitian juga terdapat 3 responden (15%) yang mempunyai perkembangan motorik kasar caution setelah diberikan permainan bola. Hal ini mungkin karena kurangnya stimulasi/ransangan yang didapatkan anak pada saat anak di rumah, sehingga anak tidak dapat berkembang secara optimal. Sesuai dengan pendapat Nursalam (2005), bahwa stimulasi adalah peransangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Anak yang lebih banyak mendapatkan stimulasi cenderung lebih cepat berkembang. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat (reinforcement). Menurut Moersintowarti (2002), stimulasi adalah perangsangan dan latihanlatihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan di luar anak. Stimulasi ini 20

dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga, atau orang dewasa lain disekitar anak. Menurut Hasan (2009), aktivitas-aktivitas seperti ini akan melatih kemampuan motorik halus dan kasar anak. Jika stimulasi ini terjadi secara terus-menerus, maka fisik anak akan tumbuh lebih kuat. Berbeda halnya jika anak jarang melakukan gerakan, pertumbuhan fisiknya akan terhambat, tubuh tampak loyo, dan mudah letih. Dengan demikian diharapkan pada setiap orang tua hendaknya menyadari akan pentingnya memberikan stimulasi pada anak untuk perkembangan anak agar lebih baik dalam masa perkembangan dan pertumbuhan serta dapat menuaikan segala kreatifitas dan daya imajinasinya. 3. Pengaruh Aktivitas Bermain Bola Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Toddler Data hasil uji statistik yang peneliti lakukan untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler pada tanggal 22 Juni 2011 yang dianalisis menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 16 dengan uji wilcoxon diperoleh nilai ρ = 0,001 < 0,05 dengan standarisasi ρ = 0,05, maka H1 diterima atau H0 ditolak yang artinya ada pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan. Dari 20 responden didapatkan bahwa 8 responden (85%) yang mempunyai perkembangan motorik kasar delayed, 3 responden (15%) mengalami peningkatan menjadi caution dan 5 responden (25%) mengalami peningkatan menjadi normal; 7 responden (35%) yang mempunyai perkembangan motorik kasar caution mengalami peningkatan semuanya normal; dan 5 responden (25%) mengalami peningkatan semuanya advanced. Demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam perkembangan motorik kasar diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya dan dari frekuensi serta jenis permainan yang dilakukan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap permainan yang sudah dilakukan. Orang tua juga harus memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain agar anak dapat meningkatkan dan mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas yang mereka miliki, serta jangan memaksakan sesuatu diluar kemampuan anak karena hal ini dapat berpengaruh pada perkembangan anak sendiri nantinya. E. PENUTUP Dari hasil penelitian yang dilakukan di PAUD Tunas Cendikia Kejapanan Gempol Pasuruan dapat disimpulkan bahwa: 1) Perkembangan motorik kasar sebelum bermain bola sebagian besar delayed (40%). 2) Perkembangan motorik kasar sesudah bermain bola sebagian besar normal (60%). 3) Ada pengaruh aktivitas bermain bola terhadap perkembangan motorik kasar pada toddler yang dilakukan dengan bantuan uji statistik menggunakan SPSS dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai ρ = 0,001 < 0,05 dengan standarisasi ρ = 0,05 maka Ho ditolak. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi Petugas Kesehatan Dengan memberikan penyuluhan kepada ibu tentang perkembangan motorik kasar pada toddler, dapat membantu ibu mengetahui pentingnya bermain pada anak seperti bermain bola yang sesuai usia anak untuk perkembangan motorik kasar anak yang optimal. 2) Bagi Ibu Tetap berperan dalam memilih jenis permainan yang sesuai dengan perkembangan motorik kasar pada anak toddler baik lewat buku, televisi, radio, majalah dan seminarseminar yang ada di daerah sekitar rumahnya. 3) Bagi PAUD Dengan adanya fasilitas permainan yang sudah tersedia, dapat digunakan sebaik mungkin. Guru diharapkan dapat menggunakan permainan yang sederhana dan memberikan terapi bermain bola agar anak dapat mengembangkan kreativitasnya. 21

4) Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya supaya meneliti faktor-faktor yang lain seperti media informasi, sikap orang tua dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan motorik kasar. DAFTAR PUSTAKA Hasan, M. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press. Hidayat, A.A.A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hurlock, E.B. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Maramis. 2010. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain Anak. http//www. Surya media-net. Akses 15 Desember 2010. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Nasya. 2009. Kemampuan Fisik Dan Motorik. http//ads3.kompasads.com. Akses 10 Desember 2010. Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : FKUI. Sugiono. 2008. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Alfabeta. Suririnah. 2009. Stimulasi Motorik Kasar Pada Balita Dengan Pemainan Bola. http://www. cybernet.com. Akses 20 febuari 2011. Windiarti. 2009. Etika Dan Pengaruh Perkembangan Anak. www. Cybernet.co.id. Akses 1 Februari 2011. Wong, D.L. 2006. Keperawatan Anak. St.. Louis: Mosby Co 22