BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

I. INFORMASI METEOROLOGI

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

Jaman dahulu Sekarang

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

I. INFORMASI METEOROLOGI

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

Iklim Perubahan iklim

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon, sebagai akibat dari peredaran semu matahari yang bergerak secara musiman dengan arah utara-selatan melintasi garis khatulistiwa. Pengaruh terbesar dari aktifitas monsoon terhadap pola iklim Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Banjar / kota Banjarbaru adalah daerah ini memiliki dua musim yang selalu berulang secara periodik dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dari pola distribusi curah hujan bulanan, terlihat bahwa periode musim hujan terjadi antara Bulan Oktober sampai dengan Bulan April. Sedangkan periode musim kemarau berlangsung selama Bulan Mei sampai dengan Bulan September dengan puncak minimum terjadi antara Bulan Agustus dan September. Sejak beberapa tahun terakhir selama siklus ke dua musim tersebut berlangsung selalu diikuti oleh berbagai macam dampak yang dianggap kurang bersahabat dengan aktifitas kehidupan manusia, seperti kekeringan, kebakaran hutan/ lahansampai dengan banjir dan sebagainya yang selalu diikuti oleh kerugian-kerugian materi. Walaupun aktifitas manusia dalam memenuhi tuntutan hidupnya dengan mengeksplorasi sumber daya alam yang ada turut berperan dalam mempercepat proses perubahan iklim itu sendiri. Sebagai salah satu dampak dari terjadinya pemanasan global sebagai akibat dari mulai berkurangnya lapisan ozon ( O 3 ) dan dampak rumah kaca atau green house effect, menyebabkan mulai berubahnya kondisi iklim global termasuk juga wilayah Kalimantan Selatan yang terpantau dari peramatan suhu udara di Stasiun Klimatologi Banjarrbaru sejak beberapa tahun terakhir. B. Tujuan Tentang isu yang semakin berkembang mengenai pemanasan global, analisis data suhu udara maksimum dan minimum bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana iklim di kalimantan Selatan khususnya wilayah Banjarbaru dan sekitarnya turut terpengaruh perubahan tersebut. Seberapa besar terjadinya perubahan anomali dari 1

suhu udara maksimum dan minimum serta pengaruhnya terhadap perubahan amplitudo suhu harian di Banjarbaru. C. Ruang Lingkup Analisa data suhu udara maksimum dan minimum absolut menggunakan data hasil peramatan di Stasiun Klimatologi Banjarbaru dalam periode tahun 19 sampai dengan Bulan Juni 20. analisa kecenderungan perubahan dari setiap variabel data menggunakan analisa grafik sedangkan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari masing-masing variabel tersebut terhadap amplitudo suhu harian digunakan persamaan korelasi. 2

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengaruh Radiasi Matahari Terhadap Permukaan Bumi Panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan benda yang memancarkan radiasi semakin tinggi. Matahari dengan suhu permukaannya sebesar 6.0 K, radiasinya mempunyai kisaran panjang gelombang antara 0.3-0.4 m. Sebagai perbandingan, permukaan bumi yang bersuhu 3 K (atau 27 C) memancarkan radiasi dengan kisaran panjang gelombang 4.0-.0 m dengan pancaran energi terkuat pada panjang gelombang 10 m. Karena panjang gelombang radiasi matahari relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan benda-benda alam lainnya, maka radiasi matahari disebut dengan radiasi gelombang pendek, sebaliknya radiasi bumi dan benda lainnya disebut radiasi gelombang panjang. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, sebagian besar tergantung dari bentuk dan macam permukaanbumi yang menerima radiasi tersebut, tentu saja selain itu juga tinggi rendahnya suhu suatu tempat di permukaan bumi dalam posisinya terhadap matahari tergantung kepada : 1. Intensitas penyinaran radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi, yang dipengaruhi oleh besar-kecilnya sudut datang sinar matahari terhadap permukaan bumi tersebut, dan 2. Lamanya penyinaran matahari berlangsung, yaitu dipengaruhi oleh panjang siang dan malam yang ditentukan oleh garis lintang tempat tersebut di permukaan bumi Tidak seluruhnya radiasi matahari dapat sampai dan diserap oleh permukaan bumi, kurang lebih hanya 43%. Karena pada waktu memasuki atmosfer bumi radiasi matahari tersebut terhalang dengan adanya proses penyerapan (absorption), pemantulan (Reflection), dan pemancaran (Scattering). Radiasi ultra violet hampir seluruhnya diserap oleh lapisan Ozone pada bagian atas stratosfer dan hanya satusatunya gas yang dapat menyerap radiasi terlihat atau cahaya tampak adalah uap air. Pada saat kondisi cuaca berawan, sebagian besar radiasi matahari ini dipantulkan kembali oleh puncak-puncak awan dan partikel-partikel lainnya yang terdapat di dalam atmosfer, dan hanya sebagian yang berhasil mencapai permukaan bumi, baik 3

secara langsung (direct radiotian) maupun tidak langsung (sky radiation). Jumlah kedua radiasi matahari tersebut (direct radiotian + sky radiation) disebut radiasi global (global radiation). Akibat yang ditimbulkan dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, maka sebagian dari radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa dan sebagian lainnya akan diserap karena hal tersebut tergantung pada bentuk dan macam permukaan bumi yang menerima radiasi matahari. Dan perbandingan antara jumlah radiasi yang dipantulkan dengan jumlah radiasi yang diserap disebut Albedo. Penyebab terjadinya kenaikkan suhu permukaan bumi yang telah menyerap radiasi matahari tersebut tergantung kepada : 1. Jarak atau kedalaman kemana panas harus menembus. 2. Panas jenis dari zat permukaan yang ada. 3. Albedo dari zat permukaan yang ada, dan 4. Ada atau tidaknya penggunaan panas untuk keperluan lain, selain untuk menaikkan suhu benda. Misalnya perbedaan kenaikkan panas permukaan daratan dengan permukaan laut, setelah sama-sama mendapatkan radiasi matahari, maka daratan akan lebih cepat menjadi panas dari pada lautan karena disebabkan oleh : Pada Permukaan Laut Albedo-nya lebih besar, sehingga lebih sedikit radiasi matahari yang diserap. Radiasi matahari menyerap lebih dalam/tebal, karena air lebih transparan. Panas jenis air lebih besar, sehingga untuk menaikkan panas 1 C setiap gram air memerlukan panas yang lebih banyak. Energi panas yang diserap sebagian dirubah dalam bentuk panas laten pada proses penguapan. Pada Permukaan Daratan Albedo-nya lebih kecil, sehinga banyak radiasi yang diserap. Radiasi yang terserap jaraknya lebih pendek, karena permukaan darata tidak transparan. Panas jenis daratan lebih kecil, sehingga untuk menaikkan panas 1 C setiap gram daratan hanya memerlukan panas yang lebih sedikit. Energi panas yang diserap semua digunakan untuk menaikkan suhu. 4

B. Suhu Udara Permukaan Suhu udara permukaan merupakan suhu udara pada ketinggian 1,25 sampai dengan 2,0 meter di atas permukaan bumi. Selama sehari semalam (12 jam) maupun 1 tahun (12 bulan) suhu udara permukaan selalu mengalami variasi suhu udara atau mengalami perubahan atau perbedaan selama periode waktu tertentu. Fluktuasi suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian, demikian pula dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau tahunan. Pada periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa terjadi setelah beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya sedangkan suhu udara terendah atau minimum biasa terjadi setelah beberapa saat setelah matahari terbit. Nilai perbedaan antara suhu udara maksimum dan suhu udara minimum selama satu hari (24 jam) disebut dengan amplitudo suhu harian. 5

BAB III ANALISA DATA A. Data Historis Dari data historis suhu udara maksimum dan minimum periode tahun 19 sampai dengan Bulan Juni 20 yang ada, maka masing-masing ditampilkan dalam bentuk grafik anomali atau simpangan terhadap rata-ratanya selama kurun waktu tersebut, sebagai berikut : Grafik 1. Grafik Anomali Suhu Udara Maksimum dan Minimum Bulanan Grafik Anomali Suhu Bulan Januari Grafik Anomali Suhu Bulan April - - Grafik Anomali Suhu Bulan Februari Grafik Anomali Suhu Bulan Mei - - Grafik Anomali Suhu Bulan Maret Grafik Anomali Suhu Bulan Juni - - 6

Grafik Anomali Suhu Bulan Juli Grafik Anomali Suhu Bulan Oktober - - Grafik Anomali Suhu Bulan Agustus Grafik Anomali Suhu Bulan Nopember - - Grafik Anomali Suhu Bulan September Grafik Anomali Suhu Bulan Desember - - B. Data Rata-Rata Bergerak Dari grafik di atas tampak bahwa baik anomali suhu udara maksimum maupun minimum sama-sama menunjukan pola positif atau kenaikan suhu udara terhadap rata-ratanya menjelang 5 sampai dengan 10 tahun terakhir. Oleh karena itu untuk dapat lebih jelas melihat perubahan itu maka disajikan juga analisa grafik anomali suhu udara maksimum dan minimum bulanan untuk dalam bentuk rata-rata bergerak periode 5 dan 10 tahunan seperti di bawah ini : 7

Grafik 2. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 5 tahunan Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suihu Udara Bulan Januari Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Mei - - - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Februari Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Juni - - - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Maret Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Juli - - - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan April Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Agustus - - - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 8

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan September Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Nopember - - - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Oktober Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Desember - - - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 - - - - - - - - - - - - - 81 82 84 85 Selanjutnya grafik anomali suhu udara maksimum dan minimum bulanan untuk dalam bentuk rata-rata bergerak 10 tahunan seperti di bawah ini : Grafik 3. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 10 tahunan Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suihu Udara Bulan Januari Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Maret - - - - - - - - - - - - - - - - - - Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Februari Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan April - - - - - - - - - - - - - - - - - - 9

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Mei Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan September - - - - - - - - - - - - - - - - - - Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Juni Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Oktober - - - - - - - - - - - - - - - - - - Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Juli Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Nopember - - - - - - - - - - - - - - - - - - Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Agustus Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Desember - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10

C. Amplitudo Suhu harian Dari masing-masing analisa grafik suhu udara maksimum dan minimum di atas, maka selanjutnya dapat dilihat pola perbandingan kedua variabel tersebut dalam analisa amplitudio suhu harian dalam bentuk rata-rata bergerak periode 5 dan 10 tahunan seperti di bawah ini : Grafik 4. Grafik Anomali Amplitudo Suhu Udara Bulanan MV 5-10 tahunan Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Januari Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan April Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Februari Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Mei Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Maret Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Juni 11

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Juli Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian BulanOktober Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Agustus Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Nopember Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan September Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Desember D. Hubungan Antara Suhu Maksimum-Minimum Dengan Amplitudo Suhu Harian Nilai dari fluktuasi harian suhu maksimum maupun minimum dapat berpengaruh lamngsung terhadap nilai amplitudo suhu harian. Seberapa besar pengaruh suhu maksimum maupun minimum terhadap amplitudo suhu harian dapat ditentukan melalui persamaan korelasi, dimana pada dua data suhu maksimum dan suhu minimum masing-masing digunakan sebagai input atau variabel bebas (X) sedangkan amplitudo suhu harian sebagai variabel terikat (Y). Adapun persamaan korelasi adalah sebabai berikut : r = n XY - X Y [n X 2 ( X) 2 ] 1/2. [n Y 2 ( Y) 2 ] 1/2 12

Dimana r adalah nilai hubungan/ korelasi antara variabel X dan Y dan memiliki nilai yang bervariasi -1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0 atau memdekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali. Sedangkan bila r = +1 atau mendekati 1 maka korelasi dikatakan positif atau berbanding lurus, sedangkan bila r = -1 maka korelasi dikatakan negatif atau berbanding terbalik. Dengan menggunakan persamaan tersebut diatas, maka didapatkan harga korelasi hubungan antara suhu udara maksimum terhadap nilai amplitudo suhu harian sebesar 0,, sedangkan hubungan harga korelasi hubungan antara suhu udara minimum terhadap nilai amplitudo suhu harian sebesar -4. Masing-masing kedua korelasi tersebut ditampilkan dalam grafik di bawah ini : Grafik 5. Grafik Hubungan Suhu Amplitudo Suhu Udara Grafik Hubungan Suhu Maksimum - Amplitudo Harian Grafik Hubungan Suhu Minimum - Amplitudo Harian 16,0 16,0 14,0 R 2 = 273 14,0 R 2 = 0,85 12,0 12,0 1 1 8,0 8,0 6,0 6,0 4,0 4,0 2,0 2,0 3 3 3 3 32,0 3 33,0 3 34,0 34,5 35,0 2 2 2 2 22,0 2 23,0 2 24,0 13

BAB IV PEMBAHASAN A. Data Historis Dari data historis suhu udara maksimum dan minimum periode tahun 19 sampai dengan Bulan Juni 20, dari masing-masing data tercatat beberapa kejadian ekstrim yaitu suhu maksimum dan minimum absolut sebagai berikut : Tabel 1. Kejadian Suhu Udara Absolut Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Minimum Waktu Kejadian Suhu Terbaca Waktu Kejadian Suhu Terbaca 16 Januari 19 36,4 ºC 19 Januari 13 19,7 ºC Februari 19 36,0 ºC 07 Februari 15 19,4 ºC 20 Maret 20 36,4 ºC 29 Maret 14 19,3 ºC 25 April 23 36,6 ºC 08 April 12 20,6 ºC 24 Mei 19 36,3 ºC 24 Mei 20 17,9 ºC 28 Juni 25 37,3 ºC 28 Juni 15 17,9 ºC 16 Juli 19 36,5 ºC 27 Juli 14 15,6 ºC 16 Agustus 19 40,6 ºC 25 Agustus 12 16,7 ºC 29 September 20 38,0 ºC 13 September 11 16,2 ºC 10 Oktober 20 38,2 ºC Oktober 19 15,8 ºC 12 Nopember 20 39,9 ºC 24 Nopember 23 19,0 ºC Desember 19 38,2 ºC 19 Desember18 20,6 ºC Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa harga absolut yang pernah terjadi pada suhu maksimum adalah sebesar 40,6 ºC yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 19 dan suhu minimum sabesar 15,6 ºC yang terjadi pada tanggal 27 Juli 14. Sedangkan kejadian amplitudo harian suhu udara tertinggi dan terendah yang pernah terjadi adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kejadian Amplitudo Suhu Udara Harian Tertinggi Terendah Waktu Kejadian Amplitudo Waktu Kejadian Amplitudo 19 Januari 13 13,7 ºC 08 Januari 19 1,6 ºC 07 Februari 15 14,5 ºC Februari 19 0,6 ºC 20 Maret 20 13,4 ºC Maret 12 1,6 ºC 25 April 23 14,8 ºC 24 April 23 2,0 ºC 24 Mei 20 17,1 ºC 13 Mei 25 2,0 ºC 28 Juni 25 15,9 ºC 13 Juni 22 1,3 ºC 10 Juli 19 17,7 ºC Juli 14 2,3 ºC 16 Agustus 19 21,3 ºC Agustus 19 2,2 ºC 13 September 11 19,0 ºC 12 September 18 3,9 ºC 10 Oktober 19 18,5 ºC 30 Oktober 19 2,4 ºC 14

15 Nopember 12 17,7 ºC 12 Nopember 14 2,8 ºC Desember 19 15,1 ºC 14 Desember 23 2,0 ºC Sama seperti halnya kejadian suhu maksimum dan minimum absolut yang pernah terjadi, maka kejadian absolut dari amplitudo suhu harian maksimum terjadi pada tanggal 16 Agustus 19 sebesar 21,3 ºC dan minimum terjadi pada tanggal 1 Februari 19 sebesar 0,6 ºC. Dari catatan kejadian yang ada, maka dapat dilihat bahwa baik kejadian absolut maksimum dan minimum nilai suhu udara maupun amplitudo suhu harian semuanya terjadi pada tahun 19 dimana bersamaan dengan terjadinya fenomena El~Nino yang cukup kuat berlangsung. Dari hasil analisa data pada Grafik 1. Grafik Anomali Suhu Udara Maksimum dan Minimum Bulanan, terlihat bahwa baik suhu udara maksimum maupun minimum mulai menunjukan polayang beriringan dan berada di sekitar harga normalnya, namun sejak tahun 19 sampai dengan tahun 20 pola kedua grafik tersebut menunjukkan pola peningkatan secara berkala khususnya untuk suhu udara maksimum yang di mulai dari Bulan September sampai dengan Nopember. Hal ini memberikan gambaran bahwa selama periode musim kemarau berlangsung khususnya pada puncak musim tersebut pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober telah terjadi kenaikan suhu udara maksimum yang cukup jelas. Sedangkan untuk suhu minimum terjadi kenaikan yang hampir merata untuk setiap bulannya, hal tersebut di gambarkan pada grafik di bawah ini : Grafik 6. Perbandingan Rata-Rata Suhu Udara Periode Tahun 19-19 dan Tahun 20-20 Perbandingan Rata-Rata Suhu Udara Maksimum Perbandinga Rata-Rata Suhu Udara Minimum 36,0 26,0 34,0 24,0 32,0 22,0 3 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES 2 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES - - - - 15

B. Data Rata-Rata Bergerak 1. Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan a. Suhu udara maksimum Dari hasil analisa data pada Grafik 2. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 5 tahunan, dapat diketahui bahwa Suhu udara maksimum khusus pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli mulai mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 19 dan 19-19, sedangkan pada Bulan Agustus dan Bulan September kecenderungan kenaikan terjadi pada periode tahun 1920, sedangkan pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember sebaliknya mengalami penurunan pada periode tahun 19 dan seterusnya. b. Suhu udara minimum Dari hasil analisa pada grafik yang sama di atas, pola suhu udara minimum dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 5 tahunan ini menunjukan bahwa seperti halnya suhu udara maksimum, pola suhu udara minimum mulai menunjukan peningkatan secara hampir merata pada setiap bulannya sejak periode tahun 19-19 dan 19. Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 5 tahunan pada periode 19-14 dan 1920 Grafik 7. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Periode Tahun 19-14 dan Tahun 1920 Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Maksimum Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Minimum 0 0 0,25 0,40 0 0-0,25-0,40 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES -0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES - - 16

2. Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan a. Suhu udara maksimum Dari hasil analisa data pada Grafik 3. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 10 tahunan, dapat diketahui bahwa Suhu udara maksimum khusus pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Agustus mulai mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 19-19, sedangkan pada Bulan September sampai dengan Bulan Desember kecenderungan kenaikan terjadi terjadi lebih cepat, yaitu pada periode tahun 16-19. b. Suhu udara minimum Dari hasil analisa pada grafik yang sama di atas, pola suhu udara minimum dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 10 tahunan ini menunjukan bahwa seperti halnya suhu udara maksimum, yaitu pola suhu udara minimum pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Agustus, Nopember dan Desember mulai mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 18-19, sedangkan untuk Bulan September dan Oktober kenaikan suhu udara baru sejak tahun 10 dan meningkat drastis sampai dengan tahun 25. Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 10 tahunan pada periode 19-19 dan 1920 Grafik 8. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Periode Tahun 19-19 dan Tahun 1920 Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Maksimum Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Minimum 0,25 0,4 0 0-0,25-0,4 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES - JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES - - 17

C. Amplitudo Suhu Harian Berdasarkan hasil analisa pada Grafik 4. Grafik Anomali Amplitudo Suhu Udara Bulanan MV 5-10 tahunan, maka dapat terlihat bahwa secara umum baik dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 5 tahunan maupun 10 tahunan amplitudo suhu harian di Banjarbaru setiap bulannya pada periode 20 tahun pertama atau selama periode tahun 19-19 berada diatas harga normalnya atau memiliki nilai anomali positif, sedsangkan pada periode 10 tahun terakhir atau selama periode tahun 19 sampai dengan tahun 20 (Bulan Juni) mengalami penurunan terutama pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember. Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 5 dan 10 tahunan Amplutudo Suhu Harian pada periode 19-19 dan 1920 Grafik 9. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 dan 10 Tahunan Amplitudo Suhu Udara Harian Periode Tahun 19-19 dan Tahun 1920 Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Maksimum Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Minimum 0,75 0,75 0,25 0,25-0,25-0,25-0,75 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES -0,75 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES - - 18

BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisa data dan pembahasannya mengenai suhu udara maksimum dan minimum serta amplitudo suhu udara harian di Stasiun Klimatolohi Banjarbaru, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : A. Sepanjang periode sejak tahun 19 sampai denga Bulan Juni 25 baik suhu udara maksimum dan minimum mengalami kecenderungan untuk meningkat terutama sejak 10 tahun terakhir sejak terjadinya fenomena El~Nino pada tahun 19, hal ini dapat disebabkan oleh adanya dampak pemanasan global yang juga dirasakan diseluruh dunia maupun dalam skala lokal yang diakibatkan oleh adanya eksploitasi suber daya alam di wilayah Kalimantan Selatan seperti penabangan hutan maupun kegiatan pertambangan batu bara. B. Berbeda dengan gambaran yang diberikan oleh data suhu udara, amplitudo suhu harian sejak 10 tahun teakhir mengalami kecenderungan menurunan. Bila amplitudo suhu harian merupakan nilai perbedaan yang diberikan antara suhu maksimum dan suhu minimum, maka variasi nilai dari amplitudo suhu harian berbading lurus dengan suhu udara maksimum dan berbanding terbalik dengan suhu udara minimum. C. Hubungan antara suhu udara maksimum dengan amplitudo suhu harian memiliki korelasi sebesar 0, dan sedangkan antara suhu udara minimum dengan amplitudo suhu harian memiliki korelasi sebesar -4. Artinya bahwa baik suhu udara maksimum maupun minimum sama-sama memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap harga amplitudo suhu harian, namun bila dihubungan dengan data yang adaakan tampak bahwa terjadinya penurunan suhu udara minimum lebih berpengaruh terhadap perubahan yang dialami oleh amplitudo suhu udara harian. Hal tersebut dapat disebabkan oleh lebih tingginya suhu tanah akibat diterimanya radiasi matahari dibandingkan dengan suhu udara permukaan, yang dalam kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya pengembunan (frosty). 19