BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2005

1. Tinjauan Umum

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

meningkat % (yoy) Feb'15

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

Analisis Perkembangan Industri

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

ii Triwulan I 2012

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

Kajian Ekonomi Regional Banten

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

Laporan Ekonomi Bulanan

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga; serta meningkatnya cadangan devisa. Pada pertengahan tahun 24, stabilitas moneter mengalami tekanan eksternal berupa ekspektasi yang berlebihan terhadap perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat. Dengan kepastian bahwa perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat ke arah yang lebih ketat dilakukan secara bertahap, upayaupaya di dalam negeri untuk meningkatkan stabilitas rupiah, serta pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung lancar dan aman, stabilitas moneter di dalam negeri tetap terjaga. Kedua, sektor riil mulai bergerak tercermin dari membaiknya ekspor non-migas dan kegiatan investasi yang pada gilirannya memberi perbaikan pada sektor pertanian, industri, dan jasa-jasa. A. PEREKONOMIAN DUNIA Dalam tahun 24, perekonomian dunia diperkirakan tumbuh sebesar 5 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (3,9 persen) dan dari kecenderungan pertumbuhan jangka panjangnya (4 persen per tahun). Dilihat dari kelompok negara, pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi tersebut terutama didorong oleh negara-negara industri maju dan negaranegara emerging market, termasuk RRC. Perekonomian negara-negara industri maju tumbuh 3,6 persen, lebih tinggi dari tahun 23 (2,1 persen) dengan penggerak perekonomian AS dan Jepang yang tumbuh masingmasing 4,3 persen dan 4,4 persen. Adapun dilihat dari sisi produksi dan I - 1

permintaan, dorongan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 24 terutama digerakkan oleh memulihnya sektor industri, membaiknya konsumsi masyarakat, dan menguatnya investasi. Pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi tahun 24 meningkatkan volume dan harga komoditi perdagangan dunia. Dalam tahun 24, volume perdagangan dunia dan harga komoditi non-migas diperkirakan meningkat masing-masing 8,8 persen dan 16,8 persen, lebih tinggi dari tahun 23 yang masing-masing meningkat 5,1 persen dan 7,1 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi dunia juga mendorong permintaan dunia terhadap minyak bumi. Dengan kendala produksi pada beberapa negara pengekspor minyak termasuk Irak, Rusia, dan Venezuela, harga minyak dunia tahun 24 diperkirakan mencapai US$ 37,25 per barel. Meningkatnya permintaan dunia terhadap komoditi telah menaikkan harga komoditi ekspor Indonesia di pasar internasional. Harga ekspor karet, kopi robusta, dan minyak sawit dalam tahun 24 meningkat berturut-turut sebesar 2, persen, 24,4 persen, dan 5,9 persen dibandingkan dengan tahun 23. Kenaikan juga terjadi pada komoditi beras. Harga beras di pasar internasional, seperti beras Bangkok, dalam tahun 24 meningkat sebesar 2, persen. Perkembangan harga ekspor karet, kopi, dan minyak sawit sejak tahun 1999 dapat dilihat pada Grafik I.1. Karet, Kopi (US$ cent/lb) Grafik I.1. HARGA EKSPOR KARET, MINYAK SAWIT, KOPI 14 12 1 8 6 4 2 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Minyak Sawit Kopi Robusta Karet 7 6 5 4 3 2 1 Minyak Sawit (US$ cent/lb) I - 2

Meningkatnya perekonomian negara-negara industri maju juga tercermin dari membaiknya kinerja bursa-bursa saham di dunia. Indeks Nikkei di Jepang dan Indeks Strait Times di Singapura mencapai masingmasing 1.559 dan 1.723 pada akhir Desember 24 atau meningkat masingmasing sekitar 7,6 persen dan 17,1 persen dibandingkan akhir tahun sebelumnya. Perkembangan indeks saham sejak awal tahun 2 pada beberapa bursa terkemuka di dunia dapat dilihat pada Grafik I.2. New York Grafik I.2. INDEKS BURSA SAHAM INTERNASIONAL 12 25 11 1 9 8 7 6 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 New York Tokyo Hongkong 1825 16 1375 115 925 7 Tokyo, Hongkong Pertumbuhan ekonomi AS yang didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang longgar selama beberapa tahun terakhir telah meningkatkan defisit anggaran dan defisit neraca perdagangan AS. Sejak tahun 21, defisit anggaran dan defisit perdagangan AS meningkat masing-masing dari 1,5 persen dan 3,8 persen PDB pada tahun 21 menjadi 3,9 persen dan 5,4 persen PDB pada tahun 24. Dalam kaitan itu, sejak pertengahan tahun 24, kebijakan moneter AS memberi tekanan pada stabilitas moneter. Secara bertahap sejak triwulan II/24 suku bunga Fed Fund dinaikkan lima kali hingga menjadi 2,25 persen pada akhir tahun 24. Perubahan kebijakan ini memberi pengaruh pada perubahan nilai tukar mata uang dunia dan dalam jangka menengah diperkirakan akan menaikkan suku bunga internasional. I - 3

B. MONETER, PERBANKAN, DAN PASAR MODAL Dalam triwulan II/24, stabilitas moneter di dalam negeri mengalami tekanan berasal dari ekspektasi yang berlebihan terhadap pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia dan perubahan kebijakan moneter ke arah yang lebih ketat di Amerika Serikat. Dalam bulan Juni 24, nilai tukar rupiah sempat melemah sampai Rp 9.4,- per dolar AS. Dengan pelaksanaan pemilihan umum yang lancar dan aman, serta adanya kepastian bahwa perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat dilakukan secara bertahap, serta upaya-upaya di dalam negeri untuk meningkatkan stabilitas rupiah 1, kurs rupiah terjaga kestabilannya. Dalam keseluruhan tahun 24, rata-rata harian kurs rupiah mencapai Rp. 8.928 per dolar AS, melemah dibandingkan rata-rata keseluruhan tahun 23 yang mencapai Rp 8.572. Perkembangan kurs harian rupiah sampai akhir Desember 24 dapat dilihat pada Grafik I.3. Meningkatnya tekanan terhadap stabilitas moneter di dalam negeri mendorong pertumbuhan uang primer. Sampai akhir Desember 24, ratarata pertumbuhan uang primer setahun mencapai 2,2 persen. Meningkatnya pertumbuhan uang primer dan melemahnya nilai tukar 1 Untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia mengeluarkan Paket Kebijakan Stabilisasi Ekonomi yang mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu: (a) Kebijakan pengendalian likuiditas rupiah untuk menyerap ekses likuiditas perbankan, melalui: (i) pengaktifan kembali Fasilitas Simpanan BI (FASBI) jangka waktu 7 hari sejak 7 Juni 24; (ii) penyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) dengan merubah GMW Rupiah bank umum yang semula ditetapkan 5 persen menjadi: (ii.a) Bank dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih dari Rp 5 triliun dikenakan tambahan 3 persen sehingga menjadi 8 persen; (ii.b) Bank dengan DPK Rp 1 Rp 5 triliun dikenakan tambahan 2 persen sehingga menjadi 7 persen; (ii.c) Bank dengan DPK Rp 1 Rp 1 triliun dikenakan tambahan 1 persen sehingga menjadi 6 persen; (ii.d) Bank dengan DPK kurang dari Rp 1 triliun tidak dikenakan tambahan sehingga tetap 5 persen; (b) Penyempurnaan ketentuan kehati-hatian perbankan berkaitan dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN); dan (c) Peningkatan pemantauan permintaan valas. I - 4

rupiah selanjutnya meningkatkan laju inflasi. Dalam tahun 24, laju inflasi setahun (year-on-year) mencapai 6,4 persen, lebih tinggi dari tahun 23 (5,1 persen). Pertumbuhan uang primer dan perkembangan laju inflasi dapat dilihat pada Grafik I.4. dan Grafik I.5. Kurs (Rp/US$) Grafik I.3. KURS HARIAN RUPIAH 8 82 84 86 88 9 92 94 96 98 2-Jan-42-Mar-429-Apr-4 29-Jun-427-Aug-425-Oct-427-Dec-4 % perub thd bln yg sama thn sblmnya 35 3 25 2 15 1 5 Grafik I.4. PERTUMBUHAN UANG PRIMER Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Bulanan (%) Grafik I.5. PERKEMBANGAN LAJU INFLASI 3 2,5 2 1,5 1,5 -,5-1 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Bulanan Y-O-Y 17,5 15 12,5 1 7,5 5 2,5-2,5 Y-O-Y (%) I - 5

Meningkatnya laju inflasi dan suku bunga internasional menahan penurunan suku bunga dalam negeri. Pada akhir bulan Desember 24, suku bunga rata-rata tertimbang SBI 1 bulan mencapai 7,43 persen; naik 11 bps dibandingkan bulan Mei 24. Sejalan dengan pola ini, suku bunga deposito 1 bulan mencapai 6,43 persen pada bulan Desember 24, sedikit meningkat dibandingkan bulan April 24 (5,86 persen). Dalam pada itu, suku bunga kredit masih memiliki ruang untuk menurun. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi pada bulan Desember 24 menurun menjadi 13,4 persen dan 14,1 persen. Penurunan ini masih dimungkinkan karena selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan (spread) masih tinggi. Pada bulan Desember 24, selisih antara suku bunga kredit modal kerja dengan suku bunga deposito 3 bulan mencapai 6,7 persen; lebih tinggi dari Desember tahun 22 (4,2 persen). Perkembangan suku bunga SBI dan deposito 1 bulan serta kredit modal kerja sampai bulan Desember 24 dapat dilihat pada Grafik I.6. [%] Grafik I.6. SUKU BUNGA 22 2 18 16 14 12 1 8 6 4 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 SBI (1 bulan) Deposito 1 Bulan Krdt Mdl Krj Di sektor PERBANKAN, menurunnya suku bunga kredit mendorong penyaluran dana kepada masyarakat. Pada akhir Desember 24 jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp 553,5 triliun atau naik 26,4 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. I - 6

Penyaluran kredit relatif lebih banyak dalam bentuk kredit konsumsi. Apabila pada akhir tahun 1996, peranan kredit konsumsi hanya sekitar 1,3 persen dari total kredit, pada akhir tahun 24 meningkat menjadi 29,4 persen. Sedangkan peranan kredit investasi menurun dari 24, persen menjadi 22,8 persen dari total kredit pada kurun waktu yang sama. Disamping itu kredit properti terus menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi sejak krisis. Sampai dengan bulan Desember 24, kredit properti meningkat 43,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi sejak awal tahun 2 (y-o-y) dapat dilihat pada Grafik I.7. Kedit Modal Kerja [Rp Tril] 35 28 21 14 7 Grafik I.7. PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 2 16 12 Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi 8 4 Kredit Inv, Konsumsi [Rp Tril] Rasio penyaluran dana masyarakat terhadap penghimpunan dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio LDR) juga relatif masih rendah. Pada bulan Desember 24, LDR tercatat 5, persen; lebih tinggi dari tahun 1999 yaitu 26, persen; namun masih jauh lebih rendah dibandingkan sebelum krisis (sekitar 7 8 persen). Pada tahun 23, rasio kredit terhadap PDB meningkat menjadi 24, persen; lebih tinggi dari tahun 1999 (sekitar 2,5 persen); namun masih jauh lebih rendah dibandingkan sebelum krisis (sekitar 5 6 persen). Meskipun nilai tukar rupiah sedikit melemah dan laju inflasi sedikit meningkat, stabilitas moneter dalam tahun 24 tetap terjaga. Dengan pelaksanaan Pemilihan Umum yang berlangsung aman dan lancar, I - 7

ekspektasi masyarakat terhadap pasar modal meningkat. Pada akhir Desember 24 IHSG di BEJ meningkat menjadi 1.,3, naik 44,6 persen dibandingkan akhir tahun 23. Perkembangan IHSG di BEJ sejak awal tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.8. Grafik I.8. IHSG -BURSA EFEK JAKARTA 15 1 95 9 85 8 75 7 65 6 2-Jan-4 2-Mar-4 29-Apr-4 29-Jun-4 27-Aug-4 25-Oct-4 C. NERACA PEMBAYARAN Membaiknya perekonomian dunia meningkatkan permintaan terhadap komoditi ekspor nasional. Dalam keseluruhan tahun 24, penerimaan ekspor mencapai US$ 69,7 milliar, atau naik 11,5 persen dibandingkan tahun 23, didorong oleh ekspor migas dan non migas yang meningkat masingmasing 14,2 persen dan 1,7 persen. Meningkatnya penerimaan ekspor migas didorong oleh harga ekspor minyak mentah yang masih cukup tinggi di pasar internasional berkaitan dengan memanasnya dan belum pulihnya situasi keamanan di Timur Tengah. Dalam tahun 24, rata-rata harga ekspor minyak mentah Indonesia di pasaran internasional mencapai US$ 37,6 per barel; jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata keseluruhan tahun 23 yaitu sebesar US$ 28,8 per barel. I - 8

Membaiknya perekonomian dalam negeri meningkatkan kebutuhan impor. Dalam tahun 24, impor meningkat menjadi US$ 46,2 miliar, atau naik 39,6 persen dibandingkan tahun 23, didorong oleh impor barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal yang masing-masing meningkat 3, persen, 4,4 persen, dan 41,3 persen. Perkembangan ekspor dan impor dapat dilihat pada Grafik I.9.dan Grafik I.1. 8 Grafik I.9. PERKEMBANGAN EKSPOR US$ miliar 6 4 2 Jan '97 Jan '98 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Nonmigas Total Ekspor 5 Grafik I.1. PERKEMBANGAN IMPOR 4 US$ miliar 3 2 1 Jan '97 Jan '98 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Bh Bk/Penolong Total Impor Jan'4 Peranan pariwisata dalam menyumbang devisa kembali meningkat. Sejak triwulan III/23 arus wisatawan asing mulai pulih setelah Tragedi Bali bulan Oktober 22 serta meningkatnya ketidakamanan internasional berkaitan dengan merebaknya aksi terorisme di beberapa belahan dunia sejak September 21. Pada bulan awal September 24, terjadi ledakan bom di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Langkah-langkah pengamanan yang dilakukan pasca tragedi bom tersebut telah mengurangi I - 9

dampak negatif terhadap arus pariwisata. Selama tahun 24 arus wisatawan asing yang masuk melalui 13 pintu utama meningkat 23, persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan arus wisatawan asing sampai dengan triwulan IV/24 dapat dilihat pada Grafik I.11. Grafik I.11. ARUS WISATAWAN ASING 13 12 11 1 9 8 7 6 21:1 22:1 23:1 24:1 5 45 4 35 3 25 2 15 Ngurah Rai 13 Pintu Masuk Dengan meningkatnya kebutuhan impor dalam tahun 24, surplus neraca transaksi berjalan menurun menjadi US$ 5,2 miliar. Selanjutnya pada neraca transaksi modal dan finansial tercatat surplus sekitar US$ 1,4 miliar, terutama didorong oleh investasi portfolio sebesar US$ 3 miliar dan investasi langsung (neto) sebesar US$,5 miliar. Pada akhir Desember 24 jumlah cadangan devisa mencapai US$ 36,3 miliar. Dalam keseluruhan tahun 24, kondisi neraca pembayaran tetap aman. Kondisi neraca pembayaran sampai tahun 24 dapat dilihat pada Tabel I.1. D. KEUANGAN NEGARA Sebagai pelaksanaan dari konsolidasi fiskal, pendapatan negara pada tahun 23 mencapai 16,4 persen PDB atau lebih besar dibandingkan APBN 22 yaitu sekitar 15,8 persen PDB didorong oleh meningkatnya penerimaan pajak penghasilan bukan migas dari 4,5 persen PDB pada tahun 22 menjadi 5, persen PDB tahun 23. Di sisi belanja negara, pengeluaran negara pada tahun 23 meningkat menjadi 18,1 persen PDB, lebih tinggi dari APBN 22 yaitu sekitar 17,2 persen PDB, didorong oleh kenaikan pengeluaran pembangunan dan belanja daerah masing-masing dari 2, I - 1

persen PDB dan 5,2 persen PDB pada tahun 22 menjadi 3,2 persen PDB dan 5,7 persen PDB pada tahun 23. Transaksi Berjalan Tabel I.1. NERACA PEMBAYARAN (US$ miliar) 2 21 22 23 8, 6,9 7,8 7,2 Twln. I -,5 24 Twl. II Twl. III 1,4 2,9 Twl. IV 1,4 Transaksi Modal dan Finansial Transaksi Modal Transaksi Finansial Investasi Langsung Investasi Portfolio Investasi Lainnya -7,9 - -4,6-1,9-1,4-7,6 - -3, -,2-4,4-1,1 -,1 1,2-2,5 -,9 - -,6 2,3-2,6 1,4 -,4,8,2-1,1 -,1 -, -1,1,7 -,1,9 -,3,3 - -,1 1,3 -,9 Total Selisih Perhitungan Lalu Lintas Moneter1) 1,2 3,8-3,9 -,7 1,7-1, 6,7-1,7-5, 6,3-2,6-3,7 1,,4-1,4,3-2,3-1,4 3,6-3,6 1,9 1,8, -, Memorandum Item Cadangan Devisa Sumber: Bank Indonesia 29,4 28, 29,3 27,5 32,6 34,1 34,8 36,3 Dengan perkembangan tersebut, rasio defisit APBN terhadap PDB pada tahun 23 menjadi 1,7 persen PDB; sedikit lebih tinggi dibandingkan APBN 22 sekitar 1,4 persen PDB. Utang pemerintah dapat ditekan menjadi 58,3 persen PDB pada tahun 23. Secara umum ketahanan fiskal diperkirakan tetap terjaga sehingga memberikan landasan yang kuat untuk penyusunan APBN ke depan. Terjaganya stabilitas moneter, fiskal, neraca pembayaran, dan cadangan devisa meningkatkan kepercayaan masyarakat luar negeri. Ini tercermin dari naiknya peringkat utang jangka panjang pemerintah dalam valuta asing dari B menjadi B+ dan peringkat utang jangka panjang dalam mata uang lokal naik dua peringkat dari B+ menjadi BB pada Desember 24. Sementara utang jangka pendek baik dalam valuta asing mata uang lokal tetap dalam peringkat B dengan outlook positif. Kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor s ini didasarkan kepercayaan bahwa pemerintah dapat meneruskan arah konsolidasi fiskal. I - 11

E. PERTUMBUHAN EKONOMI Dalam keseluruhan tahun 24, perekonomian tumbuh sebesar 5,1 persen terutama didorong oleh konsumsi masyarakat dan pembentukan modal tetap bruto yang meningkat masing-masing sebesar 4,9 persen dan 15,7 persen. Sedangkan dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi dalam tahun 24 didorong oleh sektor pertanian dan industri yang masingmasing tumbuh sebesar 4,1 persen dan 6,2 persen; sedangkan sektor lainnya tumbuh sebesar 4,9 persen. Ringkasan pertumbuhan ekonomi tahun 21 sampai tahun 24 dapat dilihat pada Tabel I.2. Tabel I.2. RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 21-24 21 22 23 PDB 3,8 4,4 4,9 PDB Migas -5,3-1,3-2,9 PDB Non-Migas 5,1 5,1 5,8 1. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan 4,1 3,2 4,3 2. Pertambangan dan penggalian,3 1, -,9 3. Industri pengolahan 3,3 5,3 5,3 4. Listrik, gas dan air bersih 7,9 8,9 5,9 5. Bangunan 4,6 5,5 6,7 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,4 3,9 5,3 7. Pengangkutan dan komunikasi 8,1 8,4 11,6 8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 6,6 6,4 7, 9. Jasa-jasa 3,2 3,8 3,9 1. Konsumsi Rumah Tangga 3,5 3,8 3,9 2. Konsumsi Pemerintah 7,6 13, 1, 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,5 4,7 1, 4. Ekspor Barang dan Jasa,6-1,2 8,2 5. Impor Barang dan Jasa 4,2-4,2 2,7 Sumber: BPS 24 5,1-4,4 6,2 4,1-4,6 6,2 5,9 8,2 5,8 12,7 7,7 4,9 4,9 1,9 15,7 8,2 24,9 Tingginya pertumbuhan sektor pertanian terutama didorong oleh subsektor perikanan, peternakan, dan perkebunan yang tumbuh masingmasing sebesar 5,6 persen, 4,7 persen, dan 4,6 persen. Sementara itu, sub- I - 12

sektor tanaman pangan dan kehutanan tumbuh sebesar 3,7 persen dan 1,5 persen. Membaiknya sub-sektor tanaman pangan antara lain juga didorong oleh produksi beras yang meningkat 3,7 persen terutama didorong oleh meningkatnya luas tanaman padi dari 11,5 juta hektar pada tahun 23 menjadi 11,9 juta hektar pada tahun 24. Sementara itu pertumbuhan industri pengolahan terutama didorong oleh sub-sektor industri alat angkut, mesin, dan peralatan; industri barang lainnya; industri semen, barang galian, dan bukan logam; serta industri pupuk, kimia, dan barang dari karet yang masing-masing tumbuh sebesar 17,7 persen, 15,2 persen, 9,6 persen, dan 9,1 persen. Dengan perkembangan tersebut, PDB per kapita pada tahun 24 mencapai US$ 1.182; sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat sebelum krisis (tahun 1996 sebesar US$ 1.166) dan secara riil meningkat sekitar 13,6 persen dibandingkan dengan tahun 2. Perkembangan PDB per kapita tahun 2 24 dapat dilihat pada Grafik I.12. Nominal, Riil (Rp. Ribu) 12 1 8 6 4 2 Grafik I.12. PRODUK DOMESTIK BRUTO PER KAPITA 2 21 22 23 24 12 1 8 6 4 2 Nominal (US$) Rp. Rb (Nom) US$ (Nom) Rp Rb (Konstan 2) Meningkatnya konsumsi rumah tangga antara lain tercermin meningkatnya kepercayaan konsumen. Dalam bulan Oktober 23, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute, mencapai 92,3; meningkat dari 82,3 pada bulan Februari 23; didorong oleh kenaikan Indeks Situasi Sekarang (ISS) dan Indeks I - 13

Ekspektasi (IE) yang masing-masing mencapai 74,2 dan 15,9. Perkembangan IKK dapat dilihat pada Grafik I.13. 15 13 11 9 7 Grafik I.13. INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN 5 Okt-99 Jul- Apr-1 Jan-2 Okt-2 Jul-3 Apr-4 IKK ISS IE Terjaganya rasa aman selama pelaksanaan Pemilihan Umum memberi dorongan pada konsumsi masyarakat. Meningkatnya konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari tingginya pertumbuhan kredit konsumsi serta penjualan mobil dan sepeda motor. Dalam tahun 24, penjualan mobil dan sepeda motor meningkat masing-masing 36,3 persen dan 38,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan penjualan mobil dan sepeda motor telah melebihi tingkat sebelum krisis sebagaimana dapat dilihat pada Grafik I.14. Mobil (ribu unit) 6 48 36 24 12 Grafik I.14. PENJUALAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR Jan '97Jan '98Jan '99Jan' Jan' 1Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Mobil Sepeda Motor 4 32 24 16 8 Sepeda motor (ribu unit) I - 14

Mulai meningkatnya investasi juga tercermin dari naiknya impor barang modal serta meningkatnya penjualan semen dan listrik. Dalam tahun 24, impor barang modal naik sebesar 41,3 persen; sedangkan penjualan semen dan listrik naik masing-masing sebesar 11,6 persen dan 1,4 persen. Perkembangan penjualan semen sampai dengan Desember tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.15. 4 Grafik I.15. PENJUALAN SEMEN Semen (juta ton) 3 2 1 Jan '97 Jan '98 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Mulai meningkatnya kegiatan usaha juga tercermin dari membaiknya sentimen bisnis. Indeks Sentimen Bisnis (ISB), yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute, menunjukkan perkembangan yang meningkat sejak bulan Mei 24. Pada bulan September 24, ISB mencapai 113,9; tertinggi sejak bulan Agustus 21; didorong oleh kenaikan ISS dan IE yang masing-masing mencapai 17,5 dan 12,2. Perkembangan ISB dapat dilihat pada Grafik I.16. 14 13 12 11 1 9 Grafik I.16. INDEKS SENTIMEN BISNIS 8 Nov 99 Sep Jul 1 Mei 2 Mar 3 Jan 4 ISB ISS IE I - 15

Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen, struktur ekonomi Indonesia tahun 24 didukung oleh sektor pertanian sebesar 15,4 persen, sektor industri sebesar 28,3 persen, dan sektor-sektor lainnya sebesar 56,3 persen. Struktur ekonomi tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.17. Grafik I.17. STRUKTUR EKONOMI TAHUN 24 Pertanian (15,39%) Lainnya (56,27%) Industri (28,34%) Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah belum mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai guna menampung tambahan angkatan kerja serta pengangguran yang ada. Pengangguran terbuka yang dalam tahun 1997 berjumlah 4,2 juta orang (4,7 persen dari total angkatan kerja), meningkat menjadi 9,8 juta orang (9,6 persen dari total angkatan kerja) pada tahun 23 dan meningkat lagi menjadi 1,3 juta orang (9,9 persen) pada tahun 24. Lebih lanjut dari total pengangguran terbuka pada tahun 24 tersebut, sekitar 61 persen berada di Jawa (termasuk DKI Jaya, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Banten). Distribusi pengangguran terbuka pada tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.18. Lambatnya pemulihan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum dapat diturunkan pada tingkat sebelum krisis. Berdasarkan hasil Susenas tahun 22, jumlah penduduk miskin mencapai 38,4 juta jiwa (18,2 persen); lebih besar dari jumlah penduduk miskin tahun 1996 yaitu sekitar 34,5 juta jiwa (17,7 persen). Dalam tahun 23, persentase penduduk miskin membaik I - 16

pada tingkat sebelum krisis (17,4 persen); namun masih mencakup jumlah yang besar yaitu sekitar 37,3 juta jiwa. Selanjutnya pada tahun 24 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 36,1 juta jiwa atau sekitar 16,6 persen jumlah penduduk. Grafik I.18. DISTRIBUSI PENGANGGURAN TERBUKA Orang 7 6 5 4 3 2 1 Jawa Luar Jawa 7 6 5 4 3 2 1 % Total Pengangguran Terbuka I - 17