Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

Metodologi Penelitian

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI PERMANGANOMETRI

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

Sophie Damayanti / SF ITB

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

MODUL 9. Satuan Pendidikan : SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

Sulistyani, M.Si.

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

Disampaikan pada Mata Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan ke 3 & 4.

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Kation

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

Tinjauan Pustaka. Tabel II. 1 Hubungan oksidator, reduktor dan perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi bertambah pelepasan elektron

Kimia Analitik I (M. Situmorang) Halaman i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

Reaksi dalam larutan berair

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

LOGO TEORI ASAM BASA

BAB I A. LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi)

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

REAKSI REDOKS dan ELEKTROKIMIA

Oksidasi dan Reduksi

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Standarisasi Larutan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

Pemisahan dengan Pengendapan

LOGO Analisis Kation

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

Reaksi Oksidasi-Reduksi

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

Elektrokimia. Sel Volta

VOLUMETRI / TITRIMETRI

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

REAKSI REDUKSI-OKSIDASI (REAKSI REDOKS)

Handout. Bahan Ajar Korosi

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

TITRASI PERMANGANOMETRI

TITRASI POTENSIOMETRI

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang benar-benar murni. Bahan-bahan yang larut selalu terdapat didalamnya,

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

Analisis Kation Golongan III

Transkripsi:

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI DISUSUN OLEH : Kel IV Dahlia 081304028 Yuliyta Samara 081304038 Andi Ayyub Ansar 081304014 Arianto 081304074 Muh. Rizal Hardiansyah 081304058 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2009

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunianya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah Kimia Analitik I yang berjudul Permanganometri Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Makassar, 04 Desember 2009 Kel IV 2

DAFTAR ISI Kata Pengantar 1 Daftar Isi... 2 Bab I Pendahuluan..3 Bab II Pembahasan A. Reagenreagen yang Dipergunakan untuk Reaksireaksi Redoks...4 B. Analisa Permanganometri.5 C. PenentuanPenentuan dengan Permanganat 10 Bab III Penutup Kesimpulan...13 Daftar Pustaka 14 3

BAB I PENDAHULUAN Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron). Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasireduksi antara analit dengan titran. Reaksireaksi kimia yang melibatkan oksidasireduksi dipergunakan secara luas dalam analisa titrimetrik. Ionion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbedabeda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksireaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapanpenerapannya cukup banyak. Dikenal bermacammacam titrasi redoks, yaitu Permanganometri, Dikromatometri, Serimetri, Iodoiodimetri, dan Bromatometri. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai titrasi redoks Permanganometri, yaitu standarisasi dan penerapannya dalam penentuan besi di dalam bijihbijih besi. 4

BAB II PEMABAHASAN A. Reagenreagen yang Dipergunakan untuk Reaksireaksi Redoks Dalam banyak prosedur analitis, analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus dikonversi menjadi satu kondisi oksidasi tunggal sebelum titrasi. Sebuah contoh sering kita jumpai adalah penentuan besi dalam bijih besi. Begitu bijih besi tersebut dilarutkan, besi akan hadir baik dalam keadaan oksidasi +2 maupun keadaan oksidasi +3. Besi tersebut harus direduksi seluruhnya ke kondisi +2 sebelum penititrasian dengan sebuah larutan standar dari sebuah agen pengoksidasi. Reagen redoks yang dipergunakan dalam langkah pendahuluan ini harus dapat mengkonversi analit dengan cepat dan sempurna ke dalam kondisi oksidasi yang diinginkan. Kelebihan dari reagen ini biasanya ditambahkan, dan kita harus dapat membuang kelebihan tersebut sehingga kelebihan tersebut tidak beraksi dengan titrannya dalam titrasi selanjutnya (Underwood, 2002). Berikut ini adalah beberapa jenis reagen yang biasa dipergunakan dalam langkahlangkah pendahuluan 1. AgenAgen Pengoksidasi : a. Natrium dan Hidrogen Peroksida b. Kalium dan Amonium Peroksodisulfat c. Natrium Bismutat 2. AgenAgen Pereduksi : a. Sulfur Dioksida dan Hidrogen Sulfida b. Timah(II) Klorida c. Metal dan Alloy (Underwood, 2002). 5

B. Analisa Permanganometri Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO 4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Anonim, 2009). 1. Sifatsifat Kalium Permanganat Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan hadir dalam kondisikondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutanlarutan yang bersifat amat asam, 0,1 N atau lebih besar. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan dan penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Underwood, 2002). Kalium permanganat, selain sebagai oksidator dalam suasana asam, juga dapat berlangsung dalam suasana basa maupun netral. Dalam suasana asam atau [H + ] 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi : 6

MnO 4 + 8H + + 5e Mn 2+ + 4H 2 O E o = 1,51 Volt Dalam suasana basa, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau seperti reaksi berikut : MnO 4 + e 2 MnO 4 E o = 0,56 Volt Dalam suasana netral, MnO4 direduksi menjadi MnO 2 yang mengendap. Reaksinya MnO 4 + 4H + + 3e 3MnO 2 + H 2 O E o = 1,70 V (Annisanfushie, 2008). Reaksi dalam suasana alkalis : MnO 4 2 + 3e MnO 4 2 MnO 4 + 2H 2 O + 2e MnO 2 + 4OH MnO 4 + 2H 2 O + 3e MnO 2 + 4OH (Dinda, 2008). Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada ph Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi : 2MnO 4 + 10Cl + 16H + 2Mn 2+ + 5Cl 2 + 8H 2 O dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garamgaram besi, kecuali jika tindakantindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terusmenerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal (Annisanfushie, 2008). 7

2. Standarisasi Kalium Permanganat Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan baku KMnO 4 dibuat dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian endapan MnO 2 yang terbentuk disaring, lalu dibakukan dengan zat baku utama (larutan standar primer) (Rivai, 1994). Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejakjejak dari MnO 2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejakjejak dari agenagen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristalkristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO 2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan (Dinda, 2008). Ada beberapa standar primer untuk standarisasi permanganat, yaitu : Arsen (III) Oksida Senyawa As 2 O 3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutanlarutan permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopis, dan tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam larutan Natrium hidroksida, dan larutan kemudian diasamkan dengan asam klorida dengna titrasi permanganat : 5HAsO 2 + 2MnO 4 + 6H + 2H 2 O 2Mn 2+ + 5H 3 AsO 4 8

Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan terkecuali sebuah katalis ditambahkan. Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO 3, dan iodin monoklorida, ICl, telah dipergunakan sebagai katalis. Natrium Oksalat Senyawa ini, Na 2 C 2 O 4, juga merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit, dan meskipun banyak penyelidikan telah dilakukan, mekanisme tapatnya tidak pernah jelas. Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai 60 o C. Bahkan pada suhu tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana ada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen persamaan reaksi yamg terjadi : 5C 2 O 4 + 2MnO 4 + 16H + 10CO 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi dengan arsen (II) 9

oksida, antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan. Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl yang menyebabkan terbentuknya gas klor dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan reagensia ini (Annisanfushie, 2008). Besi Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai sebuah standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Jika larutannya kemudian dititrasi dengan permanganat, cukup banyak ion klorida yang dioksidasi selain besi (II). Oksida dari ion klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan ini disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan di dalam oksidasi dari As 2 O 3 atau pun Na 2 C 2 O 4 dalam larutan asam klorida. Sebuah larutan dari mangan(ii) sulfat, asam sulfat, dan asam fosfat, disebut larutan pencegah, atau larutan ZimmermanReinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi(iii) dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi(iii) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini 10

tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas (Underwood, 2002). C. PenentuanPenentuan dengan Permanganat Larutan baku permanganat dapat dipakai untuk penentuan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor. Beberapa di antara reduktor tersebut bereaksi dengan permanganat menurut persaman reaksi berikut: 5Fe 2+ + MnO 4 + 8H + 5Fe 3+ + Mn 2+ + 4H 2 O 5H 2 O 2 + 2MnO 4 + 6H + 5O 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O 5NO 2 + 2MnO 4 + 6H + 5NO 3 + 2Mn 2+ + 3H 2 O 5HSO 3 + 2MnO 4 + H + 5SO 4 + 2Mn 2+ 3H 2 O 5H 3 AsO 3 + 2MnO 4 + H + 5H 2 AsO 4 + 2Mn2+ + 3H 2 O Tanda panah ke arah bawah mendahului ion permanganat dalam persamaan reaksi di atas menunjukan bahwa ion permanganat sebagai pentiter. Selain itu, ionion logam yang berada dalam keadaan oksidasi yang rendah dapat pula dititrasi dengan permanganat. Misalnya, Ti 3+ menjadi Ti 4+, Fe 2+ menjadi Fe 3+, VO 2+ + menjadi VO 2 dan sebagainya (Rivai, 1994). Penentuan Besi di dalam Bijihbijih Besi Penentuan besi dalam bijihbijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting dari titrasititrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan bijihbijih besi adalah asam klorida, dan timah(ii) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses pelarutan. Sebelum titrasi dengan permanganat setiap besi(iii) harus direduksi menjadi besi(ii). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor Jones atau dengan timah(ii) klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat, mengingat tidak ada ion klorida yang masuk. Jika larutannya mengandung asam klorida, seperti yang sering terjadi, reduksi dengan timah(ii) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan ke dalam sebuah larutan panas dari sampelnya, dan 11

perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi(iii): Sn 2+ + 2Fe 3+ Sn 4+ + 2Fe 2+ Sedikit kelebihan timah(ii) klorida ditambahkan untuk memastikan selesainya reduksi. Kelebihan ini dihilangkan dengan permanganat melalui titrasi. Untuk tujuan ini, larutan tersebut didinginkan, dan rakssa(ii) klorida ditambahkan secara cepat untuk mengoksidasi kelebihan ion timah(ii) : 2HgCl 2 + Sn 2+ Hg 2 Cl 2 (s) + Sn 4+ + 2Cl Besi(II) tidak dioksidasi oleh rakasa(ii) klorida. Endapan dari raksa(i) klorida, jika kecil, tidak akan mengganggu titrasi lanjutannnya. Namun demuikian, jika timah(ii) klorida yang ditambahkan terlalu banyak raksa(i) klorida dapat direduksi lebuih lanjut manjadi raksa yang bebas : Hg 2 Cl 2 (s) + Sn 2+ 2Hg(l) + 2Cl + Sn 4+ Raksa, yang dihasilkan dalam keadaan yang dengan terbagi baik pada kondisikondisi ini, menyebabkan endapannya tampak berwarna abuabu hingga hitam. Jika endapannya gelap, sampel tersebut harus dibuang, karena raksa, dalam keadaan yang terbagi dengan baik, akan teroksidasi selama titrasi. Kecenderungan untuk mengalami reduksi lebih lanjut dari Hg 2 Cl 2 akan sangat berkurang jika larutan tersebut dingin dan HgCl 2 ditambahkan secara cepat. Tentu saja jika SnCl 2 yang ditambahkan tidak mencukupi, tidak ada endapan Hg 2 Cl 2 yang akan didapat. Dalam kasus ini sampel harus dibuang. Timah(II) klorida biasanya dipergunakan untuk mereduksi besi dalam sampelsampel yang telah dilarutkan dalam asam klorida. Larutan pencegah ZimmermannReindhardt lalu ditambahkan jika titrasi akan dilakukan dengan permanganat (Underwood, 2002). 12

Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ionion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg(I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H 2 SO 4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ionion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO 4 (Anonim, 2009). Sumbersumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO 4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO 2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO 4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H 2 C 2 O 4 Pemberian KMnO 4 yang terlalu cepat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO 4 dengan Mn2+ : MnO 4 + 3Mn 2+ + 2H 2 O 5MnO 2 + 4H + Penambahan KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H 2 C 2 O 4 Pemberian KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah ditambahkan H 2 SO 4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air : H 2 C 2 O 4 + O 2 H 2 O 2 + 2CO 2 (Anonim, 2009). 13

BAB III KESIMPULAN Dikenal bermacammacam titrasi redoks, yaitu Permanganometri, Dikromatometri, Serimetri, Iodoiodimetri, dan Bromatometri. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai titrasi redoks Permanganometri. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu Natrium Oksalat, Na 2 C 2 O 4, merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam persamaan reaksi yamg terjadi : 5C 2 O 4 + 2MnO 4 + 16H + 10CO 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O Penentuan besi dalam bijihbijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting dari titrasititrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan bijihbijih besi adalah asam klorida, dan timah(ii) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses pelarutan. 14

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Permanganometri. http://id.wikipedia.org/wiki/permanganometri Diakses pada tanggal 05 November 2009. Annisanfushie. 2008. Permanganometri. http://id.wordpress.com/tag/kimiaanalitikii/ Diakses pada tanggal 05 November 2009. Dinda. 2008. Permanganometri. http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/permanganometri.html Diakses pada tanggal 05 November 2009. Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia : Jakarta. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif., Edisi keenam. Erlangga : Jakarta. 15