BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

dokumen-dokumen yang mirip
3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK


PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

Katalog BPS:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

Katalog :

pareparekota.bps.go.id

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan

Sekapur Sirih. Metro, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Metro. Muhammad Sholihin, SE., MM.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat hal ini

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

SEKAPUR SIRIH. Bengkulu, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Bengkulu. Isbullah,SE

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU


I. PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Penduduk dan Tenaga Kerja

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

Provinsi Jawa Tengah

Sekapur Sirih. Batam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Batam. Endang Retno Srisubiyandani, S.Si

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Kesejahteraan Masyarakat dan Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya, yaitu hati, akal dan fisiknya. Dengan hati manusia dapat bertekad, dengan akal dapat berpengetahuan dan berwawasan dan dengan fisik manusia dapat bekerja dan bergerak. Ketiga potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Menurut Van den Daele ada dua proses perubahan yang terjadi secara bersamaan selama kehidupan manusia itu berlangsung, yaitu proses perkembangan dan perubahan mendasar akibat pengaruh internalisasi dan eksternalisasi pada manusia itu sendiri. Kesadaran untuk mengubah dirinya sendiri merupakan hal terpenting dalam pembangunan manusia yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk partisipasi masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya. Kondisi pembanguan manusia pada representasinya dapat dinilai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), walaupun pada kenyataannya IPM yang terdiri dari beberapa indeks komposit sangat mustahil dapat menilai pembangunan manusia dalam arti yang sangat luas. Perlu dipahami bahwa investasi pembangunan manusia adalah investasi pembangunan jangka panjang, hasilnya tidak dapat dirasakan secara cepat dan langsung. Kemajuan pembangunan manusia sesungguhnya ditujukan untuk manusia dan oleh manusia. Partisipasi/gotong royong akan mempercepat proses pembangunan manusia. Dengan partisipasi/gotong royong merupakan modal sosial yang tinggi, masyarakat akan lebih mudah menyelesaikan berbagai problem kolektif yang mereka hadapi. Partisipasi/gotong royong akan memberikan energi kolektif untuk dapat mendorong roda perubahan yang cepat di tengah masyarakat dan IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 17

memperluas kesadaran bersama bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk memperbaiki kesejahteraan dan mutu kehidupan secara bersama-sama serta bertanggung jawab atas kenyamanan, kebersihan, dan keamanan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka akan memiliki daya tangkal yang tinggi terhadap berbagai gangguan dan dampaknya akan lebih aman dari berbagai tindak kriminalitas. Pada bahasan berikut disajikan beberapa karakteristik pembangunan manusia yang mencakup kondisi penduduk dan rumahtangga di Kabupaten Subang yang dapat memberi gambaran secara umum kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Subang, sehingga dapat memunculkan upaya yang lebih kuat dari berbagai komponen masyarakat Kabupaten Subang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai indikator pembangunan dasar, seperti kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli. Kabupaten Subang berada di sebelah utara Jawa Barat, mempunyai potensi geografis yang cukup tinggi. Wilayah Kabupaten Subang terdiri dari tiga tofologi wilayah, yaitu pegunungan, pedataran dan pantai. Hal ini menjadikan Kabupaten Subang memiliki penduduk yang mempunyai adat istiadat, karakter, dan permasalahan yang berbeda. Jumlah penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 mencapai 1.465.157 orang, dengan rincian 739.923 laki-laki dan 725.234 perempuan dengan sex ratio 102. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Subang antar sensus Tahun 2000-2010 mencapai 0,97 persen. Kabupaten Subang pertumbuhan penduduknya masih relatif rendah, merupakan indikasi bahwa Kabupaten Subang bukan merupakan daerah tujuan urbanisasi. Kebijakan pemerintah yang memposisikan Kabupaten Subang sebagai salah satu lumbung padi Jawa Barat, juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk serta kepadatan penduduk di wilayah ini. Penduduk berjumlah besar sekaligus berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun penduduk yang berjumlah besar tanpa diupayakan pengembangan IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 18

kualitasnya akan menjadi beban bagi pembangunan yang seharusnya dinikmati oleh keseluruhan penduduk tersebut. Penduduk, baik yang menetap maupun penduduk komuter pada dasarnya hidup dan berinteraksi mulai dalam masing-masing kelompoknya, dan pada akhirnya bersosialisasi dengan lingkungan dan berinteraksi dengan kelompokkelompok lainnya. Namun demikian, pada dasarnya setiap penduduk akan lebih banyak berinteraksi dengan penduduk lain baik menurut kelompok etnis, kelompok budaya, kelompok kepentingan, kelompok profesi, dan sebagainya. Menghadapi kondisi demikian, maka pembangunan sumberdaya manusia harus dilakukan melalui pendekatan kultural yang dimulai dari kelompok-kelompok yang ada. Hal demikian dimaksudkan untuk mendorong pembentukan norma dan nilai tradisi yang bersifat guyub, dimana pada gilirannya dapat mendorong perwujudan masyarakat madani, yang merupakan landasan bagi tercapainya sasaran untuk mewujudkan kerangka dasar yang mantap bagi kehidupan warga Kabupaten Subang. Untuk mendorong tercapainya sasaran tersebut, dalam Program Pembangunan Daerah Kabupaten Subang telah digariskan berbagai program yang terkait dengan pembangunan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk diimplementasikan dalam pembangunan daerah pada setiap tahunnya. Dalam rencana Pembangunan Tahunan Kabupaten Subang mendatang, program-program yang harus terkandung dalam masing-masing program pada bidang pembangunan kualitas sumber daya manusia antara lain dengan pengendalian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 19

3.2. Kependudukan Tiga hal pokok yang merupakan komponen utama terbentuknya suatu negara adalah : penduduk, wilayah dan pemerintahan. Tiga hal pokok tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Mustahil suatu negara akan terbentuk apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut dihilangkan. Karakteristik yang paling mewakili dalam menentukan gambaran suatu wilayah adalah masalah kependudukan. karena penduduk sebagai subyek pokok suatu wilayah merupakan komponen yang selalu mengalami perkembangan (dinamic component) dari waktu ke waktu. Dalam pembangunan, penduduk merupakan sumberdaya sekaligus pasar bagi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, banyaknya penduduk adalah merupakan keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi (keberhasilan China, India dan Indonesia yang sanggup bertahan pada krisis ekonomi 2008), akan tetapi banyaknya penduduk akan menjadi bumerang apabila tidak dikelola dengan tepat. Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan masalah apabila tidak terkendali. Program keluarga Berencana yang digulirkan sejak masa orde baru setidaknya telah berhasil mengendalikan pertumbuhan penduduk di Indonesia, akan tetapi keberhasilan ini tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kualitas penduduk secara keseluruhan. Distribusi penduduk akan menggambarkan optimaslisasi pengembangan wilayah. Wilayah yang padat penduduk bisa mengindikasikan dua hal, yaitu adanya magnet ekonomi pada wilayah tersebut (terdapat daya tarik ekonomi sehingga banyak penduduk wilayah lain yang pindah pada wilayah tersebut) atau kegagalan wilayah tersebut dalam pengendalian penduduk, dan untuk menentukannya perlu kajian yang lebih mendalam. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 20

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun 2000-2010-2012 Komponen SP2000 SP2010 2012 [1] [2] [3] [4] Penduduk 1 329 838 1 465 157 1 501 647 LPP 1.01 0.97 0.64 Kepadatan 648 714 732 Sumber : Sensus Penduduk (SP) dan Survei IPM 2012 Penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2012 ini berjumlah 1.501.647 orang, dengan rincian 759.408 laki-laki dan 742.239 perempuan dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0.64 persen, sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk antar Sensus (SP2000-SP2010) rata rata pertahun sebesar 0,97 persen. Dengan luas Kabupaten Subang sebesar 2051,76 km 2, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2012 mencapai 732 jiwa/km 2. Pertumbuhan penduduk selalu dipengaruhi oleh faktor tingkat kelahiran/kematian dan migrasi (perpindahan penduduk antar kabupaten). Untuk menghindari permasalah yang kompleks akibat tingginya kepadatan penduduk maka pengendalian penduduk melalui berbagai cara yang tepat tentunya harus dilakukan. Laju urbanisasi yang tinggi yang mengakibatkan permasalahan sosial di daerah perkotaan juga harus ditekan, karena selain menimbulkan masalah sosial di daerah perkotaan, urbanisasi juga meninggalkan ruang kosong dipedesaan (banyak lahan garapan yang tidak tergarap secara optimal dan berkurangnya sumberdaya manusia berkualitas di pedesaan). 3.3. Pendidikan Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan. karena pelaksanaan pembangunan tidak cukup mengandalkan kepada sumber daya alam (SDA) saja, IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 21

tetapi juga harus meningkatkan sumber daya manusianya (SDM). Suatu wilayah yang mempunyai kepadatan yang tinggi tanpa dibarengi dengan mutu SDM yang tinggi maka akan menimbulkan kerawanan sosial atau bahkan penduduk tersebut akan menjadi beban pembangunan. Jalur yang paling realistis untuk meningkatkan SDM adalah jalur pendidikan. Sejak tahun 1994 Pemerintah telah melakukan kebijakan untuk perbaikan dunia pendidikan yaitu dengan dicanangkannya Program Wajib Belajar sembilan tahun. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang menggembirakan karena kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang setinggi tingginya bagi seluruh rakyat semakin terbuka. Perkembangan mutu pendidikan penduduk Kabupaten Subang salah satunya dapat dilihat dari kemampuan baca/tulis, pendidikan yang ditamatkan dan lain-lain. Tabel 3.2. Jumlah dan Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Kabupaten Subang Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian Membaca Dan Menulis Tahun 2012 Dapat Membaca dan Menulis Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Huruf Latin 587 283 94.13 544 642 88.68 1 131 925 91.43 Huruf Lainnya 1 296 0.21 2 041 0.33 3 337 0.27 Tidak Dapat 35 325 5.66 67 476 10.99 102 801 8.30 Sumber : Survei IPM 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 22

Dari hasil survei IPM tahun 2012 dapat diperoleh gambaran bahwa penduduk 10 tahun ke atas di kabupaten Subang yang dapat membaca dan menulis huruf latin sebesar 91.43 persen, huruf lainnya 0.27 persen, sedangkan yang tidak dapat membaca dan menulis sebesar 8.30 persen seperti terlihat pada tabel 3.2. Bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan tabel 3.3 penduduk Kabupaten Subang masih terbesar di tamatan SD/MI sebesar 39.25 persen, SLP/MTs sederajat 19.48 persen. Tabel 3.3. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Kabupaten Subang Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2012 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan [1] [2] [3] [4] Tidak/Belum Pernah Sekolah 2.03 7.70 4.84 Tidak/Belum Tamat SD 19.02 22.91 20.95 SD/MI 40.10 38.39 39.25 SLTP/MTSn Sederajat 20.54 18.40 19.48 SLTA Sederajat 14.86 10.09 12.50 D1/D2 0.44 0.38 0.41 D3/Sarmud 0.59 0.64 0.61 D4/S1 Keatas 2.46 1.48 1.97 Jumlah 100.00 100.00 100.00 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 23

3.4. Ketenagakerjaan Konsep usia kerja yang dipakai disini adalah 10 tahun ke atas, walaupun kadang untuk hal-hal tertentu dipakai usia 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja dibagi kedalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, dimana angkatan kerja itu sendiri dibedakan lagi menjadi penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan. Sejalan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, secara otomatis angkatan kerja pun terus meningkat. Pertambahan tersebut seharusnya diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja baru. Namun hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena berbagai faktor yang merupakan kendala dalam penciptaan lapangan kerja baru. Tentunya yang menjadi fokus perhatian adalah penduduk usia kerja yang masuk kategori angkatan kerja, karena kelompok ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi terhadap pasar tenaga kerja. Perubahan yang terjadi pada kelompok ini akan mempengaruhi sisi permintaan (demand) dan penawaran (supply) tenaga kerja. Tiga golongan lain (sekolah,mengurus rumahtangga dan lainnya), yang secara ekonomis tidak aktif, dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja (non economically active population). Pada tahun 2012 angkatan kerja di kabupaten Subang mencapai 54,36 persen dari keseluruhan penduduk usia 10 tahun ke atas. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja pada berbagai lapangan usaha mencapai 90,55 persen, sedangkan angka pengangguran mencapai 9,45 persen. Walaupun angka pengangguran masih relatif kecil, akan tetapi tentu saja angka pengangguran ini perlu dikendalikan secara tepat. Perluasan lapangan kerja, peningkatan pelatihan keterampilan penduduk adalah upaya yang harus dilakukan guna mengendalikan angka pengangguran tersebut. Sebagian besar penduduk (39,87 persen) bermatapencaharian sebagai petani, penduduk yang bekerja pada lapangan usaha perdagangan mencapai 23,24 persen, Industri pengolahan 12,56 persen sisanya bekerja pada lapangan usaha yang bervariasi. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 24

Bagan Ketenagakerjaan Menurut Konsep BPS P E N D U D U K PENDUDUK Usia dibawah 10 tahun PENDUDUK Usia diatas 10 tahun ANGKATAN KERJA BUKAN ANGKATAN KERJA BEKERJA MENCARI PEKERJAAN SEKOLAH MENGURUS RUMAH TANGGA LAINNYA Sumber : BPS, Pedoman Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 25

Gambaran umum tentang ketenagakerjaan di Kabupaten Subang, baik tentang keadaan angkatan kerja maupun lapangan usaha yang diserap oleh penduduk Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel 3.4. dan tabel 3.5. Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu di Kabupaten Subang Tahun 2012 Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan [1] [2] [3] [4] Angkatan Kerja : 73.54 34.87 54.36 Bekerja 90.75 90.13 90.55 Mencari Pekerjaan 9.25 9.27 9.45 Bukan Angkatan Kerja : 26.36 65.13 45.64 Sekolah 66.80 25.59 37.73 Mengurus Rumah Tangga 8.88 70.49 52.33 Lainnya 24.32 3.92 9.94 J u m l a h 100.00 100.00 100.00 Sumber : Survei IPM 2012. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 26

Tabel 3.5. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha Utama Di kabupaten Subang Tahun 2012 Lapangan Usaha Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan [1] [2] [3] [4] Pertanian 44.38 30.16 39.87 Pertambangan & Penggalian 0.66 0.18 0.51 Industri 9.46 19.24 12.56 Listrik, Gas dan Air 0.33 0 0.23 Kontruksi 8.66 0.37 6.03 Perdagangan 16.75 37.22 23.24 Angkutan & Komunikasi 7.17 0.11 4.93 Keuangan 0.64 0.52 0.6 Jasa 11.11 11.49 11.23 Lainnya 0.84 0.71 0.8 J u m l a h 100.00 100.00 100.00 Sumber : Survei IPM 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 27

3.5. Konsumsi/Pengeluaran Informasi lain yang mendukung untuk memberikan gambaran umum tentang Kabupaten Subang adalah pola konsumsi/pengeluaran penduduk. Dibandingkan pendekatan melalui pendapatan rumah tangga, pola konsumsi/pengeluaran ini lebih mudah dilaksanakan di lapangan mengingat beberapa alasan : - Pengeluaran merupakan aktivitas sehari-hari penduduk, sehingga pertanyaan tentang berapa uang yang dikeluarkan untuk makanan, minuman, perumahan, biaya anak, dan lain-lain menjadi lebih dimengerti oleh penduduk. - Pengeluaran merupakan gambaran nyata keadaan ekonomi rumahtangga yang bersangkutan. Sedangkan untuk mendapatkan informasi langsung pendapatan rumah tangga cenderung lebih susah karena selain rumah tangga yang bersangkutan ketakutan kalau ada hubungannnya dengan pajak, juga sebagian besar masyarakat kadang masih menganggap tabu untuk mengungkapkan data pendapatan rumah tangganya. Oleh karena itu analisis pola pengeluaran/konsumsi rumah tangga berarti sekaligus mencerminkan pendapatan rumah tangga yang bersangkutan. Bila dilihat dari tabel 3.6 dapat tergambar bahwa pola pengeluaran konsumsi penduduk kabupaten subang 2 tahun terakhir masih di konsumsi makanan sebesar 60,12 persen, dan untuk konsumsi tembakau cukup tinggi sebesar 9,79 persen diatas konsumsi Ikan, daging, telur dll. Walaupun demikian, pada tahun 2012 ini terjadi pergeseran konsumsi dari makanan ke non makanan. Hal ini mengindikasikan terjadinya perbaikan pengeluaran masyarakat. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 28

Tabel 3.6. Nilai dan Persentase Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Komiditi Di kabupaten Subang Tahun 2011-2012 Rupiah/orang/bulan Tahun No. Jenis Komoditi 2011 2012 Nilai % Nilai % [1] [2] [3] [4] [5] [5] 1 Padi-padian 74 387 24,79 65 788 13.39 2 Umbi-umbian 1 410 0,47 1 247 0.25 3 Ikan 16 585 5,53 17 297 3.52 4 Daging 9 684 3,23 10 689 2.18 5 Telur dan Susu 17 020 5,67 15 777 3.21 6 Sayuran 13 304 4,43 14 737 3.00 7 Kacang-kacangan 9 300 3,10 9 209 1.87 8 Buah-buahan 9 111 3,04 9 156 1.86 9 Minyak dan Lemak 10 029 3,34 9 507 1.93 10 Bahan Minuman 12 494 4,16 10 390 2.11 11 Bumbu-bumbuan 7 580 2,53 6 318 1.29 12 Bahan Makanan Lainnya 9 820 3,27 7 555 1.54 13 Makanan/Minuman Jadi 62 017 20,66 69 673 14.18 14 Tembakau dan Sirih 47 370 15,78 48 086 9.79 Konsumsi Makanan 300 111 63,51 295 429 60.12 1 Perumahan 96 267 55,82 107 307 21.84 2 Aneka Barang Dan Jasa 54 198 31,43 64 709 13.17 3 Pakaian, Alas kaki 10 941 6,34 11 353 2.31 4 Barang Tahan lama 5 443 3,16 4 702 0.96 5 Pajak dan Asuransi 4 329 2,51 5 560 1.13 6 Keperluan Pesta & 1 283 0,74 2 302 0.47 Upacara Konsumsi Non Makanan 172 461 36,49 195 933 39.88 Konsumsi Per Kapita 472 572 100,00 491 362 100,00 sebulan Sumber : Survei IPM 2011 dan Survei IPM 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 29

3.6. Kesehatan Mewujudkan masyarakat yang sehat, tanpa membedakan jenis kelamin lakilaki atau perempuan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan nasional. Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Profil Kesehatan Indonesia, 98:1). Adanya keterbatasan dana, sarana, dan prasarana pemerintah, dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan disusun berdasarkan prioritas-prioritas utama yang akan dicapai. Karena itu hasilnya mungkin tidak dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Pada tabel 3.7 terlihat persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menurut jenis keluhan Tabel 3.7. Persentase Penduduk di Kabupaten Subang Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Utama Menurut Jenis keluhan Kesehatan Tahun 2011 2012 Jenis Keluhan 2011 2012 Kesehatan L P L +P L P L +P [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Panas 8,56 8,32 8,44 8,14 7,26 7,70 Batuk 12,30 13,02 12,66 10,77 10,02 10,40 Pilek 10,58 12,45 11,51 10,32 10,84 10,58 Asma/Nafas Sesak 1,28 1,10 1,19 1,49 1,28 1,38 Diare/Buang Air 1,16 1,11 1,13 1,49 1,57 1,53 Sakit Kepala 2,98 4,31 3,63 2,96 3,12 3,04 Sakit Gigi 1,04 1,60 1,32 2,03 1,30 1,67 Lainnya 6,79 8,33 7,55 6,99 8,69 7,83 Sumber : Survei IPM 2011 dan Survei IPM 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 30

Penyuluhan kesehatan yang rutin dan tepat sasaran mungkin akan merubah pola pikir masyarakat, misalnya pada saat melahirkan bayi lebih baik dibantu oleh tenaga medis daripada non medis. Gambaran selengkapnya tentang penolong persalinan pertama dan terakhir penduduk Kabupaten Subang tahun 2011-2012, dapat dilihat pada tabel 3.8 Hal yang cukup menggembirakan, bahwa selama tiga tahun terakhir penduduk Kabupaten Subang lebih banyak menggunakan tenaga medis terutama bidan untuk menolong persalinannya. Hal tersebut diduga, selain biaya yang dikeluarkan untuk bidan cenderung lebih murah dibanding dengan dokter, juga tempat praktek bidan yang hampir ada di setiap wilayah menyebabkan masyarakat menjadi lebih dekat, mudah dan cepat dalam memperoleh pelayanan yang mereka butuhkan. Tabel 3.8. Jumlah dan Persentase Balita di Kabupaten Subang Menurut Penolong Persalinan Terakhir, Tahun 2011-2012 Penolong Persalinan Terakhir 2011 2012 Jumlah % Jumlah % [1] [4] Dokter 7 165 5.67 8 897 6.99 Bidan 86 147 68.15 98 849 77.71 Tenaga Medis Lain 3 441 2.72 6 079 4.78 D u k u n 24 476 23.46 13 377 10.52 Jumlah 126 411 100.00 127 202 100.00 Sumber : Survei IPM 2011 dan Survei IPM 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 31

3.7. Perumahan Perumahan dalam kehidupan manusia merupakan cermin dari taraf kehidupan dan perilaku pribadi dari yang menempatinya. Rumah sebagai tempat tinggal keluarga harus dapat memberi rasa aman, sehat, nyaman, bebas dan memberikan privacy bagi penghuninya. Luas lantai rata-rata untuk masing-masing anggota rumahtangga serta jenis lantai rumah merupakan fasilitas penting tempat tinggal, terutama untuk kesehatan dan kenyamanan. Lantai tanah misalnya, kurang baik untuk kesehatan terutama bagi anak balita. Peningkatan kesejahteraan penduduk dapat tercermin antara lain dari peningkatan kualitas lantai rumah. Pada tabel 3.9 dapat tergambarkan bahwa rumah tangga di kabupaten subang yang lantai terluasnya bukan tanah/bambu sebesar 88,68 persen, dan masih ada 10,38 persen rumah tangga yang lantai terluasnya dari tanah dan 0,94 persen dari bambu. Tabel 3.9. Persentase Rumahtangga di Kabupaten Subang Menurut Kecamatan dan Jenis Lantai Terluas, Tahun 2011-2012 Jenis Lantai Terluas Tahun Bukan Jumlah Tanah Bambu Tanah/Bambu [1] [2] [3] [4] [5] 2 0 1 1 81.64 17.11 1.25 100.00 2 0 1 2 88.68 10.38 0.94 100.00 Sumber : Survei IPM 2011 dan Survei IPM 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 32