REINVENTARISASI FOLKLOR LISAN JENIS NYANYIAN RAKYAT SUNDA DI JAWA BARAT UPAYA KONSERVASI KEARIFAN BUDAYA LOKAL. Oleh: Ayo Sunaryo, M.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
KAULINAN BARUDAK SEBAGAI SUMBER AJAR DALAM PENCIPTAAN TARI ANAK DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

INTERNALISASI NILAI-NILAI TRADISI PADA PENCIPTAAN TARI ANAK BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh : Ayo Sunaryo *)

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

SILABUS SASTRA BANDINGAN DR517

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

2015 NILAI SOSIAL DAN NILAI BUDAYA PADA KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK LEMBUR DI KABUPATEN KUNINGAN SERTA INTERNALISASI NILAINYA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

NILAI ETIKA DALAM KUMPULAN LAGU KAULINAN BARUDAK DI DAERAH SUNDA

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

2015 KONSEP PERCAYA DIRI PEREMPUAN SUNDA DALAM JANGJAWOKAN PARANTI DISAMPING

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

Yusida Gloriani: Kajian Nilai-Nilai Sosial dan Budaya Kakawihan. 195

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Utama Grafiti, 1994), 1. 2 James Dananjaja, 21.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

BAB II KAWIH KAULINAN BARUDAK SUNDA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KARAWITAN SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir manusia dalam rangka menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

BAB III DATA DAN TEORY

PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

Transkripsi:

REINVENTARISASI FOLKLOR LISAN JENIS NYANYIAN RAKYAT SUNDA DI JAWA BARAT UPAYA KONSERVASI KEARIFAN BUDAYA LOKAL Oleh: Ayo Sunaryo, M.Pd. FPBS Ceritera Nini Anteh yang dikaitkan dengan lagu bulantok yang didalamnya terdapat laguan dan kakawihan barudak merupakan salah satu dari ceritera rakyat yang disebut dengan Folklor atau kesenian rakyat. Pada perkembangannya, folklor mempunyai peranan penting dan budaya Sunda di Jawa Barat. Lalaguan atau kakawihan barudak termasuk dalam sastra rakyat. Sastra rakyat adalah sastra yang hidup secara lisan yaitu sastra yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis. Sastra rakyat dalam arti folklore merupakan bagian dari persendian ceritera yang telah lama hidup dalam sebuah tradisi masyarakat, baik masyarakat yang mengenal huruf maupun yang belum mengenal huruf. Hal tesebut dipertegas oleh William Thoms (1849) dalam Supendi (2008) yang mengungkapkan sebagai berikut. Folklore is the body of expressive culture, including tales, music, dance, legends, oral history, proverbs, joker, popular beliefs, customs, and so forth within a particular population comprising the traditions (including oral traditions) of that culture, subculture, or group. It is also the set of practices through which those expressive genres are shared. Menurut pengertian di atas folklor adalah sebuah ekspresi budaya termasuk ceritera rakyat, musik, tari, ceritera legenda, sejarah lisan, ceritera humor, kepercayaan masyarakat, adat di sekelompok masyarakat tertentu. Menurut Danandjaja (1994) istilah folklor diambil dari bahas Inggris folklore, kata itu berasal dari dua suku kata folk dan lore. Folk artinya kolektif dan lore artinya tradisi kolektif, yaitu sebagian kebudayaannya yang dieariskan secara turun-temurun. Selanjutnya, Danandjaja (1994) mendefinisikan bahwa folklore adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Bentuk-bentuk folklor yang didefinisikan oleh Danandjaja terdiri dari folklor lisan (verbal folklore), folklor setengah lisan (partly folklore), dan folklor bukan lisan (nonverbal folklore). Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Folklor setengah lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan (Danandjaja, 1994: 22). Pada folklor lisan, terdapat beberapa jenis folklor, diantaranya bahasa rakyat, ungkapan tradisional, sajak, puisi rakyat, ceritera prosa rakyat dan nyanyian rakyat. Penelitian ini memfokuskan pada jenis nyanyian rakyat (Folksong). Nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang 1

beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian (Danandjaja, 1994:141). Folklore yang ada di Jawa Barat yang termasuk pada jenis nyanyian rakyat yaitu kaulinan barudak Sunda (permainan anak-anak Sunda) dan kakawihan barudak sunda (lagu anak-anak Sunda). Kaulian barudak yang berkembang dan biasa dilakukan anakanak di pedesaan. Kaulinan barudak merupakan hasil kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Jadi, pengarangnya bersifat anonim, sehingga dikatakan merupakan hasil balarea (komunal). Bentuk Kaulinan barudak Sunda termasuk kegiatan folklor karena diperoleh melalui warisan lisan dalam bentuk permainan anak-anak karena permainan ini disebarkan hampir murni melalui tradisi lisan yang banyak diantaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orang tua atau guru sekolah mereka. Bentuk kaulian barudak Sunda, biasanya ada yang hanya menggunakan lagu kaulinan barudak, gerak tanpa lagu, maupun lagu yang diikuti oleh gerak. Selain itu semua bentuk kaulinan umumnya memiliki nama, aturan permainan, alat dan jumlah pemain tertentu. Untuk kaulinan yang mengandung unsur gerak dan lagu tentu saja memiliki iringan dengan gerak yang disesuaikan. Ikatan bahasanya yang terdapat pada lagu eundeuk-eundeukan, trang trang kolentrang, dan sebagainya. Pada dasarnya yang dimaksud dengan lagu anak-anak tersebut adalah nyanyian anak-anak yang bersifat permainan dalam pergaulan sesama anak-anak atau kaulinan barudak. Lirik dan irama yang digunakan dalam lagu kaulinan barudak umumnya dapat memotivasi anak untuk bergerak. Gerak-gerak dalam lagu pada bentuk kaulinan ini dapat diteliti dan dikembangkan untuk bahan dasar dalam penciptaan tari anak. Lagu pada kaulinan barudak dinamakan dengan kakawihan. Kakawihan barudak Sunda atau lagu anak-anak Sunda, dalam perwujudannya adalah kearifan orang Sunda dan mencerminkan budaya berbahasa yang mengandung nilai-nilai universal, seperti gembira, gotong royong, menghargai, kerjasama, mengasihi, perjuangan, sengsara, suka, duka, baik, buruk, benar, salah, hidup, maut, benar, dsb. Unsur-unsur tersebut merupakan sesuatu yang alamiah yang merupakan suatu jalinan peristiwa yang terpadu dan sering ditemukan dalam kehidupan (Suwarsih Warnaen: 1987). Atik Sopandi berpendapat bahwa lagu-lagu untuk kaulinan barudak adalah bentuk lagu dalam bahasa ikatan yang dinyanyikan oleh anak-anak (1985: 53). Kakawihan barudak berfungsi sebagai hiburan atau pengiring permainan anakanak, pendidikan, menjunjung nilai moral dan etika, sosial, yang bersumber pada nilainilai budaya yang dianut masyarakat Sunda. Bahkan kritik pun dilontarkan dengan cara halus dan menggelitik seperti dalam lagu Ayang-ayang gung, misalnya. Hal ini tampaknya sudah merupakan perwatakan orang Sunda yang setia, cinta kedamaian, cinta akan kesenian dan memiliki rasa humor yang tinggi. Contoh-contoh di atas perlu diteliti dan diinventarisasi keberadaannya di beberapa Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Hal ini penting karena folklor tesebut mulai hilang karena tidak ada masyarakat pendukungnya. Generasi masa kini tidak lagi mengenal folklore Sunda walaupun mereka adalah asli suku Sunda dan berdomisili dalam cakupan budaya Sunda. Tidak mengherankan apabila anak-anak sekarang lebih 2

menyukai irama disko dan bernyanyi lagu-lagu pop tentang tema cinta walaupun secara psikologis tidak cukup umur untuk menyanyikannya. Pada umumnya anak sekarang lebih menyukai ceritera Upin dan Ipin dalam film kartun produksi Malaysia dan memuja tokoh Naruto dalam film kartun Jepang daripada menyukai ceritera Nini Anteh dan memuja tokoh Gatotkaca dalam ceritera pewayangan. Semua ini terjadi karena tidak dikenalkan, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Sementara budaya televisi yang membawa kebudayaan global tidak bisa dihindari. Oleh karena itu reinventarisasi folklor Sunda sangat penting dalam upaya konservasi kearifan budaya lokal di Jawa Barat. Adapun folklor jenis nyanyian rakyat yang ada di Jawa Barat adalah kakawihan, sisindiran (rarakitan/paparikan) dan Nadoman dengan mengambil sampel tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Subang, Kabupaten/Kota Bandung dan Kabupaten Ciamis, sebagai perwakilan dari tiga wilayah yang ada di jawa Barat. Ketiga bentuk folklor tersebut akan dijelaskan di bawah ini. Kakawihan Kakawihan barudak sunda atau lagu anak-anak sunda, dan mencermainkan budaya berbahasa yang mengandung nilai-nilai universal seperti gembira, sengsara, suka, duka, baik, buruk, benar, salah, hidup, maut, dsb. Unsur-unsur tersebut merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan suatu jalinan peristiwa yang terpadu dan sering ditemukan dalam kehidupan (Suwarsih Warnaen: 1987). Atik Soepandi berpandapat bahwa lagu-lagu untuk Kaulinan Barudak adalah bentuk lagu dalam ahasa ikatan yang dinyanyikan oleh anak-anak (1985: 53). Bahasa yang dipergunakan dalam Kakawih barudak adalah bahasa yang dipakai oleh masyarakat Sunda sehari-hari. Untuk usuk bahasa yang dipakai selain itu juga ditemukan bahasa Sansekerta, Arab, Kawi, Jawa. Purwakanti (Persajakan) banyak sekali ditemukan dalam kakawih barudak, seperti asonsasi yaitu purwakanti berupa persamaan atau perulangan bunyi vokal, yang oleh M.A. Salmun dinamakan purwakanti swara, sedangkan Yus Rusyana menamakan adusari (assonance), seperti yang dikatakanya : inti vokal i dalam Cingciripit. Cingciripit( cingciripit ) Tulang bajing kacapit (tulang bajing terjepit) Selain itu dalam gaya ahasa yang dipergunakan ada yang memperbandingkan seperti hiperbola, yaitu yang menyatakan arti yang berlebih-lebihan contoh dalam Hompimpah, dikatakan alaihim gambreng (sebesar tak terkira gambreng) mempertegas seperti paralelisme yaitu penegasan yang dipakai dengan mengulang-ulang kata atau kelompok kata, misalnya : Meuncit Reungit. Ka dieu meuncit reungit (ke sini menyembelih reungit) Ka ditu meuncit domba (kesana menyembelih domba) Ka dieu beuki lengit (kesini makin hilang) Sisindiran 3

Istilah sisindiran sudah ada sejak abad ke-16 Naskah kuno siksakandang karesian memberi informasi tentang hal itu, tetapi diawali dengan satu kata kawih, jadi kawih sisindiran (Wahyu Wibisana, 431: 2000). Ini mungkin nama lagu bukan nama bentuk sastra. Namun tidak tertutup kemungkinan sebaliknya: saat itu sudah ada bentuk sastra yang bernama sisindiran. Hanya saja, seperti pada tulisan atau naskah berbahasa kuno yang sampai ke bahasa kita tidak terdapat teks pada bentuk sisindiran. Paparikan berasal dari parikan, bahasa Jawa. Asal katanya parik searti dengan parek (dekat). Kata parek terdapat juga dalam bahasa Sunda seperti arti yang sama dengan bahasa Jawa. Hanya saja parikan sunda tidak diterjemahkan dalam bahasa Sunda, sebab kata itu mempunyai arti lain, yakni orang yang dekat dengan raja yang kemudian beralih arti menjadi selir dan kemudian menjadi dwipurwa yaitu menjadi paparikan (Wibisana, 2000). Rarakitan berarti berpasangan. Pantun di sebut rarakitan karena ada hal yang berpasangan, yakni sampiran di satu pihak dengan isi di lain pihak. Sementara ahli sastra Sunda mengatakan disebut rarakitan bila kata awal pada sampiran sama dengan kata awal pada isi, seperti: Sapanjang jalan soreang Moal weleh diaspalan Sapanjang tacan ka sorang Moal weleh di akalan. Sementara menurut ahli sastra Sunda ada bentuk lain yang dimasukan ke dalam bentuk sisindiran, yakni wawangsalan, sebuah istilah yang juga berasal dari Jawa wangsalan. Pada bentuk sastra ini ada semacam sampiran yang amat menyurupai teka-teki, contoh: Teu beunang di tiwu leuweung Teu beunang dipikasono Wawangsalan di atas isinya kaso Istilah lainnya yang berkaitan dengan sisindiran adalah sesebred yang kira-kira sama dengan pantun jenaka. Jadi, sesebred yang berhubungan dengan isi sisindiran, disamping dikenal sisindiransilih asih (pantun percintaan) dan sisindiran piwuruk (pantun nasihat). Nadoman/Pupujian Seperti seni pada umumnya, puisi pun mempunyai fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial (Yus dalam Kartini, 1986). Berdasarkan hasil penelitiannya. Yus menemukan bahwa fungsi pupujian sangat menonjol dibandingkan dengan fungsi ekspresi pribadi. Pupujian dipergunakan untuk mempengaruhi fikiran, perasaan dan tingkah laku manusia, disamping dipergunakan untuk menyampaikan berbagai macam agama. Sebagai media pendidikan, pupujian yang berisi berbagai nasihat dan pelajaran agama yang disampaikan dengan dinyanyikan itu umumnya dihafalkan di luar kepala. Dengan hafalnya ndan seringnya mendengarkan pupujian, diharapkan anak-anak didik, para 4

santri, serta masyarakat umum tergugah dan mempunyai keinginan untuk mengikuti nasihat serta ajaran agama yang dikumandangkan melalui pupujian itu. Pada masa-masa sebelum perang, pupujian sering dikumandangkan, baik dipesantren, madrasah, mesjid, langgar atu tempat pengajian lainnya. Pupujian deikumandangkan sebelum solat Kartini, 1986). Pada masa sekarang penggunaan pupujian sudah agak berkurang, baik di masjid, pesantren maupun tempat pengajian lainnya. Di beberapa tempat pupujian masih di pakai, tetapi fungsinya sudah berubah, yaitu dari media pendidikan menjadi kegiatan kesenian yang sewaktu-waktu saja dipergunakan atau bahkan sekarang ini sudah dibuat rekaman audio visual untuk kepentingan bisnis atau inventarisasi pada kelompokkelompok masyarakat tertentu. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Folklor Jenis Nyanyian Sunda di Jawa Barat Nyanyian Sunda yang di sebut dengan kakawihan, pupuh, rarakitan,wawangsalan dan paparikan di dalamnya terdapat nilai-nilai yang adiluhung. Adapun nilai-nilai itu akan dipaparkan di bawah ini. Kakawihan Kakawihan merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat supaya apa yang ada dalam benaknya tidak dimengerti oleh orang lain diluar komunitasnya. (bahasa sandi). Contohnya, lagu ambil-ambilan bisa jadi ada pengaruhnya dengan masyarakat sunda pada saat itu yang akan dijadikan kuli atau rodi. (mungkin dibuatnya pada masa penjajahan). Ayang-ayang gung. Lagu ini menceritaerakan salah satu wilayah yang sedang bergejolak atau ramai (Ayangayang gung Gung goongna ramé) Menceriterakan tingkah laku seorang bangsawan yang bernama Wastanu yang memegang jabatan Wedana. Jadi bahan pembicaraan orang karena tingkah lakunya yang olo-olo atau males-malesan (naha manéh kitu tukang olo-olo), (lobak jeung kumpeni (bermitra dengan kompeni). (Niat Jadi Pangkat) (Katon Kagorenga). Tujuannya supaya bisa naik pangkat, tapi dengan jalan kurang baik, padahal rakyat begitu mengharapkannya tapi seorang bangsawan juga sama jeleknya. (Ngantos kang jeung dalem, Lempa lempi lempong, Ngadu pipi jeung nu ompong) Dapat diartikan bangsawan lebih berorientasi ke atas alias ke Betawi, atau pusat pemerintahan. Dari kakawihan tersebut di atas, jika kita dapat menyanyikannya dan mengetahui artinya maka akan terdapat nilai-nilai kejuangan, nilai cinta tanah air dan nilai kemerdekaan atau kebebasan. Sisindiran Dalam sisindiran yang terdiri dari paparikan dan rarakitan terdapat nilai-nilai, seperti di bawah ini. 5

Nilai Piwuruk (Pendidikan) Lain bangban lain pacing lain kananga aduna Lain babad lain tanding lain ka dinya kuduna Lamun urang ninun kantéh ulah resep maké poléng Lamun urang leutik kénéh ulah resep ngomong goréng Nilai Silihasih (saling mencintai) Abong-abong abdi bonténg seubeuh diacar diangeun Abong-abong abdi goréng seubeuh disangsara deungeun Daék sotéh ka Cinangka ka Cisitu mah teu purun Daék sotéh ka manéhna ka nu itu mah teu purun Nilai Sesebred (banyolan) Aya roda na tanjakan katinggang ku pangpun jéngkol Aya rangda gogoakan katinggang ku hulu kohkol Rarasaan ngala mayang teu nyaho cangkeuteuk leuweung Rarasaan konéng umyang teu nyaho cakeutreuk hideung Pupujian/Nadoman Pupujian atau kata lainnya nadom adalah puisi yang di nyanyikan, biasanya sebelum atau pada waktu menunggu shalat berjamaah. Seperti seni pada umumnya, puisi pun mempunyai fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial. Adapun nilai yang terkandung dalam pupujian adalah nilai pendidikan, pupujian yang berisi berbagai nasihat dan pelajaran agama yang disampaikan dengan dinyanyikan itu umumnya dihafalkan di luar kepala. Dengan hafalnya ndan seringnya mendengarkan pupujian, diharapkan anak-anak didik, para santri, serta masyarakat umum tergugah dan mempunyai keinginan untuk mengikuti nasihat serta ajaran agama yang dikumandangkan melalui pupujian itu. Pada masa-masa sebelum perang, pupujian sering dikumandangkan, baik dipesantren, madrasah, mesjid, langgar atu tempat pengajian lainnya. Pupujian deikumandangkan sebelum solat Kartini, 1986). Pada masa sekarang penggunaan pupujian sudah agak berkurang, baik di masjid, pesantren maupun tempat pengajian lainnya. Di beberapa tempat pupujian masih di pakai, tetapi fungsinya sudah berubah, yaitu dari media pendidikan menjadi kegiatan kesenian yang sewaktu-waktu saja dipergunakan atau bahkan sekarang ini sudah dibuat rekaman audio visual untuk kepentingan bisnis atau inventarisasi pada kelompokkelompok masyarakat tertentu. 6

Sebagai contoh dalam pupujian berikut ini. IIIahi las tulis firdaus ahla wala aqwa alanaril jahimi fahabli taubat tawwafir dzunubi fainaka gofirun dzanbir adziimi (Ya Allah saya bukan ahli surga saya tidak akan kuat masuk neraka Semoga engkau mengampuni dosa saya, karena engkau mengampuni kami semua). Dari pupujian di atas, tetntunya mengajk manusia untuk berbuat baik supaya kelak dapat ampunan drai Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA Atik Sopandi dan Oyon S. Umsari.1985. Kakawihan Barudak, Nyanyian anak-anak Sunda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Bandung. Ayip Rosidi. (1984). Manusia Sunda. Inti Idayu Press. Jakarta Danandjaja James. 1994. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Grafitti, Jakarta. Mang Koko. 1970. Bintjarung. Tarate, Bandung. Permainan Rakyat Daerah Jawa Barat.. Sejarah dan Nilai Tradisi Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung. Suwarsih Warnaen, et all. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda, Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Sundanologi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagian Proyek Penelitian Sunda. Bandung. Tini Kartini. 1986. Puisi Pupujian Dalam bahasa Sunda. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan bahasa Depdikbud. Jakarta Usman Supendi. 2008. Folklore Jawa Barat. Artikel. Tidak Diterbitkan 7

Wahyu Wibisana. 2000. Lima Abad Sastra Sunda, Sebuah Antologi Jilid 1. Geger Sunten. Bandung. 8

9