BAB II LANDASAN TEORI. Reinforcement theory menjelaskan bahwa penguatan (reinforcement) dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi empiris pada perusahaan asuransi di Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional yang menggunakan teknik analisa Multiple Regresi (Regresi Ganda).

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Naderi, et al. (2014) Dalam dunia organisasi modern,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat manajemen yang digunakan untuk mengendalikan

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

Faktor penentu : Internal : persepsi, sikap, nilai, motivasi, proses belajar, gaya hidup Eksternal : budaya/norma, nilai sosial, kelompok 3/3/2011 2

Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi pada Karyawan Unit Usaha Industri Hilir Teh Bagian Produksi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

CHRISTINE PRAMITA W.

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Kepada Yth. Bapak / Ibu / Sdr / i SMA Kesatrian 1 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. organisasi, karena berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk mencapai goals

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Empiris Pada Karyawan Non Medis Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. juga terdapat gambaran secara umum maksud dan arah penelitian yang akan dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior. B. Definisi Operasional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan. berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran kinerja (SPK) dianggap sebagai salah satu topik dan teknik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah menghadapi tantangan kompetensi global. Dengan begitu,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) pengelolaan sumber daya manusia secara efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Reinforcement Contingency Reinforcement theory menjelaskan bahwa penguatan (reinforcement) dapat mengendalikan perilaku (Purnamasari dan Crismastuti, 2006 p 7). Reinforcement Contingency adalah desain sistem kontrol untuk menguatkan kontekstual organisasi agar dapat mengendalikan perilaku melalui tiga prinsip dasar yaitu : 1. Konsekuensi dengan memberikan reward untuk meningkatkan perilaku 2. Konsekuensi dengan memberikan punishment untuk menurunkan perilaku 3.Konsekuensi tanpa adanya reward dan punishment untuk memadamkan perilaku (Purnamasari dan Crimastuti, 2006 p 7) Adapun tujuan dari teknik reinforcement ini antara lain adalah: 1. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya 2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan 3. Memberikan penguatan terhadap suatu respon agar tingkah laku yang tidak diinginkan tidak muncul kembali (sumber dikutip dari : http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/01/teknikreinforcement-dalam-konseling/).

8 Prinsip dasar reinforcement contingency adalah mengembangkan stimulus response (SR). Pada umumnya kekuatan stimulus response akan meningkat apabila ada kejadian positif sebagai pengaruh dari reward, dan menurun jika ada punishment. Dengan kata lain, stimulus muncul apabila individu merasakan niai yang positif. Jika output yang dihasilkan berupa efek yang menyenangkan individu tersebut, kemungkinan ia akan mengulanginya (Cherrington dan Cherrington,1973). 2.1.2 Partisipasi Anggaran Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan antara atasan dan bawahan dalam menyusun program kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Karyawan lebih tahu informasi untuk menyusun anggaran yang tepat dijalankan daripada atasan (Nouri, 1988). Keterlibatan karyawan untuk menyuarakan pendapatnya dengan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, dapat meningkatkan rasa memiliki pada perusahaan tempatnya bekerja (Nouri, 1988). Selain itu, Wong et al (2010) melihat bahwa penyusunan anggaran mempunyai arti positif bagi karyawan yaitu : a. Nilai pencapaian (value attainment) Karyawan yang berpartisipasi, bermoral tinggi akan memiliki kepuasan kerja. Nilai ini menegaskan apa yang diinginkan karyawan. Nilai ini bisa berwujud seperti uang atau tidak berwujud seperti ekspresi diri. b. Sudut pandang mekanisme motivasi (motivational mechanism perspective) Partisipasi mengarahkan karyawan meningkatkan kepercayaan dan perasaan kontrol karyawan, keterlibatan ego, meningkatkan rasa memiliki, mengatur pencapaian yang lebih tinggi, dan meningkatkan tujuan yang ingin dicapai.

9 c. Sudut pandang mekanisme kognitif (cognitive mechanism perspective) Partisipasi sebagai sarana pertukaran informasi, membuat komunikasi yang lebih baik kepada atasan, memahami pekerjaan dan proses pengambilan keputusan. Faktor ini dipercaya dapat mengarahkan karyawan untuk meningkatkan kinerja dengan meningkatkan arus informasi, motivasi dan mekanisme kognitif dapat meningkatkan moral dan kepuasan kerja (Bernard Wong et al, 2010, p 135) Partisipasi anggaran juga sebagai sarana bagi bawahan untuk mengajukan ide-ide atau masukan anggaran sehingga target yang dibuat tidak terlalu membebankan para pelaksana anggaran yang mengetahui potensi dan hambatan di perusahaan sehari-hari. 2.1.3 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi yang dimaksudkan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini merupakan komitmen karyawan pada organisasi yaitu kesetiaan atau loyatitas karyawan pada perusahaan, semangat kerja yang tinggi, sikap mau bekerja keras dan rela berkorban demi perusahaan, sehingga karyawan yang berkomitmen organisasi akan merasa organisasi tersebut merupakan bagian dari identitas dirinya, keberhasilan organisasi tersebut merupakan bagian dari tanggung jawabnya. Poter et al 1974, 604 dalam Bernard Wong, 2010 p 138 mengungkapkan: Organizational commitment is loyality to the organization, and has been defined as the strength of an individual s identification with and involvement in a particular

10 Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990) terdiri dari beberapa komponen. Pertama adalah komitmen afektif (affective commitment). Komitmen afektif terkait dengan kedekatan emosional, identifikasi dan keterlibatan dalam organisasi. Sehingga karyawan tetap berada pada organisasi karena keinginannya. Kedua adalah komitmen kontinyu (continuance commitment). Komitmen kontinyu terkait dengan kesadaran akan kebutuhan biaya dan nilai apabila meninggalkan organisasi. Sehingga karyawan tersebut tetap berada pada organisasi karena kebutuhannya. Ketiga adalah komitmen normatif (normative commitment). Komponen normatif terkait perasaan yang mewajibkannya untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Sehingga karyawan berkomitmen normatif tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena keharusan (Brown, 2003 p 30). 2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Reinforcement Contingency Penulis berasumsi bahwa partisipasi anggaran dapat mempengaruhi reinforcement contingency. Salah satu contoh indikator reinforcement contingency adalah adanya motivasi karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi tersebut bisa berupa ekstrinsik motivasi dan instrinsik motivasi. Wong et al (2010, p 135) mengatakan Specifically, both intrinsic motivation and autonomous extrinsic motivation are positively correlated with Participation in Budgeting. Motivasi bisa muncul ketika seseorang berpartisipasi dalam pembuatan anggaran (Dunk, 1990). Motivasi ini timbul karena melalui proses partisipasi anggaran

11 karyawan lebih mengetahui tujuan anggaran dan lebih mengetahui celah untuk mencapai tujuan anggaran sehingga lebih bersemangat untuk mendapatkan reward dan menghindari punishment. Brownell dan McInnes (1986) menemukan bukti bahwa partisipasi anggaran memperkuat harapan untuk mendapatkan reward sebagai dampak dari pencapaian anggaran. Oleh karena itu, reinforcement contingency bisa memotivasi karyawan karena konsekuensi perusahaan dalam memberikan reward akan memacu karyawan untuk berkompetisi mendapatkan reward tersebut demi memenuhi sense of accomplishment, value attainment, dan kepuasan. Partisipasi anggaran membuat karyawan mengetahui tujuan perusahaan yang relevan. Partisipasi anggaran juga memberikan kesempatan karyawan untuk menegosiasi anggaran (Dunk, 1990). Tekanan dan kegelisahan yang timbul akibat tidak berpartisipasi memicu tindakan penyimpangan yang berkonsekuensi terhadap pemberian punishment atau diabaikan. H1 : Terdapat pengaruh positif antara partisipasi anggaran dan reinforcement contingency. 2.2.2 Pengaruh Reinforcement Contingency dan Komitmen Organisasi Reinforcement Contingency memberikan motivasi karyawan atas tindakan yang diambil oleh anggota organisasi (Purnamasari dan Crismastuti, 2006). Motivasi tersebut akan menghasilkan nilai positif bagi karyawan untuk bekerja lebih baik (Ryan and Deci 2000b; Gagne and Deci 2005 dalam Bernard Wong, et al 2010 p 140). Salah satu aspek yang terdapat pada reinforcement contingency adalah motivasi karyawan untuk bekerja lebih giat karena ada tawaran reward yang

12 diberikan oleh organisasi kepada karyawan yang memiliki kinerja baik dan berprestasi. Di pihak lain, punishment yang diberikan akibat ketidakberhasilan karyawan memberikan pengaruh positif kepada karyawan karena karyawan mau bekerja lebih giat untuk menghindari punishment. Dengan adanya aturan yang jelas maka karyawan berkompetisi untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Apabila perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dan memuaskan karyawan, maka tumbuh komitmen karyawan terhadap organisasi tempatnya bekerja. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah H2 : Terdapat pengaruh positif antara reinforcement contingency dan komitmen organisasi. 2.2.3 Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Partisipasi anggaran sebagai sarana mengutarakan ide dan pendapat karyawan yang berpartisipasi. Apabila suatu tujuan dan standar dirancang dan disepakati bersama maka karyawan akan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan atau standar yang ditetapkan. Selain itu, partisipasi anggaran meningkatkan rasa peduli tidak hanya tujuan anggaran tetapi juga terhadap tujuan organisasi tempatnya bekerja (Nouri, 1998). Partisipasi dalam menyusun anggaran akan membuat karyawan merasa ikut dilibatkan dan dihargai sehingga muncul rasa ikut memiliki perusahaan tersebut. The more participation (of subordinates) in making policy decisions, the stronger the tendency of subordinates to identify with the organization (Nouri, 1998). Kesempatan menyuarakan argumen, sharing ide dan pendapat akan meningkatkan sense of belonging karyawan pada organisasi sehingga motivasi karyawan akan meningkat dan kinerja mereka juga meningkat (Brown et al, 2007; Cowling, 1995).

13 Dengan adanya sense of belonging maka komitmen karyawan terhadap organisasi akan meningkat. H3 : Terdapat pengaruh positif antara partisipasi anggaran dan komitmen organisasi H1 Reinforcement Contingency H2 Partisipasi Anggaran H3 Komitmen Organisasi Gambar 2.1 Kerangka Penelitian: Reinforcement Contingency sebagai variabel mediasi 2.2.4 Reinforcement Contingency dalam Memperkuat Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Partisipasi anggaran dapat meningkatkan komitmen organisasi. Anggapan yang diungkapan Cherrington (1973) bahwa operant conditioning dan reinforcement contingency dapat bermanfaat jika diterapkan dalam proses anggaran untuk memprediksi dan mengontrol perilaku. Selain itu karyawan yang berpartisipasi dalam pembuatan anggaran tidak akan berpengaruh pada performance jika tidak ada motivasi (Mia, 1988). Maka pengaruh partisipasi anggaran dan komitmen organisasi ini dapat diperkuat oleh reinforcement contingency. Semakin tinggi reinforcement contingency semakin kuat pengaruh partisipasi anggaran dan komitmen organisasi. Hal ini disebabkan karena reinforcement contingency akan memicu karyawan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk bekerja lebih giat demi mendapatkan reward yang ditawarkan perusahaan dan menghindari perbuatan buruk karena adanya punishment yang diberlakukan perusahaan. Apabila karyawan berhasil mendapatkan reward yang ditawarkan maka kebutuhan dan kepuasannya akan terpenuhi sehingga komitmen karyawan

14 terhadap organisasi akan meningkat. Sehingga hipotesis keempat pada penelitian ini adalah H4 : Semakin kuat reinforcement contingency semakin kuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap komitmen organisasi Partisipasi Anggaran H4 H3 Komitmen Organisasi Reinforcement Contingency Gambar 2.2 Kerangka Penelitian: Reinforcement Contingency sebagai variabel moderasi