BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk yang diperoleh dari adanya proses belajar. Ketika proses belajar itu dilakukan, maka pada akhir rangkaian proses tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa sebagai hasil belajar. Secara tidak langsung pengertian hasil belajar dapat dipahami melalui pengertian belajar itu sendiri, sebab makna hasil belajar selalu tersirat dari pengertian belajar. Sudjana (2008:22) mengemukakan bahwa, hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2008:22) menjelaskan bahwa hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Namun dalam penelitian ini, untuk hasil belajar hanya mengukur tingkat kognitif diantaranya: 1. Aspek pengetahuan (C1): Berkenaan dengan kemampuan hafalan atau sesuatu yang diingat tentang istilah-istilah pada kosep tertentu, agar mudah dikuasai, hal ini dapat dilakukan dengan membaca bahan bacaan kemudian diingat yang berkaitan dengan rumus. Contohnya seperti menguraikan persamaan rumus hukum I Newton.
2. Aspek pemahaman (C2): Berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan materi pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri dari sesuatu bacaan tertentu atau dari mendengarkan. Pemahaman disini adalah kemampuan peserta didik sebelumnya serta mampu membuat persepsi sendiri dengan pengetahuan yang diperoleh. Misalnya menjelaskan bunyi hukum I Newton dengan kalimat sendiri. 3. Aspek aplikasi (C3): Berkenaan dengan penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut berupa perhitungan dan mengaplikasikan sesuatu yang telah dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti menghitung massa mobil dan memberikan contoh peristiwa tentang penerapan hukum I Newton dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bloom, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Suprijono (2010:5-6) Berdasarkan pengertian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa terhadap materi
yang diberikan yang didalamnya mencakup aspek kognitif yang terdiri dari pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3). 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Suprijono (2010:54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang didalam terdapat kerja tim, sehingga siswa dapat bertukar pikiran dalam penyelesaian masalah yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Trianto (2011:66) menyatakan bahwa, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase atau tahapan yaitu: Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada Menyampaikan tujuan dan pelajaran tersebut dan memotivasi memotivasi siswa siswa belajar. Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau Menyajikan informasi lewat bahan bacaan. Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok koopertif kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Tingkah Laku Guru Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan tiap-tiap individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok. 2.3 Penyajian LKS Non Paperless Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah salah satu sumber belajar yang digunakan guru untuk menguji kemampuan dan pemahaman siswa. Didalam LKS sebagian besar terdiri dari soal-soal, baik itu soal objektif maupun soal isian yang tidak tersedia jawabannya, dan sebagian kecil sisanya terdiri dari rangkuman pokok pembahasan secara singkat. Trianto (2011:222) mengemukakan bahwa: Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS non paperless yaitu LKS yang disajikan secara manual dengan menggunakan lembaran kertas. Dalam penggunaan LKS non paperless ini, waktu
penyelesaian LKS tergantung sama siswa sehingga kerja kelompok selesai dalam waktu yang berbeda-beda. Dalam penggunaan LKS, guru tidak lagi bersusah-susah untuk mengumpulkan soal-soal atau pertanyaan. Dengan LKS ini guru hanya dituntut fokus memberikan pemahaman mata pelajaran yang telah ditentukan secara maksimal. Untuk evaluasi maupun tes hasil belajar, guru cukup menginformasikan dan mengarahkan terhadap soal-soal yang telah tersedia didalam LKS. Kurang lebihnya LKS berperan sebagai pemandu siswa dalam melaksanakan tugas belajar baik secara individu maupun kelompok. Dengan adanya LKS siswa merasa dipermudah dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen. Trianto (2011:222) mengemukakan bahwa: Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa LKS dapat berupa panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demosntrasi serta panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif. 2.4 Penyajian LKS Paperless Paperless terdiri dari dua kata yaitu paper artinya kertas dan less artinya sedikit. Jadi, penyajian LKS paperless adalah penggunaan sedikit kertas dengan menggunakan sebuah alat teknologi berupa komputer yang ditayangkan menggunakan LCD proyektor dalam bentuk power point.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran klasikal. Metode pembelajaran klasikal yaitu suatu metode pembelajaran yang menggunakan sebuah komputer dan sebuah media tayang lebar. Pada pembelajaran ini, Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu siswa dibagi kedalam kelompokkelompok dalam mengerjakan LKS. LKS yang akan dikerjakan oleh siswa ditayangkan guru dengan menggunakan LCD proyektor. Tabel 2. Perbedaan penyajian LKS non paperless dan penyajian LKS paperless No. Perbedaan LKS non paperless LKS paperless 1. Penyajian LKS LKS disajikan pada lembaran kertas. LKS Disajikan lebih menarik yaitu ditayangkan dengan menggunakan LCD proyektor. 2. Pengelolaan waktu Waktu tergantung sama siswa. Waktu tergantung sama guru. 3. Waktu Kerja kelompok selesai Kerja kelompok selesai penyelesaian dalam waktu yang dalam waktu yang sama. kerja kelompok. berbeda-beda. 4. Penyajian isi Isi LKS disajikan satu Isi LKS ditayangkan per LKS kali. Waktu penyelesaian LKS ditentukan pada saat pembelajaran. slide, dengan waktu tayangan per slide sudah ditentukan dari awal oleh guru. Keunggulan dari LKS paperless ini meliputi: a. Mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa.
b. Mampu menggabungkan antara teks, gambar, dan animasi gambar dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran. c. Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel. d. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif. Kelemahan LKS paperless ini adalah: 1. Tergantung pada perangkat komputer. 2. Membutuhkan keterampilan tertentu. 3. Siswa tidak ada arsip untuk belajar Beberapa manfaat LKS peperless yaitu sebagai berikut : 1. Mengurangi sampah-sampah kertas. 2. Mengurangi dampak global warming. 3. Mengurangi penebangan pohon secara besar-besaran. 2.5 Materi Hukum Newton 2.5.1 Hukum I Newton Bunyi hukum I Newton setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol. Giancoli (2001:93)
Secara matematis, hukum I Newton dinyatakan sebagai berikut: F 0... (1) Dimana : F resul tan gaya N Hukum I Newton memberikan pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya, percepatan suatu benda bergantung kepada kerangka acuan mana ia diukur. Hukum pertama menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dalam lingkungannya) maka dapat dicari suatu kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan. Kenyataan bahwa tampa gaya luar suatu benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan sering dinyatakan dengan memberikan suatu sifat pada benda yang disebut inersia (kelembaman), karena itu hukum Newton pertama sering disebut hukum inersia. (Giancoli, 2001:93) 2.5.2 Hukum II Newton Alonso (1994:114) menyatakan bahwa, sebuah partikel bermassa m mempunyai kecepatan v pada saat t dan kecepatan ' v pada saat ' t. Perubahan kecepatan selama selang waktu t t ' t ' adalah v v v, dan perubahan momentumnya adalah:
p mv m v... (2) Dengan : p = momentum (m kg dt -1 ) m = massa (kg) v = kecepatan (m/s) (Alonso dan Finn, 1994:114) Pada persamaan ini yaitu menghubungkan pertukaran momentum partikel (1) dan (2) dalam selang waktu t t ' t. Dengan membagi kedua ruas pada persamaan diatas dengan t, akan didapatkan: 2 p1 p... (3) t t Yang menunjukkan bahwa perubahan momentum (vektor) rata-rata partikel dalam selang waktu t adalah sama besar, namun arahnya berlawanan. Jika t dibuat sangat kecil, yaitu jika dicari limit pada persamaan 3 dengan membuat t 0, maka diperoleh: dp 1 dp 2... (4) dt dt Sehingga laju perubahan momentum sesaat dari partikel, pada saat t, adalah sama besar dan berlawanan arah. Bila dua partikel berinteraksi, maka dikatakan bahwa tiap partikel mengerjakan gaya pada partikel yang lain. Menurut Newton, laju perubahan momentum pada sebuah partikel merupakan ukuran gaya yang bekerja padanya.
Jadi gaya yang bekerja pada partikel itu sehubungan dengan momentunya diberikan oleh persamaan: Dengan: dp F dt d m. v dt m ( dv) dt F m. a... (5) F = resultan gaya (N) t = waktu (s) m = massa (kg) a = percepatan (m/s 2 ) (Alonso dan Finn, 1994:117) Persamaan ini adalah ungkapan dari hukum Newton kedua tentang gerak. Bunyi hukum I Newton menyatakan bahwa Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. (Giancoli, 2001:95) Gaya adalah sebuah konsep, yang menurt definisinya adalah sama dengan laju perubahan momentum sebuah partikel, yang selanjutnya disebabkan oleh interaksi partikel dengan partikel lainnya. Secara fisis, gaya boleh dianggap sebagai ungkapan kuantitatif dari interaksi. Jika partikel adalah bebas, maka p = konstan (hukum
Newton pertama) dan F dp 0. Hal ini disebabkab karena tidak ada gaya yang dt bekerja pada suatu partikel bebas. (Alonso dan Finn, 1994:117) 2.6 Penelitian Yang Relevan Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wenno dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, Jurusan Fisika FKIP Universitas Pattimura. Hasilnya dikategorikan baik, dari data yang ada menunjukkan bahwa dari 20 siswa hasil yang diperoleh dikategorikan berhasil dengan presentasi 80% (17 siswa) dikualifikasikan baik, sedangkan siswa yang dikategorikan tidak berhasil 3 siswa dengan presentase 15% dikategorikan kurang. Penelitian selanjutnya juga pernah dilakukan oleh Mayasari dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, Jurusan Matematika FKIP Universitas Sriwijaya. Hasilnya diketegorikan sangat baik, dari data yang ada menunjukkan bahwa dari 31 siswa, untuk indikator 1 terdapat 93,55% siswa telah mencapai KKM (efektif) dengan rata-rata hasil belajar adalah 83,19 yang terkategorikan sangat baik dan indikator 2 ada 74,19% siswa telah mencapai KKM (tidak efektif) dengan ratarata hasil belajar siswa adalah 76,14 dengan kategori baik. Sedangkan untuk hasil belajar keseluruhan didapat rata-rata adalah 80,39 dengan kategori sangat baik dan 30 siswa (96,77%) telah mencapai KKM.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wenno adalah peneliti sebelumya meneliti praktikum fisika dengan menggunakan LKS competence based process skills sebagai alat evaluasi yang dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. LKS yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Wenno yaitu LKS keterampilan proses berbasis kompetensi yang terdiri dari 7 keterampilan, yaitu: pengamatan, pelaksanaan langkah kerja, pengukuran perhitungan, catatan hasil pengamatan, membuat tabel, dan kesimpulan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini yaitu meneliti penyajian LKS paperless di SMP dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penyajian LKS paperless yaitu LKS ditampilkan secara klasikal oleh guru di depan kelas dengan menggunakan sebuah komputer dan LCD proyektor. Dengan demikian kedua penelitian ini, kedua-duanya meneliti tentang LKS, tetapi tetap memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti diuraikan di atas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayasari adalah peneliti sebelumya meneliti LKS interaktif berbasis Web pada mata pelajaran matematika yaitu LKS yang akan digunakan sudah ada didalam komputer, sehingga guru tinggal meminta siswa membuka weblog pada komputer yang sudah dipersiapkan dengan jumlah siswa perkelompok dua orang. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini, meneliti penyajian LKS paperless yaitu LKS ditampilkan secara klasikal oleh guru di depan kelas dengan menggunakan sebuah komputer dan LCD proyektor. Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dengan demikian kedua penelitian ini, kedua-duanya meneliti tentang LKS, tetapi tetap memiliki karakteristik yang berbedabeda seperti diuraikan di atas. 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan dalam hal hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan LKS paperless dengan kelas yang menggunakan LKS non paperless.